Suku Dayak Benuaq: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Afif Brika1 (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(8 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 11:
}}
|rels={{hlist|[[Berkas:Christian cross.svg|12px]] [[Kristen]] 95% ([[Katolik]], [[Protestan]])|[[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam]] ([[Islam Sunni|Sunni]]) 4%|[[Kaharingan]]}} 1%
|related={{hlist|[[Suku
}}
'''
==Sejarah==
Baris 24:
# Orang Benuaq di kawasan hilir Mahakam dan Danau Jempang dan sekitarnya hingga Bongan dan Sungai Kedang Pahu mengaku mereka keturunan '''Seniang Bumuy'''.
# '''Seniang Jatu''' dipercaya merupakan leluhur orang Benuaq di kawasan Bentian dan Nyuatan. Dikisahkan bahwa Seniang Jatu diturunkan di Aput Pererawetn, tepi Sungai Barito, sebelah hilir Kota [[Muara Teweh]] (Olakng Tiwey). Kedatangan suku (mungkin orang Lewangan, Teboyan, Dusun dan sebagainya) dari Kalimantan Tengah justru berasimilasi dengan Orang Benuaq, dan ini menyebabkan Orang Benuaq mempunyai banyak dialek.
# Sedangkan orang Benuaq di kawasan hulu Kedang Pahu mengaku mereka keturunan '''Ningkah Olo'''. Menurut legenda Ningkah Olo pertama kali turun ke bumi, menginjakkan kakinya di daerah yang disebut dalam Bahasa Benuaq, Luntuq Ayepm (Bukit Trenggiling). Tempat ini diyakini sebagai sebuah bukit yang merupakan ujung dari Jembatan Mahakam, [[Samarinda Seberang]], [[Kota Samarinda]]. Sisa Suku Dayak Benuaq di Kota Samarinda, akhirnya menyingkir ke utara kota, di kawasan Desa Benangaq, Kelurahan Lempake, Kecamatan [[Samarinda Utara]]. Jadi menurut orang [[Dayak]] [[Benuaq]] justru merekalah yang pertama menjejakkan kaki di Bumi [[Samarinda]] jauh sebelum [[Kerajaan Kutai]] resmi berdiri pada abad 4 M. Selanjutnya sebagian keturunannya berangsung-angsur menuju muara [[Sungai Mahakam]] bermukim di [[Jahitan Layar]] dan Tepian Batu dan sekitarnya. Sebagian yang menuju muara Mahakam, selanjutnya berlayar/berjalan ke arah selatan (Balikpapan, Paser dan Penajam). Hal ini mungkin bisa menjelaskan hubungan kekerabatan Dayak Benuaq dan Paser. Orang Benuaq di Kecamatan [[Bongan, Kutai Barat]], berbahasa Benuaq berdialeq Paser Bawo. Sebagian lagi menuju pedalaman [[Sungai Mahakam]]. Sebagian keturunan yang masih 'tertinggal' di [[Tenggarong]], bermukim di Kecamatan Tenggarong dan [[Tenggarong Seberang]].
== Tokoh Dayak Benuaq ==
Baris 55:
#Aloysius Nerekng (Alm). Tokoh Dayak Tonyoy-Benuaq di Kota Balikpapan
#Santi (Pe-Rijoq). yang merupakan Pelopor awal Budaya Rijoq, yang sedemikian berkembang di awal tahun 2000 an, kemudian ada Grup Datai Munte dari Kampung Dasaq yang kemudian melahirkan lagu Rijoq yang cukup indah didengar diciptakan oleh Miyati (Dasaq) yaitu Peruko Nalau, dipopularkan oleh penyanyi Rijoq yang mumpuni yaitu Sigum.
#Petrus Bien. Pencipta Lagu-lagu Rijoq yang Popular, terutama album Tonau. Pada penyelenggaraan [[Pesta Paduan Suara Gerejawi]] (Pesparawi 2022) di Jogjakarta Lagu Rijoq Ciptaan Petrus Bien dinyanyikan Oleh Paduan Suara Dayak Tonyoy-Benuaq dengan sangat membanggakan di Hall Universitas Gajah Mada (UGM) https://www.youtube.com/watch?v=8VJKAvuuYV0&ab_channel=GKSTSIONTOLAI
#Herry Pemangku. pencipta lagu dan aransemen musik yang mumpuni, tokoh muda di bidang seni melahirkan album Pune nete, termasuk Album Rijoq Melan, penyanyi Rijoq Popular ini, bahwa Album ini diaransemen oleh Herry Pemangku, yang memiliki ciri etnic, Rijoq, kombinasi dangdut, dan kreasi musik popular yang menjadi pembeda dari para pelaku seni yang lebih otodidak.
#Melan. Penyanyi Rijoq Popular
Baris 64:
== Penyebaran Geografis Suku Dayak Benuaq ==
Suku Dayak Benuaq dapat ditemui di sekitar wilayah [[Sungai Kedang Pahu]] di pedalaman [[Kalimantan Timur]] dan di daerah [[danau Jempang]]. Di Kalimantan Timur, sebagian besar mendiami [[Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur|Kutai Barat]] dan merupakan salah satu etnis
Karena kedekatan kekerabatan Orang Benuaq dengan Orang [[Lawangan]] dan warga di sepanjang [[Sungai Barito]] umumnya, maka terdengar selentingan pada Orang Benuaq, mereka merasa layak jika Kabupaten Kutai Barat bergabung dengan wacana '''Provinsi Barito Raya'''.
Baris 77:
Perhatikan pula nama-nama bangsawan [[Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura|Kutai Martadipura]] dan [[Kerajaan Kutai|Kutai Kartenagara]], menggunakan gelar [[Aji]]{{id}}[http://lembagaadatkutaiguntungcitra.blogspot.com/2009/05/nama-nama-raja-kutai.html] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150222185917/http://lembagaadatkutaiguntungcitra.blogspot.com/2009/05/nama-nama-raja-kutai.html |date=2015-02-22 }} – bandingkan dengan nama Aji Tullur Jejangkat pendiri Kerajaan [[Sendawar]] (Dayak) – ayah dari Puncan Karna leluhur orang [[Kutai]]. Sisa kebudayaan Hindu yang sama-sama masih tersisa sebagai benang merah adalah [[Belian Kenjong]], [[Belian Dewa]] serta [[Belian Melas]]/Pelas. Ketiga belian tersebut syair/mantranya menggunakan bahasa [[Kutai]].
[[Dayak Benuaq]] dahulu memeluk Agama [[Kaharingan]] barulah pada awal 1990 an Suku ini memeluk [[Kekristenan]] dan [[Islam]].
Agama [[Islam]] lebih dahulu diperkenalkan ke kalangan suku Dayak Benuaq melalui kontak langsung dalam hubungan ekonomi dengan suku Kutai dan Kerajaan Islam Kartanegara, akan tetapi Islam tidak diterima secara luas hal ini dikarenakan Suku Dayak Benuaq sangat memegang teguh adat istiadat mereka, hingga akhir abad ke-19 sangat jarang ditemukan Suku Dayak Benuaq penganut Islam kecuali karena menikah dengan suku suku beragama Islam.
Agama Kristen disebarkan dikalangan Dayak Benuaq pada awal pertengahan abad ke-19, Misi Kristen Protestan dimulai oleh Gereja Kemah Injil Indonesia dan Gereja Kesebangunan Kalam Allah Indonesia dikawasan Kecamatan Nyuatatn, Damai, Muara Lawa, Siluq Ngurai dan Bentian Besar, sementara Misi Katolik tiba belakangan melalui desa Tanjung Jaan di Jempang dan Barong Tongkok, agama Kristen, baik Kristen Protestan maupun Katolik Roma mendominasi secara menyeluruh di kawasan komunitas Dayak Benuaq, Gereja lain yang juga ditemukan diantara komunitas Dayak Benuaq adalah Gereja beraliran Pentakostalisme Karismatik. Sekitar 52.5% populasi Dayak Benuaq berafiliasi dengan Kristen Protestan (Gereja Kemah Injil Indonesia, Gereja Kesebangunan Kalam Allah Indonesia, Gereja Pentakosta di Indonesia dll) sekitar 42.5% anggota Gereja Katolik Roma, 4% menganut Islam dan 1% mempraktikkan Kaharingan.
== Sistem Kepercayaan ==
Dalam buku pelajaran Sejarah Indonesia, [[Animisme]] dan [[Dinamisme]] merupakan kepercayaan nenek moyang bangsa Indonesia
Oleh sebab itu bagi Suku Dayak Benuaq segenap alam semesta termasuk tumbuh-tumbuhan dan hewan harus diperlakukan sebaik-baiknya dengan penuh kasih sayang. Mereka percaya perbuatan semena-mena dan tidak terpuji akan dapat menimbulkan malapetaka. Itu sebabnya selain sikap hormat, mereka berusaha mengelola alam semesta dengan se-arif dan se-bijaksana mungkin.
== Fungsi Patung (Belontakng) dalam Kepercayaan Dayak Benuaq ==
Baris 144 ⟶ 150:
== Prosesi Adat Kematian ==
=== Prosesi adat kematian ===
Prosesi adat kematian Dayak Benuaq dilaksanakan secara berjenjang. Jenjang ini menunjukkan makin membaiknya kehidupan [[roh]] orang yang meninggal di alam baka. Orang Dayak Benuaq percaya bahwa [[alam baqa]] memiliki tingkat kehidupan yang berbeda sesuai dengan tingkat upacara yang dilaksanakan orang yang masih hidup (keluarga dan kerabat).
Baris 149 ⟶ 157:
Secara garis besar terdapat 3 tingkatan acara Adat kematian:
#
#
# [[Kwangkey/Kuangkay|Kwangkay]]
=== Upacara saat kematian ===
Tindakan awal yang dilakukan para keluarga pada saat kematian :<ref>{{Cite web|last=bpcbkaltim|date=2016-03-03|title=DESKRIPSI MAKAM SUKU DAYAK BENUAQ KEL LAMBENG KEC MUARALAWA|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/deskripsi-makam-suku-dayak-benuaq-kel-lambeng-kec-muaralawa/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Kalimantan Timur|language=en-US|access-date=2023-12-27}}</ref>
# Sebelum dianggap mati betul, keluarga akan memukul gong cepat-cepat sebagai tanda ada orang sakit parah. Bagi keluarga yang belum mengetahuinya, mereka akan diberitahukan dengan suara gong itu.
# Setelah dianggap mati/meninggal dunia, mereka akan memukul tambur dup-dup sebagai tanda bahwa orang itu telah mati. Memukul tambur tadi disebut ''neruak''.
# ''Titi'' yaitu memukul sejumlah gong dengan irama silih berganti lambat-lambat. ''Titi'' berlangsung lama untuk memberitahukan para keluarga warga desa yang jauh, sebagai tanda penyertaan keluarga yaitu bersama arwah penunjuk jalan.
# Mayat ditutup sementara dengan kain lalu dipagari dengan kelambu mayat berwarna-warni dan ditambal kain berwarna-warni. Biasanya warna merah/hitam yang paling dominan. Lalu, keluarga menyiapkan air pencuci mayat. Para warga yang datang membantu dengan sukarela. Air dimasukkan ke dalam antang dicampur dengan bahan pewangi seperti jeruk; daun selasih; air kelapa muda; langir wakaai sejenis akar; mayang dari pinang; dan umbut teniq.
# Memandikan mayat yang dilakukan oleh keluarga terdekat mayat sementara yang lain memulai titi lagi. Lalu, mayat didudukkan di atas gong, di atas kepala dibentangkan kain putih yang telah dilobangi kecil-kecil sebagai saringan waktu menjatuhkan air. Mayat dilap agar kering dan bersih lalu dikenakan pakaian, baju dan celana.
# ''Neruhuq''. Jika yang meninggal itu orang dewasa maka dilanjutkan dengan acara ''neruhuq'' yaitu doa kepada dewa sahabat, ''tangai tamui'' dan arwah leluhur agar mereka menjemput dan bila ia mati kena sihir supaya arwah membalasnya (tangan mayat menggenggam sebuah Mandau & daun ''biyowo'') bersamaan dengan alat itu ada tombak, ayam jantan merah disatukan dengan Mandau.
# ''Matik'', yaitu mencap mayat dengan darah ayam. Ambil sepotonh rotan ujungnya dibelah 4 lalu dibakar dan dicelupkan dalam darah ayam. Tempay yang dicap adalah : dahi mayat, pelipis kanan dan kiri, sepanjang tangan, di dada, di belakang dan dipaha/kakinya. Tujuan dari matik adalah pada waktu ia mati banyak dewa sahabat mengatakan ia mati, namun ia menyangkal bahwa ia pulang ke rumah leluhurnya. Lalu para dewa menunjuk tanda mati pada tubuhnya. Pada saat itu ia mengaku bahwa ia memang telah meninggal dunia dan ia memohon pada para dewa untuk mendoakan para keluarga si arwah agar mereka hidup baik, murah rezeki dan umur panjang.
# Mayat dibungkus dengan kain jika ada sampai 7 lapis, dengan bagian luar kain putih. Mayat diiikat, dagu mayat, kedua ibu jari, disatukan agar tidak renggang tetapi rapi. Setelah dibungkus diikat sampai tujah ikat dengan sobekan kain. Mayat ditutupi dengann kain lagi dan payung terbuat dari daun biru sejenis nipah.
# ''Papaat Buhur''. ''Buhur'' ialah tali dari kulit kayu yang dikeringkan dan dibuat delapan simpul atau ikitan. Tali itu digantungkan, lalu sambil berdoa tali itu dibakar ujung bawahnya. Kita lihat sampai mana api itu mati. Jika api mati pada simpul pertama berarti dia meninggal karena umur sudah menentukan. Bila api mati pada tingkat kedua berarti dia mati karena melanggar aturan dalam hidupnya. Bila api mati pada tingkat ketiga maka ia mati karena disihir dengan sesama manusia. Bila api mati pada tingkat keempat maka ia mati karena kepohonan. Bila api mati pada tingkat kelima maka ia mati karena dewa sahabat (''tangai tamui''). Bila api mati pada tingkat pada tingkat keenam maka ia mati karena dewa air yaitu juwata. Bila api mati pada tingkat ketujuh maka ia mati karena dewa jin harimau (''nayuq timang''). Pada tempat api mati itu tukang memohon kepada para dewa dan arwah roh leluhur menuju jalan baru dan janganlah ia lengah dijalan, sebab ditengah jalan bernama saikng serentenapm ada hantu yang suka menyesatkan, inilah tanda dari keluarga mu yaitu sebuah tali, dan alat penuntun untuk menerangi arwah dijalan.
# Musyawarah keluarga. Para keluarga yang telah datang bermusyawarah bersama. Tahap pertama mencari kayu untuk ''lungun.'' Biasanya para keluarga/warga desa datang siap membawa alat untuk membuat ''lungun'' yaitu tempat dari sebuah batang kayu, dilubangi dan diberi tutup dengan rapi. Kaum wanita datang membawa sumbangan berupa beras, garam dan lainnya bila ada dan bila tidak ada mereka juga datang untuk menyatakan rasa dukacita mereka yang sangat mendalam. Pekerjaan dibagi-bagi, ada yang ikut membuat ''lungun'', ada yang tinggal dirumah membuat tangga mayat/''lungun'', tempat membawa lungun ke atas rumah. Pokoknya hari itu sebagai hari berkabung orang sekampung. Biar hanya hadir, kehadiran warga menunjukkan rasa turut berdukacita, saling memperhatikan diwaktu terkena musibah dan saling membantu yang dalam bahasa suku Benuaq disebut ''“sempekat”.'' Setelah lungun selesai, lungun dimasukkan ke dalam rumah melalui tangga baru tadi.
== Bahasa Benuaq ==
Baris 240 ⟶ 262:
* Lagu:
#
* Seni Suara:
#
#
#
* Seni Berpantun:
#
#
#
#
* Seni Tari:
# [[Tari Gantar]]
#
#
* [http://www.youtube.com/watch?v=L0Oc9WeC4yU&feature=related Beliatn]/Penyembuhan Penyakit:
# [[Beliatn Bawo]]
#
#
#
#
#
* Tolak Bala / Hajatan / Selamatan:
#
#
#
#
#
#
* Perkawinan:
#
* Upacara Adat Kematian:
# [[Kwangkey/Kuangkay]]
#
#
== Lagu Daerah Dayak Benuaq ==
Baris 284 ⟶ 306:
== Organisasi Benuaq ==
* [[Tonyoy-Benuaq]]
|