Bahasa Melayu Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RXerself (bicara | kontrib)
→‎Kosakata: unref section
Xbypass (bicara | kontrib)
 
(46 revisi perantara oleh 25 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 4:
| imagecaption = [[Prasasti Kedukan Bukit]] (683) yang ditemukan di Sumatra adalah spesimen [[bahasa Melayu]] tertua yang masih ada.<ref>{{cite book |title=Lost Kingdoms: Hindu-Buddhist Sculpture of Early Southeast Asia |last=Guy |first=John |publisher=Metropolitan Museum of Art |date =2014 |url=https://books.google.com/books?id=vO_-AgAAQBAJ |isbn=9781588395245 |page=21}}</ref>
| nativename = {{lang|omy|Bahasa Melayu Kuno}}
| ethnicity = Para penutur [[Etnisrumpun Melayubahasa Melayik|Melayubahasa-bahasa Malayik]]
| region =
{{plainlist|
Baris 17:
|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| script = [[Aksara Pallawa]]
| iso2 = omy
| iso3 = omy
| glotto = oldm1243
| glottorefname = Old Malay
| notice = IPA
|ancestor=[[Bahasa Proto-MelayuMelayik|Proto-MelayuMelayik]]|fam3=[[Rumpun (?)}}bahasa Melayik|Melayik]]
|contoh_ref=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/prasasti-kedukan-bukit/
'''Bahasa Melayu Kuno''' (atau '''Melayu Kuno''' saja tanpa "bahasa", kadang-kadang disebut pula '''Melayu Tua''', {{Lang-en|Old Malay}}, '''OM''') adalah nama yang digunakan untuk menyebut suatu bahasa yang tertulis pada beberapa prasasti yang berasal dari abad ke-7 hingga abad ke-10 M yang ditemukan di Sumatra dan Jawa. Sebagian besar prasasti yang menjadi sumber korpus Melayu Kuno berkaitan dengan sejarah [[Kerajaan Sriwijaya]].{{sfn|Mahdi|2005|p=182}} Nama "Melayu Kuno" menunjukkan bahwa bahasa ini merupakan pendahulu dari [[Bahasa Melayu|bahasa Melayu Modern]] dan [[bahasa Melayu Klasik]], tetapi para ahli memiliki pandangan berbeda terhadap hal tersebut, begitu pun terhadap persoalan apakah bahasa ini adalah salah satu anggota [[rumpun bahasa Melayik]].{{sfn|Teeuw|1959|p=141-142}}{{sfn|Berg|2004|p=536-541}}{{sfn|Ross|2004|p=98}}{{sfn|Adelaar|2008|p=244-245}}
|contoh_teks_judul= Isi dari [[prasasti kedukan bukit]], sebuah prasasti berbahasa Melayu Kuno yang ditulis dalam [[aksara Pallawa]] tertanggal 1 Mei 683
|contoh_teks= svasti śrī śakavaŕşātīta 605 ekādaśī śu-{{*}}klapakşa vulan vaiśākha ḍapunta hiyaṁ nāyik di{{*}}sāmvau maṅalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa{{*}}vulan jyeşţha ḍapunta hiyaṁ maŕlapas dari Miṉāṅkā{{*}}tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko {{gray|śa(?)}}{{*}}duaratus cāra di sāmvau daṅan jālan sarivu{{*}}tlurātus sapulu dua vañakña dātaṁ di mata jap (mukha upaṃ ?){{*}}sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula[n]... {{gray|(āsāḍha ?)}}{{*}}laghu mudita dātaṁ marvuat vanua ...{{*}}śrīvijaya siddhayātra subhikşa ... {{gray|(nityakāla ?)}}
|contoh_terjemahan=
{{PWB norm text|Bahasa Melayu Umum|https://thepatriots.asia/srivijaya-bukan-empayar-tamil-tetapi-empayar-melayu/}}
''Svasti''! Pada 11 hari bulan separuh ''Vaiśākha'' tahun 605 ''Śaka'', Dapunta Hiyang menaiki sampan untuk mendapatkan ''siddhayātra''. Pada hari ke tujuh iaitu 15 hari bulan separuh ''Jyeṣṭha'', Dapunta Hiyang berlepas dari ''Mināṅa'' membawa 20000 orang bala tentera dengan bekal-bekalan sebanyak 200 peti di sampan diiringi 1312 orang yang berjalan kaki banyaknya datang ke hulu Upang dengan sukacitanya. Pada 15 hari bulan separuh ''āsāḍha'' dengan mudah dan gembiranya datang membuat benua ... ''Śrīvijaya jaya siddhayātra subhikṣa nityakāla''!
{{PWB norm text|Bahasa Indonesia|https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/prasasti-kedukan-bukit/}}
Selamat! Tahun Śaka memasuki 605, pada hari kesebelas, Dapunta Hiyang menaiki sampan untuk mengambil ''siddhayātra''. Pada hari ketujuh, yaitu 15 hari pertama bulan ''Jyeṣṭha'', Dapunta Hiyang meninggalkan ''Mināṅa'' untuk membawa 20.000 orang pasukan tentara dengan perbekalan sebanyak 200 peti di sampan diiringi sebanyak 1312 orang yang berjalan kaki datang ke hulu Upang dengan sukacita. Pada 15 hari pertama bulan ''āsāḍha'' dengan mudah dan gembiranya datang membuat benua ... Sriwijaya jaya ''siddhayātra subhikṣa nityakāla''!
|contoh_suara= Prasasti kedukan bukit.wav
}}
'''Bahasa Melayu Kuno''' (atau '''Melayu Kuno''' saja tanpa "bahasa", terkadang juga disebut sebagai '''Melayu Tua''', {{Lang-en|Old Malay}}, '''OM''') adalah nama yang digunakan untuk menyebut suatu bahasa yang tertulis pada beberapa prasasti yang berasal dari abad ke-7 hingga abad ke-10 M yang ditemukan di Sumatra dan Jawa. Sebagian besar prasasti yang menjadi sumber korpus (bukti tertulis) Melayu Kuno berkaitan dengan sejarah [[Kerajaan Sriwijaya]].{{sfn|Mahdi|2005|p=182}} Nama "Melayu Kuno" menunjukkan bahwa bahasa ini merupakan pendahulu dari [[Bahasa Melayu|bahasa Melayu Modern]] dan [[bahasa Melayu Klasik]], tetapi para ahli memiliki pandangan berbeda terhadap hal tersebut, begitu pun terhadap persoalan apakah bahasa ini adalah salah satu anggota [[rumpun bahasa Melayik]].{{sfn|Teeuw|1959|p=141-142}}{{sfn|Berg|2004|p=536-541}}{{sfn|Ross|2004|p=98}}{{sfn|Adelaar|2008|p=244-245}}
 
[[Bahasa Melayu]] pertama kali digunakan pada milenium pertama yang dikenal sebagai bahasa Melayu Kuno, bagian dari [[rumpun bahasa Austronesia]]. Dalam waktu dua [[milenium]], bahasa Melayu telah mengalami berbagai lapisan pengaruh asing melalui perdagangan antarbangsa, perluasan agama, [[penjajahan]], dan perkembangan tren sosial politik baru. Bentuk bahasa Melayu tertua berasal dari [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|bahasa Melayu-Polinesia Purba]] yang dituturkan oleh pemukim [[Suku bangsa Austronesia|Austronesia]] terawal di [[Asia Tenggara]]. Bentuk ini kemudian berkembang menjadi bahasa Melayu Kuno ketika budaya dan agama India mulai menembusi wilayah ini, kemungkinan besar menggunakan aksara Kawi dan Rencong, kata beberapa peneliti linguistik. Bahasa Melayu Kuno mengandung beberapa istilah yang ada pada saat ini, tetapi tidak dapat dipahami oleh penutur modern, sedangkan bahasa modern sebagian besar sudah dapat dikenali dalam bahasa Melayu Klasik tertulis tahun 1303 M.<ref>{{harvnb|Teeuw|1959|p=149}}</ref>
Baris 34 ⟶ 44:
== Sejarah ==
[[Berkas:Kerinci MSS detail.jpg|thumb|Perincian [[Aksara Rencong]], sistem penulisan yang ditemukan di [[Sumatra]] bagian Tengah.<ref>{{Cite journal |last=Voorhoeve |first=P. |date=1970 |title=Kerintji Documents |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=126 |issue=4 |pages=369–399 |doi=10.1163/22134379-90002797 |doi-access=free}}</ref> Teks itu berbunyi (ejaan Voorhoeve): "haku manangis ma / njaru ka'u ka'u di / saru tijada da / tang [hitu hadik sa]", yang diterjemahkan oleh Voorhoeve sebagai: "Aku menangis menyeru kau. Kau diseru tiada datang" (hitu adik sa- adalah sisa baris ke-4.)]]
Awal [[Era Umum|era umum]] menjadi saksi pengaruh peradaban India yang tumbuh di kepulauan ini. Sebelum kedatangan para pedagang India ke Kepulauan Melayu, bahasa yang digunakan masyarakat setempat dikenal dengan bahasa Melayu Purba. Dengan penyerapan dan penyebaran perbendaharaan kata [[Rumpun bahasa Dravida|Dravida]] dan pengaruh [[Agama Dharmik|agama-agama besar India]] seperti [[Agama Hindu|Hindu]] dan [[Agama Buddha|Buddha]], [[Bahasa Proto-Melayu|bahasa Melayu PurbaPurwa-Malayik]] berkembang menjadi bahasa Melayu Kuno. [[Prasasti Dong Yen Chau]] diyakini berasal dari abad ke-4 M, ditemukan di barat laut Tra Kieu, dekat ibu kota lama [[Kerajaan Champa|Campa]] di [[Indrapura, Champa|Indrapura]], [[Vietnam]] modern.<ref>{{harvnb|Abdul Rashid|Amat Juhari|2006|p=27}}</ref><ref>{{harvnb|Arkib Negara Malaysia|2012}}</ref><ref>{{harvnb|Morrison|1975|pp=52–59}}</ref>  Namun, bahasa ini dianggap ditulis dalam [[Bahasa Cham|bahasa Cam Kuno]] daripada bahasa Melayu Kuno oleh para ahli seperti Graham Thurgood. Spesimen bahasa Melayu Kuno yang tidak menimbulkan perdebatan adalah [[Prasasti Sojomerto]] abad ke-7 M dari [[Jawa Tengah]], [[Prasasti Kedukan Bukit]] dari [[SumatraSumatera Selatan]], dan beberapa prasasti lain yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 yang ditemukan di [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]], [[Jawa]], pulau-pulau lain di [[Kepulauan Sunda]], serta [[Luzon]]. Semua prasasti bahasa Melayu Kuno menggunakan aksara India seperti [[aksara Pallawa]], [[Aksara Nāgarī|Nagari]] atau aksara-aksara Sumatra Kuno yang dipengaruhi India.<ref>{{Cite journal |last=Molen |first=Willem van der |date=2008 |title=The Syair of Minye Tujuh |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=163 |issue=2/3 |pages=356–375 |doi=10.1163/22134379-90003689 |doi-access=free}}</ref>
 
Tata bahasa Melayu Kuno sangat dipengaruhi oleh kitab-kitab [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]] dari segi [[fonem]], [[morfem]], [[kosakata]], dan ciri-ciri keilmuan, terutama apabila kata-kata tersebut berkait erat dengan budaya India seperti [[Puja (agama Hindu)|puja]], [[Bhakti|bakti]], [[kesatria]], [[maharaja]], dan [[Raja (penguasa)|raja]], serta pada agama Hindu-Buddha seperti [[Dvesha (agama Buddha)|dosa]], [[pahala]], [[naraka|neraka]] atau [[Svarga|surga]], puasa, [[swami|sami]], dan [[Wihara|biara]], yang bertahan hingga kini. Bahkan, beberapa orang Melayu tanpa memandang agama pribadi mempunyai nama yang berasal dari [[bahasa Sanskerta]] seperti nama-nama dewa atau pahlawan Hindu India antara lain Putri, Putra, Wira, dan Wati.
 
Secara populer diklaim bahwa bahasa Melayu Kuno prasasti-prasasti [[Sriwijaya]] dari SumatraSumatera Selatan adalah leluhur bahasa Melayu Klasik. Namun, seperti yang dinyatakan oleh beberapa ahli bahasa, hubungan yang tepat antara kedua bahasa ini, baik leluhur maupun bukan, diragukan dan masih tidak pasti.<ref>{{harvnb|Sneddon|2003}}</ref> Hal ini disebabkan adanya sejumlah kekhasan morfologis dan sintaksis, serta imbuhan yang lazim dari [[bahasa Batak]] dan [[Bahasa Jawa|Jawa]] yang berkaitan, tetapi tidak ditemukan bahkan dalam manuskrip-manuskrip bahasa Melayu Klasik. Mungkin saja bahasa prasasti-prasasti Sriwijaya adalah sepupu dekat dan bukannya leluhur bahasa Melayu Klasik.<ref>{{harvnb|Teeuw|1959|pp=141–143}}</ref> Selain itu, walaupun bukti terawal bahasa Melayu Klasik telah ditemukan di Semenanjung Malaya dari tahun 1303, bahasa Melayu Kuno tetap digunakan sebagai bahasa tulisan di Sumatra hingga akhir abad ke-14, dibuktikan dari Prasasti Bukit Gombak bertarikh 1357<ref>{{harvnb|Teeuw|1959|p=148}}</ref> dan manuskrip Tanjung Tanah zaman [[Adityawarman]] (1347–1375). Bahasa Melayu Kuno mencapai kegemilangannya dari abad ke-7 hingga abad ke-14 pada zaman [[kerajaan Sriwijaya]] sebagai [[Basantara|bahasa perantara]] dan [[Administrasi|bahasa penadbiran]].
 
=== Sumber-sumber bahasa Melayu Kuno ===
Baris 44 ⟶ 54:
 
Bahasa Melayu Kuno ditemukan pada prasasti-prasasti berikut (tidak lengkap):
* [[Prasasti Sojomerto]], Desa [[Sojomerto, Reban, Batang|Sojomerto]], Kecamatan [[Reban, Batang]], [[Jawa Tengah]]<ref>{{Cite web |url=http://www.batangkab.go.id/pariwisata/Sejarah_Batang.htm |title=Situs Kabupaten Batang, diakses 7 Juni 2007 |access-date=2009-05-06 |archive-date=2008-03-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080327011308/http://www.batangkab.go.id/pariwisata/Sejarah_Batang.htm |dead-url=yes }}</ref>
* [[Prasasti Kedukan Bukit]],<ref>Coedes, George, (1930), ''Les inscriptions malaises de Çrivijaya'', BEFEO.</ref> [[Palembang]] (605 Saka / [[683]] M, (berbahasa Melayu Kuno, dan beraksara Pallawa)
* [[Prasasti Talang Tuwo]], dekat [[Palembang]] (606 Saka / [[684]] M, huruf Pallawa, ditemukan oleh [[Residen]] [[Louis Constant Westenenk]] tanggal [[17 November]] [[1920]] di sebuah kawasan bernama [[Talang Tuwo]], di sisi barat laut [[Bukit Seguntang]])
* [[Prasasti Kota Kapur]], [[Pulau Bangka]] (608 Saka / [[686]] M, beraksara Pallawa). Prasasti Kota Kapur ditemukan tahun 1892.{{Sfn|Kern|1913|p=393}}
* [[Prasasti Karang Brahi]], [[Kabupaten Merangin]], [[Jambi]] (614 Saka / [[692]] M, beraksara Pallawa)
* [[Prasasti Telaga Batu]], Palembang, [[Sumatra Selatan]], abad ke-7
* [[Prasasti Palas Pasemah]], Palas, [[Lampung]], abad ke-7
* [[Prasasti Hujung Langit]], Hujung Langit, [[Lampung]]
* [[Prasasti Manjusrigrha|Prasasti Mañjuçrighra]], [[Candi Sewu]], [[Prambanan, Klaten]], [[Jawa Tengah]], [[2 November]] [[792]]M<ref name="Pasuruan Regency History"/>
* [[Prasasti Kayumwungan]], Karangtengah, [[Temanggung]], [[Jawa Tengah]], 824 (dwibahasa, Melayu Kuno dan Jawa Kuno)
* [[Prasasti Gandasuli]]Dewa I dan II, [[Candi GondosuliDrabya]], Desa Gondosuli, Kecamatan [[Bulu, TemanggungDieng]], [[Jawa Tengah]], 832<ref name="Pasuruan Regency History">{{Cite web|title=Situs "The History of Pasuruan Regency"|url=http://www.hqcenter.org/a.php?q=1&c=2 |title=Situs "The History of Pasuruan Regency" |access-date=2009-05-06 |archive-date=2007-09-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070927064534/http://www.hqcenter.org/a.php?q=1&c=2 |archive-date=2007-09-27|dead-url=yes |access-date=2009-05-06}}</ref>
* [[Keping Tembaga Laguna]], [[Manila]], [[Filipina]], 900<ref name="Pasuruan Regency History"/>
* [[Prasasti Bukateja]], [[Bukateja, Purbalingga]], [[Jawa Tengah]]<ref name="Pasuruan Regency History"/>
* [[Prasasti Dewa Drabya]], [[Dieng]], [[Jawa Tengah]]<ref name="Pasuruan Regency History"/>
* [[Prasasti Padang Roco]]<ref>Muljana, Slamet, 1981, ''Kuntala, Sriwijaya Dan Suwarnabhumi'', Jakarta: Yayasan Idayu, hlm. 223.</ref> di ([[Kabupaten Dharmasraya]] sekarang) (dwibahasa, Melayu Kuno dan Jawa Kuno)
* [[Prasasti Suruaso]],<ref>Casparis, J. G. de., (1992), ''Kerajaan Malayu dan Adityawarman'', Seminar Sejarah Malayu Kuno, Jambi, 7-8 Desember 1992. Jambi: Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi bekerjasama dengan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jambi, hlm. 235-256.</ref> di [[Suruaso, Tanjung Emas, Tanah Datar|Suruaso]], [[Kabupaten Tanah Datar]] (berbahasa Sanskerta, dan beraksara Melayu)
{| class="wikitable sortable"
|+Sumber sejarah bahasa Melayu Kuno<ref>{{Cite book|last=Griffiths|first=Arlo|date=2018|title=Writing for Eternity: A Survey of Epigraphy in Southeast Asia|location=Paris|publisher=École française d'Extrême-Orient|editor-last=Perret|editor-first=Daniel|pages=275-283|chapter=The Corpus of Inscriptions in the Old Malay Language|url-status=live}}</ref>
!Nama
!Masehi
!Lokasi
!Area
!Afiks
!Catatan
!Referensi
|-
|[[Prasasti Sojomerto|Sojomerto]]
|600-700
Abad ke-7
|Desa [[Sojomerto, Reban, Batang|Sojomerto]], Kecamatan [[Reban, Batang]], [[Jawa Tengah]]
|Jawa Tengah
|
|
|<ref>{{Cite web|title=Situs Kabupaten Batang, diakses 7 Juni 2007|url=http://www.batangkab.go.id/pariwisata/Sejarah_Batang.htm|archive-url=https://web.archive.org/web/20080327011308/http://www.batangkab.go.id/pariwisata/Sejarah_Batang.htm|archive-date=2008-03-27|dead-url=yes|access-date=2009-05-06}}</ref>
|-
|Sabokingking A ([[Prasasti Telaga Batu|Telaga Batu]])
|680-700
|
|Palembang
|''ni-, mar-''
|
|
|-
|Sabokingking B
|680 (sekitar)
|
|Palembang
|
|
|
|-
|[[Prasasti Kedukan Bukit|Kedukan Bukit]]
|683
|
|Palembang
|''mar-''
|605 Saka beraksara Pallawa
|<ref>Coedes, George, (1930), ''Les inscriptions malaises de Çrivijaya'', BEFEO.</ref>
|-
|[[Prasasti Talang Tuwo|Talang Tuwo]]
|684
|
|Palembang
|''ni-, mar-''
|606 Saka /
[[684]] M
huruf Pallawa, ditemukan oleh [[Residen]] [[Louis Constant Westenenk]] tanggal [[17 November]] [[1920]] di sebuah kawasan bernama [[Talang Tuwo]], di sisi barat laut [[Bukit Seguntang]]
|
|-
|[[Prasasti Kota Kapur|Kota Kapur]]
|686
|
|Bangka
|''ni-, mar-''
|608 Saka / [[686]] M, beraksara Pallawa. Penemuan tahun 1892
|{{Sfn|Kern|1913|p=393}}
|-
|[[Prasasti Palas Pasemah|Palas Pasemah]]
|600-700
Abad ke-7
|Palas, [[Lampung]]
|[[Lampung]]
|''ni-''
|
|
|-
|Kambang Purun
|600-700
Abad ke-7
|
|Palembang
|''ni-, mar-''
|
|
|-
|[[Prasasti Karang Berahi|Karang Berahi]]
|692
|[[Kabupaten Merangin]], [[Jambi]]
|[[Jambi]]
|''ni-, mar-''
|614 Saka / [[692]] M, beraksara Pallawa
|
|-
|Boom Baru
|600-700
Abad ke-7
|
|Palembang
|''ni-''
|
|
|-
|Bungkuk
|600-700
Abad ke-7
|
|[[Lampung]]
|''ni-, mar-''
|
|
|-
|Sambas silver foil
|701-900
(Abad VIII-IX)
|
|[[Kalimantan Barat]]
|
|
|
|-
|[[Prasasti Manjusrigrha|Mañjuçrighra]]
|792
|[[Candi Sewu]], [[Prambanan, Klaten]], [[Jawa Tengah]]
|Jawa Tengah
|''mar-''
|[[2 November]] [[792]]M
|<ref name="Pasuruan Regency History" />
|-
|[[Prasasti Bukateja|Bukateja]]
|800
|[[Bukateja, Purbalingga]], [[Jawa Tengah]]
|Jawa Tengah
|
|
|<ref name="Pasuruan Regency History" />
|-
|Dieng
|801-900
Abad ke-9
|Dieng
|Jawa Tengah
|
|
|
|-
|Dang Puhawang Gelis ([[Prasasti Gandasuli|Gandasuli]] I)
|827
|[[Candi Gondosuli]], Desa Gondosuli, Kecamatan [[Bulu, Temanggung]], [[Jawa Tengah]]
|Jawa Tengah
|
|
|
|-
|Sang Hyang Wintang ([[Prasasti Gandasuli|Gandasuli]] II)
|832
|[[Candi Gondosuli]], Desa Gondosuli, Kecamatan [[Bulu, Temanggung]], [[Jawa Tengah]]
|Jawa Tengah
|''di-''
''var-/mar-''
|
|<ref name="Pasuruan Regency History" />
|-
|[[Keping Tembaga Laguna|Laguna]]
|900
|[[Manila]], [[Filipina]]
|[[Luzon]]
|''di-''
''bar-''
|
|
|-
|Bogor (Rakryan Juru Pangambat)
|932
|
|Jawa Barat
|''bar-/mar-''
|
|
|-
|[[Prasasti Hujung Langit|Hujung Langit]]
|997
|Hujung Langit, [[Lampung]]
|[[Lampung]]
|
|
|
|-
|Musi
|[[901]]-[[1000]]
Abad ke-10
|
|Palembang
|
|
|
|-
|Batu Singapura
|[[901]]-[[1000]]
Abad ke-10
|
|[[Singapura]]
|
|
|
|-
|Gunung Tua
|1039
|
|[[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]]
|''bar-''
|
|
|-
|Panai
|[[1001]]-[[1100]]
(Abad XI)
|
|[[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]]
|
|
|
|-
|Tandihat I (Si Joreng Belangah)
|1179
|
|[[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]]
|
|
|
|-
|Rokan (Porlak Dolok)
|[[1101]]-[[1200]]
(Abad XII)
|
|[[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]]
|
|
|
|-
|[[Prasasti Padang Roco|Padang Roco]]
|1286
|
|[[Kabupaten Dharmasraya|Dharmasraya]]
|''di-''
|dwibahasa, Melayu Kuno dan Jawa Kuno
|<ref>Muljana, Slamet, 1981, ''Kuntala, Sriwijaya Dan Suwarnabhumi'', Jakarta: Yayasan Idayu, hlm. 223.</ref>
|-
|Bukit Gombak I
|1356
|
|[[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]]
|''di-, bar-''
|
|
|-
|[[Prasasti Minye Tujoh|Minye Tujoh]]
|1380
|
|[[Aceh]]
|
|
|
|-
|Gudam II
|1301-1400 (Abad XIV)
|
|[[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]]
|''bar-''
|
|
|-
|Lubuk Layang
|1301-1400 (Abad XIV)
|
|[[Kabupaten Pasaman|Pasaman]]
|
|
|
|-
|Si Topayan I
|1401-1500 (Abad XV)
|
|[[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]]
|''ba-''
|
|
|-
|Si Topayan II
|1401-1500 (Abad XV)
|
|[[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]]
|''ba-''
|
|
|-
|Ulu Belu
|1401-1500 (Abad XV)
|
|[[Lampung]]
|
|
|
|-
|Dadak
|1401-1500 (Abad XV)
|
|[[Lampung]]
|''bar-''
|
|
|-
|Ahmat Majanu Pangkalan Kempas
|1467/8
|
|[[Malaya]]
|''bar-''
|
|
|}
 
== Penggolongan ==
Baris 68 ⟶ 378:
 
== Ciri-ciri ==
Dari berbagai sumber naskah dan prasasti tampak sekali pengaruh dari bahasa Sanskerta melalui banyak kata-kata yang dipinjam dari bahasa itu serta bunyi-bunyi konsonan aspiratif seperti bh, ch, th, ph, dh, kh, h (Contoh: ''sukhatchitta''). Namun struktur kalimat jelas bersifat MelayuMalayik atau berkemelayuan, serta juga Austronesia, seperti adanya [[imbuhan]] (''affix''). Imbuhan-imbuhan ini dapat dilacak hubungannya dengan bentuk imbuhan bahasa Melayu Klasik atau bahasa Melayu,<ref name=mahdi>Mahdi W. 2005. Old Malay. Dalam: Adelaar K.A. & Himmelmann N. (penyunting) ''The Austronesian languages of Asia and Madagascar''. Routledge. Hal. 197. </ref> seperti awalan ''mar-'' (''ber-'' dalam bahasa Melayu Klasik dan Melayu), ''ni-'' (''di-''), ''nipar-'' (''diper-''), ''maN-'' (''meN-''), ''ka-'' (''ter-'', juga ''ke'' pada [[bahasa Betawi]]), dan ''maka-'' (''ter-'').
 
Pronomina (kata ganti) pribadi, seperti juga bahasa Melayu, juga terdiri dari pronomina independen dan pronomina ekliktik (genitif):<ref>Mahdi W. 2005. ''ibid.''. Hal. 196.</ref> 1s = aku, -ku/-nku, 2p = kamu, mamu, 3s = iya, nya, 3p (hormat) = sida, -da,-nda, 2p (divinum) = kita, -ta/-nta.
Baris 76 ⟶ 386:
==Kosakata==
{{Bagian tanpa referensi|date=Agustus 2022}}
Bahasa Melayu Kuno banyak dipengaruhi oleh sistem  bahasa Sanskerta. Hal ini karena kebanyakan masyarakat Melayu ketika itu beragama Hindu dan Bahasa Sanskerta telah menjadi bahasa bangsawan dan mempunyai hierarki yang tinggi. Selain itu, sifat bahasa Melayu yang mudah lentur sesuai keadaan juga menjadi salah satu penyebab bahasa asing seperti Sanskerta diterima. Hal ini dapat dibuktikan dari pengaruh tulisan atau [[aksara Pallawa]] dan  [[Aksara Dewanagari|Dewanagari]] yang berasal dari India, kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, rangkai-rangkai kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, dan fonem-fonem Sanskerta. Pengaruh bahasa Sanskerta ini menyebabkan penambahan kosakata bahasa Melayu Kuno. Contoh kata yang diambil dari bahasa Sanskerta seperti syukasyitta, athava, karana, tatakala, dan sebagainya. Bahasa Melayu Kuno tidak mempunyai pengaruh [[Persia|Parsi]] atau Arab.
 
Hubungan antara Melayu Kuno dan Melayu Modern dapat dilihat dari kata-kata yang bertahan dari dahulu sampai sekarang seperti curi, makan, tanam, air, dan sebagainya, serta kata-kata yang mempunyai bentuk atau format yang serupa seperti dalam tabel-tabel dibawah:
Baris 112 ⟶ 422:
|-
| vatu || batu
|-
|tawad
|tabat (tebat, kolam)
|-
|vala
|bala (tentara)
|-
|rumwiya
|rumbia
|-
|haur
|aur
|-
|wuluh
|buluh
|-
|pattung
|betung (bambu)
|-
|niyur
|nyiur
|}
=== Awalan ni- menjadi di- ===
Baris 143 ⟶ 474:
|-
| marppadah || berpadah
|-
|marsila
|bersila
|-
|marwuddhi
|berbudi
|-
|marjahati
|menjahati / berbuat jahat
|}
 
Baris 154 ⟶ 494:
|-
| vuahna || buahnya
|}
 
===''' Akhiran -ku adalah singkatan aku yang masih digunakan sampai sekarang''' ===
 
'''Contohnya''':
Baris 165 ⟶ 505:
=== Ringkasan ===
Secara singkat, berikut ciri-ciri bahasa Melayu Kuno
:* PenuhMengandung denganbanyak kata-kata serapan dari bahasa Sanskerta seperti tatkala, atau, dan sebagainya
:* Bunyi b adalah w dalam bahasa Melayu Kuno. Contohnya, bulan adalah wulan
:* Bunyi e pepet tidak ada. Contoh: dengan - dngan atau dangan