Al-Ghazali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah Data
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(19 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Refimprove}}{{terjemah|Melayu}}
{{Redirect|Al Ghazali|pemeran Indonesia|Al Ghazali (pemeran)}}
{{Infobox_Philosopher
Baris 10:
|fullname = Abū Ḥāmed Muḥammad ibn Muḥammad al-Ghazālī
|birth_date = 1058
|birth_place = [[Tus, Iran]], [[Kesultanan Seljuk Raya]]
|death_date = 1111
|death_place = Thus, Khorasan [[Kesultanan Seljuk Raya]]
|school_tradition = [[Sunni|Ahlus Sunnah, Asy'ariyah]], [[AhlulHujjatul Haditsislam]], [[Mazhab Syafi'i|Syafi'i]]
|main_interests = [[Teologi]], [[Filsafat Islam]], [[Fikih]], [[Sufisme]], [[Mistisisme]], [[Psikologi]], [[Logika]], [[Kosmologi]]
|notable_ideas = [[skeptisisme]], [[okasionalisme]]
|major_works = ''Ihya' ulum al-din'', ''Tahafut al-Falasifa'' dan lain sebagainya
|influences = [[Al-Qur'an]], [[Muhammad]], [[Imam Asy-Syafi'i|Imam Syafi'i]], [[Abu al-Hasan al-Asy'ari]], [[al-Juwayni]], [[Avicenna]]
|influenced = [[Ibnu Rusyd]], [[Nicholas of Autrecourt]], [[Thomas Aquinas|Aquinas]], [[Abdul-Qader Bedil]], [[René Descartes|Descartes]], [[Maimonides]], [[Ramón Martí]], [[Fakhr al-Din al-Razi|Fakhruddin Razi]], [[Ahmad Sirhindi]], [[Shah Waliullah]]
}}
'''Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al -Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i ({{lang-ar|ابو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي الشافعي}})''' ({{tahun mati dan umur|1058|1111|hlahir=450 H|hmati=14 Jumadil Akhir 505 H|tlahir=Thus|tmati=Thus}}) adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai ''Algazel'' di dunia Barat abad Pertengahan.<ref>{{cite book|title=Philosophers and Religious Leaders: Volume 2 dari Lives and Legacies|url=https://archive.org/details/philosophersreli0000unse|author=Christian D. Von Dehsen|year=1999|publisher=Greenwood Publishing Group|pages=[https://archive.org/details/philosophersreli0000unse/page/75 75]|isbn=978-157-356-152-5}}</ref><ref>{{cite book|title=Al-Ghazali|author=Hermawan|coauthors = Karung Mutiara, Jitet Koestana|year=1997|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|Location=Jakarta|pages=vii|isbn=979-902-308-4}}</ref><ref>{{id}} {{cite book|last=Husaini|first=Adian|year=2006|url=http://books.google.co.id/books?id=GU6A9UJs-SoC&lpg=PA9&dq=perang%20salib&pg=PA9#v=onepage&q=perang%20salib&f=false|title=Hegemoni Kristen-Barat dalam studi Islam di perguruan tinggi|publisher=Gema Insani|isbn=9795600982|pages=9|access-date=2011-05-27|archive-date=2015-04-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20150402093333/http://books.google.co.id/books?id=GU6A9UJs-SoC&lpg=PA9&dq=perang%20salib&pg=PA9#v=onepage&q=perang%20salib&f=false|archive-date=2015-04-02|dead-url=no}}ISBN 978-979-560-098-5</ref>
 
Ia berkuniah '''Abu Hamid''' karena salah seorang anaknya bernama Hamid.{{fact}} Gelar dia '''al-Ghazali ath-Thusi''' berkaitan dengan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya yaitu [[Ghazalah]] di [[Bandar Thus]], [[Khurasan]], [[Persia]] (kini [[Iran]]). Sedangkan gelar '''asy-Syafi'i''' menunjukkan bahwa dia bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia.<ref>Jane I. Smith, ''Islam in America'', p. 36. {{ISBN|0231519990}}</ref><ref>Dhahabi, Siyar, 4.566</ref><ref>Willard Gurdon Oxtoby, Oxford University Press, 1996, p 421</ref> Ia pernah memegang jabatan sebagai Naib Kanselor di [[Madrasah Nizhamiyah]], pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
 
Ia dianggap sebagai [[Mujaddid]] abad ke-5, seorang pembaru iman; yang, menurut [[Hadis|hadis]] kenabian, muncul setiap 100 tahun sekali untuk memulihkan iman Komunitas Islam. Karya-karyanya sangat diakui oleh orang-orang sezamannya sehingga al-Ghazali dianugerahi gelar kehormatan ''"Bukti Islam"'' ([[Hujjatul Islam|Hujjat al-Islam]]).<ref>{{Cite book|url=https://archive.org/details/interpretingisla00zhuz|url-access=registration|quote=Ghazali Revival ihya.|title=Interpreting Islam: Bandali Jawzi's Islamic Intellectual History|last=Sonn|first=Tamara|date=1996-10-10|publisher=Oxford University Press|isbn=9780195356564|pages=[https://archive.org/details/interpretingisla00zhuz/page/30 30]|language=en}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=q1I0pcrFFSUC&q=Ghazali+Revival+Sciences&pg=PA191|title=The Princeton Encyclopedia of Islamic Political Thought|last1=Böwering|first1=Gerhard|last2=Crone|first2=Patricia|last3=Mirza|first3=Mahan|last4=Kadi|first4=Wadad|last5=Zaman|first5=Muhammad Qasim|last6=Stewart|first6=Devin J.|date=2013|publisher=Princeton University Press|isbn=978-0691134840|pages=191|language=en}}</ref>
 
Al-Ghazali percaya bahwa tradisi spiritual Islam telah hampir mati dan bahwa ilmu-ilmu spiritual yang diajarkan oleh generasi pertama umat Islam telah dilupakan. Keyakinan ini mendorongnya untuk menulis magnum opusnya yang berjudul [[Ihya Ulumuddin]] ({{translit}} ''Kebangkitan Ilmu Pengetahuan Agama'').  Di antara karya-karyanya yang lain, [[Tahafut al-Falasifah]] (''Incoherence of the Philosophers'' {{translit}} ''Inkohorensi Para Filsuf'') adalah tengara dalam sejarah filsafat, karena memajukan kritik terhadap sains Aristotelian yang dikembangkan kemudian di Eropa abad ke-14.<ref name="Algazel">{{Cite book|url=https://plato.stanford.edu/archives/win2016/entries/al-ghazali/|title=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|last=Griffel|first=Frank|date=2016|publisher=Metaphysics Research Lab, Stanford University|editor-last=Zalta|editor-first=Edward N.|edition=Winter 2016}}</ref>
 
== Pelafalan Nama Al-Ghazali ==
Yang lebih tepat sebenarnya adalah melafalkannya ''Al-GhozzaliGhozali'' ( الْغَزَّالِيُّالْغَزَالِيُّ ), yakni dengan tidak mentasydidkan huruf zay. Alasannya, lafaz Al-GhazzaliGhazali berasal dari kata ''GhozzalGhaza'' ( الْغَزَّالُالْغَزَ ) yangnama bermaknasebuah tukangdesa tenunkecil di thus. Al-GhozzaliGhozali dinisbatkan pada pekerjaankampung inikelahiranya karenaGhaza, ayahnya adalah seorang tukang tenun bulu yang hasilnya dijual padakota tokonyaThus. Laqob ini sama seperti orang yang diberi gelar ''‘atthori''Al-Bukhari (العطّاري ) karena dia penjual minyak wangiyang atauberarti ''khobbaziKota bukhara'' (الخبّازيDan )lain karena dia menjual rotisebagainya. '''IbnuPutrinya ‘Imad'''berkata berkata:
 
Sungguh celaka orang yang memberikan gelar Al-Ghazzali kepada ayah kami.<ref>{{Cite book|last=Djamaludin|first=Mahbub|date=2018|title=Imam Al-Ghazali Sang Ensiklopedia Zaman|location=Sukmajaya|publisher=Penerbit Senja|isbn=978-602-71822-1-9|pages=27-29|url-status=live}}</ref>”
شذرات الذهب في أخبار من ذهب (6/ 19)
 
والغزّالي: هو الغزّال، وكذا العطّاري والخبّازي ، على لغة أهل خراسان. قاله في «العبر» .وقال الإسنوي في «طبقاته» : الغزّالي إمام باسمه تنشرح الصدور، وتحيا النفوس، وبرسمه تفتخر المحابر وتهتزّ الطّروس، وبسماعه تخشع الأصوات وتخضع الرؤوس.
 
ولد بطوس، سنة خمسين وأربعمائة، وكان والده يغزل الصّوف ويبيعه في حانوته
 
“''Al Ghozzali bermakna Al Ghozzal yakni tukang tenun. Demikian pula Al-‘Atthori yang bermakna tukang parfum dan Al Khobbazi yang bermakna tukang roti menurut istilah penduduk Khurosan. Demikianlah yang beliau katakan dalam kitab Al ‘Ibar. Al Isnawi berkata dalam Thobaqotnya, Al Ghozzali adalah seorang imam yang dengan namanya dada menjadi lapang, jiwa menjadi hidup, tinta-tinta menjadi berbangga ketika menulis namanya, kertas-kertas terguncang mendengar namanya, suara-suara akan jadi khusyuk dan kepala-kepala akan tertunduk. Beliau dilahirkan di Thus tahun 450 H. Ayahnya menenun bulu dan menjualnya di tokonya''.<ref>{{Cite web|url=http://irtaqi.net/2016/10/31/al-ghozali-ataukah-al-ghozzali/|title=AL-GHOZALI ATAUKAH AL-GHOZZALI?|last=Admin|date=2016-10-31|website=IRTAQI {{!}} Jadilah Benih Kebangkitan Islam|access-date=2016-11-12|archive-date=2016-11-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20161112212857/http://irtaqi.net/2016/10/31/al-ghozali-ataukah-al-ghozzali/|dead-url=no}}</ref>”
 
== Kelahiran ==
Al-Ghazali lahir di [[Tus, [[Khorasan RayaIran|Tus, Khurasan]]. Wilayah kelahirannya dekat dengan Meshded. Pada masa lalu, wilayah ini merupakan bekas [[Kekaisaran Persia]]. Al-Ghazali hidup dalam masa pemerintahan [[Kekhalifahan Abbasiyah]] yang memerintah daerah ini sejak abad ke-8 Masehi. Wilayah tempat tinggal al-Ghazali merupakan tempat berkumpul dari para penyair, dan penulis sekaligus pengajar keagamaan.<ref name=":0">{{Cite book|last=Smith|first=Margareth|date=2000|url=http://repository.uinsu.ac.id/2888/1/Pemikiran%20dan%20doktrin%20mistis.pdf|title=Pemikiran dan Doktrin Mistis Imam Al-Ghazali|location=Jakarta|publisher=Riora Cipta|isbn=979-95936-0-3|pages=1|url-status=live|access-date=2022-03-03|archive-date=2018-11-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20181103060439/http://repository.uinsu.ac.id/2888/1/Pemikiran%20dan%20doktrin%20mistis.pdf|dead-url=no}}</ref> Masa kelahiran al-Ghazali sudah dikategorikan dalam masa kemunduran kekuatan Islam dalam pemerintahan [[Kekhalifahan Abbasiyah]]. Pada masa ini banyak terjadi konflik internal yang berlangsung lama dan terus berlanjut.{{Sfn|Zaini|2016|p=149}}
 
Tus yang menjadi tempat kelahiran dari al-Ghazali merupakan sebuah kota yang berukuran besar. Kota ini memiliki kepadatan [[penduduk]] yang tinggi dan tata ruang bangunan yang rapi. Jumlah penduduknya lebih banyak dari dua kota di dekatnya, yaitu Thabaristan dan Nawqan. Lingkungan kota Tus dikelilingi oleh pepohonan yang tumbuh dengan subur. Sekeliling kota merupakan wilayah pengunungan yang mengandung banyak mineral.<ref name=":0" /> [[Kampung|Perkampungan]] tempat kelahiran al-Ghazali bernama Ghazaleh. Al-Ghazali lahir pada tahun 450 Hijriah atau sekitar tahun 1059 Masehi.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=17}}
 
== Keluarga ==
Ayah dari al-Ghazali bekerja sebagai pemintal dan penjual wol. Ayahnya dikenal sebagai orang yang memiliki pengabdian dalam menuntu ilmu agama. Ketika memiliki waktu luang sehabis bekerja, ia selalu mendatangai para tokoh agama dan para ahli fikih untuk mendengarkan nasihat-nasihat. Sifat dan kepribadian ayahnya kurang diketahui. Ketika masih dalam usia anak-anak, ayahnya wafat. Ia meninggalkan al-Ghazali bersama saudara kandung laki-lakinya yang bernama Ahmad.{{Sfn|Zaini|2016|p=150}}
 
== Sifat Pribadi ==
Al-Ghazali mempunyai [[Ingatan|daya ingat]] yang kuat. Dalam memberikan [[argumentasi]], ia bersikap bijak. Karena kemampuan tersebut, ia diberi gelar sebagai ''[[Hujjatul Islam]].'' Ia sangat dihormati di dua pusat [[kekuasaan]] Islam pada masanya, yaitu [[Dinasti Seljuk]] dan Dinasti Abbasiyah. Imam al-Ghazali sangat mencintai [[ilmu]] dan pengetahuan sehingga ia menguasai banyak bidang ilmu. Dalam menuntu ilmu, ia melakukan kegiatan pengembaraan dengan meninggalkan seluruh kesenangan hidup yang dimilikinya.{{Sfn|Zaini|2016|p=152}} Sebelum dia memulai pengembaraan, dia telah mempelajari karya ahli sufi ternama seperti ''al-Junaid Sabili'' dan ''Bayazid Busthami''. Imam al-Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat suci di daerah Islam yang luas seperti [[Mekkah]], [[Madinah]], [[Jerusalem]] dan [[Mesir]]. Ia terkenal sebagai ahli [[filsafat Islam]] yang telah mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil lagi dia telah dididik dengan [[akhlak]] yang mulia. Hal ini menyebabkan dia benci kepada sifat [[riya]], megah, sombong, takabur dan sifat-sifat tercela yang lain. Ia sangat kuat beribadat, wara', zuhud dan tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan, kemegahan dan mencari sesuatu untuk mendapat [[ridha]] [[Allah]] SWT.
 
== Pendidikan ==
Pendidikan dari al-Ghazali sangat diperhatikan oleh ayahnya. Ayahnya sendiri tidak dapat membaca dan keluarganya hidup dalam kemiskinan. Sebelum kematian ayahnya, al-Ghazali dititipkan kepada salah seorang sahabatnya agar mengurus persoalan pendidikan dari al-Ghazali dan saudaranya yang bernama Ahmad.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=18}}
 
Al-Ghazali menempuh pendidikan dasar di kota Tus.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=17}} Ia mulai belajar ilmu agama tingkat dasar dari seorang guru bernama Ahmad bin Muhammad Razkafi.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=18}} Pada tingkat dasar, dia mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini membolehkan dia menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab minatnya yang mendalam terhadap ilmu, dia mula mempelajari ilmu [[ushuluddin]], ilmu [[mantiq]], usul [[fiqih]],[[filsafat]], dan mempelajari segala pendapat keeempat [[mazhab]] hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu, dia melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu [[fiqih]], Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di [[Naisabur]]. Oleh sebab Imam al-Ghazali memiliki ketinggian ilmu, dia telah dilantik menjadi mahaguru di [[Madrasah Nizhamiyah]] (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di [[Baghdad]] pada tahun 484 Hijrah. Kemudian dia dilantik pula sebagai Naib Kanselor di sana. Ia telah mengembara ke beberapa tempat seperti [[Mekkah]], [[Madinah]], [[Mesir]] dan [[Jerusalem]] untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, dia menulis kitab ''[[Ihya Ulumuddin]]'' yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan pemikiran manusia dalam semua masalah.
Baris 75 ⟶ 68:
 
=== Ilmu kalam ===
Pengetahuan awal dari al-Ghazali berasal dari gurunya yang bernama al-Juwaini. Karena pengajaran dari gurunya, ia menjadi ragu-ragu dengan ilmu [[kalam]]. Pada masa hidupnya, terdapat banyak aliran pemikiran mengenai ilmu kalam. Masing-masing aliran ini memiliki pemikiran yang bertentangan. Hal inilah yang membuat al-Ghazali ragu mengenai kebenaran ilmu kalam dari masing-masing aliran pemikiran tersebut. Keraguan dan pencarian kebenaran ini dikemukakannya dalam kitabnya yang berjudul al-Munqiz min al-Dalal. Ia menyebutkan di dalam kitabnya ini bahwa kebenaran yang dicarinya adalah kebenaran mutlak. Kebenaran ini diumpamakannya seperti hasil mutlak dari angka yang sudah pasti memiliki kedudukan yang lebih tinggi dengan angka lain yang nilainya lebih kecil.{{Sfn|Zaini|2016|p=148}}
 
=== Tasawuf ===
Al-Ghazali merupakan salah satu penganut [[sufisme]] pada abad ke-5 Hijriah. Kecenderungannya kepada sufisme didasari oleh kehidupannya yang terbagi menjadi dua [[gaya hidup]]. Pada masa mudanya, al-Ghazali menekuni ilmu dengan semangat yang tinggi hingga akhirnya menjadi pengajar di Perguruan Nizamiyah. Kehidupannya saat itu diliputi dengan kekayaan. Setelah ia memperoleh kekayaan dan jabatan, ia mulai meragukan keadaannya tersebut. Al-Ghazali mengalami perubahan kehidupan setelah ia mengalami pengalaman tasawuf. Gaya hidup keduanya diliputi oleh ketenangan dan ketenteraman dengan menjadi penulis. Pada gaya hidup keduanya ini, ia banyak menulis tentang tasawuf.{{Sfn|Zaini|2016|p=148}}<ref>{{Cite journal|last=Busro|first=Busro|date=2017|title=Doktrin Mistisisme Al-Ghazali (Sufisme sebagai Etape Perjalanan Spiritual)|url=https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/syifa-al-qulub/article/view/2392|journal=Syifa Al-Qulub|volume=2|issue=1|pages=35-46|doi=10.15575/saq.v2i1.2392}}</ref>
 
Al-Ghazali membagi perjalanan untuk menjadi sufi menjadi enam tahap. Tahap pertama adalah [[Pertobatan dalam Islam|pertobatan]]. Persyaratan yang perlu dipenuhi untuk pertobatan adalah adanya ilmu, sikap, dan tindakan. Ilmu berupa pengetahuan tentang bahaya yang diakibatkan oleh [[Dosa besar dalam Islam|dosa besar]]. Ilmu ini kemudian mengakibatkan sikap penyesalan dan kesedihan yang kemudian berubah menjadi tindakan untuk bertobat. Pertobatan ini dilakukan dengan kesadaran yang disertai tekad untuk todak mengulangi perbuatan dosa. Tahap kedua adalah kesabaran. Al-Ghazali membagi jiwa manusia menjadi tiga daya, yaitu daya nalar, daya berbuat baik, dan daya berbuat jahat. Kesabaran dicapai oleh seseorang jika daya berbuat baik dapat mempengaruhi daya berbuat jahat. Tahapan ketiga adalah kefakiran. Ia mengartikannya sebagai usaha untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang diperlukan. Setiap keperluan yang merupakan kebutuhan harus diteliti dengan seksama mengenai kehalalan, keharaman dan kemubahannya. Kebutuhan yang haram atau meragukan harus ditinggalkan meskipun diperlukan. Tahapan keempat adalah zuhud. Zuhud diartikan sebagai upayameninggalkan kesenangan duniawi dan hanya mengharapkan kesenangan ukhrawi. Tahapan kelima adalah [[tawakal]]. Tahapan ini dapat dicapai dengan meyakini secara teguh bahwa Allah adalah Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih dan Maha Pemurah serta Maha Adil. Pencapaian tahapan ini dilakukan dengan berserah diri sepenuhnya kepada keputusan AllagAllah terhadap manusia. Tahapan keenam adalah [[makrifat]]. Pada tahapan ini, manusia diyakini telah mengetahui rahasia Allah dan mengetahui peraturan-peraturan-Nya tentang segala yang ada. Tingkat pengetahuan makrifat lebih tinggi dibandingkan pengetahuan yang diperoleh oleh akal. Puncak dari makrifat adalah timbulnya perasaan mencintai Tuhan.{{Sfn|Zaini|2016|p=153-154}}
 
== Pemikiran tentang filsafat ==
Baris 90 ⟶ 83:
 
=== Pendidikan dan pengajaran ===
Dalam pemikiran al-Ghazali, pengajaran dan pendidikan merupakan penyebab manusia memperoleh derajat yang tinggi di antara makhluk ciptaan lainnya di Bumi. Manusia menjadi terhormat karena memiliki ilmu dan amal.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=14}}
 
=== Kurikulum ===
Al-Ghazali menyusun sebuah [[organisasi]] dalam kurikulum yang disebut kurikulum inti. Kurikulum ini berlaku bagi keagamaan maupun keduniawian. Dalam pandangan Al-Ghazali, mata pelajaran di dalam kurikulum bersifat terpisah. Masing-masing mata pelajaran memiliki subjek yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Namun, masing-masing tetap memiliki hubungan satu sama lain. Al-Ghazali menganggap bahwa ilmu merupakan bagian-bagian yang terpisah yang tersusun menjadi sebuah kesatuan. Ia membagi ilmu [[fardu kifayah]], ilmu [[fardu ain]] dan ilmu [[mubah]]. Tujuan pembagian ilmu ini sebagai bentuk pemilihan pengetahuan yang dibutuhkan oleh masyarakat muslim dan pengatahuan yang menjadi syarat untuk mempelajari dan melengkapinya.{{Sfn|Sabda|2008|p=101}}
 
Al-Ghazali menetapkan ilmu-ilmu pokok keagamaan sebagai ilmu fardu ain. Ilmu ini menjadi pusat perhatian utama dalam [[pendidikan]]. Ilmu fardu ain ini menjadi pengarah dan pengendali bagi pengembangan bidang keilmuan yang lainnya. Sedangkan ilmu fardu kifayah dan ilmu mubah menjadi dasar bagi pengembangan ilmu yang lainnya.{{Sfn|Sabda|2008|p=101-102}}
 
=== Pendidikan karakter ===
Baris 104 ⟶ 97:
Al-Ghazali meyakini bahwa perbuatan anak-anak ditentukan oleh [[kebiasaan]] yang diajarkan kepadanya. Bila ia dibiasakan untuk berbuat baik, maka ia akan melakukan perbuatan baik. Sebaliknya, jika ia dibiasakan berbuat buruk, maka ia akan melakukan perbuatan buruk.{{Sfn|Saepuddin|2019|p=12}}
 
=== Pendidikan akidahaqidah ===
Menurut al-Ghazali, pendidikan akidah harus dicegah dari timbulnya [[kesesatan]]. Karenanya. pendidikan harus memiliki strategi pembelajaran yang tepat. Al-Ghazali menolak pendapat dari mazhab Muktazilah mengenai kewajiban semua orang untuk berdebat mengenai akidah dalam konteks ilmu kalam. Hal ini ditolaknya karena al-Ghazali meyakini bahwa ilmu kalam yang dikaji oleh orang awam akan menimbulkan kebingungan bagi dirinya sendiri. Al-Ghazali tidak mengharamkan ilmu kalam, karena menurutnya ilmu ini dapat mengarahkan akidah seseorang dalam pencegahan dari kelompok ahli bidahbid'ah atau kelompok pemikiran selain Islam.{{Sfn|Romadlon dan Septi|2020|p=1}}
 
Dalam pembelajaran akidah, al-Ghazali memberikan sebuah metode khussu bagi anak kecil dan bagi orang awam. Ia mengajarkan akidah dengan menggunakan ayat Al-Qur’an dan hadis yang penyampaiannya dilakukan dengan [[retorika]] yang tepat. Ia melarang pembelajaran ilmu kalam bagi orang yang tidak memenuhi persyaratan keilmuan untuk mempelajarinya.{{Sfn|Romadlon dan Septi|2020|p=2}}
Baris 146 ⟶ 139:
{{Navbox Ulama Ahli Fiqih Mazhab Syafi'i}}
 
{{DEFAULTSORT:Al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i, Abu Hamid Muhammad bin}}
{{Commonscat|Al-Ghazali}}
 
[[Kategori:Ulama|Abu Hamid Muhammad al-Ghazali]]
{{DEFAULTSORT:Al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i, Abu Hamid Muhammad bin}}
[[Kategori:Ulama Sunni|Abu Hamid Muhammad al-Ghazali]]
[[Kategori:Filsuf Islam|Abu Hamid Muhammad al-Ghazali]]
[[Kategori:Cendekiawan Muslim|Abu Hamid Muhammad al-Ghazali]]
[[Kategori:Mazhab Syafi'i|Abu Hamid Muhammad al-Ghazali]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-6 H|Abu Hamid Muhammad al-Ghazali]]