Nurtanio Pringgoadisuryo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RushingBot (bicara | kontrib)
k top: hapus templat bendera per MOS:BENDERA, replaced: {{flag|Indonesia}} → Indonesia
Achmad Suharto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|honorific-suffix =
|name = Nurtanio Pringgoadisuryo
|image = Nurtanio.jpg
|birth_date = {{Birth date|1923|12|3}}
|birth_place = [[Kandangan]], [[Kalimantan Selatan]]
Baris 10:
|allegiance = [[Indonesia]]
|serviceyears =
|rank = [[Berkas:Pdu20-TNI marsdatniAir komandoForce-MG.pngsvg|25px]] [[Marsekal Muda]] [[TNI]]
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Air Force.svg|25px]] [[TNI Angkatan Udara]]
|unit = [[Penerbang|Korps Penerbang]]
Baris 30:
'''[[Marsda|Marsekal Muda]] [[TNI]] ([[Anumerta|Anm.]]) Nurtanio Pringgoadisuryo''' (dikenal juga dengan nama '''L.M.U Nurtanio''', '''LMU Nurtanio''')<ref name="nurtanio1">{{cite web|url=http://www.pelita.or.id/baca.php?id=21117|title=Kekuatan Udara Nasional, Antara Fakta dan Khayalan|accessdate=24-02-2013|archive-date=2016-12-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20161220232143/http://www.pelita.or.id/baca.php?id=21117|dead-url=yes}}</ref><ref name="nurtanio2">{{cite web|url=http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/388301/|title=Mengenang Nurtanio|accessdate=24-02-2013}}</ref><ref name="nurtanio3">{{cite web|url=http://web.tni.mil.id/view-2539-nurtanio-pendiri-industri-pesawat-terbang.html|title=NURTANIO, PENDIRI INDUSTRI PESAWAT TERBANG|accessdate=24-02-2013|archive-date=2013-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20130419124204/http://web.tni.mil.id/view-2539-nurtanio-pendiri-industri-pesawat-terbang.html|dead-url=yes}}</ref> ({{lahirmati|[[Kandangan]], [[Kalimantan Selatan]]|3|12|1923|[[Bandung]]|21|3|1966}}) adalah sebagai [[Dirgantara Indonesia|perintis industri penerbangan]] Indonesia. Bersama [[Wiweko Soepono]], Nurtanio membuat pesawat layang [[Zogling NWG]] (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun [[1947]]. Ia membuat pesawat pertama ''all metal'' dan ''fighter'' Indonesia yang dinamai ''Sikumbang'', disusul dengan ''Kunang-kunang'' (mesin ''VW'') dan ''Belalang'', dan ''Gelatik'' (aslinya ''Wilga'') serta mempersiapkan produksi F-27.
 
Cita-citanya besar, keliling dunia dengan [[pesawat terbang]] buatan bangsanya. Untuk itu, disiapkanya pesawat ''Arev'' (''Api Revolusi''), dari bekas rongsokan [[Super Aero]] buatan [[Cekoslowakia]] yang tergeletak di [[Bandar Udara Kemayoran|Kemayoran]]. Karena dedikasinya yang tinggi, setelah Nurtanio gugur dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (sekarang IPT-Nusantara/IPTN/PT [[Dirgantara Indonesia]]). dan [[Universitas Nurtanio Bandung]]
 
Cita-cita dan keinginan serta kecintaannnya akan dunia kedirgantaraan sudah dia awali sejak masa [[Hindia Belanda]]. Nurtanio pada saat itu berlangganan majalah kedirgintaraan ''Vliegwereld'', dan menekuni masalah aerodinamika dan aeromodelling. Pada masa itu, Nurtanio sering mengadakan surat menyurat dan korespondensi dengan sesama pencinta Aeromodelling pada zaman Hindia Belanda. Di antaranya adalah [[Wiweko Soepono]] yang saat itu sudah mendirikan perkumpulan pencinta Aeromodelling serta berlangganan majalah Vliegwereld.
 
Kedua orang tua Nurtanio merupakan pendatang yang berasal dari [[Jawa Tengah]] yaitu, [[Semarang]] dan [[Kabupaten Karanganyar (Kebumen)|Karanganyar (Kebumen)]]. Nama Nurtanio sendiri berasal dari [[Bahasa Jawa]] yakni, “Nur” dan “Tanio” (Bahasa Jawa: bertanilah). Sang Ayah, Nugroho sebenarnya berharap ia kelak menjadi seorang petani yang sukses. Ia merupakan putra ketiga dari 12 bersaudara. Sejak kecil Nurtanio remaja yang bertubuh kurus dan sakit-sakitan sering menenggelamkan diri di tengah kesibukannya membuat pesawat-pesawat model di kamarnya. Tidak jarang ia harus dibujuk-bujuk dahulu jika waktu makan tiba.<ref name="Nurtanio Pringgoadisuryo, Perintis yang Kesepian">{{cite web|author=Julie Erikana|date=10 Mei 2016|title=Dilantik, Ade Yasin-Iwan Setiawan Resmi Pimpin Kabupaten Bogor|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/13305171/nurtanio-pringgoadisuryo-perintis-yang-kesepian#google_vignette|website=Berita Satu|access-date=4 Juni 2024}}</ref>
 
== Junior Aero Club ==
Baris 53 ⟶ 55:
Setelah pindah ke Maospati, Nurtanio berhasil membuat beberapa glider yang dinamakan NWG-1 (Nurtanio Wiweko Glider). Pesawat ini adalah pesawat satu-satunya buatan Indonesia dengan kandungan lokal hingga 100 persen hingga hari ini. Dibuat dari kayu jamuju yang dicari di daerah [[Tretes]] untuk mengganti kayu spruce, sayap dibalut dengan kain blaco pengganti kain linen dan kemudian diolesi bubur cingur pengganti thinner. Pesawat Glider ini kemudian digunakan untuk melatih kadet-kadet penerbang yang akan dikirim ke [[India]] guna pendidikan penerbang lebih lanjut.
 
Sekitar tahun 1948, Nurtanio dengan kedua rekan lainnya kemudian ditugaskan ke [[Manila]], [[Filipina]] untuk melanjutkan studi kedirgantaraannya di FEATI (Far Eastern Air Transport Incorporated ). Sebagai bekal hidup, Nurtanio membawa kerajinan [[perak]] Yogyakarta yang ternyata susah untuk dijual.
kemudian setelah selesaidi tugaskan ke manila,dia kembali ke indonesia.
 
Baris 75 ⟶ 77:
Namun ketika usulan R.J Salatun berdasarkan pengalamannya pada tahun 1958 ketika ditawari Perdana Menteri [[RRC]], [[Chou-en Lai]] untuk memproduksi pesawat jet Type 56 (lisensi [[MiG-17]] versi China), Nurtanio berkata bahwa untuk proyek Gelatik yang begitu membumi saja dukungan dana dan pembiayaannya sudah tersendat-sendat. Ketika proyek Wilga/Gelatik berjalan, Nurtanio mengeluhkan kondisi sosial ekonomi para karyawannya yang membuat kaget orang Polandia. Sampai satu kali mereka perhatikan, kenapa semua karyawan meninggalkan pekerjaannya. Ternyata sedang mengantri minyak tanah.
 
Namun sejarah mencatat, bahwa SDM yang dididik di perakitan pesawat Gelatik berperan besar saat Lapip menjadi Lipnur (Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio) yang merupakan modal dasar IPTN pada tahap permulaan. Pada dasawarsa 70-an, Marsekal TNI (purn) [[Ashadi Tjahjadi]] ( mantan Kepala Staff Angkatan Udara/KSAU) melihat ''jig'' (cetakan untuk produksi) pesawat Gelatik yang ditelantarkan di udara terbuka di halaman Lipnur. Ashadi berniat memanfaatkan lagi untuk suatu usaha bagi para purnawirawan AURI (TNI-AU) berupa major overhaul pesawat -pesawat Gelatik. Alangkah mengecewakan ketika gagasan itu ditolak oleh [[B.J. Habibie]] dengan alasan itu termasuk aset perusahaan.
 
Selain kegiatannya di LAPIP, Nurtanio bersama staf dan penerbang AURI juga aktif dalam memantau kesiapan teknis armada-armada udara yang dimiliki AURI saat itu. Diantaranya adalah kelemahan pada pesawat tempur [[MiG-19 Farmer]] versi awal yang dioperasikan AURI yang selalu memberikan indikasi adanya kesalahan saat digunakan meski pesawat ini memberikan keselamatan dan keamanan dengan penggunaan mesin ganda. Setelah terjadi pembicaraan antara R.J Salatun, Nurtanio dan [[Leo Wattimena]] (salah seorang penerbang legendaris AURI selain [[Rusmin Nuryadin]]), kesalahan itu terletak pada tongkat kemudinya (''stick force'') yang selalu berubah-ubah (tidak stabil). Sebenarnya KSAU Suryadarma menolak menerima pesawat itu namun Deputi KSAU [[Uni Soviet]] Marsekal Rudenko dalam perundingan di [[Kremlin]] di mana R.J Salatun ikut hadir, mengancam bahwa dua skadron (sekitar 24 pesawat) pesawat tempur [[MiG-21 Fishbed]] tidak dapat diberikan kecuali Indonesia mau menerima 10 pesawat tempur MiG-19 Farmer. Pesawat MiG-19 ini kemudian pada awal [[orde baru]] dijual ke [[Pakistan]].
Baris 128 ⟶ 130:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Hulu Sungai Selatan]]
 
 
{{tokoh-militer-stub}}