Kampung Mahmud: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Menghilangkan referensi Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(8 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Gerbang Kampung Mahmud, Bandung.jpg|jmpl|Gerbang Masuk Kampung Mahmud.]]
'''Kampung Mahmud''' merupakan salah satu kampung adat yang terdapat di [[Kabupaten Bandung]]. Terletak di RW 04 Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung bagian [[selatan]]. Jaraknya kira-kira 6 km dari [[Soreang]] sebagai ibu kota kabupaten. Letaknya strategis, sebab terdapat di tengah-tengah [[Kota Bandung]] dan Soreang. Kondisi alamnya cukup indah berada di pinggir [[Sungai]] [[Citarum]] dan dikelilingi oleh hamparan [[sawah]] yang luas.<ref>{{Cite web|url=https://www.merdeka.com/peristiwa/kampung-adat-mahmud-tanah-suci-umat-islam-di-bandung.html|title=Kampung Adat Mahmud, tanah suci umat Islam di Bandung|last=Abdurohman|first=Nuryandi|last2=Atsari|first2=Muhammad Zul|website=merdeka.com|language=en|access-date=2019-04-22}}</ref> Jumlah [[penduduk]]nya kira-kira ada 1200 [[orang]] yang terbagi ke dalam 1 RW dan 4 RT. Pada umumnya, mata pencaharian [[masyarakat]] di Kampung Mahmud bekerja sebagai [[petani]], [[pedagang]], [[sopir]] dan [[pegawai]] negeri atau [[swasta]]. Kampung adat ini memiliki ciri khas dalam tata cara berkehidupan yang berpedoman pada agama yang sangat kuat.<ref>{{Cite web|url=https://intisari.grid.id/read/0352371/kampung-adat-mahmud-pusat-penyebaran-agama-islam-di-bandung|title=Kampung Adat Mahmud, Pusat Penyebaran Agama Islam di Bandung - Semua Halaman - Intisari.Grid.ID|website=intisari.grid.id|language=id|access-date=2019-04-21}}</ref>
Kata Mahmud berasal dari [[bahasa]] [[Arab]] yaitu ''Mahmuudah'' yang memiliki arti puji. Kata puji tidak memiliki arti yang sama dengan terpuji, tetapi memiliki arti''reueus'' (bangga) atau ''deudeuh'' (kasih sayang penuh dengan penuh [[rasa]] [[ikhlas]]).<ref name=":1">{{Cite web|url=https://docplayer.info/45972845-Makna-simbol-artepak-dan-upacara-adat-di-lingkungan-kampung-mahmud-kota-bandung-oleh-suciati-s-pd-m-ds-prodi-pendidikan-tata-busana-jpkk-fptk-upi.html|title=MAKNA SIMBOL ARTEPAK DAN UPACARA ADAT DI LINGKUNGAN KAMPUNG MAHMUD KOTA BANDUNG. Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI - PDF|website=docplayer.info|access-date=2019-04-22}}</ref>
== Asal-usul ==
Baris 25 ⟶ 28:
Ketika masa penjajahan Belanda, Kampung Mahmud kerap menjadi tempat persembunyian yang cukup aman bagi para [[pejuang]]. Eyang Abdul Manaf mempunyai 7 generasi penerus hingga sekarang ini, yaitu (1) Eyang Sutrajaya, (2) Eyang Inu, (3) Eyang Mahmud Iyan, (4) Eyang Aslim, (5) Eyang Kiai H. Zaenal Abidin, (6) Kiai H. Muhamad Madar, dan (7) H. Amin. Setelah [[wafat]], Eyang Abdul Manaf dimakamkan di kampung yang didirikannya. Makamnya tetap terpelihara hingga saat ini, bahkan dikeramatkan oleh [[anak]] [[cucu]] keturunan [[warga]] Mahmud. Pada akhirnya [[makam]] Eyang Dalem H. Abdul Manaf lebih dikenal dengan nama Makam Mahmud, seperti tulisan yang tertera pada pintu gerbang memasuki Kampung Mahmud. Setelah dia meninggal, tampuk kepemimpinan Kampung Mamud diteruskan oleh anak-anaknya. Kalaupun ada anak-anaknya yang tidak menjadi [[ketua]] adat, mereka biasanya berperan sebagai [[tokoh]] agama.<ref>{{Cite web|url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=25&lang=id|title=Kampung Adat Mahmud-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat|website=www.disparbud.jabarprov.go.id|access-date=2019-04-22|archive-date=2017-12-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20171202220455/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=25&lang=id|dead-url=yes}}</ref>
== Sistem religi ==
Baris 71 ⟶ 74:
== Kesenian ==
Kesenian di [[Kampung]] Mahmud kurang mengalami perkembangan dibandingkan dengan kesenian di [[daerah]] sekitarnya. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat sangat patuh terhadap [[aturan]]-aturan yang telah berlaku sebelumnya. Di samping itu, adanya hal yang dianggap [[tabu]] seperti tidak boleh memukul gong membuat jenis kesenian yang bisa dimainkan sangat terbatas, yang ada hanya genjringan dan [[kasidah]]an saja. Tidak sedikit masyarakat Kampung Mahmud mengikuti arus [[globalisasi]] tetapi dengan catatan masih memegang teguh [[adat]] istiadatnya. Indikasinya adalah Sistem organisasi sosial yang digunakan adalah sistem ''kokolot'' yang berasal dari ajaran Islam . Artinya sistem ini mengajarkan masyarakat harus menghormati para sesepuh dan karuhun mengamanatkan kepada anak cucunya agar tetap menjalankan ajaran yang telah diwariskan termasuk adat istiadat walaupun zaman sudah berkembang pesat. Untuk menjalankan organisasi kemasyarakatan pedoman yang dipakai adalah ajaran [[agama]] [[Islam]]. Sehingga landasan budaya berpengaruh pada bentuk [[fisik]] pedesaan dan adat istiadat yang menjunjung nilai keharmonisan serta keselarasan dalam menjalankan kehidupan. Salah satu kesenian yang diwariskan adalah [[pencak silat]]. Perkembangan silat di kampung ini pada zaman penjajahan Belanda
== Referensi ==
|