Agama di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
→Kepustakaan: penambah, fmt subbagian Dalam bahasa |
||
(68 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 3:
|caption = Agama di Indonesia (2021)<ref name="RELIGION"/>
|label1 = <small>[[Islam]]</small>
|value1 = 86.
|color1 = Green
|label2 = <small>[[Kristen Protestan]]</small>
|value2 = 7.
|color2 = DodgerBlue
|label3 = <small>[[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]]</small>
|value3 = 3.
|color3 = DarkOrchid
|label4 = <small>[[Agama Hindu|Hindu]]</small>
Baris 15:
|color4 = Orange
|label5 = <small>[[Agama Buddha|Buddha]]</small>
|value5 = 0.
|color5 = Yellow
|label6 = <small>[[Agama Konghucu|Konghucu]]</small>
|value6 = 0.
|color6 = Red
|label7 = <small>Agama lainnya</small>
|value7 = 0.
|color7 = LightGreen
}}
[[Berkas:
'''Agama di Indonesia''' terdiri atas berbagai macam agama. Dalam sensus resmi yang
Ideologi [[Indonesia]] adalah [[Pancasila]], pada sila pertama berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
▲Ideologi [[Indonesia]] adalah [[Pancasila]], pada sila pertama berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ideologi ini adalah kompromi antara gagasan [[negara Islam]] dan [[negara sekuler]].{{sfnm|1a1=Intan|1y=2006|1p=40|2a1=Lindsey|2a2=Pausacker|2y=1995|2p=|3a1=Hosen|3y=2005|3pp=419–40|4a1=Seo|4y=2013|4p=44|5a1=Ropi|5y=2017|5p=61 dll}} Awalnya diusulkan "kewajiban sya'riat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" di dalam undang-undang, tetapi akhirnya hal itu dihapus dengan tujuan untuk mengayomi semua masyarakat [[Indonesia]]. [[Undang-Undang Dasar 1945]] menyatakan bahwa "negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu".<ref>{{cite web|last=|first=|date=|title=Undang-Undang Dasar 1945|url=https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945|website=JDIH DPR RI|access-date=11 Januari 2021}}</ref> Dalam Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, negara secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.{{sfnm|1a1=Hosen|1y=2005|1pp=419–440|2a1=Shah|2y=2017|2p=|3a1=Marshall|3y=2018|3pp=85–96}} Belakangan, aliran kepercayaan ([[agama asli Nusantara]]) juga telah diakui melalui Putusan [[Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia]] tanggal 7 November 2017.<ref name="Trisno_S_Sutanto">{{cite web|url=https://crcs.ugm.ac.id/id/perspective-id/12692/dekolonisasi-masyarakat-adat-catatan-dari-seminar-pgi.html|author=Sutanto, Trisno S.|title=Dekolonisasi Masyarakat Adat: Catatan dari Seminar PGI|publisher=''Program study agama dan lintas budaya Sekolah Pascasarjana [[Universitas Gadjah Mada]]''|date=26 April 2018|access-date=28-02-2019|archive-date=2019-03-01|archive-url=https://web.archive.org/web/20190301074806/https://crcs.ugm.ac.id/id/perspective-id/12692/dekolonisasi-masyarakat-adat-catatan-dari-seminar-pgi.html|dead-url=yes}}</ref><ref name="Siregar">{{cite conference |surname=Siregar |given=Rospita Adelina |editor1=Dr. Lamhot Naibaho, S.Pd, M.Hum |editor2=Dr. Demsy Jura, M.Th |title=Kebijakan Publik bila Mencantumkan Aliran Kepercayaan dalam Admininistrasi Kependudukan sebagai Bentuk Revitalisasi Pancasila |book-title=Seminar Nasional "Revitalisasi Indonesia melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila", diselenggarakan oleh Pusat Sudi Lintas Agama dan Budaya — Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia. Jakarta, 22 November 2018 |place=Jakarta |publisher=[[Universitas Kristen Indonesia|UKI Press]] |date=2018 |pages=173–77 |url=http://repository.uki.ac.id/842/1/Rospita.pdf |isbn=978-979-8148-96-5 |ref=harv}}</ref>{{sfn|Marshall|2018|pp=85–96}} Dalam sejarahnya, konflik antaragama juga telah terjadi di Indonesia. [[Transmigrasi|Program transmigrasi]] secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah timur Indonesia.<ref name="transcon">{{cite web |title=Transmigration |work=Prevent Conflict |date=April 2002 |url=http://www.preventconflict.org/portal/main/background_transmigration.php | access-date=13-10-2006}}</ref>
== Sejarah ==
Baris 34 ⟶ 33:
[[Berkas:Transasia trade routes 1stC CE gr2.png|250px|jmpl|kiri|[[Jalur Sutra]], yang menghubungkan antara India dan Indonesia.]]{{multiple image|align=right|direction=|footer=Kiri: Prosesi kremasi ''mapui'' dalam upacara ''ijam'me''' [[suku Maanyan|Maanyan]]. Kanan: [[Sedekah laut]] di [[Kabupaten Situbondo|Situbondo]].|image1=Ijam'me' - Mapui 170723003.JPG|image2=Petik laut.jpg}}
Sampai awal era Masehi, orang-orang Nusantara ([[suku bangsa Austronesia]] serta [[Daftar suku bangsa di Papua|bangsa Papua]]) menganut agama dan [[Agama asli Nusantara|kepercayaan]] serta budaya sendiri.{{sfnm|1a1=Subagya|1y=1969|1p=|2a1=Schefold|2y=1980|2p=|3a1=Popov|3y=2017|3p=96}} Kelompok pendatang—dari [[subbenua India]], [[Tiongkok]], [[Portugal]], [[Bangsa Arab|Arab]], dan [[Belanda]]—menjadi faktor utama persebaran agama lain di Indonesia.<ref name="indency">{{cite web |url=http://www.philtar.ac.uk/encyclopedia/indon/geness.html |author=Shaw, Elliott, ed.|title=Indonesian Religions |publisher=PHILTAR|
date=28 November 2016 |access-date=02-03-2019}}</ref> Meskipun demikian, agama beserta juga budaya yang dibawa ini diubah akibat beberapa modifikasi untuk menyesuaikan dengan karakteristik Indonesia.<ref>{{
Agama Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar [[abad ke-2]] dan abad ke-4 Masehi ketika pedagang dari India datang ke [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Sulawesi]] dengan membawa agama mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja [[Siva]]. Pedagang juga mengembangkan ajaran Buddha pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran Buddha dan Hindu telah memengaruhi kerajaan-kerajaan kaya, seperti [[Kerajaan Kutai Martapura|Kutai]], [[Sriwijaya]], [[Majapahit]], dan [[Sailendra]]. Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, [[Borobudur]], dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan candi Hindu, [[Prambanan]] juga dibangun. Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam sejarah Indonesia.{{sfnm|1a1=Mantra|1y=1958|1p=|2a1=Gonda|2y=1975|2pp=1–54|3a1=Kinney|
{{cite book|surname=Heine-Geldern|given=Robert |year=1956 |title=Conceptions of State and Kingship in Southeast Asia |place=Ithaca, NY |publisher=Southeast Asia Program Publications of [[Universitas Cornell|Cornell University]]}}</ref>
Teori Makkah, teori ini dikemukakan oleh Sir Thomas Arnold bersama Crawfurd, Niemann, dan de Hollander. Menurut Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-satunya tempat Islam berasal, tetapi juga dari Arab. Dalam pandangan Arnold, para pedagang Arab menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi.
Pengaruh Islam telah masuk ke nusantara sekitar abad 7, dibawa langsung oleh para pedagang Arab. Buktinya adalah adanya permukiman Islam pada tahun 674 di Baros. Uraian tersebut merupakan proses masuknya Islam dalam Teori Arab atau Makkah. Teori ini juga disetujui oleh beberapa ahli Indonesia, salah satunya adalah Hamka. Selain alasan kesamaan mazhab, Hamka melihat bahwa gelar raja-raja Pasai adalah al-Malik, bukan Shah atau Khan seperti yang terjadi di Persia dan India. Di samping itu, pada abad ke-13 Masehi, ada ulama-ulama Jawi yang mengajarkan tasawuf di Makkah.
Mengutip jurnal ''Portugis dan Misi Kristenisasi di Ternate'' oleh Usman Nomay (204), Kristen mulai memasuki wilayah Nusantara setelah penjajah Portugis berhasil merebut Malaka, pusat perdagangan di Asia Tenggara. Dari Malaka, mereka berlayar ke wilayah penghasil rempah-rempah yaitu Maluku.
Saat tiba di Maluku mereka disambut dengan baik oleh Sultan Ternate, bahkan diberi kesempatan untuk membangun benteng, sebagai bukti toleransi tinggi Sultan Ternate kepada tamunya.
Oleh sebab itu mereka mulai melaksanakan berbagai macam metode untuk mengajak orang-orang Ternate yang beragama Islam atau yang masih menganut dinamisme dan animisme untuk mengimani Kristen Katolik. Laki-laki Portugis mengawini budak-budak dan perempuan pribumi, kemudian menjadikan mereka penganut Katolik.
Melalui politik ''devide et impera'' dan kerjasama dengan penguasa lokal dalam bidang perdagangan, Portugis mulai melakukan misi Jesuitnya. Kepada orang awam, Portugis memberikan pengetahuan bahwa agama Kristen memberi kedamaian dan keselamatan.
Periode [[Orde Lama]] [[Sukarno]] (dari tahun 1945 hingga 1965) adalah gangguan antara agama dan negara.{{sfn|Intan|2006|pp=44–50}}{{Explain}} Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang era [[Orde Baru]]. Antara tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] dan pemerintah Indonesia, bersama dengan beberapa organisasi mengakibatkan terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk pada abad ke-20. Atas dasar peristiwa itu, pemerintahan Orde Baru mencoba untuk menindak para pendukung PKI, dengan menerapkan suatu kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI adalah [[ateisme|ateis]].{{sfnm|1a1=Geertz|1y=1972|1pp=62–84|2a1=Bertrand|2y=2004|2pp=34–104}} Sebagai hasilnya, tiap-tiap warga negara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama secara massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak orang [[Tionghoa]] juga berpindah ke Kristen atau Buddha.{{sfn|Bertrand|2004|pp=34–104}}▼
Seorang misionaris, Franciscus Xaverius bahkan berhasil membaptis beribu-ribu orang. Selain Maluku, misi Katolik juga menyebar ke daerah-daerah lain seperti Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur, sebelum Portugis diusir dari Kepulauan Nusantara pada 1575.
Mengutip jurnal ''Misi Kristen di Indonesia: Kesaksian Kristen Protestan'' oleh Benyamin F. Intan (2015), mulanya dalam kontrak antara VOC dan Belanda tidak terdapat pasal tentang kekristenan. Namun pada 1623 VOC juga diharuskan menyebarkan misi Kristen.
Karena motif utama VOC adalah perdagangan, maka dukungan terhadap penyebaran misi Protestan dilakukan selama hal tersebut mendatangkan keuntungan.
Setelah kekuatan Portugis di Nusantara hancur, pejabat VOC beranggapan pengkonversian agama penduduk dari Katolik ke Protestan sangat penting agar loyalitas mereka berpindah dari Portugis ke Belanda.
Oleh sebab itu selama kurun waktu 1602-1800, VOC mengirimkan 254 pendeta dan 800 konselor Kristen. Mereka memang berhasil mengkristenkan banyak orang, namun karena VOC berorientasi pada keuntungan politik dan ekonomi, banyak ditemukan warga yang identitasnya saja Kristen, namun pada praktiknya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Orientasi pada jumlah ini malah menghasilkan sinkretisme.
Mengutip ''Kolonialisme dan Misi Kristen di Jawa'' karya Muhammad Isa Anshory (2011), dibandingkan VOC, pemerintah Hindia Belanda memberikan lebih banyak perhatian terhadap perkembangan Kristen di wilayah koloninya. Pemerintah bahkan memberikan gaji kepada para pendeta yang berkarya di Hindia Belanda.
Namun untuk menjaga ketertiban dan keamanan, beberapa daerah yang berpenduduk mayoritas Muslim dinyatakan tertutup bagi kegiatan misi. Misionaris yang akan menyebarkan agama harus mengantongi izin terlebih dahulu dari pemerintah.
Di era politik etis, persebaran Kristen semakin meluas. Para misionaris dengan bantuan subsidi pemerintah mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit dan balai-balai kesehatan.
▲Pada Periode [[Orde Lama]] [[Sukarno]] (dari tahun 1945 hingga 1965)
== Enam agama utama ==
Berdasarkan ''[[:s:Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1965#Penjelasan|Penjelasan Pasal 1
<blockquote>Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen Hal ini dapat dibuktikan dalam sejarah perkembangan Agama-agama di Indonesia. Karena 6 macam Agama ini adalah agama-agama yang dipeluk hampir seluruh penduduk Indonesia, maka kecuali mereka mendapat jaminan seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 Undang-undang Dasar, juga mereka mendapat bantuan-bantuan dan perlindungan seperti yang diberikan oleh pasal ini.
Ini tidak berarti bahwa agama-agama lain, misalnya: Yahudi, Zarasustrian [''[[sic]]''], Shinto, Taoism dilarang di Indonesia. Mereka mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh pasal 29 ayat 2 dan mereka dibiarkan adanya, asal tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau peraturan perundangan lain.
Terhadap badan/aliran kebatinan, Pemerintah berusaha menyalurkannya ke arah pandangan yang sehat dan ke arah Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan ketetapan M.P.R.S. No. II/MPRS/1960 [tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961–1969], lampiran A. Bidang I, angka 6.
</blockquote>
=== Islam ===
[[Berkas:Islam Indonesia Percentage Sensus2010.svg|ka|jmpl|400px|Peta persebaran umat Islam di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010.]]
{{utama|Islam di Indonesia|Islam Nusantara}}
▲Indonesia merupakan negara dengan penduduk [[muslim]] terbanyak di dunia,<ref name="csi">Frederick, William H.; Worden, Robert L., eds. (1993). ''Indonesia: A Country Study.'' Washington, DC. Chapter [http://countrystudies.us/indonesia/37.htm Islam].</ref>{{sfn|Gross|2016|p=1}} dengan 86,7% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam.<ref name="sp2010">{{citation|last=Badan Pusat Statistik|date=Oktober 2011|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010|url=http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|location=Jakarta|publisher=Badan Pusat Statistik|archive-url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf |archive-date=12 Juli 2017}}</ref> Mayoritas muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia (seperti di Jawa dan Sumatra) hingga wilayah pesisir [[Pulau Kalimantan]]. Sedangkan di wilayah timur Indonesia, persentase penganutnya tidak sebesar di kawasan barat.{{sfn|Azra|2006|pp=31–42}}{{sfn|Husain|2017|p=}}
Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan mencerminkan keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut ke dalam kultur. Pada [[abad ke-13]], sebagian besar pedagang orang Islam dari [[Gujarat]], India tiba di pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan (misalnya, sekitar tahun 1297 telah ada jemaah di [[Peureulak, Aceh Timur]]). Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti [[Majapahit]] dan [[Sriwijaya]], mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam.{{sfnm|1a1=Amrullah|1y=1982|1p=|2a1=Atjeh|2y=1971|2p=|3a1=Hasymi|3y=1981|3p=|4a1=Husain|4y=2017|4p=|5a1=Laffan|5y=2015|5p=|6a1=Ricklefs|6y=2006|6p=|7a1=Ricklefs|7y=2007|7p=|8a1=Ricklefs|8y=2013|8p=|9a1=Saifullah|9y=2010|9p=}} Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke [[Bali]], sebagian Jawa dan Sumatra. Dalam beberapa kasus, ajaran Islam di Indonesia dipraktikkan dalam bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan Islam daerah [[Timur Tengah]].{{sfnm|1a1=Geerts|1y=1982|1p=|2a1=Mufid|2y=2006|2p=}} ▼
▲Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan mencerminkan keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut ke dalam kultur. Pada [[abad ke-13]], sebagian besar pedagang orang Islam dari [[Gujarat]], India tiba di pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan (misalnya, sekitar tahun 1297 telah ada jemaah di [[Peureulak, Aceh Timur]]). Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti [[Majapahit]] dan [[Sriwijaya]], mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam.{{sfnm|1a1=Amrullah|1y=1982|1p=|2a1=Atjeh|2y=1971|2p=|3a1=Hasymi|3y=1981|3p=|4a1=Husain|4y=2017|4p=|5a1=Laffan|5y=2015|5p=|6a1=Ricklefs|6y=2006|6p=|7a1=Ricklefs|7y=2007|7p=|8a1=Ricklefs|8y=2013|8p=|9a1=Saifullah|9y=2010|9p=}} Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke [[Bali]] karena perang saudara akibat pemberontakan Suro, Nambi dan Kuti, sebagian Jawa dan Sumatra. Dalam beberapa kasus, ajaran Islam di Indonesia dipraktikkan dalam bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan Islam daerah [[Timur Tengah]].{{sfnm|1a1=Geerts|1y=1982|1p=|2a1=Mufid|2y=2006|2p=}}
Pada abad ke 15 dan 16, penyebaran Islam dipercepat oleh pekerjaan misionaris [[Maulana Malik Ibrahim]] di Sumatra dan di Jawa oleh laksamana [[Cheng Ho]], serta kampanye yang dipimpin oleh sultan yang menargetkan kerajaan Hindu-Budha dengan masing-masing mencoba mengukir wilayah atau pulau untuk dikendalikan. Empat kesultanan yang beraneka ragam dan berkesinambungan muncul di Sumatera bagian utara dan selatan, Jawa barat dan tengah, serta Kalimantan bagian selatan. Para sultan menyatakan Islam sebagai agama negara dan berperang melawan satu sama lain, dan juga berperang melawan orang Hindu dan Non Muslim lainnya.{{sfnm|1a1=Azra|1y=2006|1p=|2a1=Husain|2y=2017|2p=|3a1=Laffan|3y=2011|3p=|4a1=Pringle|4y=2010|4p=|5a1=Ricklefs|5y=2006|5p=|6a1=Ricklefs|6y=2007|6p=|7a1=Ricklefs|7y=2012|7p=}}▼
▲Pada abad ke 15 dan 16, penyebaran Islam dipercepat oleh pekerjaan
; Sunni
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moslimmannen tijdens het gebed op vrijdag in de moskee Tulehu TMnr 20017952.jpg|jmpl|250px|Pria muslim Indonesia mengenakan [[songkok]] dan [[sarung]] tengah mengerjakan [[
[[Berkas:Tradisi Unggahan Bonokeling.jpg|thumb|right|300px|Adat [[Perlon Unggahan]] kepada leluhur oleh orang Muslim Jawa di [[Pekuncen, Jatilawang, Banyumas|Pekuncen, Banyumas]], pada hari Jumat terakhir menjelang bulan Ramadan.]]
Sekitar 98% umat Muslim di Indonesia adalah penganut aliran [[Sunni]] dari [[mazhab Syafi'i]] dan sebagian mazhab-mazhab Sunni lainnya{{sfnm|1a1=Mehden|1y=1995|1p=|2a1=Husain|2y=2017|2p=|3a1=Burhanudin|3a2=Dijk|3y=2013|3p=}} serta gerakan [[Salafiyah]].{{sfnm|1a1=Hasan|1y=2007|1p=|2a1=Solahudin|2y=2011|2p=|3a1=Hauser-Schäublin|3a2=Harnish|3y=2014|3pp=144–61|4a1=Krismono|4y=2017|4p=|5a1=Baskara|5y=2017|5p=}} Dua jurusan Sunni yang utama ialah [[Islam Tradisionalis]] (misalnya ormas [[Nahdlatul 'Ulama]]) dan [[Modernisme Islam]] ([[Muhammadiyah]] dan lain-lain).{{sfn|Mehden|1995|p=}} Terdapat sejumlah [[tarekat]] dari [[Sufisme]] (Tasawuf).{{sfnm|1a1=Bruinessen|1y=1992|1p=|2a1=Kraus|2y=1997|2pp=169–89|3a1=Howell|3y=2001|3pp=701–29|4a1=Mufid|4y=2006|4p=|5a1=Sidel|5y=2006|5p=|6a1=Mulyati|6y=2010|6p=|7a1=Laffan|7y=2015|7p=}} Di beberapa daerah, orang melanjutkan kepercayaan lama mereka dan mengadopsi versi sinkretik Islam, misalnya kaum [[Abangan]] di Jawa.{{sfnm|1a1=Geertz|1y=1982|1p=|2a1=Headley|2y=2004|2p=|3a1=Hefner|3y=1989|3p=|4a1=Hurmain|4y=1991|4p=|5a1=Mufid|5y=2006|5p=|6a1=Muhaimin|6y=2006|6p=|7a1=Picard|7a2=Madinier|7y=2011|7pp=71–93|8a1=Rasjidi|8y=1967|8p=|9a1=Ricklefs|9y=2006|9p=|10a1=Romdon|10y=1993|10p=}}{{sfnm|1a1=Simuh|1y=1995|1p=|2a1=Woodward|2y=1989|2p=|3a1=Woodward|3y=2011|3p=}}
Baris 73 ⟶ 95:
; Syiah
{{utama|Islam Syiah di Indonesia}}
Aliran [[Syiah]] memainkan peran penting dalam periode awal penyebaran Islam di
; Ahmadiyyah
{{utama|Ahmadiyyah di Indonesia}}
Terdapat sekitar 400 ribu (0,2%) pemeluk aliran [[Ahmadiyyah]] (
=== Kekristenan ===
Baris 86 ⟶ 108:
[[Berkas:Protestant Indonesia Percentage Sensus2010.svg|jmpl|kiri|400px|Peta persebaran umat Kristen Protestan di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010.]]
Kristen Protestan
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Lijkbaar met het stoffelijk overschot van het overleden christelijke dorpshoofd versierd met een afbeelding van da Vinci's Het Laatste Avondmaal tijdens een dodenfeest van de Toraja TMnr 20018485.jpg|jmpl|Pemakaman seorang kepala suku Kristen di [[Kabupaten Tana Toraja]], [[Sulawesi]] (1971). Rumah didekorasi dengan salinan lukisan [[Perjamuan Terakhir]] oleh [[Leonardo da Vinci]].]]
[[Berkas:Church at Bukit Doa Getsemane Sanggam 01.JPG|jmpl|300px|Gereja Protestan di Bukit Doa Getsemane Sanggam, [[Unjur, Simanindo, Samosir|Unjur]], [[Simanindo, Samosir|Simanindo]], [[Kabupaten Samosir|Samosir]], [[
Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah. Sebagai contoh, di pulau [[Sulawesi]], 17% penduduknya adalah Protestan, terutama di [[Tana Toraja]], [[Toraja Utara]], [[Mamasa]], [[Poso]] dan [[Sulawesi Utara]] (Kecuali Kabupaten [[Bolaang Mongondow]], [[Bolaang Mongondow Selatan]], [[Bolaang Mongondow Timur]], [[Bolaang Mongondow Utara]] dan Kota [[Kotamobagu]]) . Sekitar 80% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan. Di beberapa wilayah, keseluruhan [[desa]] atau [[kampung]] memiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, tergantung pada keberhasilan aktivitas para misionaris.<ref name="Reformed">{{cite web |title=Indonesia — (Asia) |work=Reformed Online |date= |url=http://www.reformiert-online.net/weltweit/64_eng.php |access-date=07-10-2006}}</ref>
Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu [[Papua]], [[Sulawesi Utara]], dan [[Papua Barat]], dengan persentase berurutan 70,48%, 63,60%, dan 53,77% dari jumlah penduduk.<ref name="sp2010" /> Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh penduduk asli. Di Ambon, ajaran Protestan mengalami perkembangan yang sangat besar beriringan dengan agama Islam. Di Sulawesi Utara, kaum [[Minahasa]], berpindah agama ke Protestan pada sekitar abad ke-18. Saat ini, kebanyakan dari penduduk [[Suku Batak]] ([[Toba]], [[Karo]], [[Simalungun]], [[Pakpak]] dan sebagian [[Angkola]]) dan [[Nias]] di [[
[[Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia]] (PGI) merupakan wadah tunggal payung bagi kebanyakan gereja Protestan Nusantara.{{sfn|Popov|2017|p=23}}
Baris 99 ⟶ 121:
{{utama|Gereja Katolik di Indonesia}}
[[Berkas:Catholic Indonesia Percentage Sensus2010.svg|jmpl|ka|400px|Peta persebaran umat Kristen Katolik di Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010.]]
[[Berkas:
Pada abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Kristen Katolik Roma di
Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia, dimulai dari kepulauan [[Maluku]] pada tahun [[1534]]. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor misionaris Kristen, [[Fransiskus Xaverius]], mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.<ref>{{cite web|last=Vermander|first=Benoit|title=Francis Xavier and Asia: the road to cultural inventiveness|work=Academic director of Taipei Ricci Institute|publisher=International Study Commission|date=|url=http://www.iscmrc.org/english/SFXfeer.html|access-date=07-10-2006|archive-date=2010-06-04|archive-url=https://web.archive.org/web/20100604034958/http://www.iscmrc.org/english/SFXfeer.html|dead-url=yes}}</ref>
Baris 114 ⟶ 136:
==== Kristen Ortodoks ====
{{lihat pula|Gereja Ortodoks Timur|Gereja Ortodoks Oriental}}
Pada abad ke-20 [[Gereja Ortodoks Timur]] hadir secara resmi dengan nama [[Gereja Ortodoks Indonesia]] (GOI), dimana para [[imam]] Ortodoks di Indonesia berasal dari dua kewilayahan, yaitu awalnya [[Gereja Ortodoks Yunani]] Kepatriarkan Konstantinopel dan kemudian [[Gereja Ortodoks Rusia di Luar Rusia]] Kepatriarkan Moskow. Ketua umum Gereja Ortodoks Indonesia adalah Arkimandrit
=== Hindu ===
Baris 122 ⟶ 144:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De drie pedanda's (priesters) van Singaraja Bali TMnr 10001215.jpg|200px|jmpl|Para pedanda Hindu Bali.]]
Kebudayaan dan [[agama Hindu]] tiba di Indonesia pada [[Abad ke-1|abad pertama Masehi]], bersamaan waktunya dengan kedatangan [[agama Buddha]], yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti [[Kerajaan Kutai|Kutai]], [[Kerajaan Medang|Mataram]], dan [[Majapahit]]. [[Candi Prambanan]] adalah kuil Hindu yang dibangun semasa kerajaan Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini, dikenal sebagai [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha|zaman Hindu-Buddha Nusantara]], bertahan selama 16 abad penuh.{{sfnm|1a1=Mantra|1y=1958|1p=|2a1=Gonda|2y=1975|2pp=1–54|3a1=Kinney|
[[Berkas:UBUD SHRINE1.jpg|200px|jmpl|Seorang perempuan Hindu Bali sedang menempatkan sesajian di tempat suci keluarganya.]]
Baris 130 ⟶ 152:
Menurut catatan, jumlah penganut Hindu di Indonesia pada tahun 2018 adalah 4,6 juta orang, 1,74% dari jumlah penduduk Indonesia , merupakan nomor empat terbesar didunia.<ref name="sp20182">{{cite web|date=15 Mei 2018|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut|url=http://sp2018.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=321&wid=0|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|location=Jakarta|access-date=20-10-2011}}{{Pranala mati|date=Februari 2021|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref> Namun jumlah ini diperdebatkan oleh perwakilan Hindu Indonesia yang memberi suatu perkiraan bahwa ada 10 juta orang Hindu.<ref name="Report2008">{{cite web |url=https://www.state.gov/j/drl/rls/irf/2008/108407.htm |title=International Religious Freedom Report 2008. Indonesia|publisher=[[Departemen Luar Negeri Amerika Serikat|US Department of State]]|access-date=31-03-2014}}</ref> Kebanyakan mutlak penganut Hindu berada di [[Bali]] dan bersatu dalam [[Parisada Hindu Dharma Indonesia]] (PHDI). Selain Bali juga terdapat di Sumatra, Jawa (teristimewa kawasan [[Jabodetabek]]), [[Lombok]], [[Kalimantan]], dan [[Sulawesi]]. yang juga memiliki populasi pendatang [[suku Bali]] cukup besar. Orang Hindu [[Suku Tamil|Tamil]] dari suku [[India-Indonesia]] di [[Medan]] mewakili konsentrasi Hindu penting lain.<ref name="Report2008" />
Di [[Kalimantan Tengah]] berada umat Hindu [[Kaharingan]], agama asli [[suku Dayak]] yang digabungkan ke dalam agama Hindu (tidak semua penganutnya setuju),{{sfnm|1a1=Metcalf|1y=1987|1p=|2a1=Rousseau|2y=1998|2p=|3a1=Schärer|3y=1963|3p=|4a1=Winzeler|4y=1993|4p=}}, pula ada [[Agama Hindu Jawa]] [[suku Tengger]],{{sfn|Hefner|1989|p=}} Hindu [[Tolotang]] [[suku Bugis]],{{sfnm|1a1=Matthes|1y=1872|1p=|2a1=Pelras|2y=1987|2pp=560–61}}, dan [[Aluk Todolo]] (Hindu Alukta) [[suku Toraja]]{{sfnm|1a1=Budiman|1y=2013|1p=|2a1=Nooy-Palm|2y=1979|2p=|3a1=Nooy-Palm|3y=1986|3p=|4a1=Nooy-Palm|4y=1987|4pp=565–67|5a1=Segara|5y=2023|5p=}}.
Agama Hindu Jawa telah terbentuk dengan cara yang berbeda sehingga lebih dipengaruhi oleh versi Islam mereka sendiri, yang dikenal sebagai Islam [[Abangan]] atau Islam [[Kejawen]].{{sfnm|1a1=Geertz|1y=1982|1p=|2a1=Headley|2y=2004|2p=|3a1=Hefner|3y=1989|3p=|4a1=Mufid|4y=2006|4p=|5a1=Muhaimin|5y=2006|5p=|6a1=Picard|6a2=Madinier|6y=2011|6pp=71–93|7a1=Rasjidi|7y=1967|7p=|8a1=Ricklefs|8y=2006|8p=}}
Baris 144 ⟶ 166:
Pada pertengahan tahun 1960-an, dalam Pancasila ditekankan lagi pengakuan akan satu Tuhan ([[monoteisme]]). Sebagai hasilnya, pendiri Perbuddhi (Persatuan Buddha Indonesia), Bhikku [[Ashin Jinarakkhita]], mengusulkan bahwa ada satu dewata tertinggi, [[Sanghyang Adi Buddha]] dan satu aliran bersatu [[Buddhayana]]. Hal ini didukung dengan sejarah di belakang versi Buddha Indonesia pada masa lampau menurut naskah Jawa kuno dan bentuk candi Borobudur.{{sfn|Kimura|2003|pp=53–72}}<ref>Frederick; Worden. (1993). Chapter [http://countrystudies.us/indonesia/40.htm Buddhism].</ref>
Di antara umat Buddhis Indonesia berada semua aliran Buddha utama: [[Mahayana|Mahāyāna]], [[Wajrayana|Vajrayāna]], dan [[Therawada|Theravāda]]. Kebanyakan orang [[Tionghoa-Indonesia]] mengikuti aliran yang [[Sinkretisme|sinkretis]] dengan kepercayaan Tiongkok, yaini [[Tridharma]] dan juga [[Ikuanisme]] (Maytreya).{{sfnm|1a1=Brown|1y=1987|1pp=108–17|2a1=Brown|2y=1990|2p=|3a1=Cheu|3y=1999|3p=|4a1=Hauser-Schäublin|4a2=Harnish|4y=2014|4pp=84–112|5a1=Kimura|5y=2003|5pp=53–72|6a1=Syryadinata|6y=2005|6pp=77–94|7a1=Syukur|7y=2010|7pp=105–38}}
Menurut sensus nasional tahun 2000, kurang lebih dari 2% dari total penduduk Indonesia beragama Buddha, sekitar 4 juta orang. Kebanyakan penganut agama Buddha berada di [[Jakarta]], walaupun ada juga di lain provinsi seperti [[Riau]], [[
=== Konghucu ===
Baris 167 ⟶ 189:
{{lihat pula|Daftar organisasi penghayat kepercayaan Indonesia|Mitologi Indonesia}}
{{Aliran kepercayaan di Indonesia}}
[[Berkas:Aliran kepercayaan by district (kecamatan) in Indonesia (2022).svg|410x410px|jmpl|Peta persebaran umat "aliran kepercayaan" di Indonesia berdasarkan data kependudukan pada tahun 2022]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een knielende man zit bij een stenen beeldje met een kris op de rug TMnr 10000889.jpg|jmpl|Sembahyang,
Sejumlah [[agama asli Nusantara|agama nenek moyang]] [[suku bangsa Austronesia]] dan [[Daftar suku bangsa di Papua|Papua]] yang berdominasi di seluruh Nusantara sebelum masuk [[agama impor|agama-agama asing]]. Beberapa dari mereka masih hidup sebagai kepercayaan adat yang murni atau telah [[Sinkretisme|sinkretis]], yaitu agama:
* [[Adat Musi]] ([[suku Talaud]]);
* [[Adat Papua|Adat]] [[daftar suku bangsa di Papua|Papua]] ([[suku Asmat]], dll);
Baris 193 ⟶ 216:
[[Berkas:Shaman. Dayak Tunjung village.jpg|jmpl|[[Dukun]] Dayak.]]
▲Aliran-aliran kepercayaan (agama asli Nusantara) telah diakui sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi RI tertanggal 7 November 2017 dengan No. 97/PUU-XIV/2016, ditegaskan bahwa putusan perintah tentang Administrasi Kependudukan untuk mengosongkan kolom KTP dan dokumen kependudukan lain bagi penduduk yang “agamanya belum diakui sebagai agama” maupun kelompok "Kepercayaan", bertentangan dengan Konstitusi, yakni kelompok-kelompok penghayat kepercayaan kini dapat mencantumkan nama “penghayat kepercayaan” dalam dokumen kependudukan mereka.<ref name="Trisno_S_Sutanto" />
<ref name="Siregar" />{{sfn|Marshall|2018|pp=85–96}}
Baris 215 ⟶ 236:
=== Baha'i ===
{{utama|Baha'i di Indonesia}}
Di Indonesia hadir 22 ribu 115 orang pemeluk agama baru [[Baha'i]] pada tahun 2005.<ref>{{cite web |title=Most Baha'i Nations (2005) |url=http://www.thearda.com/QuickLists/QuickList_40.asp |publisher=The ARDA Association of Religion Data Archives |access-date=12-02-2019 |archive-date=2015-12-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20151209035957/http://www.thearda.com/QuickLists/QuickList_40.asp |dead-url=yes }}</ref> Berapa jumlah mereka sebenarnya tidak diketahui dengan pasti karena sering kali mereka mengalami tekanan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya.<ref>{{
Sejak 2014, keadaannya telah membaik dalam rencana Pemerintah untuk kemungkinan pengakuan agama ini (ada pendapat yang salah tentang sudah diadakan pengakuan resmi Baha'i pada tahun 2014).<ref>{{Cite web|last=Muhammad Hafil|date=2014-08-08|title=Setelah Diakui Agama, Baha'i Ucapkan Terima Kasih ke Menteri Agama|url=https://republika.co.id/berita/nasional/umum/14/08/08/n9ytl1-setelah-diakui-agama-bahai-ucapkan-terima-kasih-ke-menteri-agama|website=Republika Online|language=id|access-date=}}</ref><ref>{{cite news|last=Nurish|first=Amanah|date=8 August 2014|title=Welcoming Baha'i: New official religion in Indonesia|url=https://www.thejakartapost.com/news/2014/08/08/welcoming-baha-i-new-official-religion-indonesia.html |work=[[The Jakarta Post]]|access-date=21-02-2014}}</ref><ref>{{cite journal |last=Pedersen |first=Lene|date=2016|title=Religious Pluralism in Indonesia |url=https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/14442213.2016.1218534 |journal=The Asia Pacific Journal of Anthropology |publisher= |volume=17|issue=5: Special Issue: Communal Peace and Conflict in Indonesia: Navigating Inter-religious Boundaries|pages=387–98}}</ref>
Baris 221 ⟶ 242:
=== Sikh ===
{{utama|Sikhisme di Indonesia}}
[[Berkas:SikhTempleBinjai.jpg|jmpl|230px|Gurdwara Shree Guru Gobind Singh Sahib Ji di [[Kota Binjai]],
Migrasi kaum [[Sikhisme|Sikh]] ke Indonesia mulai sejak th 1870-an (kaum menjaga serta pedagang). Ada beberapa [[gurdwara]] (tempat ibadah) dan sekolahnya di Sumatra dan Jawa, semisal gurdwara di [[Medan]] yang dibangun pada tahun 1911. Pada tahun 2005 didirikan “Majelis Tinggi Agama Sikh Indonesia” (Matasi).{{sfn|Popov|2017|pp=110–11}}
Berjumlah sekira 7 ribu orang (atau 10–15 ribu<ref name="Report2008" />), Sikh tidak termasuk dalam enam agama yang diakui di Indonesia, para penganut Sikh mengisi kolom agama pada KTP mereka dengan kata “Hindu”.{{sfn|Kahlon|2016|p=}}
=== Jainisme ===
Baris 232 ⟶ 251:
=== Gerakan agama baru ===
{{Lihat pula|Daftar gerakan agama baru}}
Tidak serupa gerakan dan sekte Islam atau Hindu baru, [[gerakan agama baru]] tidak dapat dikaitkan dengan agama tradisional mana pun. Gerakan-gerakan keagamaan baru yang paling terkenal di Indonesia adalah: [[Perhimpunan Teosofi]],{{sfnm|1a1=Ensiklopedi Kepercayaan|1y=2010|1pp=325–27|2a1=Popov|2y=2017|2pp=112–13}} [[Meditasi Transcendental]],{{sfn|Popov|2017|p=81}} [[Falun Gong]],<ref name="Report2008" /> [[Radha Soami Satsang Beas]] (RSSB),{{sfn|Popov|2017|pp=110–11}} dan berasal dari Indonesia [[Sedulur Sikep]] (Saminisme),{{sfnm|1a1=Benda|1a2=Castles|1y=1969|1pp=207-40|2a1=Sastroatmodjo|2y=1952|2p=|3a1=Shiraishi|3y=1990|3pp=95-122}} [[Subud]]<ref>{{cite encyclopedia |editor-surname=Clarke |editor-given=Peter B. |editor-link=:en:Peter B. Clarke |encyclopedia=Encyclopedia of New Religious Movements |year=2006 |place=London; New York |publisher=[[Routledge]] |pages=607–608 |isbn=9-78-0-415-26707-6}}</ref> serta [[Komunitas Eden]]<ref name="Report2008" />{{sfn|Popov|2017|p=103–104}}.
== Hubungan antar agama ==
Walaupun [[Pemerintah Indonesia]] mengenali sejumlah agama berbeda, konflik antar agama kadang-kadang tidak terelakkan. Pada masa Orde Baru, [[Soeharto]] mengeluarkan perundang-undangan yang oleh beberapa kalangan dirasa sebagai anti Tionghoa. Presiden Soeharto mencoba membatasi apapun yang berhubungan dengan budaya Tionghoa, mencakup nama dan agama.{{sfn|Syukur|2010|pp=105–38}}<ref>{{cite web|last=Effendi|first=Wahyu|title=Pembaruan Hukum Catatan Sipil dan Penghapusan Diskriminasi di Indonesia|work=|publisher=|date=28 Juni 2004|url=http://hukumonline.com/detail.asp?id=10607&cl=Kolom|access-date=13-10-2006|archive-date=2007-09-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20070928015852/http://hukumonline.com/detail.asp?id=10607&cl=Kolom|dead-url=yes}}</ref> Antara 1966 dan 1998, Soeharto berikhtiar untuk de-Islamisasi pemerintahan, dengan memberikan proporsi lebih besar terhadap orang-orang Kristen di dalam kabinet. Namun pada awal 1990-an, isu [[Islamisasi]] yang muncul, dan militer terbelah menjadi dua kelompok, nasionalis dan Islam. Yang terakhir, dipimpin oleh Jenderal [[Prabowo Subianto]], mendukung Islamisasi, sementara Jenderal [[Wiranto]] mendukung negara sekuler.{{sfnm|1a1=Lindsey|1a2=Pausacker|1y=1995|1p=|2a1=Lidde|2y=1996|2pp=613–34|3a1=Bertrand|3y=2004|3pp=34–104}}
Semasa era Soeharto, program [[transmigrasi]] di Indonesia dilanjutkan, setelah diaktifkan oleh pemerintahan [[Hindia Belanda]] pada awal abad ke-19. Maksud program ini adalah untuk memindahkan penduduk dari daerah padat seperti pulau Jawa, Bali dan Madura ke daerah yang lebih sedikit penduduknya, seperti [[Pulau Ambon|Ambon]], kepulauan [[Sunda]] dan [[Papua]]. Kebijakan ini mendapatkan banyak kritik, dianggap sebagai kolonisasi oleh orang-orang Jawa dan [[Suku Madura|Madura]], yang membawa agama Islam ke daerah non-Muslim. Penduduk di wilayah barat Indonesia kebanyakan adalah orang Islam dengan Kristen merupakan minoritas kecil, sedangkan daerah timur, populasi Kristen adalah sama atau bahkan lebih besar dibanding populasi orang Islam, terjadinya konflik antar agama dan [[Ras manusia|ras]] di wilayah timur Indonesia, seperti kasus [[kerusuhan Kepulauan Maluku]] dan [[kerusuhan Poso]].{{sfnm|1a1=Lindsey|1a2=Pausacker|1y=1995|1p=|2a1=Bertrand|2y=2004|2pp=34–104|3a1=Pringle|3y=2010|3pp=143–57|4a1=Crouch|4y=2013|4p=|5a1=Duncan|5y=2013|5p=}}
Pada tahun
Pemerintah telah berniat untuk mengurangi konflik atau ketegangan tersebut dengan pengusulan kerjasama antar agama. Kementerian Luar Negeri, bersama dengan organisasi Islam terbesar di Indonesia, [[Nahdlatul Ulama]], yang dipegang oleh Sarjana Islam Internasional, memperkenalkan ajaran Islam moderat, yang mana dipercaya akan mengurangi ketegangan tersebut.<ref name="kbriconf">{{cite press release |title=Transcript of Joint Press Conference Indonesian Foreign Minister, Hassan Wirajuda, with Australian Foreign Minister, Alexander Downer |publisher=Embassy of Republic of Indonesia at Canberra, Australia |date=6 Desember 2004 |url=http://www.kbri-canberra.org.au/speeches/2004/041206interfaith.htm |access-date=14-10-2006 }} {{
== Lihat pula ==
Baris 257 ⟶ 276:
== Kepustakaan ==
{{refbegin|2}}
* {{cite journal |last=Ali |first=Wan Zailan Kamaruddin Wan |date=1994–95 |title=Aliran Syi'ah di Nusantara: perkembangan. Pengaruh dan Kesan |pages=67–93 |url=https://ejournal.um.edu.my/index.php/SEJARAH/article/view/9020/6369 |journal=Sejarah: Jurnal Jabatan Sejarah Universiti Malaya |volume=3 |issue=3 |issn=1985-0611 |doi=10.22452/sejarah.vol3no3.4 |ref=harv
▲; dalam bahasa Indonesia
* {{cite book |surname=Amrulla. |given=Abdul Malik Karim |authorlink=Abdul Malik Karim Amrullah |year=1982 |orig-year=1963|title=Dari Perbendaharaan Lama: Menyingkap Sejarah Islam di Indonesia |place=Jakarta |publisher=Pustaka Panjimas|isbn= |ref=harv}}
▲* {{cite journal |last=Ali |first=Wan Zailan Kamaruddin Wan |date=1994–95 |title=Aliran Syi'ah di Nusantara: perkembangan. Pengaruh dan Kesan |pages=67–93 |url=https://ejournal.um.edu.my/index.php/SEJARAH/article/view/9020/6369 |journal=Sejarah: Jurnal Jabatan Sejarah Universiti Malaya |volume=3 |issue=3 |issn=1985-0611 |doi=10.22452/sejarah.vol3no3.4 |ref=harv }}
* {{cite book |surname=
* {{cite book |surname=
* {{cite book |surname=Atjeh |given=Aboebakar (Prof. Dr. KH. Aboebakar Atjeh) |authorlink=Aboebakar Atjeh |year=1971 |title=Sekitar Masuknya Islam di Indonesia |place=[[Semarang]] |publisher=Ramadhani |isbn= |url=https://www.academia.edu/27918415/SEKITAR_MASUKNYA_ISLAM_KE_INDONESIA_by_Abu_Bakar_Aceh_ |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Atjeh|given=Aboebakar (Prof. Dr. KH. Aboebakar Atjeh)|authorlink=Aboebakar Atjeh |year=1977|title=Aliran Syiah di Nusantara |place=Jakarta|publisher=Islamic Research Institute |url= |isbn= |ref=harv}}
Baris 307 ⟶ 326:
* {{cite book |surname=Suparyanto |given=Petrus |year=2019 |title=Bhīma's Mistical Quest: As a Model of Javanese Spiritual Growth |place=[[Wien]] |publisher=Lit |url=https://books.google.co.id/books?id=k1atDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=inauthor |isbn=978-3-643-90883-4 |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Syukur|given=Abdul|year=2010|chapter=Keterlibatan etnis Tionghoa dan agama Buddha: Sebelub dan Sesudah Reformasi 1998|editor-surname1=Wibowi|editor-given1=I.|editor-surname2=Lan|editor-given2=Thung Ju|title=Setelah air mata kering: masyarakat Tionghoa pasca-peristiwa Mei 1998|place=Jakarta|publisher=[[Kompas Gramedia|Kompas]]|pages=105–38|url=https://books.google.co.id/books?id=ac-xhxQXfpoC&lpg=PP1&dq=isbn%3A9797094723&hl=ru&pg=PP1#v=onepage&q&f=false|isbn=978-979-709-472-0|ref=harv}}
{{refend}}
{{refbegin|2}}
* {{cite book |surname=Abuza |given=Zachary |year=2007 |title=Political Islam and Violence in Indonesia |place=London; New York |publisher=[[Routledge]] |url=
* {{cite book|editor-surname1=Acri|editor-given1=Andrea |editor-surname2=Creese |editor-given2=Helen |editor-surname3=Griffiths |editor-given3=Arlo |year=2011 |title=From Lanka Eastwards: The Ramayaṇa in the Literature and Visual Arts of Indonesia |place=[[Leiden]] |publisher=KITLV Press|url=|isbn=|ref=harv}}
* {{cite book |year=2008 |editor-surname1=Aritonang |editor-given1=Jan Sihar |editor-surname2=Steenbrink |editor-given2=Karel |title=A History of Christianity in Indonesia |place=[[Leiden]]; [[Boston]] |publisher=[[Brill Publishers|Brill]] |url=https://books.google.co.id/books?id=cUoGJSs9yOUC&lpg=PP1&hl=ru&pg=PP1#v=onepage&q&f=false |isbn=978-90-04-17026-1 |ref=harv }}
Baris 322 ⟶ 343:
* {{cite book |surname=Budiman |given=Michaela |year=2013 |title=Contemporary Funeral Rituals of Sa'dan Toraja: From Aluk Todolo to "New" Religions |place=[[Praha|Prague]] |publisher=Charles University in Prague |url=https://books.google.co.id/books?id=lEM3BAAAQBAJ&lpg=PA1&dq=Contemporary%20Funeral%20Rituals%20of%20Sa'dan%20Toraja%3A%20From%20Aluk%20Todolo&hl=ru&pg=PA2#v=onepage&q=Contemporary%20Funeral%20Rituals%20of%20Sa'dan%20Toraja:%20From%20Aluk%20Todolo&f=false |isbn=978-80-246-2228-6 |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Buehler|given=Michael|year=2016|title=The Politics of Shari’a Law: Islamist Activist and the State in Democratizing Indonesia|place=Cambridge|publisher=[[Cambridge University Press]]|url=https://books.google.co.id/books?id=gJC5DAAAQBAJ&lpg=PP1&hl=ru&pg=PP1#v=onepage&q&f=false|isbn=978-1-107-13022-7|ref=harv}}
* {{cite journal|last=Burhani|first=Ahmad Najib|title=The Ahmadiyya and the Study of Comparative Religion in Indonesia: Controversies and Influences|date=2014|url=http://advokasi.elsam.or.id/assets/2015/09/20131220_Ahmadiyya-the-study-of-Comparative-Religion_Najib.pdf|format=PDF|journal=Islam and Christian–Muslim Relations|volume=25|issue=2|pages=141–58|doi=10.1080/09596410.2013.864191|ref=harv|access-date=2019-03-14|archive-date=2021-06-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20210612171216/http://advokasi.elsam.or.id/assets/2015/09/20131220_Ahmadiyya-the-study-of-Comparative-Religion_Najib.pdf|dead-url=yes| issn=0959-6410}}
* {{cite book |editor-surname1=Burhanudin |editor-given1=Jajat |editor-surname2=Dijk |editor-given2=Kees van |title=Islam in Indonesia. Contrasting Images and Interpretations |year=2013 |place=Amsterdam |publisher=[[Universitas Amsterdam|Amsterdam University Press]] |isbn= |url= |ref=harv}}
* {{cite journal|last=Chambert-Loir|first=Henri |date=April 2015|title=Confucius Crosses the South Seas|journal=Indonesia|volume=99|issue= |pages=67–107 |publisher=Southeast Asia Program Publications at [[Cornell University]] |doi=10.5728/indonesia.99.0067 |issn=2164-8654 |url= |ref=harv}}
Baris 328 ⟶ 349:
* {{cite book|surname=Cooley|given=Frank L.|year=1968 |title=Indonesia: Church and Society |place=New York |publisher=Friendship Press|url= |isbn=978-0377180215 |ref=harv}}
* {{cite book |surname=Crouch |given=Melissa |year=2013 |title=Law and Religion in Indonesia: Conflict and the Courts in West Java |place=London |publisher=[[Routledge]] |isbn=978-0415835947 |ref=harv |url=https://taylorfrancis.com/books/9781134508297 }}
* {{cite book |surname=Domenig |given=Gaudenz |year=2014 |title=Religion and Architecture in Premodern Indonesia: Studies in Spatial Anthropology |place=
* {{cite book|surname=Duncan|given=Christopher R.|year=2013|title=Violence and Vengeance: Religious Conflict and Its Aftermath in Eastern Indonesia|place=Ithaca, NY; London|publisher=[[Cornell University]] Press|url=https://books.google.co.id/books?id=bcimAQAAQBAJ&lpg=PP1&ots=wRLmqNpF10&lr&pg=PR4#v=onepage&q&f=false|isbn=978-0-8014-7913-7|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Epton|given=Nina Consuelo|year=1974|edition=revised|title=Magic and Mysticism in Java|place=London|publisher=Octagon Press|url=https://archive.org/details/magicmysticsofja00epto|isbn=978-0900860393|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Federspiel|given=H.|year=1970 |title=Persatuan Islam: Islamic Reform in Twentieth century Indonesia |place=Ithaca, NY|publisher=[[Cornell University]] Modern Indonesia Project|url= |isbn= |ref=harv}}
* {{cite encyclopedia|surname=Fox|given=James J. |year=1996 |editor-surname=Auger|editor-given=Timothy |encyclopedia=Indonesian Heritage: Religion and ritual |url= |place=Singapore|publisher=Archipelago Press |isbn=978-9813018587|series=Indonesian Heritage Series. Vol. 9|ref=harv}}
* {{cite book |surname=Fox |given=Richard |year=2011 |title=Critical Reflections on Religion and Media in Contemporary Bali |place=[[Leiden]]; [[Boston]] |publisher=[[Brill Publishers|Brill]]
* {{cite book|editor-surname1=Frederick|editor-given1=William H.|editor-surname2=Worden|editor-given2=Robert L.|year=2011|title=Indonesia: A Country Study|series=Area handbook series, 39|others=[[Library of Congress]], Federal Research Division|edition=6|place=Washington, DC|publisher=U.S. Government Printing Office|url=https://books.google.com/books?id=6dgmXWMgWcwC|isbn=978-0-8444-0790-6|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Geels|given=Antoon|year=1997|title=Subud and the Javanese mystical tradition|place=Richmond, Surrey|publisher=Curzon Press|url=https://books.google.co.id/books?id=FOXnUJMknRAC&lpg=PP1&dq=Subud%20and%20the%20Javanese%20mystical%20tradition&hl=ru&pg=PP8#v=onepage&q=Subud%20and%20the%20Javanese%20mystical%20tradition&f=false|isbn=0-7007-0623-2|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Geertz|given=Clifford|authorlink=Clifford Geertz|year=1960|title=Religion of Java|place=Glencoe, IL|publisher=Free Press|url=https://books.google.co.id/books?id=-SYM4PW-YAgC&lpg=PR1&hl=ru&pg=PR1#v=onepage&q&f=false|isbn=|ref=harv}}
Baris 340 ⟶ 362:
* {{cite book|surname=Geertz|given=Clifford|authorlink=Clifford Geertz|year=1973|title=The Interpretation of Cultures: Selected Essays|place=New York|publisher=[[Basic Books]]|url=https://books.google.co.id/books?id=G1cYDQAAQBAJ&lpg=PP1&dq=Geertz.%20The%20Interpretation%20of%20Cultures&hl=ru&pg=PR4#v=onepage&q=Geertz.%20The%20Interpretation%20of%20Cultures&f=false|isbn=9780465097197|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Goh|given=Robbie B. H.|year=2005|title=Christianity in Southeast Asia|place=Singapore|publisher=ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies|url=https://books.google.co.id/books/about/Christianity_in_Southeast_Asia.html?id=Yh3cAAYsi2UC&redir_esc=y|isbn=9812302972|ref=harv}}
* {{cite book |surname=Gonda |given=Jan |authorlink=Jan Gonda |year=1975 |chapter=The Indian Religions in Pre-Islamic Indonesia and their survival in Bali |chapter-url={{Google books|id=X7YfAAAAIAAJ|plainurl=y|page=1|keywords=|text=}} |title=Handbook of Oriental Studies. Section 3. Southeast Asia, Religions |url={{Google books|id=X7YfAAAAIAAJ|plainurl=y}} |pages=1–54 |place=Leiden |publisher=[[Brill Publishers|Brill]] |ref=harv}}
* {{cite book|surname=Goris|given=Roelof|year=1931 |title=The Island of Bali; Its Religion and Ceremonies |place=Amsterdam|publisher=[[Koninklijke Paketvaart Maatschappij|Royal Packet Navigation Company]] |url= |isbn= |ref=harv}}
* {{cite book|surname=Gross|given=L. Max|year=2016|title=A Muslim archipelago: Islam and Politics in Southeast Asia|place=[[Washington, D.C.]]|publisher=National Defense Intelligence College|url=https://books.google.co.id/books?id=tm8tSwyTa7AC|isbn=978-1-932946-19-2|ref=harv}}
Baris 346 ⟶ 369:
* {{cite book |year=2014 |editor-surname1=Hauser-Schäublin |editor-given1=Brigitta |editor-surname2=Harnish |editor-given2=David D. |title=Between Harmony and Discrimination. Negotiating Religious Identities within Majority-minority Relationships in Bali and Lombok |place=[[Leiden]]; [[Boston]] |publisher=[[Brill Publishers|Brill]] |url=https://books.google.co.id/books?id=Sma7AwAAQBAJ&lpg=PR5&ots=WP9-_TGc8r&lr&pg=PR5#v=onepage&q&f=false |isbn=978-90-04-27125-8 |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Headley|given=Stephen C.|year=2004|title=Durga's Mosque: Cosmology, Conversion And Community in Central Javanese Islam|place=Singapure|publisher=ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies|url=https://books.google.co.id/books?id=9B7ty0uerK8C&lpg=PP1&hl=ru&pg=PP1#v=onepage&q&f=false|isbn=981-230-242-5|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Hefner|given=Robert W.|year=1989 |title=Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam| url=https://
* {{cite book|surname=Hooykaas|given=Christiaan |year=1974 |title=Cosmogony and Creation in Balinese Tradition |place=[[The Hague]]|publisher=Martinus Nijhoff |url= |isbn= |issn=0067-8023|ref=harv}}
* {{cite journal|last=Hosen|first=Nadirsyah|date=2005|title=Religion and the Indonesian Constitution: A Recent Debate|url=https://books.google.co.id/books?id=FzcrDwAAQBAJ&lpg=PA403&ots=FnxUHX3mIn&dq=Religion%20and%20the%20Indonesian%20Constitution%3A%20A%20Recent%20Debate&hl=ru&pg=PA403#v=onepage&q=Religion%20and%20the%20Indonesian%20Constitution:%20A%20Recent%20Debate&f=false|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=36|issue=3|pages=419–40|doi=|ref=harv}}
Baris 370 ⟶ 393:
* {{cite encyclopedia|surname=Metcalf|given=Peter |year=1987|title=Bornean Religion|editor-surname=Eliade |editor-given=Mircea|editorlink=Mircea Eliade |encyclopedia=The Encyclopedia of Religion|place=New York|publisher=MacMillan|volume=2|pages=290–92|url= |isbn=0029094801|ref=harv}}
* {{cite book |surname=Muhaimin |given=Abdul Ghoffir |year=2006 |title=The Islamic Traditions of Cirebon: Ibadat and Adat Among Javanese Muslims |place=Canberra |publisher=[[Universitas Nasional Australia|ANU E Press]] |url=https://www.jstor.org/stable/j.ctt2jbkqk |isbn=1-920942-30-0 |ref=harv }}
* {{cite book |surname=Mulder |given=Niels |authorlink=Niels Mulder |year=2005 |orig-year=1998 |title=Mysticism in Java: Ideology in Indonesia |place=Yogyakarta |publisher=[[Kanisius]] |edition=2 |url=https://books.google.co.id/books?id=YkXW2rZu0Y0C&lpg=PP1&dq=Mysticism%20in%20Java%3A%20Ideology%20in%20Indonesia&hl=ru&pg=PP1#v=onepage&q=Mysticism%20in%20Java:%20Ideology%20in%20Indonesia&f=false |isbn=979-21-1167-0 |ref=harv
* {{cite book |surname=Nash |given=Manning |chapter=Islamic Resurgence in Malaysia and Indonesia |chapter-url={{Google books|id=qd5yzP5hdiEC|plainurl=y|page=691|keywords=|text=}} |editor-surname=Marty |editor-given=Martin E. |editor-surname2=Appleby |editor-given2=R. Scott |year=1991 |title=Fundamentalisms Observed |series=The Fundamentalism Project, 1 |place=Chicago, Il; London |publisher=[[University of Chicago Press]] |pages=691–739 |url={{Google books|id=qd5yzP5hdiEC|plainurl=y|page=}} |isbn=0-226-50878-1 |ref=harv}}
* {{cite book |surname=Nooy-Palm |given=Hetty |year=1979 |title=The Sa’dan-Toraja: A study of their social life and religion. I: Organization, symbols and beliefs |place=[[The Hague]] |publisher=Martinus Nijhoff |url=https://www.oxis.org/books/verhandelingen/nooy-palm-1-1979.pdf |isbn=90-247-2274-8 |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Nooy-Palm |given=Hetty|year=1986 |title=The Sa’dan-Toraja: A study of their social life and religion. II: Rituals of the East and West|place=[[Leiden]]; [[Boston]]|publisher=[[Brill Publishers|Brill]] |url= |isbn=978-90-67-65207-0|ref=harv}}
Baris 392 ⟶ 416:
* {{cite book|surname=Schärer|given=Hans|year=1963 |orig-year=1946|title=Ngaju Religion: The Conception of God among a South Borneo People |place=[[The Hague]]|publisher=Martinus Nijhoff|url= |isbn=978-90-04-24799-4|ref=harv}}
* {{cite journal |last=Schiller |first=Anne |year=1996 |title=An "Old" Religion in "New Order" Indonesia: Notes on Ethnicity and Religious Affiliation |journal=Sociology of Religion |volume=57 |issue=4 |pages=409–17 |publisher=[[Oxford University Press]] |editor-last=Schieman |editor-first=Scott |format=PDF |issn=1759-8818 |oclc=728290653 |doi=10.2307/3711895 |url=http://socrel.oxfordjournals.org/content/57/4/409.full.pdf |ref=harv }}
* {{cite book |surname=Schlehe |given=Judith |chapter=Translating Traditions and Transcendence: Popularised Religiosity and the ''Paranormal'' Practitioners' Position in Indonesia |title=Religion, Tradition and the Popular. Transcultural Views from Asia and Europe |editor1=Schlehe, Judith |editor2=Sandkühler, Evamaria |year=2014 |place=[[Bielefeld]] |publisher=transcript |pages=185–201 |isbn=978-3-8376-2613-1 |url=https://books.google.com/books?id=LMDWBQAAQBAJ&pg=PA201&lpg=PA201&dq=schlehe+judith&source=bl&ots=jW3xqbAxae&sig=ACfU3U3X6XIWB9A379X15ndI3XWaP50Cdg&hl=ru&sa=X&ved=2ahUKEwi0i4Ws0rrnAhWRX30KHTLMCfIQ6AEwEnoECAgQAQ#v=onepage&q=schlehe%20judith&f=false |ref=harv
* {{cite journal |surname=Schlehe |given=Judith |title=Cosmopolitanism, Pluralism and Self-Orientalisation in the Modern Mystical World of Java |journal=Asian Journal of Social Science |volume=47 |issue=3 |date=2019 |pages=185–201 |url=https://brill.com/view/journals/ajss/47/3/article-p364_5.xml |ref=harv
* {{cite book |editor-surname=Schröter |editor-given=Susanne |title=Christianity in Indonesia. Perspectives of power |series=Southeast Asian Modernities, 12 |year=2010 |place=Berlin |publisher=Lit |isbn=9783643107985 |url=https://books.google.com/books?printsec=frontcover&vid=ISBN3643107986&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false |ref=harv
* {{cite journal |surname=Segara |given=I Nyoman Yoga |title=The Future of Hindu Alukta in Tana Toraja Post-Integration With the Hindu Religion |journal=Heritage of Nusantara |volume=12 |number=2 |date=2023 |doi=10.31291/hn.v12i2.710 |url=https://heritage.kemenag.go.id/index.php/heritage/article/view/710 |ref=harv}}
* {{cite book|surname=Seo|given=Myengkyo|year=2013|title=State Management of Religion in Indonesia|place=London; New York|publisher=[[Routledge]]|url=https://books.google.co.id/books?id=GWEdAAAAQBAJ&lpg=PP1&dq=State%20Management%20of%20Religion%20in%20Indonesia&hl=ru&pg=PP1#v=onepage&q=State%20Management%20of%20Religion%20in%20Indonesia&f=false|isbn=978-0-415-51716-4|ref=harv}}
* {{cite book |surname=Shah |given=Dian A. H. |year=2017 |title=Constitutions, Religion and Politics in Asia: Indonesia, Malaysia and Sri Lanka |place=Cambridge |publisher=[[Cambridge University Press]] |url=https://books.google.co.id/books?id=8ek4DwAAQBAJ&lpg=PP1&dq=Constitutions%2C%20Religion%20and%20Politics%20in%20Asia%3A%20Indonesia%2C%20Malaysia&hl=ru&pg=PR6#v=onepage&q=Constitutions,%20Religion%20and%20Politics%20in%20Asia:%20Indonesia,%20Malaysia&f=falsel=ru&pg=PR6#v=onepage&q&f=false |isbn=978-1-107-18334-6 |ref=harv }}
* {{cite journal |surname=Shiraishi |given=Takashi |title=Dangir’s Testimony: Saminism Reconstructed |url=https://archive.org/details/sim_indonesia_1990-10_50/page/95 |journal=Indonesia |date=1990 |volume=50 |pages=95–122 |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Sidel|given=John T.|year=2006|title=Riots, Pogroms, Jihad: Religious Violence in Indonesia|url=https://archive.org/details/riotspogromsjiha00side|place=Ithaca, NY|publisher=[[Cornell University]] Press|isbn=978-0801473272|ref=harv}}
* {{cite book|surname=Sievers|given=A.|year=1974 |title=The Mystical World of Indonesia |place=Baltimore; London|publisher=[[Johns Hopkins University Press]]|url=
* {{cite book |editor-surname1=Smith |editor-given1=Rita Kipp |editor-surname2=Rodgers |editor-given2=Susan |year=1987 |title=Indonesian Religions in Transition |place=Tucson |publisher=[[Universitas Arizona|University of Arizona Press]] |url=https://archive.org/details/indonesianreligi0000unse |isbn= |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Steenbrink|given=Karel|year=2003|title=Catholics in Indonesia: A documented history 1808–1942|place=[[Leiden]]|publisher=KITLV Press|volume=Vol. 1: A modest recovery 1808–1903|url=https://books.google.co.id/books?id=fnLQ4hmhYOsC&lpg=PP1&hl=ru&pg=PR3#v=onepage&q&f=false|isbn=90-6718-141-2|ref=harv}}
Baris 409 ⟶ 434:
* {{cite book |surname=Volkman |given=Toby Alice |year=1985 |title=Feasts of Honor: Ritual and Change in the Toraja Highlands |place=Urbana |publisher=[[Universitas Illinois|University of Illinois Press]] |url=https://archive.org/details/feastsofhonorrit0000volk |isbn= |ref=harv }}
* {{cite book|surname=Weinstock|given=Joseph |year=1983 |title=Kaharingan and the Luangan Dayaks: Religion and Identity in Central East Borneo. Thesis (Ph.D.) [[Universitas Cornell|Cornell University]] |url= |ref=harv}}
* {{cite book|editor-surname=Winzeler|editor-given=Robert L.|year=1993|title=The Seen and the Unseen: Shamanism, Mediumship and Possession in Borneo|pages= |place=[[
* {{cite book |surname=Woodward |given=Mark |title=Islam in Java: Normative Piety and Misticism in the Sultanate of Yogyakarta |year=1989 |place=Tucson |publisher=[[Universitas Arizona|University of Arizona Press]] |isbn= |url= |ref=harv}}
* {{cite book |surname=Woodward |given=Mark |title=Java, Indonesia and Islam |year=2011 |place=Dordrecht |publisher=[[Springer Science+Business Media|Springer]] |isbn= |url= |ref=harv}}
* {{cite journal|last=Yang|first=Heriyanto|title=The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia|url=https://archiv.ub.uni-marburg.de/ep/0004/article/download/3627/3511/|format=PDF|journal=Marburg Journal of Religion|date=2005|volume=10|issue=1|pages=|ref=harv}}
* {{cite book |author=Zulkifli |year=2011 |title=The struggle of Shi’is in Indonesia |place=Canberra |publisher=[[Universitas Nasional Australia|ANU E Press]] |url=https://books.google.co.id/books?id=IbhIAgAAQBAJ&lpg=PR3&ots=3DmMxCB6eM&dq=The%20struggle%20of%20Shi%E2%80%99is%20in%20Indonesia.%20Canberra&hl=ru&pg=PR4#v=onepage&q=The%20struggle%20of%20Shi%E2%80%99is%20in%20Indonesia.%20Canberra&f=false |isbn=978-1925021295 |ref=harv }}
{{refend}}
{{refbegin|2}}
* {{cite book |surname=Bratakesawa|given=Raden |year=1954|title=Falsafah Sitidjenar: ngrewat pangrembag paham wahdatul-wudjud (pantheisme) ing tanah Djawi, ingkang ménggok dados paham ngaken Allah tuwin ngorakaken wontenipun ingkang nitahaken (atheisme) |language=jv|pages= |place=[[Surabaya]] |publisher=Kulawarga Bratakesawa |url= |isbn= |ref=harv}}
* {{cite book|surname=Matthes|given=Benjamin F.|year=1872|title=Over de bissoe’s of heidensche priesters en priesteessen der Boeginezen |trans-title=Tentang bissu atau pendeta pagan Bugis |language=nl |place=[[Amsterdam]]|publisher= |url= |isbn= |ref=harv}}
* {{cite book |surname=Schefold |given=Reimar |authorlink=:en:Reimar Schefold |title=Spielzeug für die Seelen — Kunst und Kultur der Mentawai-Inseln (Indonesien) |trans-title=Mainan untuk Jiwa: seni dan budaya Mentawai (Indonesia) |year=1980 |place=Zürich |publisher=[[Museum Rietberg]] |language=de |isbn= |ref=harv}}
|