Teori konflik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Membatalkan 1 suntingan oleh Shaynaodelia (bicara) ke revisi terakhir oleh 180.244.160.84(Tw)
Tag: Pembatalan
 
(6 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Teori konflik''' adalah [[teori]] yang memandang wabahwa [[perubahan sosial]] tidak terjadi melalui proses penyesuaian [[nilai]]-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya [[konflik]] yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.<ref>Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007. hlm. 54</ref>.
 
Menurut pengikut teori ini, yang konstan (tetap terjadi) dalam kehidupan [[masyarakat]] adalah [[Konflik|konflik sosial]], bukannya perubahan. Perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik dalam masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas kelompok penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga demikian adanya. Sumbangsih teori ini ada pada sebuah kejadian sejarah yang terjadi di Indonesia. Teori konflik ini di gunakan pada kudeta Partai komunis indonesia di madiun pada tahun 1949 pada masa revolusi kemerdekaan.<ref> {{cite book|title= Proses perubahan sosial di Masyarakat|author= Nur Djazifah|publisher= Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarat|year= 2012|page= 8|url= http://staffnew.uny.ac.id/upload/130936809/pengabdian/ppm-modul-sosiologi-perubahan-sosial.pdf}} </ref>.
 
Menurut pengikut teori ini, yang konstan (tetap terjadi) dalam kehidupan [[masyarakat]] adalah [[Konflik|konflik sosial]], bukannya perubahan. Perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik dalam masyarakat, yakni terjadinya pertentangan antara kelas kelompok penguasa dan kelas kelompok tertindas. Oleh karena konflik sosial berlangsung secara terus menerus, maka perubahanpun juga demikian adanya. Sumbangsih teori ini ada pada sebuah kejadian sejarah yang terjadi di Indonesia. Teori konflik ini di gunakan pada kudeta Partai komunis indonesia di madiun pada tahun 1949 pada masa revolusi kemerdekaan.<ref> {{cite book|title= Proses perubahan sosial di Masyarakat|author= Nur Djazifah|publisher= Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarat|year= 2012|page= 8|url= http://staffnew.uny.ac.id/upload/130936809/pengabdian/ppm-modul-sosiologi-perubahan-sosial.pdf}} </ref>
 
== Asumsi dasar ==
Teori konflik muncul sebagai reaksi dari munculnya teori [[struktural fungsional]].{{fact}} Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini adalah pemikiran [[Karl Marx]].{{fact}} Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural fungsional.<ref>Fred. Schwarz, 1960. You Can Trust the Communists. New Jersey: Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs.page. 71</ref>
{{fact}} Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural fungsional.<ref>Fred. Schwarz, 1960. You Can Trust the Communists. New Jersey: Prentice-Hall, Inc, Englewood Cliffs.page. 71</ref>
 
Pada saat itu Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya.{{fact}} Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di [[Eropa]] di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas [[pekerja]] miskin sebagai kelas [[proletar]].{{fact}} Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum [[borjuis]] melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses [[produksi]]. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (''false consiousness'') dalam diri [[proletar]], yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya [[gerakan sosial]] besar, yaitu [[revolusi]]. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.<ref>Tom Bottomore, dkk. 1979. Karl Marx: Selected Writings in Sociology and Social Philosphy. Victoria: Penguin Books. page. 34</ref>
Baris 25:
 
=== Inti Pemikiran ===
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok.<ref name=" Lewis Coser ">Lewis Coser, 1956. The Function of Social Conflict. New York: Free Press. page. 151-210</ref>. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.<ref name=" Lewis Coser "/>
 
Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan [[gereja]] kaum tradisional (yang memepertahankan praktik- praktik ajaran katolik pra- Konsili Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik (yang berpisah dengan gereja Episcopal mengenai masalah pentahbisan wanita).<ref name=" Lewis Coser "/> Perang yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat identitas kelompok Negara [[Liga Arab|Arab]] dan [[Israel]].<ref name=" Lewis Coser "/>
Baris 40:
Contoh: Dua pengacara yang selama masih menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi pengacara dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling berhadapan di meja hijau. Masing- masing secara agresif dan teliti melindungi kepentingan kliennya, tetapi setelah meniggalkan persidangan mereka melupakan perbedaan dan pergi ke restoran untuk membicarakan masa lalu.
 
Akan tetapi apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka pemisahan (antara konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk dipertahankan. Coser mennyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin besar rasa kasih saying yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang pada hubungan- hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat relatif bebas diungkapkan.<ref name=" Margaret. M. Poloma ">Margaret. M. Poloma, 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm. 113-120</ref>. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut.<ref name=" Margaret. M. Poloma "/> Apabila konflik tersebut benar- benar melampaui batas sehingga menyebabkan ledakan yang membahayakan hubungan tersebut,contohnya seperti konflik antara suami dan istri, serta konflik sepasang kekasih.}}
 
Coser. <ref name=" Continuities in the Study of Social Conflict ">Lewis Coser, 1967. Continuities in the Study of Social Conflict. New York: Free Press. page. 32-70</ref>. Mengutip hasil pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan yang terjadi dalam suatu kelompok.<ref name=" Lewis Coser (ed)"/> Dia menjelaskan bukti yang berasal dari hasil pengamatan terhadap masyarakat [[Yahudi]] bahwa peningkatan konflik kelompok dapat dihubungkan dengan peningkatan interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan.<ref name=" Continuities in the Study of Social Conflict "/> Bila konflik dalam kelompok tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya [[integrasi]] [[kelompok]] tersebut dengan [[masyarakat]]. Dalam struktur besar atau kecil konflik ''in-group'' merupakan indikator adanya suatu hubungan yang sehat.<ref name=" Continuities in the Study of Social Conflict "/> Coser sangat menentang para ahli [[sosiologi]] yang selalu melihat konflik hanya dalam pandangan negatif saja.<ref name=" Continuities in the Study of Social Conflict "/> Perbedaan merupakan peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial.<ref name=" Continuities in the Study of Social Conflict "/> Dengan demikian Coser menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai indikator dari kekuatan dan kestabilan suatu hubungan.<ref name=" Continuities in the Study of Social Conflict "/>
 
== Teori Konflik Menurut Ralf Dahrendorf ==
=== Sejarah Awal ===
Bukan hanya Coser saja yang tidak puas dengan pengabaian konflik dalam pembentukan teori sosiologi.segera setelah penampilan karya Coser, <ref name=" Lewis Coser "/>, seorang ahli sosiologi [[Jerman]] bernama Ralf Dahrendorf menyadur teori kelas dan konflik kelasnya ke dalam bahasa [[inggris]] yang sebelumnya berbahasa [[Jerman]] agar lebih mudah difahami oleh sosiolog [[Amerika Serikat|Amerika]] yang tidak paham bahasa Jerman saat kunjungan singkatnya ke [[Amerika Serikat]] (1957- 1958).<ref name=" Ralf Dahrendorf ">Ralf Dahrendorf, 1959.Class and Class Conflict in Industrial Society, Calif.: Stanford University Press. page. 142-189</ref> Dahrendorf tidak menggunakan teori Simmel melainkan membangun teorinya dengan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta memodifikasi teori sosiologi [[Karl Marx]].<ref name=" Ralf Dahrendorf "/> Seperti halnya Coser, Ralf Dahrendorf mula- mula melihat teori konflik sebagai teori parsial, mengenggap teori tersebut merupakan perspektif yang dapat dipakai untuk menganalisis fenomena sosial.<ref name=" Ralf Dahrendorf "/> Ralf Dahrendorf menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama.<ref name=" Ralf Dahrendorf "/>
 
=== Inti Pemikiran ===
Baris 66:
{{reflist}}
 
[[Kategori:Teori sosiologi| ]]