Elong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Eva Oktaviany (bicara | kontrib)
merevisi referensi dan puebi, serta menambahkan pranala dalam
 
Baris 6:
 
* Elong Aruk: nyanyian yang diperuntukkan saat penyelenggaraan penobatan Raja ([[Arung Palakka|Arung]]).
 
* Elong Baweng: nyanyian yang bertujuan menghibur, menceritakan tentang seekor [[Bayan (burung)|burung bayan]] yang dikaitkan dengan cerita-cerita lainnya. Dalam nyanyian ini, jumlah baris dan suku kata tidak menentu, serta terdapat penyebalan dari ketentuan umum pada elong.
 
* Elong Bissu: nyanyian yang menceritakan tentang alat-alat pusaka milik kerajaan dan memiliki dua istilah dalam pemujaan ini, yaitu (1) ajarang karena ditampilkan kepada khalayak umum sebelum upacara adat dimulai; dan (2) mapalilik karena dilakukan saat upacara mulai turun ke sawah. Penamaan ''bissu'' pada elong disebabkan dinyanyikan oleh seorang bissu (pendeta). Bissu yang dimaksud adalah bissu yang secara fisik laki-laki, tetapi gerakannya menyerupai wanita.
 
* Elong Botting: nyanyian yang diperuntukkan pengantin yang akan menikah. Isi dalam syairnya bersifat [[mitologi]] tentang perkawinan antara langit dan bumi secara simbolis, juga berisi wejangan kepada pemuda pemudi yang akan melangsungkan pernikahan. Dinyanyikan saat malam pengantin bersanding dua.
 
* Elong Lamenruranana: nyanyian yang menceritakan tentang [[sejarah]], [[dongeng]], dan nasihat, tetapi di dalamnya terkandung humor (kelucuan). Setiap baris dalam syair terdiri atas 8 suku kata, tetapi jumlah barisnya tidak menentu. Elong ini dibagi menjadi dua macam, yaitu (1) Lamenruranana Suppa yang menceritakan tentang asal muasal [[Kedatuan Suppa|Kerajaan Suppa]] berdiri; dan (2) Lamenruranana Arung Palakka yang menceritakan tentang kekuasaan dan kewibawaan [[Arung Palakka]] di tanah [[Suku Bugis|Bugis]].
 
* Elong Mosong: nyanyian yang berasal dari daerah [[Kabupaten Barru|Barru]], diperuntukkan memberi semangat kepada para prajurit yang akan berangkat berperang pada zaman kerajaan-kerajaan dahulu. Namun kini, nyanyian ini diperuntukkan memberi semangat kepada para pekerja yang sedang bergotong royong dan membutuhkan tenaga banyak. Misalnya, saat mengerjakan sawah ladang, membangun rumah, masjid, desa, dan lain-lain. Oleh karena itu, elong ini menyelipkan nama ''royong'' yang menggambarkan fungsinya.
 
* Elong Pappaseng: nyanyian yang menceritakan tentang tingkah laku dan adat istiadat.
 
* Elong Royong: nyanyian sakral yang diperuntukkan bayi agar mendapatkan kekuatan gaib sejak ia baru lahir hingga berusia 7 atau 40 hari. Dinyanyikan oleh seorang dukun yang disebut Sahro dan ditentukan berdasarkan [[status sosial]] orang tua si bayi dalam masyarakat.
 
* Elong Sobo: nyanyian yang bersifat sakral karena kata-katanya berasal dari [[mantra]] dan terdapat di daerah [[Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan|Kabupaten Pangkajene]] - [[Watang Sidenreng, Sidenreng Rappang|Sidenreng, Sulawesi Selatan]]. Sebelum disebut sebagai Elong Sobo, nyanyian ini dahulu dinamakan Elong Sabo karena penyanyi harus mengucapkan kata ''sabo-sabo'' yang merupakan suatu [[mantra]] saat memulai nyanyian. Kini, nyanyian ini hanya dinyanyikan oleh kalangan para penganut kepercayaan lama yang disebut Toani Tolatang. Sifatnya tidak terikat dengan jumlah bait, baris, dan suku kata, tetapi umumnya setiap bait terdiri atas 4 baris. Nyanyian ini memiliki maksud membujuk kebajikan dewata atau kekuatan gaib agar dapat memberikan kekuatan dan kesaktian kepada seseorang atau masyarakat yang menghayati nyanyian tersebut.