Hoegeng Iman Santoso: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(58 revisi perantara oleh 35 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tambah referensi}}
{{Infobox Officeholder
| honorific-prefix =
| name = Hoegeng Iman Santoso
| image = Police chief Hugeng Iman Santoso, Sekilas Lintas Kepolisian Republik Indonesia, p20.jpg
| imagesize = 200px
| caption =
| order = ke-5
| office = Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
| president = [[Soeharto]]
| term_start = 9 Mei 1968
| term_end = 2 Oktober 1971
| predecessor = [[Soetjipto Joedodihardjo]]
| successor = [[M. Hasan]]
| office2 = Sekretaris Kabinet Indonesia
| order2 = ke-2
| president2 = [[Soekarno]]
| term_start2 = 27 Maret 1966
| term_end2 = 25 Juli 1966
| predecessor2 = [[Djamin Ginting]]
| successor2 = [[Sudharmono]]
| office3 = Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia{{!}}Direktur Jenderal Imigrasi
| order3 = ke-4
| president3 = [[Soekarno]]
| term_start3 = 19 Januari 1961
| term_end3 = 22 Juni 1965
| predecessor3 = [[Notohatyanto]]
| successor3 = Widikdo Soedikman
| birth_date = {{birth date|1921|10|14}}
| birth_place
| death_date = {{death date and age|2004|7|14|1921|10|14}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| party =
| spouse = Meriyati
| children = 3
| relatives = {{hlist|Roos Mini Agoes Salim (keponakan)|[[Kasino (pelawak)|Kasino]] (keponakan)}}
| residence =
| alma_mater =
| occupation =
| allegiance = {{unbulleted list|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian National Police.svg|25px]] [[Kepolisian Republik Indonesia]]▼
▲|allegiance = {{unbulleted list|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1944—1945)|{{flag|Indonesia}} (1945—1971)}}
| unit =
▲|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian National Police.svg|25px]] [[Kepolisian Republik Indonesia]]
| rank = [[Berkas:PDU JEN.png|25px]] [[Jenderal Polisi]]▼
| serviceyears = 1944—1971▼
▲|rank = [[Berkas:PDU JEN.png|25px]] [[Jenderal Polisi]]
▲|serviceyears = 1944—1971
}}
[[Jenderal Polisi]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Doktorandus|Drs.]] '''Hoegeng Iman Santoso'''<ref>{{Cite web|title=Pejabat Kapolri dari Masa ke Masa|url=https://polri.go.id/sejarah-kapolri|website=Website Resmi Polri|access-date=25 September 2021}}</ref><ref>{{Cite web|title=Detail biodata Pejabat Menteri - Jenderal (Purn.) Dr. Hoegeng Imam Santoso|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=231&presiden_id=&presiden=|website=Kepustakaan Presiden Republik Indonesia|access-date=14 Oktober 2022}}</ref><ref>{{Cite book|last=Muradi|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/881367626|title=Politics and Governance in Indonesia : the Police in the Era of Reformasi.|publisher=Taylor & Francis|isbn=1-306-86105-5|pages=185|oclc=881367626|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=van Dijk|first=C. (Kees)|date=2021|url=https://www.worldcat.org/oclc/1276859752|title=A Country in Despair Indonesia Between 1997 And 2000.|location=Boston|publisher=Brill|isbn=978-90-04-43487-5|pages=197|oclc=1276859752|url-status=live}}</ref> ({{lahirmati|[[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]|14|10|1921|[[Jakarta]]|14|7|2004}}) adalah [[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]] dari tahun 1968 hingga 1971. Hoegeng secara historis dikenal sebagai pejabat polisi yang paling berani dan jujur di negara ini, pada saat mayoritas pejabat pemerintah korup. Beliau terkenal karena tindakan dan upayanya yang terus menerus dalam memberantas korupsi dan permainan kekuasaan dalam kepolisian Indonesia serta mendorong peradilan pidana yang setara. Hoegeng merupakan salah satu Kepala Kepolisian Republik Indonesia dengan masa jabatan terpendek.
== Biografi ==
Baris 57 ⟶ 51:
Hoegeng lahir di [[Pekalongan]] pada 14 Oktober 1921. Nama lahirnya adalah Iman Santoso.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=viii}} Nama Hoegeng diambil dari "bugel" (menjadi "bugeng" dan kemudian "hugeng"; yang berarti gemuk) karena tubuhnya yang gemuk semasa kecil. Ayahnya adalah Soekarjo Kario Hatmodjo dari [[Tegal]], seorang jaksa di Pekalongan; ibunya adalah Oemi Kalsoem. Ia memiliki dua adik perempuan: Titi Soedjati dan Soedjatmi.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=7}} Hoegeng ingin menjadi polisi karena dipengaruhi oleh teman ayahnya yang menjadi kepala kepolisian di kampung halamannya Ating Natadikusumah.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=5}} Perwira hukum lain yang merupakan teman ayahnya adalah [[R. Soeprapto (jaksa agung)|Soeprapto]].{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=7}}
Hoegeng bersekolah di [[Hollandsch-Inlandsche School]] (HIS; sekolah dasar) Pekalongan dan lulus pada tahun 1934. Ia kemudian mendaftar di [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]] (MULO; sekolah menengah pertama) di kota yang sama dan lulus tiga tahun kemudian. Ia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di [[Algemene Middelbare School]] (AMS; sekolah menengah atas) jurusan bahasa dan sastra Barat. Selama di AMS, Hoegeng berteman dengan seniornya [[Burhanuddin Harahap]], teman sekelasnya [[Soedarpo Sastrosatomo]], dan juniornya [[Usmar Ismail]] dan [[Rosihan Anwar]]. Pada tahun 1940, setelah lulus, ia pindah ke Batavia melanjutkan studinya di [[Rechtshoogeschool te Batavia]] (RHS; perguruan tinggi hukum), meskipun beberapa anggota keluarganya menginginkannya untuk mendaftar di Middlebare [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren]] (MOSVIA; perguruan tinggi pegawai negeri). Di sana ia terlibat dalam organisasi kemahasiswaan bernama Unitas Studiosorum Indonesiensis (USI). Di organisasi itu, ia bertemu [[Soebadio Sastrosatomo]], [[Subandrio]], [[Oemar Seno Adji|Oemar Senoadji]], [[Chairul Saleh]], dan [[Hamid Algadri
Pada bulan Maret 1942, Jepang menduduki Hindia Belanda. Awalnya, Hoegeng merasa lega dengan kedatangan Jepang. Tapi, kemudian militer Jepang menutup RHS. Hoegeng kemudian kembali ke rumah pada bulan April; ia menggunakan waktu luangnya untuk menjual telur dan buku sekolah bahasa Jepang bepergian dari satu kota ke kota lain termasuk [[Kabupaten Pati|Pati]] dan [[Semarang]] bersama temannya Soehardjo Soerjobroto. Di Semarang, ia bertemu kerabatnya dan ditawari bekerja di stasiun radio Hoso Kyoku. Dia diterima dan mulai bekerja satu bulan kemudian. Saat bekerja di stasiun, ia mendaftar ke pembukaan kursus polisi di Pekalongan. Hoegeng kemudian melamar dan diterima sebagai salah satu dari sebelas anggota kepolisian dari 130 pelamar.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|pp=12-13}}
Baris 70 ⟶ 64:
Suatu hari setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi]], Soeprapto, teman ayah Hoegeng, mengumpulkan anggota polisi, termasuk Hoegeng dan atasannya Soekarno Djojonegoro, dan memberi tahu mereka tentang kemerdekaan Indonesia dan akan ada pemindahan kekuasaan. Pada bulan Oktober, Hoegeng dirawat di sebuah rumah sakit (sekarang [[Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi]]) di Semarang setelah menderita gegar otak selama bertugas menjaga tahanan Jepang. Saat itu, [[Pertempuran Lima Hari]] antara pejuang Indonesia dan tawanan Jepang terjadi. Pagi hari sebelum rumah sakit diserbu oleh Jepang, Hoegeng kabur karena tidak suka dengan suasana rumah sakit dan kabur dari tempat dia dirawat. Setelah pertempuran mulai berhenti, Hoegeng disarankan oleh dokter untuk beristirahat. Ia lalu pamit dan beristirahat di Pekalongan.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|pp=20-23}}
Selama di Pekalongan, Hoegeng dikunjungi Komodor [[Mohammad Nazir|M. Nazir]] yang kemudian menjadi [[Kepala Staf Angkatan Laut]] pertama. Nazir tertarik pada Hoegeng karena dia ingin membentuk polisi militer angkatan laut dan menawarkan yang terakhir untuk menjadi bagian dari angkatan laut. Hoegeng kemudian menerima tawaran itu terutama karena dia ingin tantangan karena kepolisian sudah mapan. Sebagai perwira militer berpangkat Mayor, ia diberi hak untuk tinggal di Hotel Merdeka, Yogyakarta, dan dibayar Rp 400 per bulan. Di bawah pimpinan Letnan Kolonel Darwis, Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut di Tegal, tugas pertamanya adalah merumuskan landasan dasar kepolisian militer yang pada mulanya bernama satuan Penyelidik Militer Laut Chusus (PMLC). Selama tinggal di hotel, Hoegeng dibujuk oleh [[Soekanto Tjokrodiatmodjo]], kepala kepolisian, untuk kembali menjadi polisi. Di Yogyakarta, Hoegeng memiliki aktivitas lain sebagai pemeran utama sandiwara radio ''Saija dan Adinda'' yang disiarkan oleh radio Angkatan Laoet, Darat, dan Oedara (ALDO) dan [[
===Kemerdekaan Indonesia dan pendudukan Belanda===
Baris 76 ⟶ 70:
[[Raden Soemarto|Soemarto]] yang saat itu menjabat [[Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia|Wakil Kepala Djawatan Kepolisian Negara]] dan diminta menjadi bawahannya. Hoegeng diterima tetapi ingin mengunjungi Yogyakarta. Dia dibantu oleh Soemarto dan meninggalkan istrinya dan pergi sendiri pada bulan September. Di Yogyakarta, Hoegeng melaporkan tugasnya kepada Soekanto dan meminta izin sebagai bawahan Soemarto di Jakarta; Soekanto memberikan izin. Pada bulan November, Hoegeng bekerja sebagai asisten Soemarto dan diberi tugas untuk mengamati tahanan politik Indonesia dan membantu mereka jika memungkinkan. Di Jakarta, ia berkorespondensi dengan [[Sudirman]], [[Hamengkubuwono IX]], [[Oerip Soemohardjo]], [[Suryadi Suryadarma]], dan M. Nazir.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|pp=26-30}}
Ia pernah menjadi Kepala Dinas Pengawasan Keamanan Negara (DPKN) di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]] pada tahun 1952. Ia menjadi kepala [[Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia|Badan Reserse Kriminal]] (Bareskrim) di [[Medan]], [[
=== Karier ===
Sewaktu pendudukan [[Jepang]], ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943). Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut [[Jawa Tengah]] (1945-1946). Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara.
Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, Georgia, [[Amerika Serikat]]. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi
==== Kepala Kepolisian Republik Indonesia ====
Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971 dan digantikan oleh Drs. [[M. Hasan|Mohamad Hasan]].
Saat menjadi Kapolri Hoegeng Iman Santoso melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut struktur organisasi di tingkat Mabes [[Polri]]. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Pada masa jabatannya terjadi perubahan nama pimpinan [[polisi]] dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabes Pol).
Baris 91 ⟶ 85:
== Kehidupan pribadi ==
Di luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors, selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele. Kegiatan Hoegeng tersebut sempat ditampilkan di TVRI, namun kemudian dicekal oleh [[
== Meninggal
== Penghargaan ==
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Iman Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa baik di dalam maupun luar negeri,
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
| colspan="3"|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=PIta (Ribbon) Bintang Mahaputera Utama.png|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Gerilya.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Dharma.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Jalasena Utama.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Jana Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Satyalencana Ksatria Bhayangkara.png|width=100}}
|-
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana GOM I.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Sapta Marga.gif|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Satya Lencana Penegak.gif|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) Ribbon bar.png|width=100}}
|}
{| class="wikitable" width="60%" style="margin:1em auto; text-align:center;"
▲[[File:Order of Orange-Nassau ribbon - Knight Grand Cross.svg|100px]]
▲[[File:Order of the Crown of Thailand - 1st Class (Thailand) ribbon.svg|100px]]
|-
!Baris ke-1
| colspan="2"|[[Bintang Mahaputera Utama]] (14 Agustus 2004)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI Yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 2004 - Sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/4404daftar_penerima_bintang_mahaputera_tahun_2004-sekarang.pdf|access-date=25 Agustus 2021}}</ref>
|colspan="4" style="text-align:center;"|[[Bintang Bhayangkara|Bintang Bhayangkara Utama]]▼
| colspan="
|-
!Baris ke-2
| colspan="
|colspan="4" style="text-align:center;"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia|Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan]]▼
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Utama]]
|-
!Baris ke-3
|colspan="4" style="text-align:center;"|[[Satyalancana Satya Dasawarsa]]▼
| colspan="
| colspan="1"|[[Bintang Swa Bhuwana Paksa|Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama]]
|colspan="4" style="text-align:center;"|[[Satyalancana Ksatriya Tamtama]]▼
▲| colspan="
|-
!Baris ke-4
| colspan="
| colspan="
|-
!Baris ke-5
|colspan="4" style="text-align:center;"|[[Satyalancana G.O.M I]]▼
| colspan="
| colspan="
| colspan="1"|[[Satyalancana Perang Kemerdekaan II]]
|-
!Baris ke-6
|colspan="4" style="text-align:center;"|[[Orde Oranye-Nassau|Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau]] ([[Belanda]])▼
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Sapta Marga]]
|colspan="4" style="text-align:center;"|[[Bintang Mahkota Thailand|Knight Grand Cross of the Most Noble Order of the Crown of Thailand]]▼
|-
!Baris ke-7
▲| colspan="
▲| colspan="
| colspan="1"|[[Darjah Yang Mulia Setia Mahkota Malaysia|Panglima Setia Mahkota]] (P.S.M.) - Malaysia
|}
== Referensi ==
Baris 176 ⟶ 178:
{{Kapolri}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Tokoh Polri]]
[[Kategori:Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]]
Baris 182 ⟶ 185:
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Pekalongan]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
|