Candi Tikus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
k Membatalkan suntingan oleh 182.1.216.108 (bicara) ke revisi terakhir oleh 116.206.42.100: suntingan tidak membangun
Tag: Pengembalian SWViewer [1.6]
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 21:
}}
 
'''Candi Tikus''' adalah sebuah peninggalan dari kerajaan yang bercorak Hindu yang terletak di Kompleks Trowulan, tepatnya di dukuh Dinuk, Desa [[Temon, Trowulan, Mojokerto|Temon]], Kecamatan [[Trowulan, Mojokerto|Trowulan]], Kabupaten [[Mojokerto]], [[Jawa Timur]]. Nama ‘Tikus’ hanya merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan, tempat Candi tersebut berada merupakan sarang tikus. Di sana pemandangannya sangat bagus.
 
== Lokasi Candi ==
Mengunjungi Candi Tikus ini, jauhnya sekitar 13 km di sebelah tenggara kota Mojokerto. Patokannya dari jalan raya Mojokerto-JombangMojokerto–Jombang, tepat di perempatan Trowulan, membelok ke timur, melewati [[Kolam Segaran]] dan sekitar 600 m dari [[Candi Bajangratu]] di sebelah kiri jalan.
 
Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun [[1914]]. Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan bupati Mojokerto, [[R.A.A. Kromojoyo Adinegoro]], tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985.'''<ref>http://candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawa_timur-candi_tikus</ref>'''
Baris 31:
 
== Fungsi Candi ==
Bentuk Candi Tikus yang mirip sebuah [[petirtaan]] mengundang perdebatan di kalangan pakar sejarah dan arkeologi mengenai fungsinya. Sebagian pakar berpendapat bahwa candi ini merupakan petirtaan (tempat pemandian keluarga raja), tetapi sebagian pakar yang lain berpendapat bahwa bangunan tersebut merupakan tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk [[Trowulan]]. Namun, menaranya yang berbentuk meru menimbulkan dugaan bahwa bangunan Candicandi ini juga berfungsi sebagai tempat pemujaan.
 
Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan berupa sebuah kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk persegi empat dengan ukuran 29,5 m x× 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah sekitarnya. Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75&nbsp;cm yang mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke Candicandi terdapat di sisi utara, berupa tangga selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam.
 
Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x× 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada dinding luar, masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk [[padma]] (teratai) yang terbuat dari batu [[andesit]].
 
Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x× 7,65 m. Di atas bangunan ini terdapat sebuah ‘menara’ setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran ([[jaladwara]]) berbentuk bunga teratai dan [[makara]].
 
Hal lain yang menarik ialah adanya dua jenis batu bata dengan ukuran yang berbeda yang digunakan dalam pembangunan Candicandi ini. Kaki Candicandi terdiri atas susunan bata merah berukuran besar yang ditutup dengan susunan bata merah yang berukuran lebih kecil. Selain kaki bangunan, pancuran air yang terdapat di Candicandi ini pun ada dua jenis, yang terbuat dari bata dan yang terbuat dari batu andesit.
 
Perbedaan bahan bangunan yang digunakan tersebut menimbulkan dugaan bahwa Candi Tikus dibangun melalui beberapa tahap. Dalam pembangunan kaki candi tahap pertama digunakan batu bata merah berukuran besar, sedangkan dalam tahap kedua digunakan bata merah berukuran lebih kecil. Dengan kata lain, bata merah yang berukuran lebih besar usianya lebih tua dibandingkan dengan usia yang lebih kecil. Adapun Pancuranpancuran air dari bata merah diperkirakan dibuat pada tahap pertama pembangunan karena bentuknya yang masih kaku, sedangkan Pancuranpancuran air dari batu andesit yang lebih halus pahatannya diperkirakan dibuat pada tahap kedua. Walaupun demikian, tidak diketahui secara pasti kapan kedua tahap pembangunan tersebut dilaksanakan.<ref>[http://arsitekuajy.tripod.com/ww_tikus.html Arsitek UAJY Vol I no. 9 online]</ref>
 
== Galeri ==