Pengguna:Rodina35/bak pasir/1: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rodina35 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Rodina35 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(10 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Bak pasir pribadi}}
{{bahasa
|name= Bahasa Jawa MalanganMalang
|nativename={{plainlist|
* {{lang|jv|''Basa Walikan''}}
Baris 29:
| glotto= mala1493
|fam5=[[Rumpun dialek Arekan|Arekan]]|minority={{flag|Indonesia}}}}[[Berkas:Spanduk dengan bahasa walikan Malang.jpg|jmpl|283x283px|Spanduk dengan bahasa Jawa Malangan di Malang.]]
'''Bahasa Jawa Malangan,Malang''', juga dikenal dengan '''''boso Walikan''''' ({{Lang-jv|ꦧꦱꦮꦭꦶꦏ꧀ꦏꦤ꧀|Basabasa Walikan|lit=bahasa Balikan}}, {{IPA-jv|bɔsɔ waliʔan|}}) atau '''''osob Kiwalan''''', adalah subdialek [[Dialek Arekan|bahasa Jawa Arekan]] yang dituturkan di wilayah [[Kawasan Malang Raya|Malang Raya]]. Dialek ini memiliki ciri khas berupa pembentukan kosakata baru dengan cara yang paling umum adalah membalikkan [[fonem]] pada kosakata [[bahasa Jawa]] ataupun [[bahasa Indonesia]] pada umumnya, kecuali pada konsonan[[gugus rangkapkonsonan]], [[afiks]], dan gabungan suku kata yang tidak memungkinkan bisa dibalik.<ref>{{Cite journalSfn|last=Hanggoro|first=Wahyu Puji|date=2016-01-01|titlep=Bahasa Walikan Sebagai Identitas Arek Malang|url=http://jurnal.fib.uns.ac.id/index.php/etnografi/article/view/218|journal=Etnografi|language=id|volume=16|issue=1|pages=23–30|issn=1411-7258|access-date=2018-04-14|archive-date=2018-10-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20181026200718/http://jurnal.fib.uns.ac.id/index.php/etnografi/article/view/218|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite bookSfn|last=Setyanto|first=Aji|date=2016|urlp=https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpp/article/view/375|title=Osob}} NgalamanPembalikan (Bahasakosakata Slangini asalyang Malang)menghasilkan sebagainama Salah''Walikan'', Satudari Iconkata Malang:''walik'' Studiyang Strukturberarti Osob Ngalaman,'balik' dalam Sosialbahasa Network|location=Malang|publisher=Jurnal Pariwisata Pesona Universitas Merdeka Malang|isbn=|issn=1410–7252|url-status=live}}</ref>Jawa.
 
Berawal''Boso sebagaiWalikan'' sandibermula dari sarana komunikasi rahasia yang digunakan oleh para pejuang [[Gerilya Rakyat Kota]] (GRK) pada masa awal kemerdekaan [[Indonesia]],. kiniKini, ''osobboso KiwalanWalikan'' telah banyakumum digunakan oleh kalangan anak muda, baik dari Malang maupun luar Malang, dalam percakapan sehari-sehari dan berfungsi sebagai salah satu ciri khas Malang.<ref>{{Cite journalSfn|last=Rachmawaty|first=Iin|date=2012|titlep=Lawikan Kera Ngalam di Tengah Arus Globalisasi|url=https://e-journal.unair.ac.id/LAKON/article/view/1922|journal=Jurnal Lakon|volume=1|issue=1|pages=98-104|doi=10.20473/lakon.v1i1.1922}}</ref> ''OsobBoso KiwalanWalikan'' banyak dipopulerkan melalui [[media sosial]] dan berbagai bentuk media lain, seperti [[grafiti]] dan cendera mata. Selain itu, kelompok pendukung klub sepakbola asal Malang, [[Aremania]], juga turut andil dalam mempopulerkan ''osob Kiwalan'' melalui penggunaannya dalam berbagai bentuk dukungan kepada klub ataupun dalam percakapan sehari-hari.<ref>{{Cite bookSfn|last=Fitriah|first=Sa'idah|date=2015|url=http://digilib.isi.ac.id/941/1/BAB%201.pdf|title=Penyutradaraan Dokumen Interaktif Boso Walikan Malang “Nendes Kombet”|location=Yogyakarta|publisher=Jurusan Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta|url-statusp=live}}</ref>
 
== Sejarah ==
Sejarah ''boso Walikan'' berasal dari pemikiran para pejuang era [[Revolusi Nasional Indonesia|perang kemerdekaan]], yaitu kelompok [[Gerilya Rakyat Kota]] (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektivitas komunikasi sesama pejuang, dan juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa ''Clash II'' perang kemerdekaan sekitar akhir Maret 1949, [[Belanda]] banyak menyusupkan mata-mata di dalam kelompok pejuang Malang. Mata-mata ini banyak yang mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. Penyusupan ini terutama untuk memburu sisa laskar pimpinan Mayor Hamid Rusdi, yang telah gugur pada 8 Maret 1949 dalam pertempuran Dukuh Sekarputih (sekarang [[Wonokoyo, Kedungkandang, Malang|Wonokoyo]]).
 
=== Era revolusi nasional ===
Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu, Suyudi Raharno, mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga keamanan informasi. Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi serta tidak terikat pada aturan tata bahasa, baik itu bahasa nasional, bahasa daerah (Jawa, [[Bahasa Madura|Madura]], Arab, Tionghoa), maupun mengikuti istilah yang umum dan baku. Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara, baik pengucapan maupun penulisan, yaitu dibaca secara terbalik dari belakang ke depan.
''Boso Walikan'' berasal dari pemikiran para pejuang era [[Revolusi Nasional Indonesia|perang kemerdekaan]], yaitu kelompok [[Gerilya Rakyat Kota]] (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektivitas komunikasi sesama pejuang, dan juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa [[Agresi Militer Belanda II]], [[Belanda]] banyak menyusupkan mata-mata di dalam kelompok pejuang di Malang untuk memburu sisa laskar pimpinan [[Hamid Roesdi|Mayor Hamid Rusdi]]. Mata-mata ini banyak yang berasal dari kalangan [[Pribumi-Nusantara|pribumi]], sehingga komunikasi dalam bahasa Jawa menjadi hal yang berisiko karena para mata-mata dapat memahaminya.
 
Tokoh pejuang Malang, Suyudi Raharno dan Wasito, mempunyai gagasan untuk menciptakan "bahasa baru" bagi sesama pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga kerahasiaan informasi. Bahasa tersebut dibuat dengan satu cara, baik pengucapan maupun penulisan, yaitu dibaca secara terbalik dari belakang ke depan.
Pada saat itu, banyak sekali mata-mata Belanda yang berasal dari [[Pribumi-Nusantara|orang pribumi]] sendiri. Otomatis, komunikasi dalam bahasa Jawa menjadi hal yang riskan karena para mata-mata juga pasti akan paham dan lantas akan membocorkannya pada pihak Belanda. Oleh karena itu, para pejuang menggunakan ''boso Walikan'' untuk mengelabui para mata-mata, sekaligus untuk meminimalisir bocornya strategi perjuangan para gerilyawan.
 
Karena keakraban dan pergaulan sehari-hari, para pejuang dalam waktu singkat dapat fasih menguasai "bahasa baru" ini. Sedangkan lawanLawan dan para penyusup, yang tidakmerupakan setiapkelompok haridi bergaulluar penutur bahasa ini, dengan sendirinya akantidak kebingungandapat danmemahami selalubahasa ketinggalan istilah-istilah barutersebut. Siapapun yang tidak fasih mempergunakan bahasaHal ini dapat dipastikan bukan bagian dari golongan pejuang dan pendukungnya, sehinggamembuat kehadiran para penyusup dapat diketahui dengan cepat serta rahasia komunikasi tetap terjaga.
 
Aturan yang sederhana membuat pengembangan ''boso Walikan'' menjadi sangat luas. Oleh karena itu, istilah-istilah penting perlu disepakati di kalangan pejuang. Beberapa di antaranya berupa sebutan untuk kelompok etnis, seperti ''Nolo'' '[[Bangsa Belanda|Belanda]]', ''Onet'' '[[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]', ''Arudam'' '[[Suku Madura|Madura]]', dan ''Bara'' '[[Arab-Indonesia|Arab]]'. Istilah lain yang umum digunakan juga ''silup'' 'polisi', ''benduk owod'' '[[senjata api]] laras panjang', serta berbagai kata ganti dan sapaan seperti ''uka'' 'aku', ''ayas'' 'saya, ''umak'' 'kamu', ''okir'' 'kamu', dan ''ebes'' 'bapak'. Istilah bagi mata-mata Belanda adalah ''keat atam'', secara harfiah berarti 'kotoran mata', untuk membedakan dari ''atam'' 'mata'.
Karena aturan dalam bahasa ini sangat bebas dan longgar, kemungkinan pengembangannya menjadi sangat luas. Oleh karena itu, beberapa istilah penting perlu disepakati di kalangan pejuang. Kesepakatan istilah ini juga diperlukan karena banyak kata penting sulit untuk dibaca terbalik, sehingga harus dicari istilah dan padanan yang sesuai namun mudah diingat oleh para pelakunya. Sebagai contoh, kata Belanda dalam bahasa Jawa disebut ''Landa'' yang cukup sulit dibaca terbalik, maka digunakan istilah padanan berupa ''Nolo''. Demikian juga dengan polisi yang tidak dibalik menjadi ''isilop'', namun cukup ''silop''. Kemudian untuk mata-mata, bila dibaca terbalik menjadi ''atam''. Namun, untuk menentukan bahwa yang dimaksud dalam istilah tersebut adalah antek Belanda, maka ditambah kata ''keat'', berasal dari kata ''taek'' yang dalam bahasa Jawa berarti kotoran. ''Keat atam'', atau kotoran mata, yang dalam bahasa Jawa juga disebut ''ketek'', digunakan sebagai istilah untuk para penyusup.
 
Suyudi Raharno gugur disergap Belanda di suatu pagi buta di pinggiran wilayah Dukuh Genukwatu (sekarang [[Purwantoro, Blimbing, Malang|Purwantoro]]) pada bulan September 1949. Sedangkan Wasito gugur dalam pertempuran di Gandongan (sekarang [[Pandanwangi, Blimbing, Malang|Pandanwangi]]) seminggu sebelumnya. Keduanya disemayamkan di [[Taman Makam Pahlawan Untung Suropati]].
Senjata genggam disebut ''benduk'' karena sulit menemukan istilah yang pas. Senjata laras panjang disebut ''benduk owod'' atau ''owod'', dari kata ''benduk'' 'senjata' dan ''owod'', yang diambil dari bahasa Jawa ''dawa'' 'panjang'. Sedangkan untuk menyebut masyarakat dari suku/etnis tertentu, digunakan istilah ''onet'' untuk [[Tionghoa-Indonesia|etnis Tionghoa]] (berasal dari kata ''cina'' dalam bahasa Jawa), ''arudam'' untuk [[Suku Madura|etnis Madura]], ''bara'' untuk [[Arab-Indonesia|etnis Arab]], dan lain-lain. Sedangkan untuk kata ganti persona, digunakan ''uka'' 'aku', ''ayas'' 'saya', ''umak'' 'kamu', dan ''okir'' 'kamu' (berasal dari kata ''rika'' 'kamu' dalam dialek bahasa Jawa).
 
=== Pasca kemerdekaan ===
Sesuatu yang baik/bagus disebut sebagai ''nez,'' berasal dari kata ''zen'' dalam bahasa Arab. Kata sapaan untuk orang tua laki-laki adalah ''ebes'' 'bapak', berasal dari kata ''abah'' atau ''sebeh'' yang biasa digunakan oleh etnis Arab. ''Ebes'' kemudian menjadi sapaan yang populer digunakan sebagai gelar kehormatan tidak resmi kepada para komandan, pemimpin, atau pembesar/pemuka masyarakat yang dituakan oleh segenap masyarakat Malang. Penggunaan ini bertahan sampai sekarang.
Setelah era revolusi kemerdekaan hingga tahun 1970-an, penggunaan ''boso Walikan'' hanya terbatas pada kalangan tertentu, seperti penjaja tiket bioskop, tukang becak, dan kelompok kriminal. Perlahan-lahan penggunaan ''boso Walikan'' mulai meluas ke kalangan pelajar dan suporter sepak bola. Seiring dengan berjalannya waktu, bahasa ini semakin umum diketahui oleh penduduk Malang. Pasca [[Reformasi Indonesia|reformasi]], keleluasaan yang didapatkan daerah untuk membentuk identitas regionalnya turut membuat ''boso Walikan'' mendapatkan kedudukan sebagai ciri khas warga Malang. ''Boso Walikan'' semakin umum dijumpai, baik di media cetak, televisi, dan penggunaan yang meluas ke berbagai kalangan.{{Sfn|Hoogervorst|2014|p=107-108}}
 
== Pembentukan kosakata ==
Suyudi Raharno gugur disergap Belanda di suatu pagi buta di pinggiran wilayah dukuh Genukwatu (sekarang [[Purwantoro, Blimbing, Malang|Purwantoro]]) pada September 1949, walaupun gencatan senjata sedang berlaku saat itu. Seminggu sebelumnya, salah seorang kawan akrabnya yang turut mencetuskan ''osob kera Ngalam'' 'bahasa anak Malang', Wasito, juga gugur dalam pertempuran di Gandongan (sekarang [[Pandanwangi, Blimbing, Malang|Pandanwangi]]). Keduanya disemayamkan di [[Taman Makam Pahlawan Untung Suropati]].
Sejatinya, ''boso Walikan'' bukanlah bahasa sandi karena tetap menggunakan bahasa yang lazim digunakan. Bahasa ini hanya memiliki cara membentuk kosakata baru, yaitu dengan dibalik. Kosakata yang dibalik dapat berasal baik dari bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia. Namun, tidak semua kata bisa dibuatkan istilah ''walikan''-nya, karena hanya kata-kata yang umum saja yang biasa dibaca secara terbalik. Pembalikan kata juga dibatasi oleh [[Bahasa Jawa#Fonologi|fonologi bahasa Jawa]], sehingga tidak semua kata dapat dibalik begitu saja. Pembalikan kata umumnya terdapat pada tingkat [[leksikal]].
 
Terdapat beberapa metode pembalikan kata yang dapat dijumpai pada ''boso Walikan'', yaitu pembalikan [[Segmen (linguistik)|segmen]], transposisi, pertukaran deret, dan permutasi.
Sejatinya, ''boso Walikan'' bukanlah bahasa sandi karena tetap menggunakan bahasa yang lazim digunakan. Bahasa ini hanya memiliki cara membaca yang berbeda. Kata yang lazimnya dibaca dari kiri ke kanan akan dibaca sebaliknya, yaitu dari kanan ke kiri. Kosakata yang dibalik dapat berasal baik dari bahasa Jawa maupun bahasa Indonesia, sehingga ''boso Walikan'' dapat terus berkembang. Namun, tentu tidak semua kata bisa dibuatkan istilah ''walikan''-nya, karena hanya kata-kata yang umum saja yang biasa dibaca secara terbalik. Sebagai contoh, kata komputer tidak pernah diucapkan sebagai ''retupmok'' karena sulit diucapkan dan tidak lazim digunakan.
 
=== KosakataPembalikan segmen ===
Pembalikan segmen merupakan metode pembalikan yang paling umum dijumpai.
* Ngalam = [[Malang]]
* Arudam/Arodam = [[Madura]]
* Ayabarus/Oyoborus = [[Surabaya]]
* Ngarames = [[Semarang]]
* Naurusap = [[Pasuruan]]
* Ngundab = [[Bandung]]
* Atrakaj = [[Jakarta]]
* Nukus = Sukun, nama kelurahan di Kota Malang
* Onosogrem = [[Mergosono, Kedungkandang, Malang|Mergosono]], nama kelurahan di kota Malang
* Otrahum = Muharto, nama jalan utama di kota Malang
* Nahelop = [[Polehan, Blimbing, Malang|Polehan]], nama kelurahan di kota Malang
* Onet = [[Bangsa Cina|Cina]]
* genaro = orang
* Nolo = [[Belanda]]
* silup = polisi
* nolab = balon/pelacur
* sam = mas
* nendes kombet = senden tembok (bersandar di dinding)
* nganal = lanang (Indonesia: laki-laki/pria)
* kodew = wedok (Jawa standar: wadon, Indonesia: perempuan/wanita)
* ngonceb = bencong (Indonesia: waria)
* nakam = makan
* asrob = minum
* oskab = [[bakso]]
* kunam = manuk (ngurub = [[burung]])
* lecep = [[pecel]]
* Icew = weci(bakwan sayur khas malang)
* rayab = bayar
** dirayabi = dibayari
* ebes = bapak, panggilan hormat tidak formal
* memes= ibu, panggilan hormat tidak formal
* ladub = budal (Indonesia: berangkat)
* oges = sego (Indonesia: [[nasi]])
* osob = boso (Indonesia: bahasa)
** osob kiwalan = boso walikan
* ayas = saya
* umak = kamu
* nganem = menang
* kera = arek (Jawa standar: bocah)
* hamur = rumah
* oyi/ojrit = iyo (Indonesia: ya)
* woles = slow (Indonesia: pelan-pelan/santai)
* utapes = sepatu
* Rotnom = montor(libom = mobil)
* adapes = sepeda
** adapes rotom = sepeda motor
* oker = rokok
* ojir = uang
* uklam = mlaku (Indonesia: berjalan)
** uklam-uklam = mlaku-mlaku (Indonesia: jalan-jalan)
* ublem = mlebu (Indonesia: masuk)
* utem = metu (Indonesia: keluar)
* ajrek = kerja
* kirangan = tidak tahu
* tahes = sehat
* komes = semok (Indonesia: seksi)
* sinam = manis (cantik)
* ojob = bojo (suami/istri)
** ngojob = pacaran
* oket = teko (Indonesia: datang)
* ibar = rabi (Indonesia: menikah/kawin)
* nayamul = lumayan
* Itreng = ngerti
* Kadit = tidak
* Halokes = sekolah
* Ngarambes = Sembarang/terserah
 
== Kosakata ==
Berikut merupakan contoh kosakata khas ''boso Walikan'' yang umum digunakan:
{| class="wikitable"
!Dialek Malangan
!asal kata
!arti
|-
|''aḍapes''
|sepeda
|sepeda
|-
|''ajrek''
|kerja
|kerja
|-
|Amalatòk
|Kotalama
|[[Kotalama, Kedungkandang, Malang|Kelurahan Kotalama]]
|-
|''Arudam'', ''Aròdam''
|Madura
|[[Suku Madura|etnis Madura]]
|-
|''asròb''
| ''ašrab{{Efn|Serapan dari {{Lang-ar|أشرب|translit=ʾašrab|lit=minum!}}.}}''
|minum
|-
|Atrakaj
|Jakarta
|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]
|-
|Ayabarus, Òyòbòrus, Òrusòyòb
|Surabaya
|[[Kota Surabaya|Surabaya]]
|-
|''ayas''
|saya
|saya
|-
|''Bara''
|''Arab''
|[[Arab-Indonesia|etnis Arab]]
|-
|''benḍuk''
|''bandūq{{Efn|Serapan dari {{Lang-ur|بندوق}} atau {{Lang-hi|बंदूक|translit=bandūq|lit=senjata api, senapan}}.}}''
|[[senjata api]]
|-
|''èbès''
|''ʾabī{{Efn|Serapan dari {{Lang-ar|أبي|translit=ʾabī|lit=bapak}}.}}''
|bapak
|-
|''èmès''
|''ʾummiyy{{Efn|Serapan dari {{Lang-ar|أمي|translit=ʾummiyy|lit=ibu}}.}}''
|ibu
|-
|''ènarupes''
|''sepurané''
|mohon maaf
|-
|''genaró''
|orang
|orang
|-
|''halòkes''
|''sekolah''
|sekolah
|-
|''hamur''
|rumah
|rumah
|-
|''ibar''
|''rabi''
|menikah
|-
|''icèw''
|''wèci''
|[[bakwan]]
|-
|''idrek''
|''kardi''
|kerja
|-
|''itreng''
|''ngerti''
|mengerti, tahu
|-
|''kaḍit''
|tidak
|tidak
|-
|''kèat''
|''taèk''
|tahi
|-
|''kèra''
|''arèk''
|anak
|-
|''kèwut''
|''tuwèk''
|tua
|-
|''kipa''
|''apik''
|bagus
|-
|''kòdèw''
|''wèdok''
|perempuan
|-
|''kòlèm''
|''mèlok''
|ikut
|-
|''kòmbèt''
|''tèmbok''
|tembok
|-
|''kòmès''
|''sèmog''
|seksi
|-
|''kubam''
|''mabuk''
|mabuk
|-
|''kunam''
|''manuk''
|burung
|-
|''laḍub''
|''budhal''
|berangkat
|-
|''lecep''
|''pecel''
|[[pecel]]
|-
|''lèḍòm''
|''modhèl''
|model, gaya
|-
|''libòm''
|mobil
|mobil
|-
|''lòp''
|''pol''
|sangat
|-
|''lòtòb''
|''botol''
|botol
|-
|''nadé''
|''èdan''
|gila
|-
|Nahèlòp
|Polehan
|[[Polehan, Blimbing, Malang|Kelurahan Polehan]]
|-
|''nakam''
|makan
|makan
|-
|''naracap''
|pacaran
|pacaran
|-
|Naurusap
|Pasuruan
|[[Pasuruan (disambiguasi)|Pasuruan]]
|-
|''nawak''
|kawan
|kawan
|-
|''nayamul''
|''lumayan''
|lumayan
|-
|''nènḍès''
|''sèndhèn''
|bersandar
|-
|''nèz''
|''zayn{{Efn|Serapan dari {{Lang-ar|زين|translit=zayn|lit=indah, bagus}}.}}''
|baik
|-
|Ngalam
|Malang
|[[Malang (disambiguasi)|Malang]]
|-
|''ngalup''
|pulang
|pulang
|-
|''nganal''
|''lanang''
|laki-laki
|-
|''nganem''
|''menang''
|menang
|-
|''ngarambes''
|''sembarang''
|terserah
|-
|Ngarames
|Semarang
|[[Semarang (disambiguasi)|Semarang]]
|-
|''ngoncèb''
|''bencong''
|banci
|-
|Ngunḍab
|Bandung
|[[Bandung (disambiguasi)|Bandung]]
|-
|''ngurub''
|burung
|burung
|-
|''nòlab''
|''balon''
|pelacur
|-
|''Nòlò''
|''Landa''
|[[Bangsa Belanda|orang Belanda]]
|-
|Nukus
|Sukun
|[[Sukun, Malang|Kecamatan Sukun]]
|-
|''nuwus''
|''suwun''
|terima kasih
|-
|''òges''
|''sega''
|nasi
|-
|''òjir''
|''rijo{{Efn|Singkatan dari ''rai ijo'' 'wajah hijau', merujuk pada warna pecahan uang rupiah di masanya.}}''
|uang
|-
|''ójób''
|''bojo''
|suami/istri
|-
|''òjrit''
| -
|iya
|-
|''òker''
| rokok
|rokok
|-
|''òket''
|''teka''
|datang
|-
|''òkir''
|''rika''
|kamu
|-
|''Ònèt''
|''Cina''
|[[Tionghoa-Indonesia|etnis Tionghoa]]
|-
|''òngis''
|''singa''
|singa
|-
|Ònòsògrem
|Mergosono
|[[Mergosono, Kedungkandang, Malang|Kelurahan Mergosono]]
|-
|''òskab''
|bakso
|[[bakso]]
|-
|''òsòb''
|''basa''
|bahasa
|-
|Òtrahum
|Muharto
|Jl. Muharto, Kota Malang
|-
|''òwòd''
|''dawa''
|panjang
|-
|''òyi''
|''iya''
|iya
|-
|Òyònid
|Dinoyo
|[[Dinoyo, Lowokwaru, Malang|Kelurahan Dinoyo]]
|-
|''rayab''
|''bayar''
|bayar
|-
|''ròtnòm''
|''montor''
|mobil
|-
|''ròtòm''
|''motor''
|motor
|-
|''sam''
|''mas''
|kakak laki-laki
|-
|''silup''
|''pulisi''
|polisi
|-
|''sinam''
|''manis''
|manis (penampilan)
|-
|Sòtam
|Matos
|[[Malang Town Square]]
|-
|''sulum''
|''mulus''
|mulus
|-
|''tahès''
|''sèhat''
|sehat
|-
|''tèwur''
|''ruwet''
|rumit
|-
|''ublem''
|''mlebu''
|masuk
|-
|''uklam''
|''mlaku''
|berjalan
|-
|''ukut''
|''tuku''
|beli
|-
|''umak''
|kamu
|kamu
|-
|Utab
|Batu
|[[Kota Batu]]
|-
|''utapes''
|sepatu
|sepatu
|-
|''utem''
|''metu''
|keluar
|-
|''wòles''
|''slow''
|santai
|}
== Referensi ==
 
<references />
=== Catatan ===
{{Notelist}}
 
=== Referensi ===
{{reflist}}
 
=== Daftar Pustaka ===
 
* {{Cite book|last=Fitriah|first=Sa'idah|year=2015|url=http://digilib.isi.ac.id/941/1/BAB%201.pdf|title=Penyutradaraan Dokumen Interaktif Boso Walikan Malang “Nendes Kombet”|location=Yogyakarta|publisher=Jurusan Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Hanggoro|first=Wahyu Puji|year=2016|title=Bahasa Walikan Sebagai Identitas Arek Malang|url=http://jurnal.fib.uns.ac.id/index.php/etnografi/article/view/218|journal=Etnografi|language=id|volume=16|issue=1|pages=23–30|issn=1411-7258|access-date=2018-04-14|ref=harv|archive-date=2018-10-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20181026200718/http://jurnal.fib.uns.ac.id/index.php/etnografi/article/view/218|dead-url=yes}}
* {{Cite journal|last=Hoogervorst|first=Tom G.|year=2014|title=The sociolinguistics of East Javanese slang|url=http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/107|journal=Wacana|publisher=[[Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia]]|volume=15|issue=1|pages=104-131|doi=10.17510/wjhi.v15i1.107|ref=harv}}
* {{Cite journal|last=Rachmawaty|first=Iin|year=2012|title=Lawikan Kera Ngalam di Tengah Arus Globalisasi|url=https://e-journal.unair.ac.id/LAKON/article/view/1922|journal=Jurnal Lakon|volume=1|issue=1|pages=98-104|doi=10.20473/lakon.v1i1.1922|ref=harv}}
* {{Cite book|last=Setyanto|first=Aji|year=2016|url=https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpp/article/view/375|title=Osob Ngalaman (Bahasa Slang asal Malang) sebagai Salah Satu Icon Malang: Studi Struktur Osob Ngalaman, dalam Sosial Network|location=Malang|publisher=Jurnal Pariwisata Pesona Universitas Merdeka Malang|isbn=|issn=1410–7252|ref=harv|url-status=live}}
* {{Cite journal|last=Ulfah|first=Lutfi|year=2021|title=Penggunaan Ragam Bahasa Remaja Milenial di Kota Malang|url=http://riset.unisma.ac.id/index.php/jp3/article/view/13095|journal=Jurnal Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran|publisher=Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan [[Universitas Islam Malang]]|volume=16|issue=24|pages=|doi=|ref=harv}}
* {{Cite journal|last=Yannuar|first=Nurenzia|year=2018|title=Wòlak-waliké jaman; Exploring contemporary Walikan in public space|url=http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/625|journal=Wacana|publisher=[[Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia]]|volume=19|issue=1|pages=100-121|doi=10.17510/wacana.v19i1.625|ref=harv}}
* {{Cite thesis|last=Yannuar|first=Nurenzia|year=2019|title=Bòsò Walikan Malangan: Structure and development of a Javanese reversed language|degree=Doktor|publisher=Landelijke Onderzoekschool Taalwetenschap|url=https://www.researchgate.net/publication/337331466_Boso_Walikan_Malangan_Structure_and_development_of_a_Javanese_reversed_language|doi=|ref=harv|isbn=9789460933271}}
* {{Cite journal|last=Yannuar|first=Nurenzia|last2=Kadarisman|first2=A. Effendi|year=2019|title=How Bòsò Walikan Malangan Complies to Javanese Phonology|url=http://repository.tufs.ac.jp/handle/10108/93964|journal=NUSA: Linguistic studies of languages in and around Indonesia|publisher={{nowrap|[[Universitas Kajian Asing Tokyo|東京外国語大学]]アジア・アフリカ言語文化研究所}}|volume=66|issue=|pages=31-50|doi=10.15026/93964|ref=harv}}
* {{Cite journal|last=Yannuar|first=Nurenzia|last2=Hoogervorst|first2=Tom|last3=Klamer|first3=Marian|year=2022|title=Examining Javanese Phonology through Word Reversal Practices|url=https://www.researchgate.net/publication/357694789_Examining_Javanese_Phonology_through_Word_Reversal_Practices|journal=Oceanic Linguistics|publisher=[[Universitas Hawaii|University of Hawai'i Press]]|volume=61|issue=1|doi=10.1353/ol.2021.0029|ref=harv}}
 
== Pranala luar ==