Radio Rimba Raya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(27 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tone}}
[[Berkas:Radio Rimba Raya Bener Meriah.jpg|jmpl|Monumen RRR di Bener Meriah]]
'''Radio Rimba Raya''' (RRR) adalah sebuah [[
== Peran Radio Rimba Raya ==
Melalui radio inilah disiarkan pesan–pesan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Karena pada saat itu [[Yogyakarta]] yang merupakan ibu kota [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] telah dikuasai [[Belanda]] sejak Desember 1948; maka demikian pula stasiun [[Radio Republik Indonesia|RRI]] [[RRI Yogyakarta|di Yogyakarta]]. Radio ini memiliki panggilan sinyal: “Suara Radio Republik Indonesia”, “Suara Indonesia Merdeka”, “Radio Rimba Raya”, “Radio Divisi X”, “Radio Republik Indonesia”.
RRR juga dianggap menjadi salah satu cikal bakal dari [[Voice of Indonesia|siaran luar negeri RRI]] dan ada sejak 19 Desember 1948 namun diralat menjadi 30 Desember 1948. Salah satu bekas antena RRR Tentara Indonesia dari Divisi X Gajah, masih dapat ditemukan di tengah Hutan Rimba Raya, Kecamatan Timang Gajah, [[Kabupaten Aceh Tengah]] (Aceh) atau 280 kilometer tenggara Banda Aceh.<ref name=":0" /> Penyiar-penyiar Radio Rimba Raya antara lain W. Schutz, [[Raden Sarsono]], Abdullah Arief, M. Syah Asyik, Syarifuddin, Ramli Melayu, Syarifuddin Taib, Syamsudin Rauf, dan Agus Sam.<ref>http://acehlong.com/2009/05/12/radio-rimba-raya-teronggok-sepi-di-museum-tni-ad/ Daftar penyiar</ref>
Radio Rimba Raya berperan sangat besar terhadap kelangsungan pemerintahan Republik [[Indonesia]]. Pada saat itu Belanda telah menguasai ibu kota pemerintahan Indonesia. Dan mengumumkan lewat radio [[Hilversum]] (milik Belanda) kepada dunia, bahwa Negara Indonesia tidak ada lagi. Tapi dengan suara yang sayup lantang dari Dataran Tinggi Tanah Gayo, Radio Rimba Raya membatalkan berita tersebut dan mengatakan bahwa Indonesia masih ada. Siaran itu dapat ditangkap jelas oleh sejumlah radio di [[Semenanjung Melayu]] (Malaysia), [[Singapura]], [[Saigon]] ([[Vietnam]]), [[Manila]] ([[Filipina]]) bahkan [[Australia]] dan [[Eropa]]
== Sejarah ==
Baris 13 ⟶ 14:
Perangkat Radio Rimba Raya itu dipesan oleh tentara Divisi Gajah I dan dibeli melalui raja penyelundup Asia Tenggara waktu itu, [[John Lie]] (seorang [[Daftar pahlawan nasional Indonesia|pahlawan nasional]], [[Tionghoa]] dari [[Manado]]) yang menjadi perantara pembelian perangkat radio tersebut, menjelang Agresi Militer Belanda I bulan Juli 1947.<ref>http://rimbarayaaceh.blogspot.com/ Pembelian</ref> Perangkat Radio Rimba Raya itu dibeli di [[Malaya]] dan dibawa ke kota juang [[Bireuen]].
Untuk mengangkut perangkat penyiaran dari Malaya ke [[Aceh]], John Lie menggunakan dua buah ''speedboat'', yang satu berisi bahan makanan dan kelontong, yang satunya lagi berisi alat pemancar radio. Ketika berpapasan dengan patroli laut Belanda, ''speedboat'' yang berisi bahan makanan dan kelontong melaju dengan kencang untuk memberi kesan mencurigakan. Patroli Belanda terpancing lalu mengejar ''speedboat'' tersebut dan berhasil dilumpuhkan. Sedangkan ''speedboat'' yang berisi alat pemancar dengan enak melaju menuju pantai Sumatera dan mendarat di [[Sungai Yu]], [[Aceh Timur]].
Tapi, keterangan lain menyebutkan, orang yang membeli peralatan itu adalah [[Nip Xarim]], pernah menjabat Wakil Pemerintah Gubernur Militer Aceh dan Tanah Karo yang berkedudukan di [[Pangkalan Brandan]]. Gubernur Militer waktu itu dijabat [[Teungku Muhammad Daud Beureueh|Daud Beureueh]]. Nip Xarim membeli perakatan radio itu bersama Dr. Sofyan, justru sebelum Agresi Militer I 1947 dan disimpan di Pangkalan Brandan. Peralatan dibeli di Malaya. Sejarawan UGM, Mukhtar Ibrahim membenarkan hal ini.<ref>http://rimbarayaaceh.blogspot.com/ Versi lain proses pembelian</ref>
Keterangan serupa ditulis dalam buku “Peranan Radio di Masa Kemerdekaan di [[Sumatera Utara]],” yang ditulis Drs. Muhammad TWH. Anggota Divisi X, Syarifuddin Thaib, yang juga Wakil Ketua/Ajudan Komandan Divisi X Kolonel M. Hoesein Yoesoef, dan John Ekel, serta anggota Divisi X membenarkan hal ini. Tapi Ali Hasyim, dan TA Talsya menyebut John Lie-lah yang membeli peralatan tersebut.
Ikmal Gopi sendiri setelah meneliti riawayat John Lie, seorang keturunan Tionghoa-Manado, menjabat Kepala Syahbandar Cilacap, menyebutkan John Lie baru berangkat ke Singapura menumpang kapal Inggris pada 1947 saat meletus Agresi Militer I. Baru pada bulan September 1947, John Lie singgah ke Pelabuhan Bilik Medan dan kemudian Pelabuhan Raja Ulak di [[Kuala Simpang]].
=== Tiba di Aceh ===
Terlepas dari siapa yang membeli peralatan pesawat tersebut, Radio Rimba Raya dibawa ke [[Bireuen]]. Setelah beberapa bulan dengan pertimbangan agar bisa menyiarkan secara cepat dan luas, pemancar tersebut dipindahkan ke [[Koetaradja]] ([[Kota Banda Aceh|Banda Aceh]]) dan sempat dirangkai komponen-komponennya pada akhir tahun 1948, namun belum sempat mengudara. Pemancarnya dipasang di kawasan pegunungan sebelah selatan Banda Aceh, [[Cot Gue]], sebagai cadangan sewaktu-waktu bisa digunakan apabila Koetaradja direbut musuh. Studio siarannya berada di sebuah rumah peninggalan Belanda Peunayong. Sayangnya, pemancar radio di Cot Gue sama sekali tidak pernah bisa digunakan, karena pada saat yang sama terjadi Agresi Militer Belanda II, 19 Desember 1948. Dalam situasi yang tidak mendukung itu, Gubernur Militer Teungku Muhammad Daud Beureueh memerintahkan alat pemancar dipindahkan ke tempat lain. Maka disepakatilah Aceh Tengah sebagai daerah tujuan. Daerah ini dianggap lebih aman karena wilayahnya bergunung dan berhutan-hutan.
Sebelumnya, perangkat radio itu direncanakan akan dibawa ke kampung Burni Bies, kecamatan Silih Nara. Namun karena kondisi keamanan di kawasan itu tidak baik, penjajah Belanda sedang memantau proses pengiriman perangkat radio itu, maka oleh pejuang-pejuang Aceh, perangkat radio itu dibawa ke kampung Rime Raya yang saat itu masuk [[Timang Gajah, Aceh Tengah|Kecamatan Timang Gajah]], [[Kabupaten Aceh Tengah]].<ref>http://acehpedia.org/Monumen_Radio_Rimba_Raya#Sejarah_Radio_Rimba_Raya {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100221212435/http://www.acehpedia.org/Monumen_Radio_Rimba_Raya#Sejarah_Radio_Rimba_Raya |date=2010-02-21 }} Sejarah Radio Rimba Raya</ref>
Peralatan “diungsikan” ke [[Kabupaten Aceh Tengah|Aceh Tengah]] tanggal 20 Desember 1948, dalam suatu pengawalan ketat dan rahasia. Daerah yang hendak dituju Burni Bies. Perjalanan menuju Tanah [[Kabupaten Gayo Lues|Gayo]] dilukiskan begitu dramatis. Berkali-kali rombongan terpaksa menyingkir dari jalan raya untuk bersembunyi dari kejaran Belanda yang mengintai dengan pesawat udara. Karena risiko perjalanan sangat tinggi, akhirnya rencana yang semula menuju Burni Bies dialihkan ke tempat lain, yakni Rime Raya (Rimba Raya).
Pada awalnya pemancar tersebut dipasang di Krueng Simpo, lebih kurang 20
Sender radio dibangun di pucuk gunung dan tersembunyi, hingga sukar dideteksi musuh. Sebuah rumah juga dibangun untuk tempat peralatan kelengkapan radio. Kolonel Husein Yoesoef sendiri kemudian mendirikan rumah di Areal Pertanian Tentara Pembangunan di Rime (Rimba) Raya. Daerah itu sebelumnya bernama Desa Tanoh Ilang (Tanah Merah). Studionya berada di salah satu kamar rumah kediaman Komandan Divisi X, Kolonel Husein Yoesoef.
Baris 49 ⟶ 48:
Radio ini terus berperan sampai saat pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Pemerintahan Belanda pada 27 Desember 1949 di [[Jakarta]] sebagai hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) di [[Den Haag]].
==
Perangkat tua
Monumen Radio Rimba Raya dibangun untuk mengenang sejarah Radio Rimba Raya yang berperan sangat besar dalam mempertahankan Indonesia dari agresi Belanda. Monumen ini diresmikan oleh Menteri Koperasi/Kepala [[Badan Urusan Logistik]], Bustanil Arifin pada [[27 Oktober]] [[1987]] pukul 10.30 WIB. Monumen tersebut terletak di Kmpung Rime Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah. Tugu ini selain menjadi tempat bersejarah juga menjadi salah satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.<ref>http://acehpedia.org/Monumen_Radio_Rimba_Raya {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100221212435/http://www.acehpedia.org/Monumen_Radio_Rimba_Raya |date=2010-02-21 }} Monumen</ref>▼
▲Monumen Radio Rimba Raya dibangun untuk mengenang sejarah Radio Rimba Raya yang berperan sangat besar dalam mempertahankan Indonesia dari agresi Belanda. Monumen ini diresmikan oleh [[Daftar Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia|Menteri Koperasi]]/Kepala [[Badan Urusan Logistik]], [[Bustanil Arifin]] pada
Sejak tahun 2008, Pemerintah Kabupaten Bener Meriah berupaya mendirikan stasiun radio lokal untuk "mengoperasikan kembali" Radio Rimba Raya, dengan membeli seperangkat alat penyiaran radio yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) Bener Meriah sebesar Rp. 287.000.000,00.<ref>http://www.serambinews.com/news/view/12384/radio-rimba-raya-belum-beroperasi</ref> Materi penyiaran yang direncanakan adalah informasi dan hiburan bagi masyarakat Bener Meriah dan sekitarnya.
== Pemfilman ==
Baris 73 ⟶ 68:
* http://www.acehrecoveryforum.org/id/index.php?action=PSCM&no=6531 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100223163239/http://www.acehrecoveryforum.org/id/index.php?action=PSCM&no=6531 |date=2010-02-23 }}
{{Templat:RRI}}
[[Kategori:Radio Republik Indonesia]]
[[Kategori:Sejarah Indonesia]]
[[Kategori:Stasiun radio
|