Muhammad bin Tughj al-Ikhsyid: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Manggadua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(19 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{periksa terjemahan|en|Muhammad ibn Tughj al-Ikhshid}}
{{Infobox royalty
| name = Muhammad bin Tughj al-Ikhshid
| title = GubernurPewaris pewaris[[emir]] Mesir, Suriah, dan Hejaz
| type =
| image =
| caption =
| reign = 26 Agustus 935 – 24 JuniJuli 946
| reign-type = KegubernuranPemerintahan
| predecessor =
| pre-type =
| successor = [[Abu'l-Qasim Unujur binibn al-Ikhshid|Unujur]]
| spouse =
| spouse-type =
| issue =
| issue-link =
| issue-pipe =
| house = [[Dinasti Ikhsyidiyah]]
| house-type = Dinasti
| father = [[Tughj bin Juff]]
| mother =
| birth_date = 8 Februari= {{birth date|882|02|08|df=y}}
| birth_place = [[BaghdadBagdad]]
| death_date = = {{death date and age|946|0607|24|882|02|08|df=y}}
| death_place = [[Damaskus]]
| burial_date =
| burial_place = [[Yerusalem]]
| religion = [[Islam]] [[Sunni]]
| occupation =
| signature_type =
| signature =
}}
'''Ibnu Tughj''', bernama lengkap '''Abū BakarBakr Muḥammad bin Ṭughj bin Juff bin Yiltakīn bin Fūrān bin Fūrī bin Khāqān''' ({{lahirmati||8|2| Februari 882||24|6| Juli 946}}), atau lebih dikenal dengan [[Laqablaqab|gelarnyagelar]] '''al-Ikhshīd''' ({{lang-ar|الإخشيد}}) setelah tahun 939 M, adalah seorang komandan dan gubernur [[AbbasiyyahKekhalifahan Abbasiyah]] yang menjadi penguasa otonomiotonom [[Mesir pada Abad Pertengahan|Mesir]] dan sebagianbagian dari [[Bilad alasy-ShamSyam|Suriah]] (atau [[SyamLevant]]) dari tahun 935 M sampaihingga kematiannya pada 946 M. Ia adalah pendiri dari [[Dinasti Ikhsyidiyah]], yang berkuasa dimemerintah wilayah tersebut sampaihingga ditaklukkan[[Kekhalifahan olehFatimiyah|Fatimiyah]] [[FatimiyyahPenaklukan Fatimiyah atas Mesir|menaklukkannya]] pada 969.
 
Sebagai putraPutra dari [[Tughj bin Juff]], seorang jenderal berdarahdari [[Suku bangsa Turkic|TurkicTurkik]] yang melayani baik Abbasiyah danmaupun penguasa-penguasa otonom [[Tuluniyah]] di Mesir dan Suriah, Muhammad bin Tughj lahir di [[Sejarah Baghdad#Pusat pengetahuanpembelajaran (abad ke-8 sampaihingga ke-9)|Baghdad]] namuntetapi dibesarkan di Suriah dan mendapatkanmemperoleh pengalaman administratifmiliter dan militeradministratif pertamanya di sisi ayahnya. Ia memiliki karier awal yang bergejolakpenuh gejolak: Ia dipenjarakan bersama ayahnya, ia ditahan oleh pihak Abbasiyah pada tahun 905, lalu dibebaskan pada tahun 906. Ia kemudian, berpartisipasi dalam pembunuhan [[wazir]] [[al-Abbas bin al-Hasan al-Jarjara'i]] pada tahun 908, dan melarikan diri kedari [[Sejarah Irak#Abad Pertengahan|Irak]] untuk mengabdimasuk kepadake dalam pelayanan gubernur Mesir, [[Takin al-Khazari]]. KemudianAkhirnya,ia Ia memperoleh bantuanperlindungan dari beberapa pembesartokoh Abbasiyyahberpengaruh yang berpengaruhAbbasiyah, terutama panglimakomandan besarkepala yang berkuasa,kuat [[Mu'nis al-Muzaffar]]. Hubungan ini membuatnyamembawanya diangkat menjadi gubernur pertama [[Jund Filastin|Palestina]], laludan kemudian [[Damaskus]]. Pada 933 M, iadia jugasebentar diangkat menjadi gubernur Mesir, tetapi jabatanperintah tersebutini dicabutdibatalkan setelah kematian Mu'nis, dan iaIbn punTughj mestiharus berjuang bahkan untuk mempertahankan jabatanbahkan gubernurnyakedudukannya disebagai gubernur Damaskus. Pada tahun 935, iaIa diangkat kembali menjadike gubernurMesir, di Mesir,mana dimana iadia dengan cepat memukul mundurmengalahkan invasi Fatimiyah dan menstabilkan negara yang sedang bergejolak pada saat itu. Masa pemerintahannyaPemerintahannya menandai periode perdamaianlangka dalamdari negeri yang jarangperdamaian terjadidomestik, stabilitas, dan pemerintahan yang berjalan dengan baik dalam catatan sejarah awal Mesir Islam awal. Pada tahun 938, Khalifah [[al-Radi]] mengabulkan permintaannya untuk mendapatkan gelar ''al-[[Ikhshid|al-Ikhshid]]'', yang dipegangtelah olehdigunakan paraoleh penguasa dari daerah leluhurnya dileluhur [[Lembah FarghanaFerghana]]-nya. Dengan gelarGelar inilah iayang dia dikenalkenal setelahnya.
'''Ibnu Tughj''', bernama lengkap '''Abū Bakar Muḥammad bin Ṭughj bin Juff bin Yiltakīn bin Fūrān bin Fūrī bin Khāqān''' ({{lahirmati||8|2|882||24|6|946}}), atau lebih dikenal dengan [[Laqab|gelarnya]] '''al-Ikhshīd''' ({{lang-ar|الإخشيد}}) setelah tahun 939 M, adalah seorang komandan dan gubernur [[Abbasiyyah]] yang menjadi penguasa otonomi [[Mesir Abad Pertengahan|Mesir]] dan sebagian [[Bilad al-Sham|Suriah]] (atau [[Syam]]) dari tahun 935 M sampai kematiannya pada 946 M. Ia adalah pendiri dari [[Dinasti Ikhsyidiyah]], yang berkuasa di wilayah tersebut sampai ditaklukkan oleh [[Fatimiyyah]] pada 969.
 
Sepanjang masa pemerintahannya, al-Ikhshid terlibat dalam konflik dengan sejumlah petinggipemimpin regional lainnya dalamuntuk memperebutkan kekuasaan atasmenguasai Suriah, yangtanpa tanpanyaitu Mesir rentan terhadap invasi dari timur., Tetapitetapi tidak seperti banyak pemimpin Mesir lainnya, terutama Tuluniyah sendiri, iadia bersedia mengulur-ulurmenunggu waktuwaktunya dan berkompromi dengan saingan-saingannya. Meskipun pada awalnya diamengendalikan memegang kendali atas keseluruhanseluruh Suriah, dia kemudianIa terpaksa menyerahkan setengah bagian utara-nya kepada [[Muhammad bin Ra'iq|Ibnu Ra'iq]] antara tahun 939 dan 942. Setelah pembunuhan Ibnu Ra'iq terbunuh, al-Ikhshid menegaskanmengembalikan kembali kontrolnyakendalinya atas Suriah utara, hanya sajauntuk ditentangditantang oleh [[Dinasti Hamdaniyah|Hamdaniyah]]. Pada tahun 944, al-Ikhshid bertemu dengan Khalifah [[al-Muttaqi]] di [[Ar-Raqqah|Raqqa]]; sang khalifah telah melarikan diri ke sana dari berbagai pihak berkepentinganpemimpin yang berlomba-lomba untukberusaha menculiknya demidan mengendalikan kekhalifahanpemerintahan khalifah di Baghdad. Meskipun gagaltidak dalamberhasil membujuk sang khalifah untuk datang ke Mesir, Ibnu Tughj berhasildia menerima pengakuan atas kekuasaanpemerintahan turun-temurun terhadapatas Mesir, Suriah, dan [[HijazHejaz]] selama tiga puluh tahun. Setelah kepergiannya, pangeran Hamdaniyah yang penuhambisius ambisi,[[Sayf Saifulal-Daulah,Dawla]] merebut [[Aleppo]] dan Suriah utara pada musim gugur tahun 944, dan meskipun dikalahkan dan diusir keluar dari Suriah oleh IbnuIbn Tughj sendiri pada tahun berikutnya, sebuah perjanjian yang membagi wilayah tersebut sesuai dengansepanjang garis persetujuankesepakatan dengan IbnuIbn Ra'iq disepakati pada bulan Oktober. IbnuIbn Tughj meninggal sembilan bulan kemudian, dan dimakamkan di [[Yerusalem]]. DiaIa mewariskanmeninggalkan putranya, [[Abu'l-Qasim Unujur, ibn al-Ikhshid|Unujur]] sebagai penguasa wilayah kekuasaannyawilayahnya, di bawah pengawasan kasim hitam yang berpengaruh,kuat [[Abu al-Misk Kafur]].
Sebagai putra dari [[Tughj bin Juff]], seorang jenderal berdarah [[Suku bangsa Turkic|Turkic]] yang melayani Abbasiyah dan penguasa-penguasa otonom [[Tuluniyah]] Mesir dan Suriah, Muhammad bin Tughj lahir di [[Sejarah Baghdad#Pusat pengetahuan (abad ke-8 sampai ke-9)|Baghdad]] namun dibesarkan di Suriah dan mendapatkan pengalaman administratif dan militer pertamanya di sisi ayahnya. Ia memiliki karier awal yang bergejolak: bersama ayahnya, ia ditahan oleh pihak Abbasiyah pada tahun 905, lalu dibebaskan pada tahun 906. Ia kemudian berpartisipasi dalam pembunuhan [[wazir]] [[al-Abbas bin al-Hasan al-Jarjara'i]] pada tahun 908, dan melarikan diri ke [[Sejarah Irak#Abad Pertengahan|Irak]] untuk mengabdi kepada gubernur Mesir, [[Takin al-Khazari]]. Kemudian,ia memperoleh bantuan dari beberapa pembesar Abbasiyyah yang berpengaruh, terutama panglima besar yang berkuasa, [[Mu'nis al-Muzaffar]]. Hubungan ini membuatnya diangkat menjadi gubernur [[Jund Filastin|Palestina]], lalu [[Damaskus]]. Pada 933 M, ia juga diangkat menjadi gubernur Mesir, tetapi jabatan tersebut dicabut setelah kematian Mu'nis, dan ia pun mesti berjuang bahkan untuk mempertahankan jabatan gubernurnya di Damaskus. Pada tahun 935, ia diangkat kembali menjadi gubernur di Mesir, dimana ia dengan cepat memukul mundur invasi Fatimiyah dan menstabilkan negara yang sedang bergejolak pada saat itu. Masa pemerintahannya menandai periode perdamaian dalam negeri yang jarang terjadi, stabilitas dan pemerintahan yang berjalan dengan baik dalam sejarah Mesir Islam awal. Pada tahun 938, Khalifah [[al-Radi]] mengabulkan permintaannya untuk mendapatkan gelar ''al-[[Ikhshid]]'', yang dipegang oleh para penguasa dari daerah leluhurnya di [[Lembah Farghana]]. Dengan gelar inilah ia dikenal setelahnya.
 
Sepanjang masa pemerintahannya, al-Ikhshid terlibat dalam konflik dengan sejumlah petinggi regional lainnya dalam memperebutkan kekuasaan atas Suriah, yang tanpanya Mesir rentan terhadap invasi dari timur. Tetapi tidak seperti banyak pemimpin Mesir lainnya, terutama Tuluniyah sendiri, ia bersedia mengulur-ulur waktu dan berkompromi dengan saingan-saingannya. Meskipun pada awalnya dia memegang kendali atas keseluruhan Suriah, dia kemudian terpaksa menyerahkan setengah bagian utara-nya kepada bin Ra'iq antara tahun 939 dan 942. Setelah Ibnu Ra'iq terbunuh, al-Ikhshid menegaskan kembali kontrolnya atas Suriah utara, hanya saja ditentang oleh Hamdaniyah. Pada tahun 944, al-Ikhshid bertemu dengan Khalifah al-Muttaqi di [[Ar-Raqqah|Raqqa]]; sang khalifah telah melarikan diri dari berbagai pihak berkepentingan yang berlomba-lomba untuk menculiknya demi mengendalikan kekhalifahan di Baghdad. Meskipun gagal dalam membujuk sang khalifah untuk datang ke Mesir, Ibnu Tughj berhasil menerima pengakuan atas kekuasaan turun-temurun terhadap Mesir, Suriah, dan [[Hijaz]] selama tiga puluh tahun. Setelah kepergiannya, pangeran Hamdaniyah yang penuh ambisi, Saiful-Daulah, merebut Aleppo dan Suriah utara pada musim gugur tahun 944, dan meskipun dikalahkan dan diusir keluar dari Suriah oleh Ibnu Tughj sendiri pada tahun berikutnya, sebuah perjanjian yang membagi wilayah tersebut sesuai dengan garis persetujuan dengan Ibnu Ra'iq disepakati pada bulan Oktober. Ibnu Tughj meninggal sembilan bulan kemudian, dan dimakamkan di Yerusalem. Dia mewariskan putranya, Unujur, sebagai penguasa wilayah kekuasaannya, di bawah pengawasan kasim hitam yang berpengaruh, [[Abu al-Misk Kafur]].
 
== Asal muasal dan kehidupan awal ==
[[Berkas:Tulunids 893.svg|jmpl|ka|300px|Peta domain TuluniyahThuluniyah pada sekitar tahun 893]]
Menurut kamus biografi yang disusun oleh [[Ibnu Khallikan]], Muhammad bin Tughj lahir di [[Baghdad]] pada tanggal 8 Februari 882, di sebuah jalan menujuyang kemenuju Gerbang [[Kufah]].{{sfn|McGuckin de Slane|1868|p=220}}{{sfn|Bacharach|1993|p=411}} Keluarganya berasal dari bangsa [[Suku bangsa Turk|Turk]] dari [[Lembah Farghana]] di [[Transoxiana]], dan mengklaim memiliki darah bangsawan; nama leluhurnya, "[[Khaqan]]", adalah sebuah gelar kerajaan Turk.{{sfn|McGuckin de Slane|1868|pp=217, 219–220}}{{sfn|Gordon|2001|pp=158–159}} Kakek Muhammad, Juff meninggalkan Farghana untuk bergabung sebagai prajurit militer di istana [[Kekhalifahan Abbasiyyah|Abbasiyyah]] di [[Samarra]], seperti yang dilakukan ayahnya, [[Ahmad bin Tulun|Ibnu TulunThulun]], pendiri [[dinasti Tuluniyyah|dinasti Thuluniyyah]].{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|p=588}} Juff dan putranya, yang merupakan ayahnyaayah Muhammad, [[Tughj bin Juff|Tughj]], sama-sama melayanimengabdi kepada Abbasiyyah, tetapi Tughj kemudian mengabdi kepada TuluniyyahThuluniyyah, yang sejak tahun 868 telah menjadi para penguasa [[Otonomi|otonom]] [[Mesir pada Abad Pertengahan|Mesir]] dan [[Bilad al-Sham|Suriah]].{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|p=588}} Tughj melayanimengabdikan Tuluniyahdiri kepada Thuluniyah sebagai gubernur [[Tiberias]] (ibu kota [[Jund|distrik]] [[Jund al-Urdunn|Yordania]]), [[Aleppo]] (ibu kota distrik [[Jund Qinnasrin|Qinnasrin]]) dan [[Damaskus]] (ibu kota [[Jund Dimashq|distrik homonim]]).{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|p=588}} Ia memainkan peranan besar dalam menangkis serangan [[Suku Qarmatia|QarmatiaQaramitah]] di Damaskus pada tahun 903;. meskipunMeskipun kalah dalam sebuah pertempuran, ia mempertahankannyaberhasil mempertahankan kota itu sendiri dari orang-orang QarmatiaQaramitah selama tujuh bulan, hingga datangnya bala bantuan dari Mesir, yang dengan itu suku QarmatiaQaramitah berhasil diusir.{{sfn|Kennedy|2004|pp=185, 286}}{{sfn|Jiwa|2009|pp=143–144}} DenganOleh demikiansebab itu, Muhammad bin Tughj menghabiskan sebagian besar masa mudanya di Syam TuluniyyahThuluniyyah. di sisiBersama ayahnya, ia mendapatkan pengalaman pertamanya dalam administrasi (sebagai wakil gubernur Tiberias) dan dalam perperangan.{{sfn|Bacharach|1975|p=588}}
 
Setelah kematian putra IbunIbnu TulunThulun, [[Khumarawayh bin Ahmad bin Tulun|Khumarawayh]], pada tahun 896, negara TulunidThuluniyah dengan cepat mulai goyah dari arah dalam, dan gagal memberikan perlawanan yang serius ketika Abbasiyyah berupaya untuk menegakkanmengklaim kembali kendalikontrol langsung atas Suriah dan Mesir pada tahun 905.{{sfn|Kennedy|2004|pp=184–185, 310}} Tughj yang kemudian membelot kepada Abbasiyyah yangmenyerang menyerbudengan di bawahdikomandoi oleh [[Muhammad bin Sulayman al-Katib|Muhammad bin Sulaiman al-Katib]], dan sebagai imbalan, ia diangkat menjadi gubernur Aleppo sebagai imbalannya;{{sfn|Bacharach|1975|p=588}} Muhammad al-Katib sendiri menjadi korban intrik-intrikpersekongkolan dalam istana tak lama setelahnyasetelah itu, dan Tughj bersama putra-putranya, Muhammad dan [[Ubaidullah]], dipenjara di Baghdad. Tughj meninggal didalam penjara pada tahun 906, dan putra-putranya dibebaskan tak lama setelahnya.{{sfn|Bacharach|1975|p=588}} Mereka kemudian berpartisipasi dalam kudeta istana yang bertujuan untuk menggulingkan khalifah baru, [[al-Muqtadir]] (memerintah 908-932), demi [[Ibnu al-Mu'tazz]] yang lebih tua pada bulan Desember tahun 908. Meskipun upaya tersebut gagal, Muhammad bin Tughj dan saudaranya mampu membalaskan dendam atas pemenjaraan mereka kepada [[wazir]] [[al-Abbas bin al-Hasan al-Jarjara'i]], yang mereka bunuh dengan bantuan [[Husain bin Hamdan|Husayn bin Hamdan]].{{sfn|Kennedy|2004|p=191}}{{sfn|Bacharach|1975|p=589}} Setelah kegagalan kudeta, ketiganya melarikan diri: Ibnu Hamdan kembali ke kampung halamannya di [[Mesopotamia Hulu]] dan Ubaidullah melarikan diri ke timur ke [[Yusuf bin Abi'l-Saj]], sementara Muhammad melarikan diri ke Suriah.{{sfn|Bacharach|1975|p=589}}
 
Di Suriah, Muhammad bin Tughj bekerja dengan seorang pengawas pajak dari provinsi-provinsi setempat, Abu'l-Abbas al-Bistam. Dia segera mengikuti tuanatasan barunya ke Mesir, dan setelah kematian al-Bistam pada bulan Juni tahun 910, dia melanjutkan denganpengabdiannya melayanikepada putra al-Bistam.{{sfn|Bacharach|1975|p=589}} Lambat laun, ia menarik perhatian gubernur setempat, [[Takin al-Khazari]], yang mengirimnya untuk memerintah sejumlah kawasanwilayah di luar [[Sungai Yordan]], dengan pusat pemerintahannya di [[Amman]].{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|p=589}} Pada tahun 918, ia menyelamatkan sebuah rombongan haji, yang di antaranya adalah salah satu dayang wanita pendampingdari ibu dari al-Muqtadir, dari serangan rampok sejumlahpara sukuperampok [[Suku Badui (Arab)|Badui]], yang membuat posisinya di istana Abbasiyyah semakin menguat. Dua tahun kemudian, Ibnu Tughj memperolehmendapatkan penyokong yang berpengaruh sewaktu ia bertugas singkatsebentar di bawah panglima Abbasiyyah yang saat itu berkuasa, [[Mu'nis al-Muzaffar]], ketikasaat ia datang untuk membantu mempertahankan Mesir dari serbuan [[Kekhalifahan Fathimiyah|Fatimiyah]]. Selama kampanye tersebut, Ibnu Tughj memimpin pasukan terbaik dari tentara Mesir. Keduanya pun berteman baik, dan terus berhubungan setelahnya.{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|pp=589–590}}{{sfn|Halm|1996|pp=208–209}}
 
Ketika Takin al-Khazari kembali ke Mesir sebagai gubernur pada tahun 923, Ibnu Tughj bergabungmenyertainya dengannya dike sana, tetapi keduakeduanya orang itukemudian berselisih pada tahun 928 karena penolakan Takin untuk memberikan Ibnu Tughj jabatan gubernur [[Iskandariyah]] kepada Ibnu Tughj.{{sfn|Bacharach|1975|p=590}} Ibnu Tughj lalu melarikan diri dari ibukotaibu kota [[Fustat]] dengan sebuah tipu muslihat, dan berhasil mendapatkan pengangkatan dirinya sebagaimenjadi gubernur [[Palestina (wilayah)|Palestina]] dari Baghdad; gubernur yang sedang menjabat, alar-RashidiRasyidi, melarikan diri darimeninggalkan kursi gubernur di RamlaRamallah ke Damaskus, yang gubernurnyakegubernurannya diaia ambil alih. Pelariannya, menurut sejarawan Jere L. Bacharach, mungkin mengindikasikan bahwa Ibnu Tughj mengendalikan kekuatan militer yang signifikan.{{sfn|Bacharach|1975|p=590}} Tiga tahun kemudian, pada bulan Juli 931, Muhammad Ibnu Tughj dipromosikandiangkat menjadi gubernur Damaskus, sementara alar-RashidiRasyidi kembali ke RamlaRamallah.{{sfn|Bacharach|1975|p=590}} Kedua pengangkatan ini kemungkinan adalah hasil dari hubungan Ibnu Tughj dengan Mu'nis al-Muzaffar, yang pada saat iniitu tengah berada di puncak kekuasaan dan pengaruhnya.{{sfn|Bacharach|1975|p=590}}{{sfn|Kennedy|2004|pp=191–194, 311}}
 
== Mengambil alih Mesir ==
Takin meninggal padaPada bulan Maret tahun 933, danTakin al-Khazari meninggal, sementara putranya serta calon penggantinya, Muhammad, gagal dalam membangun otoritasnya di Mesir. Ibnu Tughj kemudian ditunjuk sebagai gubernur baru pada bulan Agustus, tetapi penunjukan itu dicabut sebulan kemudian sebelum ia bisasampai mencapaike Mesir, dan [[Ahmad bin Kayghalagh]] ditunjuk sebagai penggantinya. Waktu penarikanpembatalan kembalipenunjukan Ibnu Tughj sebagai gubernur Mesir bertepatan dengan penangkapan ( yang kemudian diikuti dengan pembunuhan) Mu'nis oleh Khalifah [[al-Qahir]] (memerintah 932-934) pada tanggal 22 September, menunjukkan bahwa pencalonan Ibnu Tughj kemungkinan besar juga disebabkan oleh Mu'nis.{{sfn|Kennedy|2004|p=311}}{{sfn|Bacharach|1975|pp=591–592}} Fakta bahwa al-Qahir mengirim seorang kasim bernama Bushri untuk menggantikan Ibnu Tughj di Damaskus setelah jatuhnya Mu'nis memperkuat pandangan ini. Bushri mampu mengambil alih jabatan gubernur Aleppo (yang jugasaat telahitu ditunjuknyaIbnu Tughj yang ditunjuk), tetapi Ibnu Tughj menolak penggantinya, dan mengalahkan, serta menawannya. Khalifah kemudian menugaskan Ahmad bin Kayghalagh untuk memaksa Ibnu Tughj menyerah, tetapi. meskipunMeskipun Ahmad bergerak maju menantang Ibnu Tughj, keduanya menghindari konfrontasi langsung. Sebaliknya, kedua pria itukeduanya bertemu dan mencapai kesepakatan untuk saling memberikan dukungan, mempertahankan status quo.{{sfn|Bacharach|1975|p=592}}
[[Berkas:CairoFustatMashhadAlTabataba1.jpg|jmpl|300x300px|Mashhad (Mausoleum) al-Tabataba, didirikan pada tahun 943 Masehi pada masa pemerintahan Muhammad Ibnu Tughj al-IkhshidIkhsyid di [[Kairo]], adalah satu-satunya monumen yang tersisa dari periode IkhshidIkhsyid.<ref>{{cite book|last1=Kadi|first1=Galila El|last2=Bonnamy|first2=Alain|date=2007|url=https://books.google.com/books?id=7OJ0-tXE_9MC&pg=PA96|title=Architecture for the Dead : Cairo's Medieval Necropolis|publisher=American Univ in Cairo Press|isbn=978-977-416-074-5|page=96, 297|language=en}}</ref>]]
Ahmad bin Kayghalagh segerakemudian terbukti tidak mampu memulihkan tatanankondisi di provinsi yang semakin bergejolak. Pada tahun 935, para pasukan tentara melakukan kerusuhanpemberontakan karena tidak mendapatmendapatkan cukupgaji upahyang cukup, dan seranganperampokan-seranganperampokan dari suku BedouinBadui pun kembali terjadi. Pada saat yang sama, putra Takin, Muhammad, dan penguruspejabat keuangan [[Abu Bakar Muhammad bin Ali al-Madhara'i|Abu Bakar Muhammad bin Ali al-Madhara'i—]]<nowiki/>pewaris [[Al-Madhara'i|dinasti para birokrat]] yang telah menangani keuangan provinsi sejak masa Ibnu TulunThulun dan berhasil mengumpulkan kekayaan yang sangat besar{{sfn|Bianquis|1998|pp=97, 105, 111}}{{sfn|Gottschalk|1986|p=953}}—merongrong Ahmad bin Kayghalagh dan menginginimengincar posisinya.{{sfn|Bacharach|1975|pp=592–593}} Pertikaian pecah di antara pasukan antarayang berasal dari orang-orang Timur (Mashariqa''Masyariqa''), terutama tentara Turki, yang mendukung Muhammad bin Takin, dan orang-orang Barat (''Maghariba''), kemungkinan orang [[Orang Berber|Berber]] dan orang [[Orang kulit hitam Afrika|Afrika berkulit Hitam]], yang mendukung Ahmad bin Kayghalagh.{{sfn|Brett|2001|p=161}} Dengan dukungan kali ini dari mantan wazir dan inspektur jenderal provinsi-provinsi barat, [[al-FadlFadhl bin Ja'far bin al-Furat]], yang putranya menikah dengan salah satu putri Ibnu Tughj, Ibnu Tughj sekali lagikembali ditunjuk sebagai gubernur Mesir. Tidak mau mengambil risiko, Ibnu Tughj mengorganisir sebuah invasi ke negara itutersebut melalui darat dan laut. Meskipun Ahmad bin Kayghalagh mampu memperlambat gerak maju tentara, armada Ibnu Tughj berhasil merebut [[Tinnis]] dan Delta Sungai Nil danyang kemudian bergerak kemenuju ibu ibukotakota Fustat. Terungguli dan dikalahkan dalam pertempuran, Ahmad bin Kayghalagh melarikan diri ke FatimiyyahFatimiyah. Muhammad Ibnu Tughj yang menang kemudian memasuki Fustat pada tanggal 26 Agustus 935.{{sfn|Bacharach|1975|pp=592–594}}{{sfn|Kennedy|2004|pp=311–312}}
 
Dengan ibukotaibu kota di bawah kendalinya, Ibnu Tughj sekarang harus menghadapiberhadapan dengan Fatimiyah. ''Maghariba'' yang menolak untuk tunduk kepada Ibnu Tughj telahlalu melarikan diri ke Aleksandria dan kemudian ke [[Barqa]] di bawah kepemimpinan HabashiHabasyi bin Ahmad, dan mengundangmengajak penguasa Fatimiyah, [[Al-Qa'im bi-Amr(Khalifah AllahFathimiyah)|al-Qa'im]] (m. 934-946) untuk menyerang Mesir dengan bantuan mereka.{{sfn|Halm|1996|p=284}}{{sfn|Brett|2001|p=162}}{{sfn|Madelung|1996|p=34}} Invasi Fatimiyah memperoleh keberhasilan awal: tentara Fatimiyah, [[Kutama]] Berber, merebut pulau [[Pulau Roda|alar-RawdaRaudah]] di [[Sungai Nil|Nil]] dan membakar gudang-gudang persenjataannya. Laksamana Ibnu Tughj, Ali bin Badr dan Bajkam membelot ke Fatimiyah, dan Aleksandria sendiri direbut pada bulan Maret 936. Namun demikian, pada tanggal 31 Maret, saudara laki-laki Ibnu Tughj, al-Hasan, mengalahkan pasukan Fatimiyah di dekat Aleksandria, mengusir mereka keluar dari kota dan memaksa Fatimiyah untuk sekali lagi mundur dari Mesir ke basispangkalan mereka di Barqa.{{sfn|Halm|1996|p=284}}{{sfn|Madelung|1996|p=34}}{{sfn|Bianquis|1998|p=112}} Selama kampanye tersebut, Ibnu Tughj secara khusus melarang pasukannya untuk menjarah, yang menurut J. L. Bacharach, merupakan indikasi dari "pandangan jangka panjangnya terhadap keberadaannyakedudukannya di Mesir".{{sfn|Bacharach|1975|p=594}}
 
== Pemerintahan di Mesir ==
[[Berkas:Dinar of Muhammad al-Ikhshid.jpg|jmpl|250px|ka|alt=Bagian depan dan belakang sbuah koin emas, dengan inskripsi Arab|''[[dinar emas|Dinar]]'' yang dicetak di Palestina di bawah kepemimpinan al-IkhshidIkhsyid, 944 Masehi. Dari tahun 942, Ibnu Tughj mencantumkan nama dan gelarnya ("Muhammad al-IkhshidIkhsyid"), bersama dengan sebutan khalifah dalam koinnya.{{sfn|Bacharach|1975|p=605}}]]
Dalam suratnya kepada Khalifah [[ar-Radhi]] (m. 934-940) pada tahun 936, Muhammad bin Tughj dapat menyajikan laporan yang sangat memuaskan: invasi Fatimiyah telah berhasilkanberhasil dipukul mundur dan upaya-upaya awal untuk memperbaiki situasi keuangan di provinsi tersebut telah dilancarkandilakukan. Sang Khalifah pun mengukuhkannyamengukuhkan jabatannya dan mengirimkan jubah kehormatan kepadanya.{{sfn|Bacharach|1975|p=595}} Sebagaimana yang ditulis [[Hugh N. Kennedy]], "dalamDalam beberapa aspek, ancaman Fatimiyah sebenarnya justru menguntungkan Ibnu Tughj". karena,Karena selama ia membela Abbasiyyah, "para khalifah siap memberikan restu kepada pemerintahannya sebagai imbalannya".{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} KedudukannyaPada tahun 938, kedudukannya di mahkamahistana Abbasiyyah yang cukup baginya untuk meminta gelar kehormatan ([[laqab]]) al-[[Ikhshid|Ikhsyid]], yang awalnya dipegang oleh raja-raja dari tanah leluhurnya, Farghana, pada tahun 938. Khalifah alar-Radi mengabulkan permintaan tersebut, meskipunwalaupun pengakuan resmi ditundatertunda sampaihingga bulan Juli 939. Setelah menerima konfirmasi resmi, Ibnu Tughj meminta agar ia selanjutnya hanya disapa dengan gelar barunya.{{sfn|Bianquis|1998|p=112}}{{sfn|Kennedy|2004|p=312}}{{sfn|Bacharach|1975|pp=595–596}}
 
Sangat sedikit yang diketahui tentang kebijakan-kebijakan dalam negeri al-IkhshidIkhsyid.{{sfn|Bacharach|1993|p=411}} Namun demikian, kebisuantidak terdapat sumber-sumber mengenaisejarah yang menyebutkan masalah-masalah dalam negeri selama masa pemerintahannya—selain pemberontakan kecil dari kaum [[Syiah|Syi'ah]] pada tahun 942, yang dengan cepat ditumpas—sangat kontras dengan narasi yang umumbiasanya beredar tentang serbuanpenjarahan yang dilakukan oleh suku Badui, kerusuhan di perkotaan karena harga yang tinggi, atau pemberontakan dan, intrik militer, dan dinasti,. danSemua ini mengindikasikan bahwa diaia berhasil memulihkan stabilitas dalam negeridomestik dan pemerintahan yang tertata rapi di Mesir.{{sfn|Bacharach|1975|p=594}} Menurut kamus biografi [[Ibnu Khallikan]], diaal-Ikhsyid adalah "seorang pangeran yang tegas, memiliki pandangan yang tajam dalam peperangan, dan sangat memperhatikan kemakmuran imperiumnyakerajaannya; dia memperlakukan kalangan militer dengan penuh kehormatan dan memimpin dengan kecakapan dan keadilan".{{sfn|McGuckin de Slane|1868|p=220}} Saingan potensialnya, Muhammad bin Takin dan al-Madhara'i, dengan mudah diluluhkan dan dimasukkan ke dalam pemerintahan yang baru.{{sfn|Bacharach|1975|p=594}}{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} Al-Madhara'i sempat mencoba untuk menentang pengambilalihan al-IkhshidIkhsyid yang kemudian berakhir dengan sia-sia, karena pasukannya dengan cepat membelot,. dan padaPada awalnya, ia dipenjara oleh al-IkhshidIkhsyid, namuntetapi kemudian dibebaskan pada tahun 939. Ia segera memulihkan status dan pengaruhnya, dan sempat menjabat sebagai wali dari putra dan pewaris al-IkhshidIkhsyid, Unujur pada tahun 946, sebelum akhirnya digulingkan dan dipenjara selama setahun. Sesudahnya, dan sampai kematiannya pada 957, ia pensiun kedan dalammemilih berfokus pada kehidupan pribadipribadinya.{{sfn|Gottschalk|1986|p=953}}{{sfn|Bianquis|1998|p=112}} Seperti kaum TulunidThulunid sebelum dia, al-IkhshidIkhsyid juga sangat berhati-hati dalam membangun kekuatan militernya sendiri, meliputitermasuk tentara budak Turki dan orang Afrika berkulit Hitam.{{sfn|Bacharach|1975|p=594}}{{sfn|Kennedy|2004|p=312}}
 
== Kebijakan luar negeri dan perjuangan untuk Suriah ==
Sebagai komandan dan penguasa di Mesir, al-IkhshidIkhsyid adalah orang yang sabar dan berhati-hati. Dia mencapai tujuannya melalui diplomasi dan hubungan dengan tokoh-tokoh yang berkuasa di rezim Baghdad,. selainIa jugabahkan melalui kekuatan, dan meskipun demikian ia selalu berusahacenderung menghindari konfrontasi militer langsung sebisajika mungkinmemungkinkan. Konfliknya dengan Ahmad bin Kayghalagh adalah indikasi dari metode pendekatannya tersebut: ketimbang pertempuran secara langsung, kesepakatan gencatan senjata di antara keduanya memberikan waktu bagi al-IkhshidIkhsyid untuk meninjau kembalimengamati situasi di Mesir sebelum mengambil tindakan.{{sfn|Bacharach|1975|pp=594–595}} Kendati mengikuti jejak Ibnu TulunThulun, ambisinya lebih sederhana dan tujuannya lebih praktis, seperti yang menjadi sangatterlihat jelas dalam kebijakannya terhadap Suriah dan wilayah kekhalifahan lainnya.{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} Secara historis, kepemilikanpenguasaan atas Suriah, dan khususnya Palestina, adalahmerupakan tujuan kebijakan luar negeri bagi banyak penguasa Mesir,. untukHal menutuptersebut dilakukan menguasai rute invasi yang paling memungkinkan masuk ke negaradaerah tersebutMesir. Ibnu TulunThulun dan [[Salahuddin Ayyubi|Salahuddin]] adalah dua contoh khastipikal penguasa Mesir yang menghabiskan sebagian besar masa pemerintahan mereka untuk mengamankan kendali atas Suriah, yangdan mana mereka sama-samabahkan menggunakan Mesir sebagian besar sebagai sumber pendapatan dan sumber daya di Mesir untuk mencapai tujuan ini.{{sfn|Bacharach|1975|pp=596–597}} Al-IkhshidIkhsyid berbeda daridengan merekakeduanya; Bacharach mendeskripsikan Al-IkhshidIkhsyid sebagai seorang "realis konservatif yang penuh kehati-hatian".{{sfn|Bacharach|1975|p=600}} Tujuan-tujuannya terbatas tetapi jelas: perhatian utamanya adalah Mesir dan penetapanpengukuhan keluarganya sebagai dinasti turun-temurun di sana, sementara Suriah tetap menjadi tujuan sekunder.{{sfn|Bacharach|1975|pp=597, 603}} Tidak seperti penguasa militer lainnya pada masa itu, ia tidak berniat mengikuti persaingan untuk mengambil kontrol atasmenguasai Baghdad dan pemerintahan khalifah melalui jabatan [[amir al-umara]] yang memiliki kekuasaan tinggi;. bahkanBahkan, ketika Khalifah [[al-Mustakfi]] (m. 944-946) menawarinya jabatan itu, ia menolaknya.{{sfn|Bacharach|1975|pp=597–598}}
 
=== Konflik dengan Ibnu Ra'iq ===
[[Berkas:Syria in the 9th century.svg|jmpl|ka|250px|Peta kawasanwilayah Suriah dan provinsi-provinsinya di bawah kekuasaan Abbasiyah]]
Setelah pengusiran Fatimiyah dari Mesir, al-IkhshidIkhsyid memerintahkan pasukannya untuk menduduki seluruh Suriah sampai Aleppo; bersekutu, menyekutukanseperti dirinyayang sendiridilakukan Ibnu Thulun, dengan suku lokal [[Banu Kilab]], seperti halnya yang dilakukan Ibnu Tulun, untuk memperkuat kekuasaannya atas utaradi Suriah bagian utara.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}} Sebagai gubernur Suriah, iawilayah menentukankekuasaannya batasmeluas hingga ke daerah-batasdaerah daratperbatasan (wilayah ''[[thughur|at-Thughur]]'') dengan [[Kekaisaran Bizantium]] di [[Silisia]]. Kemudian pada tahun 936/7 atau 937/8 (palingkemungkinan diyakinibesar pada musim gugur 937), ia meraihmenerima sebuah kedutaan besarutusan dari kaisar Bizantium, [[Romanos I Lekapenos]] (memerintah tahun 920–944), untuk mengadakan acara [[pertukaran tahanan Arab–Bizantium|pertukaran tahanan]],. Meskipun dilakukan tanpaatas ijinnama Khalifah alar-Radi, tindakan tersebut diberidianggap penghormatanmerupakan kehormatan khusus dan pengakuan tak langsung dariterhadap otonomi al-IkhshidIkhsyid, meskipunwalaupun korespondensisurat-menyurat dan negosiasi untuk peristiwaacara-acara semacam itu biasanya diajukanditujukan kepada khalifah, ketimbangbukan kepada para gubernur provinsi. Pertukaran tersebut dilakukan pada musim gugur 938, yang menghasilkan pembebasan 6,300 Muslim untukdengan jumlah tahanan Bizantium yang setara dari sisi Bizantium. Karena Bizantium memiliki 800 lebih tahanan ketimbangdibanding Muslim, merekapara tahanan tersebut telahharus diransumditebus dan secara bertahap dibebaskan sepanjangselama enam bulan berikutnya.{{sfn|PmbZ|loc=Muḥammad b. Ṭuġǧ al-Iḫšīd (#25443)}}{{sfn|Canard|1936|p=193}}
 
MeskipunKetika ''amir al-umara'' [[Muhammad bin Ra'iq|bin Ra'iq]] berkuasa di Baghdad (936–938) dengan teman lama al-IkhshidIkhsyid, al-Fadl bin Ja'far bin al-Furat menjadisebagai vizierwazir, hubunganhubungannya dengan Baghdad terjalin baik. NamunAkan tetapi, setelah Ibnu Ra'iq digantidigantikan oleh Turk [[Bajkam]] dari Turkik, Ibnu Ra'iq dijadikan nominasidiangkat oleh khalifah untuk kegubernuran Suriah. danPada padatahun 939, Ibnu Ra'iq berpawaibergerak ke selatanbarat untuk mengklaimnyamerebutnya dari pasukan al-IkhshidIkhsyid.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}}{{sfn|Bacharach|1975|pp=598–599}} Pelantikan Ibnu Ra'iq dikecam al-IkhshidIkhsyid, yang karenanya ia mengirimkan seorang dutautusan ke Baghdad untuk mengklarifikasikan keadaan tersebut. Disana, Bajkam memberitahukannyamemberitahukan bahwa khalifah melantikboleh menunjuk siapapun yang ia pilih, tetapi bukan merupakan hal mutlak: kekuatan militermiliterlah yang akan menentukan siapa yang menjadi gubernur Suriah dan bahkan Mesir, bukan pelantikan apapun oleh seorang khalifah. Jika salah satu dari Ibnu Ra'iq atau al-IkhshidIkhsyid meraih kemenangan dari konflik tersebut, konfirmasipengukuhan oleh khalifah kemudian akan menyusul.{{sfn|Bacharach|1975|p=599}} Al-IkhshidIkhsyid bahkan lebih tertarikmarah akanlagi jawabannya,dengan danjawaban tersebut, dikabarkan bahwa pada waktu itu, ia mengancam akan menawarimenawarkan salah satu putrinya kepada khalifah Fatimiyah al-Qa'im dan mencetakmeminta koin-koinagar uang logam dan [[salat Jumat]] dibacadibacakan dalamdengan menggunakan namanya, ketimbang khalifah Abbasiyah, sampai Abbasiyah secara resmi mengakui kembali jabatannya. FatimiyyahFatimiyah sendiri sebelumnya ditaklukandisibukkan dalamdengan pemberontakan [[Abu Yazid]] dan tak dapat menerimamemberikan bantuan apapun.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}}{{sfn|Bacharach|1975|pp=599–600}}{{sfn|Halm|1996|p=408}}
 
Dari [[Raqqa|Raqqah]], pasukan Ibnu Ra'iq beralihdengan kecepat mengambil sepanjangalih distrik-distrik utaradi Suriah, dimanautara yang saat itu saudara al-IkhshidIkhsyid, Ubayd AllahUbaidullah menjadi gubernur, sementara pasukan Mesir bergerak mundur ke selatan. Pada bulan Oktober atau November, pasukan Ibnu Ra'iq mencapai RamlaRamallah dan berpindahbergerak kemenuju [[Semenanjung Sinai]]. Al-IkhshidIkhsyid memimpin pasukannya melawan Ibnu Ra'iq, tetapi setelah pertikaianbentrokan kecilsingkat di [[Pelusium|al-FaramaFaramah]], duakeduanya pasukanmencapai tersebutkesepakatan saling memahami,untuk membagi Suriah di antara mereka: kawasanwilayah dari RamlaRamallah sampai selatan di bawah kekuasaan al-IkhshidIkhsyid, dan kawasanwilayah utara berada di bawah kekuasaan Ibnu Ra'iq.{{sfn|Bacharach|1975|p=599}} Namun, pada bulan Mei atau Juni tahun 940, al-IkhshidIkhsyid menyadarimengetahui bahwa Ibnu Ra'iq sempat kembali bergerak kemenuju RamlaRamallah. Sehingga, penguasa Mesir tersebut kemudian memimpin pasukannya untuk bertempur. Meskipun kalah di [[al-Arish|al-Arisy]], al-IkhshidIkhsyid dapat mempawaikanmengerahkan pasukannya dengan cepat dan meredammenghadang Ibnu Ra'iq,: menghalanginya darimencegahnya memasuki Mesir dan memaksanya untuk mundur kembali ke Damaskus.{{sfn|Bacharach|1975|p=600}} Al-IkhshidIkhsyid kemudian mengirim saudaranya, Abu NasrNashr al-HusaynHusain, dengan tentarapasukan lainnya melawanuntuk menyerang Ibnu Ra'iq, tetapi ia kalahdikalahkan dan tewasterbunuh di [[Lajjun]]. Meskipun ia menang, Ibnu Ra'iq menyatakanmemilih perdamaianuntuk berdamai: ia memberikan penguburanpemakaman kehormatan terhadap Abu NasrNashr dan mengirim putranya, Muzahim, sebagai duta untukbesar ke Mesir. Untuk meneguhkanSebagaimana strategi politiknya, al-IkhshidIkhsyid menyepakatinyamenerimanya. Perjanjian tersebut dipandang sebagai restorasipemulihan status teritorial quo dari tahun sebelumnya, tetapi dengan al-IkhshidIkhsyid membayar upeti tahunan sejumlah 140,000 ''[[emas dinar|dinar]]'' emas. Kesepakatan tersebut diperkuat dengan pernikahan Muzahim dengan putri al-IkhshidIkhsyid, FatimaFatimah.{{sfn|Bacharach|1975|p=600}}
 
=== Konflik dengan Hamdaniyah ===
Perdamaian tersebut tak berlangsung lama, karena ketegangankekacauan politik di Baghdad yang terus berlanjut. Pada bulan September 941, Ibnu Ra'iq meraihsekali lagi jabatanmenjabat sebagai ''amir al-umara'' atas undangantawaran Khalifah [[al-Muttaqi]] (memerintah 940–944), tetapi ia tidak lagi berkausa sepertiseberkuasa sebelumnya. TakKarena tak dapatmampu menghentikan lajupergerakan pasukan lainnya, yang dipimpin oleh [[Abu'l-Husayn al-Baridi|Abu'l-Husain al-Baridi]] dari [[Basra|Basrah]], Ibnu Ra'iq dan sang khalifah terpaksa meninggalkan Baghdad adandan mencari perlindungan kepada penguasa [[dinasti Hamdaniyah|Hamdaniyah]] dari [[Mosul]]. Kemudian, Ibnu Ra'iq dibunuhakhirnya terbunuh oleh penguasa Mosul pada bulan (April 942) menggantikannyayang padakemudian menggantikan Ibnu Ra'iq dalam jabatan ''amir al-umara'' dengan ''laqab'' [[Nasir al-Dawla|Nasir ad-Daulah]].{{sfn|Bacharach|1975|p=601}} Al-IkhshidIkhsyid menggunakanmemanfaatkan kesempatan tersebut untuk menduduki lagikembali Suriah untuk dirinya sendiri, mempertemukanbergabung dengan pasukannya kepadasecara masyarakatlangsung pada bulan Juni 942, dan melajubergerak sampai ke Damaskus, sebelum kembali ke Mesir pada bulan Januari tahun 943. Hamdaniyah juga mengklaim atas wilayah Suriah pada masawaktu yang sama, tetapi sumber-sumber sejarah tak menyebut dengan detail ekspedisi mereka disanadi sana.{{sfn|Bacharach|1975|p=601}} Jabatan Nasir alad-DawlaDaulah sebagai ''amir al-umara'' juga terkuakterbukti lemah, dan pada bulan Juni 943, ia dilengserkan oleh jendera Turki [[Tuzun (amir al-umara)|Tuzun]]. Pada bulan Oktober, Khalifah al-Muttaqi, yang mengkhawatirkan Tuzun mungkin berupaya untuk menggantikannya,melengserkannya kaburpun melarikan diri dari ibu kota dan ikut mengungsi ke Hamdaniyah.{{sfn|Bacharach|1975|pp=601–602}} Meskipun Nasir alad-DawlaDaulah dan saudaranya [[Sayf al-Dawla|Saif ad-Daulah]] melindungi khalifah, tetapi mereka juga taktidak bertikai denganmelawan pasukan Tuzun, dan pada bulan Mei 944, mereka mencapaisepakat sebuah kesepakatan yanguntuk memberikan Mesopotamia Hulu dan utara Suriah kepada Hamdaniyah dalamsebagai pertukaran untukdalam mengakuipengakuan kedudukan Tuzun di Irak. Nasir alad-DawlaDaulah kemudian mengirim sepupunya [[al-Husayn ibn Sa'id|al-HusaynHusain bin Sa'id]] untuk mengambil alih provinsi-provinsi Suriah yang ia rampas dalam perjanjian tersebut. Pasukan IkhshididIkhsyid kalahmembelot atau menarik diri, dan al-HusaynHusain pun mengambil alih distrik-distrik Qinnasrin dan [[Jund Hims|Hims]].{{sfn|Bianquis|1998|p=113}}{{sfn|Bacharach|1975|p=602}}
 
Pada masa itu, al-Muttaqi dengan SayfSaif alad-DawlaDaulah kaburmelarikan diri ke RaqqaRaqqah sebelum Tuzunserangan majuTuzun, tetapi khalifah makinsemakin terdesakcuriga dengan Hamdaniyah, dan menulis surat kepada al-IkhshidIkhsyid (diyakini pada awal musim dingin tahun 943), untuk meminta bantuan.{{sfn|Bacharach|1975|p=602}} Hal tersebut kemudian ditanggapi oleh al-Ikhsyid dengan memajukanmemimpin pasukan ke Suriah. GarisunPasukan Hamdaniyah menarik diri sebelum itu, dan pada September 944, al-IkhshidIkhsyid mencapai RaqqaRaqqah. MeyakiniKarena Hamdanidstidak memberikanmempercayai perjanjianHamdaniyah, mengingat perlakuan mereka kepadaterhadap Ibnu Ra'iq, ia menunggu sampai SayfSaif alad-DawlaDaulah meninggalkan kota tersebut sebelum memasukkinyamemasukinya untuk menemui khalifah. Al-IkhshidIkhsyid berupaya tanpa keberhasilan untuk membujuk al-Muttaqi datanguntuk dengannyaikut bersamanya ke Mesir, atau setidaknya singgahtinggal di RaqqaRaqqah. Di lain sisi, sementarasang khalifah berusayaberupaya untuk mendorong al-IkhshidIkhsyid untuk berpawaiberperang melawan Tuzun, yang kemudian ditolak.{{sfn|Bacharach|1975|pp=602–603}}{{sfn|Kennedy|2004|pp=196, 312}} Pertemuan tersebut tak membuahkansepenuhnya hasilsia-sia, karena al-IkhshidIkhsyid memberikanmendapatkan sebuahsuatu perjanjian yang mempertahankan hal-hal dari traktat serupasama antara Khumarawayh TuluniyahThuluniyah dan Khalifah [[al-Mu'tamid]] pada tahun 886. KhalifahSang tersebutkhalifah mengakui otoritas al-IkhshidIkhsyid atas Mesir, Suriah (dengan ''thughur''), dan [[Hejaz|Hijaz]] (disertai dengan penjagaan dariatas [[Haram (situs)|dua kota suci]] [[Mekkah]] dan [[Madinah]]), selama tiga puluh tahun, dengan hak suksesi warisanturun-temurun untuk putra-putra al-IkhshidIkhsyid.{{sfn|Brett|2001|p=162}}{{sfn|Kennedy|2004|p=312}}{{sfn|Bianquis|1998|p=113}}{{sfn|Bacharach|1975|p=603}} Perkembangan tersebut diantisipasi oleh al-IkhshidIkhsyid setahun sebelumnya, saat ia mengangkat putranya Unujur menjadi pemangku jabatannya saat ia sedang tidak ada di Mesir,. meskipunMeskipun Unujur belum akil baligh, dan memerintahkanmengharuskannya sumpahuntuk persekutuanbersumpah setia (''[[bay'a|bay'ah]]'') dinyatakan kepadanya.{{sfn|Bacharach|1975|p=601}} Selain ituNamun, menurut komentar Michael Brett, kawasanwilayah-wilayah yangdalam perjanjian tersebut melingkupinyamerupakan "tercampurberkah pemberkatanyang campur aduk," karena kota-kedua kota suci berada di bawah serbuan QarmatianQaramitah, sementara pawaipasukan-pawaipasukan ''thughur'' makinyang gencarsemakin dilakukanterancam oleh Bizantium, dan Aleppo (dengan utara Suriah) dinaungiyang diincar oleh Hamdaniyah.{{sfn|Brett|2001|p=162}}
 
SesuaiSeperti yang terjadi, al-Muttaqi didatangi oleh para emisarisutusan Tuzun, yang menentang loyaliutasnyaloyalitasnya, untuk mebalikembali ke Irak,; hanya untuk merampasditangkap, membutakandibutakan, dan melengserkandilengserkan pada tanggal 12 Oktober dan digantikan oleh al-Mustakfi.{{sfn|Bacharach|1975|pp=602–603}}{{sfn|Kennedy|2004|pp=196, 312}} Al-Mustakfi merekonfirmasikanmengukuhkan kembali kegubernuran al-IkhshidIkhsyid, tetapi, padahal titiktersebut ini merupakan sebuahhanyalah isyarat kosong belaka. Menurut J. L. Bacharach, meskipunwalaupun sejarawan abad ke-13 [[Ibnu Sa'id al-Maghribi]] melaporkanmencatat bahwa al-IkhshidIkhsyid mengambil ''bay'aah'' dan membacakan salat Jumat dalamdengan nama khalifah yang baru, berdasarkan pada bukti numismatikpeninggalan yang tersediaada, ia tampaktampaknya menunda pengakuanpembaiatannya kepada al-Mustakfi dan [[dinasti Buyid|dinasti Buwaihiyah]]nya- yang didirikan oleh peneruspenerusnya, [[al-Muti]] (memerintah 946–974) selama beberapa bulan termasukdengan merekatidak dalammenyertakan koinnya,sang khalifah tersebut ke dalam sebuahmata tindakanuang yanglogamnya. memecahTindakan belahyang dandisengaja pernyataanini jelas menyatakan kemerdekaan ''de facto''-nya dari Baghdad.{{sfn|Bacharach|1975|pp=603–608}} Kemerdekaan tersebut juga diketahui oleh pihak lainnya, catatan kontemporer ''[[De Ceremoniis]]'' menyatakan bahwa dalam seperpantauansurat-menyurat pemerintah Bizantium, "EmirAmir Mesir" mencantumkandiberikan segel emas padaseharga empat ''[[solidus (koin)|solidi]]'', suatu hal yang sama seperti yang dilakukandengan khalifah di Baghdad.{{sfn|Canard|1936|p=191}}
 
[[Berkas:Fragmentation of the Abbasid Caliphate.jpg|jmpl|ka|300px|Peta fragmentasi [[Kekhalifahan Abbasiyah]] pada abad ke-9 dan ke-10]]
Setelah ia bertemupertemuannya dengan al-Muttaqi, al-IkhshidIkhsyid kembali ke Mesir, meninggalkan lahanmedan perang yang terbuka untukbagi ambisiSaif Sayf alad-DawlaDaulah. Pasukan IkhshididIkhsyid yang pergiditinggalkan kedi Suriah relatif sadarlemah, dan pemimpin Hamdaniyah, yang meraihmendapatkan dukungan dari Banu Kilab, memilikitidak sedikitmengalami kesulitan dalam menaklukan Aleppo pada 29 Oktober 944. Ia kemudian mulai meluaskanmemperluas kekuasaannya atas provinsi-provinsi utara Suriah sampai Hims.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}}{{sfn|Bacharach|1975|p=607}}{{sfn|Kennedy|2004|p=273}} Al-IkhshidIkhsyid lalu mengirim tentarapasukan di bawah dutakasim [[Abu al-Misk Kafur]] dan Fatik melawan Hamdaniyah, tetapi pasukan ini dikalahkan di dekat [[Hamat]] dan menarik dirimundur kembali ke Mesir, meninggalkan Damaskus dan Palestina di tangan Hamdaniyah.{{sfn|Bacharach|1975|p=608}} Al-IkhshidIkhsyid kemudian memaksakan satu kampanyeperang lagi pada bulan April tahun 945, tetapi pada saat yang sama, ia mengirim dutautusan-dutautusan kepada SayfSaif alad-DawlaDaulah untuk mengadakan perjanjian tentangterkait perbatasan yang sebelumnya ia sepakati dengan Ibnu Ra'iq: pangeran Hamdaniyah tetap mempertahankanmenguasai utara Suriah, sementara al-IkhshidIkhsyid membayarkannyamembayarnya dengan upeti tahunan untuk wilayah Palestina dan Damaskus.{{sfn|Bacharach|1975|p=608}} SayfSaif alad-DawlaDaulah menolak dan dikabarkantercatat malahia menyatakanbahkan menyombongkan diri bahwa ia akan menaklukanmenaklukkan Mesir itu sendiri, tetapi al-IkhshidIkhsyid ringanberada tangan:di paraatas agennyaangin: menjalinkaki hubungantangannya denganberhasil menyuap beberapa pemimpin Hamdaniyah, dan ia memenangkan hati masyarakat Damaskus, yang menutup gerbang mereka dari Hamdaniyah dan membukanyamembukakannya untuk al-IkhshidIkhsyid. DuaKedua tentarapasukan tersebut bertemukemudian berperang di dekat Qinnasrin pada bulan Mei, dimanadengan Hamdaniyah kalahyang berhasil dikalahkan. SayfSaif alad-DawlaDaulah kabur ke RaqqaRaqqah, meninggalkan ibu kotanya Aleppo ditaklukkanuntuk direbut oleh al-IkhshidIkhsyid.{{sfn|Bacharach|1975|p=608}}
 
Selain ituNamun, pada bulan Oktober, kedua belah pihak mengadakanmencapai sebuahkesepakatan, perjanjianyang dalamsecara halgaris batas-batasbesar proporsalsama Ikhshididdengan usulan al-Ikhsyid awalsebelumnya: al-IkhshidIkhsyid mengetahuimengakui kontrolkekuasaan Hamdaniyah atas utara Suriah dan bahkan keputusansetuju untuk mengirim upeti tahunan dalamsebagai pertukaranimbalan untukatas pengakuanpenolakan seluruhSaif klaimad-Daulah Sayfterhadap al-Dawlasemua klaim wilayah atas Damaskus. Penguasa Hamdaniyah juga harus menikahi salah satu putri atau kemenakan al-IkhshidIkhsyid.{{sfn|Bacharach|1975|p=608}} Bagi al-IkhshidIkhsyid, wilayahmempertahankan Aleppo kurangtidak terlalu penting ketimbang selatan Suriah dengan Damaskus, yang merupakan gerbang timur Mesir (sebagai benteng pertahanan Mesir di bagian timur). KarenaAsalkan kawasanwilayah-wilayah tersebut masihtetap berada di bawah kekausaannyakekuasaannya, ia lebih mengkehendakimengehendaki keberadaan negarakerajaan Hamdaniyah di utara. Penguasa Mesir tersebut menyadari bahwa ia akan sulit mendapatkanmengklaim dan menguasaimempertahankan kendali atas utara Suriah dan Silisia, yang secara tradisional lebihbiasanya terpengaruh oleh Mesopotamia Hulu dan Irak. Dengan meniadakan klaim-klaimnya atas provinsi-provinsi yang jauh tersebut, takMesir tidak hanya akan membutterhindar Mesirdari menghabis-habiskanbiaya tenagayang tentarabesar untuk mempertahankan pasukan yang besar disanadi sana, tetapi emirat Hamdaniyah juga akan memenuhiberperan peransebagai [[negara penyangga]] melawan serangan-serangan, baik dari Irak maupun Kekaisaran Bizantium yang sedang bangkit kembali.{{sfn|Bianquis|1998|pp=113–115}} Meskipun demikianMemang, sepanjang masa pemerintahan al-IkhshidIkhsyid, dan para penerusnya, hubungan mereka dengan Bizantium sangatcukup bersahabat, karena kurangnyatidak adanya perbatasan umumyang berisisan dan pertikaianpermusuhannya yang umumsama terhadap Fatimiyah membuat duakedua negara tersebut tak bertikaiberbenturan.{{sfn|Canard|1936|pp=190–193, 205–209}} Disamping SayfSaif alad-DawlaDaulah berupaya majuuntuk bergerak lagi ke selatan Suriah tak lama setelah al-IkhshidIkhsyid wafat, perbatasan yang disetujui pada tahun 945 tetap bertahan, dan bahkan memperjelasbertahan kedudukanlebih lama dari kedua dinasti tersebut, membentuk pembagiangaris bataspemisah antara utara Suriah yang dipengaruhi Mesopotamia dan bagian selatan negara tersebut yang dikuasai Mesir sampaihingga [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Mamluk]] merebut seluruh kawasanwilayah tersebut pada tahun 1260.{{sfn|Kennedy|2004|p=273}}{{sfn|Bianquis|1998|pp=113–114}}
 
== Kematian dan warisan ==
Pada pertengahan musim semi tahun 946, al-IkhshidIkhsyid mengirimkanmengirim utusan-utusan ke [[Kekaisaran Romawi Timur|Bizantium]] untuk pertukaran tahanan lagi (yang akhirnya berhasil dilakukan di bawah bantuan [[Sayf al-Dawla|Saif ad-Daulah]] pada bulan Oktober). Kaisar [[Konstantinus VII]] (memerintah antara 913–959) mengirimkan dutasebuah besarkedutaan yang dipimpin [[John Mystikos]] sebagai respontanggapan, laluyang tiba di Damaskus pada 11 Juli.{{sfn|PmbZ|loc=Muḥammad b. Ṭuġǧ al-Iḫšīd (#25443)}} Pada 24 Juli 946, al-IkhshidIkhsyid wafat di Damaskus.{{sfn|Bacharach|1975|p=609}} Jasadnya dibawa untuk dimakamkan di [[Yerusalem]], di dekat Gerbang suku-suku di Bukit Bait Suci. [[Suksesi]] putranya, [[Abu'l-Qasim Unujur bin al-Ikhshid|Unujur]], berlangsung damai dan tidaktanpa diperselisihkanperselisihan, sebabberkat pengaruh dari kekuasaan komando tertinggi yang penuhkuat telentadan berbakat, [[Abu al-Misk Kafur|Kafur]]. Adalah; satu dari sekian banyak budak kulit hitam Afrika yang direkrut oleh al-IkhshidIkhsyid, Kafur bertahan sebagai Perdana Menteri dan penguasa bayangan Mesir sepanjangselama 22 tahun berikutnya, berkuasa atas namanya sendiri pada tahun 966 hingga ia wafatkematiannya dua tahun kemudian. Setelah kewafatannyakematiannya, pada tahun 969, [[Kekhalifahan Fatimiyah|Fatimiyah]] mendudukimenyerbu dan menaklukkan Mesir, memulai era baru dalam ''sejarah country'snegara history''tersebut.{{sfn|Kennedy|2004|pp=312–313}}{{sfn|Bianquis|1998|pp=115–118}}
 
Para sejarawan abad pertengahan mencatatkan banyaknya kesejajarankesamaan antara al-IkhshidIkhsyid dan para pendahulunya dari [[Dinasti Thuluniyah|ThuliniyahThuluniyah]], khususnya [[Khumarawayh bin Ahmad bin Tulun|Khumarawayh]]. binIbnu Sa'id bahkan melaporkanmencatatkan bahwa menurut [[astrologi dalam Islam abad pertengahan|para astrolog Mesir]], duakedua priaorang telahtersebut masukmemasuki Mesir pada hari yang sama pada tahun tersebutitu dan dengan bintang yang sama dalam posisi [[rasi bintang]] yang sama.{{sfn|Bacharach|1975|p=610}} Namun, terdapat perbedaan mencolok: al-IkhshidIkhsyid tidak se-"flamboyan" ([[Hugh N. Kennedy|Hugh Kennedy]]), dibandingkanseperti Tuluniyah,yang dimiliki oleh kaum Thuluniyah.{{sfn|Kennedy|2004|p=312}} Sikap berhatikehati-hatihatian dan menahan diri Al-IkhshidIkhsyid dalam sudut pandang kebijakan asingnyaluar negerinya juga berseberangan dengan tokoh-tokoh yang semasa dengannya dan para penguasa Mesir lainnya, baik para pendahulu maupun pengikutnya, memberinyasehingga capmembuatnya memiliki reputasi sebagai pemilikorang reputasiyang sangat hatiberhati-hati, yang sering kali disalahartikan sebagai penakut oleh orang-orang yang semasa dengannya.{{sfn|Bacharach|1975|pp=610–612}} Ia juga dianggap kurang berjayaberbudaya dibandingkan dengan pendahulunya Ibnu TulunThulun.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}} Tak seperti Ibnu TulunThulun, yang membangun ibu kota baru di [[:en:Alal-QataQatta'i]] dan sebuah [[Masjid Ibnu Tulun|masjid terkenal]],. alAl-IkhshidIkhsyid bukanpula pelindungpenyokong para seniman dan, penyair, maupundan pembuat pendiribangunan utamabesar.{{sfn|Bacharach|1975|p=610}} Menurut sejarawan [[:en:Thierry Bianquis]], ia disebutdigambarkan oleh para pembuatpenulis kroniksejarah abad pertengahan sebagai "seorang pria yang sentitifmudah tersinggung dan tamakrakus, tetapi memiliki pemikiran tajamcerdik dan cenderung serakah", tetapi gemar dengan kegemaran kepada barang-barang mewah yang diimpor dari timur, khususnya parfum. Kecintaannya terhadap barang-barang mewah dari timur kemudian diikuti oleh kalangan kelas atas [[Fustat]] serta mempengaruhi gaya dan mode produk lokal Mesir secara temurun lokal yang mulai menirunya.{{sfn|Bianquis|1998|p=113}}
 
== Referensi ==
 
{{reflist|35em2}}
 
== Sumber ==
Baris 119 ⟶ 117:
 
{{lifetime|882|946}}
{{Authority control}}
 
{{DEFAULTSORT:Muhammad Ibn Tughj Al-Ikhshid}}