Hoegeng Iman Santoso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Axl7Rose (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(45 revisi perantara oleh 28 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{tambah referensi}}
{{Infobox Officeholder
| honorific-prefix =
| name = Hoegeng Iman Santoso
| image = Police chief Hugeng Iman Santoso, Sekilas Lintas Kepolisian Republik Indonesia, p20.jpg
| imagesize = 200px
| caption =
| order = ke-5
| office = Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
| president = [[Soeharto]]
| term_start = 9 Mei 1968
| term_end = 2 Oktober 1971
| predecessor = [[Soetjipto Joedodihardjo]]
| successor = [[M. Hasan]]
| office2 = Sekretaris Kabinet Indonesia
| order2 = ke-2
| president2 = [[Soekarno]]
| term_start2 = 27 Maret 1966
| term_end2 = 25 Juli 1966
| predecessor2 = [[Djamin Ginting]]
| successor2 = [[Sudharmono]]
| office3 = Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia{{!}}Direktur Jenderal Imigrasi
| order3 = ke-4
| president3 = [[Soekarno]]
| term_start3 = 19 Januari 1961
| term_end3 = 22 Juni 1965
| predecessor3 = [[Notohatyanto]]
| successor3 = Widikdo Soedikman
| birth_date = {{birth date|1921|10|14}}
| birth_place = = [[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|2004|7|14|1921|10|14}}
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| party =
| spouse = Meriyati "Merry" Roeslani
| children = 3
| relatives = {{hlist|Roos Mini Agoes Salim (keponakan)|[[Kasino (pelawak)|Kasino]] (keponakan)}}
|relation = [[Rudy Wowor]] (Menantu)
| residence =
| alma_mater =
| occupation =
| allegiance = {{unbulleted list|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1944—19451944–1945)|{{flag|Indonesia}} (1945—19711945–1971)}}
|religion = [[Islam]]
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian National Police.svg|25px]] [[Kepolisian Republik Indonesia]]
|allegiance = {{unbulleted list|{{flag|Kekaisaran Jepang}} (1944—1945)|{{flag|Indonesia}} (1945—1971)}}
| unit =
|branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian National Police.svg|25px]] [[Kepolisian Republik Indonesia]]
| rank = [[Berkas:PDU JEN.png|25px]] [[Jenderal Polisi]]
|unit =
| serviceyears = 1944—1971
|rank = [[Berkas:PDU JEN.png|25px]] [[Jenderal Polisi]]
|serviceyears = 1944—1971
}}
[[Jenderal Polisi]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Doktorandus|Drs.]] '''Hoegeng Iman Santoso'''<ref>{{Cite web|title=Pejabat Kapolri dari Masa ke Masa|url=https://polri.go.id/sejarah-kapolri|website=Website Resmi Polri|access-date=25 September 2021}}</ref><ref>{{Cite web|title=Detail biodata Pejabat Menteri - Jenderal (Purn.) Dr. Hoegeng Imam Santoso|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=231&presiden_id=&presiden=|website=Kepustakaan Presiden Republik Indonesia|access-date=2022-10-14}}</ref><ref>{{Cite book|last=Muradi|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/881367626|title=Politics and Governance in Indonesia : the Police in the Era of Reformasi.|publisher=Taylor & Francis|isbn=1-306-86105-5|pages=185|oclc=881367626|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=van Dijk|first=C. (Kees)|date=2021|url=https://www.worldcat.org/oclc/1276859752|title=A Country in Despair Indonesia Between 1997 And 2000.|location=Boston|publisher=Brill|isbn=978-90-04-43487-5|pages=197|oclc=1276859752|url-status=live}}</ref> ({{lahirmati|[[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]|14|10|1921|[[Jakarta]]|14|7|2004}}) adalah adalah satu tokoh [[kepolisian]] [[Indonesia]] yang pernah menjabat sebagai [[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]] ke-5. Hoegeng terkenal sebagai polisi paling berani dan [[jujur]] ​​di Indonesia oleh [[media]] dan [[masyarakat]]. Hoegeng hidup pada era di mana banyak pejabat pemerintah yang [[korup]]. [[Abdurrahman Wahid]], mantan [[presiden Indonesia]] pernah memuji kejujuran Hoegeng, mengatakan bahwa "hanya ada 3 polisi jujur ​​di negara ini: polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng". Hoegeng adalah salah satu orang tersingkat yang mengepalai badan kepolisian nasional Indonesia dari tahun 1968–1971.
 
[[Jenderal Polisi]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Doktorandus|Drs.]] '''Hoegeng Iman Santoso'''<ref>{{Cite web|title=Pejabat Kapolri dari Masa ke Masa|url=https://polri.go.id/sejarah-kapolri|website=Website Resmi Polri|access-date=25 September 2021}}</ref><ref>{{Cite web|title=Detail biodata Pejabat Menteri - Jenderal (Purn.) Dr. Hoegeng Imam Santoso|url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=231&presiden_id=&presiden=|website=Kepustakaan Presiden Republik Indonesia|access-date=14 Oktober 2022-10-14}}</ref><ref>{{Cite book|last=Muradi|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/881367626|title=Politics and Governance in Indonesia : the Police in the Era of Reformasi.|publisher=Taylor & Francis|isbn=1-306-86105-5|pages=185|oclc=881367626|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=van Dijk|first=C. (Kees)|date=2021|url=https://www.worldcat.org/oclc/1276859752|title=A Country in Despair Indonesia Between 1997 And 2000.|location=Boston|publisher=Brill|isbn=978-90-04-43487-5|pages=197|oclc=1276859752|url-status=live}}</ref> ({{lahirmati|[[Pekalongan]], [[Jawa Tengah]]|14|10|1921|[[Jakarta]]|14|7|2004}}) adalah adalah satu tokoh [[kepolisian]] [[Indonesia]] yang pernah menjabat sebagai [[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia]] ke-5dari tahun 1968 hingga 1971. Hoegeng terkenalsecara historis dikenal sebagai pejabat polisi yang paling berani dan [[jujur]] ​​didi Indonesianegara oleh [[media]] dan [[masyarakat]]. Hoegeng hidupini, pada erasaat di mana banyakmayoritas pejabat pemerintah yang [[korup]]. Beliau [[Abdurrahmanterkenal Wahid]],karena mantantindakan [[presidendan Indonesia]]upayanya pernahyang memujiterus kejujuranmenerus Hoegeng,dalam mengatakanmemberantas bahwakorupsi "hanyadan adapermainan 3kekuasaan polisidalam jujurkepolisian ​​diIndonesia negaraserta ini:mendorong polisiperadilan tidur,pidana patungyang polisi, dan Hoegeng"setara. Hoegeng adalahmerupakan salah satu orangKepala tersingkatKepolisian yangRepublik mengepalaiIndonesia badandengan kepolisianmasa nasional Indonesia dari tahunjabatan 1968–1971terpendek.
Hoegeng juga merupakan salah satu penandatangan [[Petisi 50]]. Namanya diabadikan sebagai nama [[Rumah Sakit Bhayangkara]] di [[Mamuju]] dengan nama [[Rumah Sakit Bhayangkara Hoegeng Iman Santoso]] dan namanya juga diabadikan sebagai nama stadion sepak bola di [[Kota Pekalongan]] dengan nama [[Stadion Jenderal Hoegeng]].<!--Hoegeng dikenal sebagai pribadi yang sangat sederhana dan luar biasa jujur, namun demikian oleh sebagian kalangan ia dianggap seorang yang tidak memiliki prestasi yang signifikan dalam memimpin kepolisian karena tiada keberanian untuk bertindak tegas ke dalam internal kepolisian, sehingga pada masa jabatannya sebagai Kapolri terjadi dua kasus akbar yang melahirkan rekayasa berujung pada peradilan sesat guna melindungi para anak pejabat yang terlibat kejahatan.
Yang pertama yaitu peristiwa pemerkosaan seorang penjual telur ;Sum Kuning, pada tanggal 18 September 1970, oleh anak-anak pejabat di [[Yogyakarta]], namun kemudian direkayasa oleh penyidik polisi seolah-olah laporan palsu sehingga Sum Kuninglah yang kemudian dituntut hukuman oleh jaksa, lalu kemudian direkayasa sekali lagi dengan memunculkan seorang tukang bakso yang dipaksa untuk mengaku sebagai pelakunya. Disinyalir kuat bahwa pelaku utama pemerkosaan tersebut adalah KPH Anglingkusumo (yang di kemudian hari pada tahun 2012 mengangkat dirinya sendiri sebagai "KGPAA Paku Alam IX tandingan" sebagai rival KGPAA Paku Alam yang asli.).
Kemudian peristiwa kedua adalah ditembak matinya Rene Louis Conrad ; seorang mahasiswa Institut Teknologi Bandung oleh para taruna AKABRI Kepolisian pada 6 Oktober 1970 seusai pertandingan olahraga antara ITB dengan AKABRI Kepolisian ; namun kemudian guna melindungi para taruna AKABRI Kepolisian tersebut yang notabene merupakan putera-putera pejabat (diantaranya terdapat nama taruna Nugroho Djajusman yang di kemudian hari berhasil menjadi jenderal polisi dan dikenal sangat dekat dengan tokoh-tokoh Front Pembela Islam / FPI) maka dibuat rekayasa ; dikorbankan seorang bintara Brimob (Djani Maman Surjaman) yang justru sedang bertugas jaga di lapangan dan berusaha melerai pertikaian namun malah dituduh seolah-olah melakukan penembakan itu (pada persidangan Djani Maman Surjaman, ia dibela oleh advokat Adnan Buyung Nasution yang mengemukakan sama sekali tiada ada bukti apapun bahwa ia bersalah, orang tua almarhum Rene Louis Conrad dan seluruh civitas academica ITB juga sebulatnya yakin bahwa bukan ia yang melakukan penembakan, namun karena hal tersebut merupakan rekayasa yang berpusat pada tokoh-tokoh penting di kepolisian, Djani Maman Surjaman divonis penjara 5 tahun 8 bulan.). Pada pengusutan peristiwa penembakan Rene Louis Conrad itu,tidak ada pengujian balistik yang berusaha menguji kebenaran materil tentang dari senjata mana asal proyektil yang menewaskan itu, padahal para taruna AKABRI Kepolisian itu terbukti membawa senjata api ketika peristiwa terjadi. Setelah ditembak mati, jenazah Rene Louis Conrad dibawa pergi oleh para taruna AKABRI Kepolisian dan kemudian diletakkan dengan begitu saja dalam sebuah ruangan di kantor polisi di Jalan Merdeka, Bandung. Kedua peristiwa ini merupakan catatan hitam rekayasa kasus ketika Hoegeng menjadi Kapolri.-->
 
== Biografi ==
Baris 57 ⟶ 51:
Hoegeng lahir di [[Pekalongan]] pada 14 Oktober 1921. Nama lahirnya adalah Iman Santoso.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=viii}} Nama Hoegeng diambil dari "bugel" (menjadi "bugeng" dan kemudian "hugeng"; yang berarti gemuk) karena tubuhnya yang gemuk semasa kecil. Ayahnya adalah Soekarjo Kario Hatmodjo dari [[Tegal]], seorang jaksa di Pekalongan; ibunya adalah Oemi Kalsoem. Ia memiliki dua adik perempuan: Titi Soedjati dan Soedjatmi.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=7}} Hoegeng ingin menjadi polisi karena dipengaruhi oleh teman ayahnya yang menjadi kepala kepolisian di kampung halamannya Ating Natadikusumah.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=5}} Perwira hukum lain yang merupakan teman ayahnya adalah [[R. Soeprapto (jaksa agung)|Soeprapto]].{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|p=7}}
 
Hoegeng bersekolah di [[Hollandsch-Inlandsche School]] (HIS; sekolah dasar) Pekalongan dan lulus pada tahun 1934. Ia kemudian mendaftar di [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]] (MULO; sekolah menengah pertama) di kota yang sama dan lulus tiga tahun kemudian. Ia pindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya di [[Algemene Middelbare School]] (AMS; sekolah menengah atas) jurusan bahasa dan sastra Barat. Selama di AMS, Hoegeng berteman dengan seniornya [[Burhanuddin Harahap]], teman sekelasnya [[Soedarpo Sastrosatomo]], dan juniornya [[Usmar Ismail]] dan [[Rosihan Anwar]]. Pada tahun 1940, setelah lulus, ia pindah ke Batavia melanjutkan studinya di [[Rechtshoogeschool te Batavia]] (RHS; perguruan tinggi hukum), meskipun beberapa anggota keluarganya menginginkannya untuk mendaftar di Middlebare [[Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren]] (MOSVIA; perguruan tinggi pegawai negeri). Di sana ia terlibat dalam organisasi kemahasiswaan bernama Unitas Studiosorum Indonesiensis (USI). Di organisasi itu, ia bertemu [[Soebadio Sastrosatomo]], [[Subandrio]], [[Oemar Seno Adji|Oemar Senoadji]], [[Chairul Saleh]], dan [[Hamid Algadri|Hamid Algadrie]]e.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|pp=8-11}}
 
Pada bulan Maret 1942, Jepang menduduki Hindia Belanda. Awalnya, Hoegeng merasa lega dengan kedatangan Jepang. Tapi, kemudian militer Jepang menutup RHS. Hoegeng kemudian kembali ke rumah pada bulan April; ia menggunakan waktu luangnya untuk menjual telur dan buku sekolah bahasa Jepang bepergian dari satu kota ke kota lain termasuk [[Kabupaten Pati|Pati]] dan [[Semarang]] bersama temannya Soehardjo Soerjobroto. Di Semarang, ia bertemu kerabatnya dan ditawari bekerja di stasiun radio Hoso Kyoku. Dia diterima dan mulai bekerja satu bulan kemudian. Saat bekerja di stasiun, ia mendaftar ke pembukaan kursus polisi di Pekalongan. Hoegeng kemudian melamar dan diterima sebagai salah satu dari sebelas anggota kepolisian dari 130 pelamar.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|pp=12-13}}
Baris 76 ⟶ 70:
[[Raden Soemarto|Soemarto]] yang saat itu menjabat [[Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia|Wakil Kepala Djawatan Kepolisian Negara]] dan diminta menjadi bawahannya. Hoegeng diterima tetapi ingin mengunjungi Yogyakarta. Dia dibantu oleh Soemarto dan meninggalkan istrinya dan pergi sendiri pada bulan September. Di Yogyakarta, Hoegeng melaporkan tugasnya kepada Soekanto dan meminta izin sebagai bawahan Soemarto di Jakarta; Soekanto memberikan izin. Pada bulan November, Hoegeng bekerja sebagai asisten Soemarto dan diberi tugas untuk mengamati tahanan politik Indonesia dan membantu mereka jika memungkinkan. Di Jakarta, ia berkorespondensi dengan [[Sudirman]], [[Hamengkubuwono IX]], [[Oerip Soemohardjo]], [[Suryadi Suryadarma]], dan M. Nazir.{{sfn|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2014|pp=26-30}}
 
Ia pernah menjadi Kepala Dinas Pengawasan Keamanan Negara (DPKN) di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]] pada tahun 1952. Ia menjadi kepala [[Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia|Badan Reserse Kriminal]] (Bareskrim) di [[Medan]], [[SumatraSumatera Utara]] pada tahun 1956. Pada tahun 1959, ia mengikuti sekolah pelatihan [[Korps Brigade Mobil|Mobile Brigade]] (Mobrig) dan menjadi staf direktorat II di Markas Besar Polri pada tahun 1960, ia menjadi Kepala Djawatan Imigrasi pada tahun 1960, menjadi Menteri Iuran Negara pada tahun 1965, dan menjadi [[Sekretaris Kabinet Indonesia|Menteri Sekretaris Kabinet Inti]] pada tahun 1966. Setelah Hoegeng mengundurkan diri sebagai kepala polisi, ia tampil di [[TVRI (saluran televisi)|TVRI]] bermain gitar Hawaii bersama dengan band "The Hawaiian Seniors", dan menjadi pembawa acara musik The Hawaiian Seniors (aslinya ''Irama Lautan Teduh'') dari tahun 1968 sampai 1979. Kadang ia tampil bersama istrinya, Merry Hoegeng dan putrinya, Reny Hoegeng atau Aditya Hoegeng.<ref>{{harvnb|Santoso|Sutrisno|Sirait|Hasibuan|2009|p=3}}</ref>
 
=== Karier ===
Sewaktu pendudukan [[Jepang]], ia mengikuti latihan kemiliteran Nippon (1942) dan Koto Keisatsu Ka I-Kai (1943). Setelah itu ia diangkat menjadi Wakil Kepala Polisi Seksi II Jomblang Semarang (1944), Kepala Polisi Jomblang (1945), dan Komandan Polisi Tentara Laut [[Jawa Tengah]] (1945-1946). Kemudian mengikuti pendidikan Polisi Akademi dan bekerja di bagian Purel, Jawatan Kepolisian Negara.
 
Tahun 1950, Hoegeng mengikuti Kursus Orientasi di Provost Marshal General School pada Military Police School Port Gordon, Georgia, [[Amerika Serikat]]. Dari situ, dia menjabat Kepala DPKN Kantor Polisi Jawa Timur di Surabaya (1952). Lalu menjadi Kepala Bagian Reserse Kriminil Kantor Polisi SumatraSumatera Utara (1956) di [[Medan]]. Tahun 1959, mengikuti pendidikan Pendidikan [[Brimob]] dan menjadi seorang Staf Direktorat II Mabes Kepolisian Negara (1960), Kepala Jawatan Imigrasi (1960), Menteri luran Negara (1965), dan menjadi Menteri Sekretaris Kabinet Inti tahun 1966. Setelah Hoegeng pindah ke markas Kepolisian Negara kariernya terus menanjak. Dari situ, dia menjabat Deputi Operasi Pangak (1966), dan Deputi Men/Pangak Urusan Operasi juga masih dalam 1966.
 
==== Kepala Kepolisian Republik Indonesia ====
Terakhir, pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara (tahun 1969, namanya kemudian berubah menjadi Kapolri), menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. Hoegeng mengakhiri masa jabatannya pada tanggal 2 Oktober 1971 dan digantikan oleh Drs. [[M. Hasan|Mohamad Hasan]].
 
Saat menjadi Kapolri Hoegeng Iman Santoso melakukan pembenahan beberapa bidang yang menyangkut struktur organisasi di tingkat Mabes [[Polri]]. Hasilnya, struktur yang baru lebih terkesan lebih dinamis dan komunikatif. Pada masa jabatannya terjadi perubahan nama pimpinan [[polisi]] dan markas besarnya. Berdasarkan Keppres No.52 Tahun 1969, sebutan Panglima Angkatan Kepolisian RI (Pangak) diubah menjadi Kepala Kepolisian RI (Kapolri). Dengan begitu, nama Markas Besar Angkatan Kepolisian pun berubah menjadi Markas Besar Kepolisian (Mabes Pol).
Baris 91 ⟶ 85:
 
== Kehidupan pribadi ==
Di luar dinas kepolisian Hoegeng terkenal dengan kelompok pemusik Hawaii, The Hawaiian Seniors, selain ikut menyanyi juga memainkan ukulele. Kegiatan Hoegeng tersebut sempat ditampilkan di TVRI, namun kemudian dicekal oleh [[Kopkamtib|PangkopkamtibMenteri Penerangan]] [[Sudomo|LaksamanaAli SudomoMoertopo]] dengan alasan tidak sesuai dengan kepribadian Bangsa Indonesia. Setelah pencekalan itu, Hoegeng lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berkebun di kebunnya yang kecil di seputaran [[Jonggol, Bogor]]. Selain berkebun ia juga kerap menghabiskan waktunya untuk melukis, hobi yang sudah ia lakukan sejak ia masih muda. Gaya lukisannya cenderung naturalis. Mulanya ia gemar melukis potret manusia, namun lama kelamaan lebih sering melukis pemandangan dan bunga. Semasa masih menjabat sebagai Kapolri, ia menolak menjual lukisanya. Namun setelah pensiun, Hoegeng baru mau menjual karya-karyanya untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan sosial.<ref>{{Cite book|last=author|first=Suhartono|date=2014|url=https://gerai.kompas.id/belanja/buku/penerbit-buku-kompas/hoegeng-polisi-dan-menteri-teladan-2/|title=Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan|location=Jakarta|publisher=Kompas|isbn=978797097691|pages=97, 98, 99, 100|url-status=live}}</ref>
 
== Meninggal dunia ==
Hoegeng wafat di Jakarta pada tanggal 14 Juli 2004<ref>{{Cite book|last=Hendrowinoto|first=Nurinwa Ki S.|last2=Penulis|first2=Tim|date=2007|title=Ensiklopedi Kapolri: Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Iman Santoso|location=Jakarta|publisher=Panitia Penulisan Ensiklopedi Kapolri|isbn=978-979-16296-0-7|editor-last=Bahasa|editor-first=Tim Penyunting|pages=31-32|url-status=live}}</ref> dalam usia 82 tahun dan dimakamkan di Taman Pemakaman Bukan Umum (TPBU) Giri Tama, Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
 
== Penghargaan ==
Atas semua pengabdiannya kepada negara, Hoegeng Iman Santoso telah menerima sejumlah tanda jasa baik di dalam maupun luar negeri, diantaranyadi antaranya;
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
| colspan="3"|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=PIta (Ribbon) Bintang Mahaputera Utama.png|width=100}} {{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang DharmaGerilya.png|width=100}}
|-
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang GerilyaDharma.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Pita (Ribbon) Bintang Bhayangkara Utama.png|width=100}}
|{{Ribbon devices|number=0|type=award-star|ribbon=Kartika Eka Paksi Utama.gif|width=100}}
Baris 131 ⟶ 125:
!Baris ke-1
| colspan="2"|[[Bintang Mahaputera Utama]] (14 Agustus 2004)<ref>{{cite book |title=Daftar WNI Yang Memperoleh Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 2004 - Sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/4404daftar_penerima_bintang_mahaputera_tahun_2004-sekarang.pdf|access-date=25 Agustus 2021}}</ref>
| colspan="1"|[[Bintang DharmaGerilya]]
|-
!Baris ke-2
| colspan="1"|[[Bintang GerilyaDharma]]
| colspan="1"|[[Bintang Bhayangkara|Bintang Bhayangkara Utama]]
| colspan="1"|[[Bintang Kartika Eka Paksi|Bintang Kartika Eka Paksi Utama]]