Nasi uduk: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pengayaan dan pembetulan sejarah plus referensi Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Koreksi Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(28 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6:
| alternate_name =
| country = [[Indonesia]]
| region =
| creator =
| course = Menu utama
Baris 15:
}}
[[Berkas:BUMBU NASI UDUK.png|jmpl|Bumbu nasi uduk]]
'''Nasi uduk''' adalah hidangan yang dibuat dari [[nasi putih]] yang diaron dan dikukus dengan [[santan]], serta dibumbui dengan [[pala]], [[kayu manis]], [[jahe]], [[daun serai]], dan [[merica]]
Nasi uduk biasa dihidangkan dengan [[emping]] goreng, [[tahu]] goreng, telur dadar atau [[telur goreng]] yang
== Etimologi ==
Menurut buku "Kuliner Betawi Selaksa Rasa & Cerita" (2016) yang disusun oleh Akademi Kuliner Indonesia, istilah ''uduk'' secara etimologis bermakna "susah", yang menyiratkan bahwa dahulu makanan ini lazim dikonsumsi para
Teori lain berpendapat bahwa istilah ''uduk'' terkait atau berkerabat dengan istilah ''aduk'', maka nasi uduk bermakna "nasi yang diaduk" atau "nasi campur".<ref>{{Cite web|date=11 December 2014|title=Where to Eat in Cikini: Nasi Uduk Gondangdia|url=https://jakartabytrain.com/2014/12/11/where-to-eat-in-cikini-nasi-uduk-gondangdia/|work=Jakarta by Train}}</ref>
Akan tetapi ada sementara pihak yang mengaitkan nasi uduk dengan Sultan Agung dari Mataram. [[Sultan Agung dari Mataram]] dikatakan menyebut hidangan nasi ini nasi wuduk, dari kata [[bahasa Arab]] tawadhu' yang berarti rendah hati di hadapan Tuhan.<ref name=":3">{{Cite web|title=Makanan Syariah|url=https://www.msn.com/id-id/berita/nasional/nasi-klepon-nasi-uduk-makanan-syariah-bagi-kaum-muslim/ar-BB171EMf|url-status=live}}{{pranala mati}}</ref><ref>{{Cite web|title=What is Tawadhu'?|url=http://en.osmannuritopbas.com/tawadhu-humility.html|url-status=live}}</ref>
== Sejarah ==
Menurut buku "Makanan Khas Betawi" (2018) karya Lilly T. Erwin, nasi uduk adalah [[Hidangan Betawi|hidangan khas Betawi]] yang sangat populer dan mudah ditemukan di setiap sudut kota [[Jakarta]].<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk"/> Meskipun kini hidangan ini dikaitkan dengan Jakarta,
Menurut sejarawan, terdapat hubungan dagang yang erat dan migrasi antara kota bandar pelabuhan [[Malaka]] dan Batavia, yakni pedagang dan pendatang dari Malaka ada yang datang dan bermukim di Batavia. Dalam sebuah diskusi bertajuk "Kuliner Betawiː Silang Budaya", menurut seorang ahli kuliner Betawi, Pudentia, orang Melayu ada yang pindah dari Malaka ke Batavia, yang mana mereka pun membawa masakan khas mereka yakni [[nasi lemak]].<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk"/> Sementara itu, pendatang suku Jawa dari Mataram pun terbiasa memasak nasi dengan santan yang disebut ''sega gurih''.<ref name="Kompas-Sejarah Nasi Uduk"/> Apalagi setelah jatuhnya Portugis Malaka ke tangan Belanda pada tahun 1641, maka hubungan dagang bandar Malaka dan Batavia kian erat, karena keduanya dimiliki Belanda. Jejak migrasi suku Melayu ke Batavia dapat terlihat dari adanya nama bernuansa Melayu, yakni Kampung Melayu, dekat Jatinegara, di Jakarta Timur.
Ada pula yang mempercayai bahwa nasi uduk konon berasal dari buah pikir [[Sultan Agung dari Mataram]], yang terinspirasi oleh pengalamannya memakan [[nasi kebuli]].<ref name=":0" /> Hidangan ini mulai dibuat penduduk pulau Jawa dan dipopulerkan oleh Hindia Belanda setelahnya.<ref name=":0">{{Cite web|title=Story Behind Nasi Uduk|url=https://www.timesindonesia.co.id/read/news/272772/the-story-behind-nasi-uduk-a-typical-betawi-way-of-cooking-rice|url-status=live}}</ref>▼
▲Ada pula yang
Menurut [[Babad Tanah Jawi]], sultan [[Mataram]] gemar makan "nasi Arab", yang mungkin merujuk pada berbagai jenis pilaf atau nasi bergaya Arab. Hidangan nasi dari arab sering disebut [[nasi kebuli]] (populer di kalangan keturunan Arab di Indonesia) atau [[nasi biryani]] (hidangan Muslim India). Kedua hidangan tersebut paling umum dikenal di kalangan Muslim Jawa pada saat itu. Sultan Agung kemudian memutuskan untuk membuat "hidangan Arab" versi lokal, menggunakan bahan-bahan lokal. Ia melakukan ini antara lain untuk mengurangi pengeluaran negara (biaya untuk membeli bahan-bahan impor untuk membuat masakan nasi khas arab sangat tinggi) dan untuk meningkatkan kebanggaan lokal.<ref name=":3" />▼
▲Menurut [[Babad Tanah Jawi]], sultan [[Mataram]] gemar makan "nasi
Tak lama kemudian, ''sega uduk'' menjadi bagian dari "syarat" dalam upacara "terima kasih" adat Jawa, yang sering disebut ''banca'an'' (bancakan) atau ''slametan''. Nasi uduk dapat ditemukan dalam ''sega berkat'',<ref>{{Cite web|title=Mengenal sega berkat|url=https://food.detik.com/info-kuliner/d-5052979/mengenal-sego-berkat-nasi-bungkus-daun-jati-yang-populer-untuk-hajatan|url-status=live}}</ref> paket makanan (biasanya berisi nasi, sayuran, dan lauk pauk), atau disajikan sebagai tumpeng, untuk dibagikan setelah upacara atau acara selesai. Sega uduk juga menjadi hidangan wajib untuk disajikan saat ''Wiwitan'', ritual persembahan menjelang panen yang biasanya diadakan di beberapa daerah Jawa.<ref>{{cite web |title=Melestarikan Tradisi Syukuran Wiwitan Padi dan Ajak Pemuda Kembali ke Sawah |url=https://jateng.suara.com/read/2021/09/27/125936/melestarikan-tradisi-syukuran-wiwitan-padi-dan-ajak-pemuda-kembali-ke-sawah |website=suara.com |access-date=13 Januari 2022 |language=id |date=27 September 2021}}</ref>▼
▲Tak lama kemudian, ''sega uduk'' menjadi bagian dari "syarat" dalam upacara "terima kasih" adat Jawa, yang sering disebut ''banca'an'' (bancakan) atau ''slametan''. Nasi uduk dapat ditemukan dalam ''sega berkat'',<ref>{{Cite
Nasi uduk diperkenalkan ke [[Batavia]] oleh para pendatang dari Jawa pada tahun 1628, dan kemudian menjadi hidangan populer di Batavia.<ref name=":0" /> Orang Betawi yang menjual masakan ini akan sering menambahkan sentuhan Betawi dengan menambahkan [[semur jengkol]]. Nasi uduk juga populer di kalangan diaspora Jawa di [[Suriname]] dan [[Belanda]]. Dalam [[bahasa Belanda]] nasi uduk disebut ''rijst vermengd met onrust van de liefde'' (disingkat ''jaloerse rijst'').{{fact}}▼
▲Nasi uduk diperkenalkan ke [[Batavia]] oleh para pendatang dari Jawa pada tahun 1628, dan kemudian menjadi hidangan populer di Batavia.<ref name=":0" /> Orang Betawi yang menjual masakan ini akan sering menambahkan sentuhan Betawi dengan menambahkan [[
== Lauk pauk ==
Baris 47:
Dalam acara ''slametan'', nasi uduk biasanya disajikan bersama hidangan lain, seperti irisan telur goreng, telur bumbu, atau rendang. Beberapa orang juga menambahkan [[mie goreng]] atau [[bihun]] ke dalam hidangan nasi uduk. [[Krupuk]], [[rempeyek]], atau emping juga bisa ditambahkan.
Nasi uduk ala Jakarta bisa dibilang merupakan perpaduan antara nasi uduk Jawa dan [[nasi lemak]] Melayu. Nasi uduk ala Betawi biasanya disajikan bersama [[
Sambal kadang-kadang ditambahkan dalam nasi uduk biasa yang dijual di kaki lima, tetapi sambal bukan prasyarat untuk nasi uduk yang disajikan dalam acara tertentu. Secara umum, jenis sambal apa pun bisa digunakan sebagai pelengkap nasi uduk.
Baris 54:
Setiap lingkungan di Jakarta memiliki varian nasi uduk sendiri, salah satu varian nasi uduk yang populer adalah Nasi uduk Slipi dari [[Jakarta Barat]]. Daerah Kebon Kacang dekat Tanah Abang di Jakarta Pusat juga terkenal dengan nasi uduk khasnya.<ref name=":4">{{cite news |last1=Post |first1=The Jakarta |title=The best nasi uduk in Kebon Kacang |url=http://www.thejakartapost.com/life/2016/12/27/the-best-nasi-uduk-in-kebon-kacang.html |access-date=13 Januari 2022 |work=The Jakarta Post |language=en}}</ref>
Nasi uduk adalah hidangan populer bagi para komuter yang sibuk di Jakarta, terutama karena harganya yang terjangkau (harga satu porsi rata-rata Rp. 10.000). Hidangan ini dapat ditemukan sepanjang hari. Beberapa warung pinggir jalan hanya buka di pagi, siang, atau malam hari, tergantung pada demografi daerah sekitarnya. Kios di dekat pemukiman penduduk, pasar, stasiun kereta api, dan sekolah biasanya buka
== Lihat pula ==
|