Kerajaan Padang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaidirAndiNovianto (bicara | kontrib)
Fazily (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh 114.122.11.65 (bicara) ke revisi terakhir oleh Touminciba
Tag: Pengembalian
 
(6 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Kerajaan Padang''' merupakan kerajaan [[Melayu]] yang terletak di Sumatera Utara. Kerajaan ini memeluk agama [[Islam]] dan norma Melayu. Bekas wilayah Kerajaan Padang yaitu
 
[[Tebing Tinggi|Kota Tebing Tinggi]], [[Kecamatan]] Tebing Tinggi, Kecamatan [[Bandar Khalipah, Percut Sei Tuan, Deli Serdang|Bandar khalifah]] dan sekitarnya.
{{Sejarah Indonesia}}
{{Infobox Former Country
Baris 38:
 
== Sejarah Kerajaan Padang ==
Pada tahun 1607 di bawah kepemimpinan Iskandar Muda, Aceh semakin sukses. Dia menaklukkan Sumatera, Malaya Timur hingga Melaka dan mendominasi ekspor tanaman. Banyak pejabat kerajaan seperti Ulèëbalang dikirim ke wilayah Sumatera Timur. Saat itu mereka mengirim dua orang, yang satu adalah bangsawan Aceh yang kemudian menjadi salah satu keturunan Ulèëbalang Datuk Paduka Raja Batangkuis Serdang, yaitu ''uleebalang Lumu, dan'' seorang pemuda bangsawan mendarat di Bandar Khalifah bernama Umar. Tak cukup untuk menaklukkan Bandar Khalifah, Umar pun turun ke pedalaman di hulu Kerajaan dan berjumpa dengan penguasa Tongkah bernama Raja Saragih yang berburu ngengat di hutan Tongkah, Sekarang Tongkah ini disebut Kampung Muslimin dekat Nagaraja, Kecamatan Tapian Dolok (Perbatasan Serdang Bedagai dan Simalungun). Anjing pemburu saat itu berusaha menggigit Umar, namun Umar mampu menaklukkan anjing itu. Raja sangat terkesan melihat sosok Umar, lalu membesarkannya menjadi anak angkat, karena Raja belum memiliki keturunan ''Rumpun bambu'' (istilah lain untuk menyebutkan anak angkat bukan dari pemberian orang tua kandung secara langsung, tapi dianggap anak yang diutus oleh Tuhan)'', rupanya kehadiran Umar terbawa Beruntung, istri raja akhirnya melahirkan.'' Anak yang lahir tersebut diberi nama '' Raja Betuah Pinangsori".'' Di kawasan Tongkah ini diketahui terdapat peninggalan zaman Hindu kuno, Raja pernah membantu temannya yang bernama" Peresah "untuk merebut tahta Kerajaan. Nagur (Kerajaan sezaman Aru) Singkat cerita, Umar akhirnya melanjutkan perjalanannya ke hilir. Mengikuti hutan Tongkah ke daerah Bajenis (sekarang Kota Tebing Tinggi). Di daerah subur tempat itu, ia mulai mengembangkan kekuasaan dengan gelar "Baginda Saleh Qamar" pada tahun 1630. Inilah awal berdirinya Kerajaan Padang, awal mula pemerintahan di Tebing Tinggi dan sekitarnya. Dia meninggal pada 1640.
 
== Silsilah Raja Kerajaan Padang ==
Dari salinan data yang berasal dari naskah tua dari Zuriat Kerajaan Padang, yang aslinya ditulis dengan aksara arabArab berbahasa Melayu tentang asal-usul berdirinya Kerajaan Padang. Di sana ditulis bahwa keturunan raja di negeri Padang yakni keturunan dari sebuah wilayah di hulu
raya. Pada zaman dahulu ada seorang bangsawan
bernama ''Guk Guk'', dia pergi
Baris 49:
yang dapat, tetapi ketika hendak pulang ke kampung, anjing pemburunya tiba-tiba
menyalak melihat batang buluh beruas besar. Buluh itu kemudian dibawa pulang ke rumah. Saat itu juga Raja Guk Guk melihat isterinya melahirkan anak lelaki. Kemudian diberi nama ''Raja Betuah Pinang Seri''. Secara bersamaan Raja Guk Guk dikejutkan dengan kemunculan anak lelaki yang ada di dalam bambu besar yang dibawanya tadi. Anak yang ada di
dalam bambu itu kemudian diberi nama ''Umar Baginda Saleh'' (pendiri Kerajaan Padang). KeranaKarena terjadi perselisihan antara keluarga, maka Umar Baginda Saleh merantau ke hilir hingga menetap di wilayah
TebingtinggiTebing Tinggi sekarang yaitu di Bajenis Tebingtinggi.
''WHM Schadee'' dalam ''Geschiedenis van Sumatra’s Ooskust, deel I (Sumatra Instituut Amsterdam 1918)'' hal 104,.
 
Baris 60:
= 1664. Jadi berkisar tahun 1664 Kejeruan Padang sudah ada dan sudah dikenali.
Kita tidak menemukan nama kejeruan Padang seperti penjelasan WHM Schadee,
selain Padang di Tebing Tinggi sekitarnya pada masa itu. Anderson juga menjelaskan bahawabahwa kerajaan yang dilintasi sungai Kuala Padang ini sebagai ''‘an independent state’''.
John Anderson, tentang Kuala Padang
menulis: ''a considerable sized river. This is an independent state.Radja Bidir Alum, the present chief, has reigned nineteen years. His son is Radja Muda Etam. The two principle villages are Bandar Khalifah, containing 500 inhabitants, and Bundar Dalam, 600 Malays. There are about 3000 triebe Kataran in the country. The first village is half a tide up.'''
Baris 66:
Kerajaan Padang bahkan telah mempengaruhi tamadun negeri berhampiran, sebut saja Tuanku Umar Baginda Saleh(1630); menurut buku Perbaikkan Konsep Sejarah Deli Serdang 1987), memiliki
putera yang bernama ''Marah Ali Maluddin''
yang bernobat di kampong Perbatu di negeri Padang, putranya bernama ''Marah Jana'' mendirikan Tanjung Merawa –Senembah (makamnya di Kampung Batu Bedimbar). Cucunya dari ''Marah Dewa'', bernama ''Datuk Raja Paterum gelar Johan Pahlawan'' (Raja Tanjung Merawa) menikah dengan puteri kejeruanKejeruan Senembah di Sei Bahasa,1723 sezaman dengan awal berdirinya Kesultanan Serdang. Ia memiliki empat putra, dua diantaranya masing-masing pindah ke Sunggal dan Sicanggang Langkat, seorang lagi bernama ''Datuk Tharib'' (Kampong Baru – Serdang), satu lagi adalah ''Datuk Marah Hullah'' (Datuk Tanjung Merawa).
Meskipun secara usianya Kerajaan Padang di
Tebing Tinggi lebih tua dari Kesultanan Serdang, hingga tahun 1854 Padang serta Bedagai pernah menjadi negeri jajahan Serdang. Pada 6 Oktober 1865, residen Riau yaitu E Netscher atas nama Gubernemen mengeluarkan akta yang menetapkan
Baris 96:
* [[Tengku Izhanolsyah]] (mangkat tahun 1982)
* [[Tengku Nurdinsyah al-hajj]] gelar Tengku Maharaja Bongsu (2004 –sekarang)
 
 
 
Tuanku Umar Baginda Saleh yang membuat istana di [[Bajenis]] – [[Tebing Tinggi]], memiliki 4 putera iaitu''Marah Ledin, Marah Sudin, Marah Alimaludin, Marah Adam''; serta seorang puteri,iaitu ''Raja'' ''Zaenab'' yang menikah dengan ''orang Barus''. Setelah Tuanku Umar Baginda Saleh mangkat 1640, Raja beralih kepada Marah Sudin.
Baris 126 ⟶ 124:
Kaya Syahimbang]], [[Datuk Alang]] dan lainnya.
Pada 6 Oktober 1865, [[residen Riau]] iaitu, [[E Netscher]] atas nama [[Gubernemen]] mengeluarkan akta yang menetapkan [[daerah
taklukkan]] ([[kewaziran]]) [[Kesultanan Deli]] iaitu [[Kerajaan Padang]], [[Kerajaan Bedagai]],[[Denai]] dan [[Percut]]. Raja Geraha tidak setuju,kemudian berhenti dan digantikan puteranya''Marahuddin, ''oleh Deli diberi gelar'' Tengku Maharaja Muda Wazir Padang. ''Sedangkan Orang Kaya Majin gelar Indera Muda Wazir Bandar Khalifah yang menjabat selama 7 tahun lalu mangkat dan digantikan puteranya Muda Indera.
Pada masa pemerintahan ''Marahuddin'' gelar ''Tengku Haji Muhammad Nurdin'' (1870 – 1914), banyak terjadi kerjasama dengan Raya dan lainnya. Meski Deli menganggap dia sebagai Wazir Deli dengan gelar Maharaja Muda, namun Raja Raya sangat mengakui penuh status raja dia;bahkan Raja Raya banyak belajar sistem pemerintahan kepada kerajaan Padang, disatu sisi kerajaan Padang memperoleh bantuan pasukan dari Raya.Walau pernahterjadi kisah, saat utusan Tengku Muhammad Nurdin datang ke Raja Raya – Rondahaim,dengan membawa buah tangan berupa ''gramafone'', Raya Raya menolak mentah mentah buah tangan yang dianggapnya sebagai khazanah kolonial.
Wilayah Tongkah ([[Kampung Muslimin]]
Baris 158 ⟶ 156:
 
[[Kategori:Kerajaan Melayu]]
[[Kategori:Kerajaan di SumatraSumatera Utara]]