Kesultanan Bilah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaidirAndiNovianto (bicara | kontrib)
Membuat halaman Kesultanan Bilah
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
 
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(10 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Yatim|Oktober 2022}}
'''Kesultanan Bilah''' adalah sebuah [[kesultanan]] [[Melayu]] yang didirikan pada tahun 1630 oleh Sultan Tahir Indra Alam yang sekarang menjadi wilayah [[Negeri Lama, Bilah Hilir, Labuhanbatu|Negeri Lama]], [[Bilah Hilir, Labuhanbatu|Kecamatan Bilah Hilir]], [[Kabupaten Labuhanbatu]], [[Sumatra Utara]], [[Indonesia]].
 
Kesultanan ini runtuh akibat peristiwa Revolusi Sosial di Sumatra Timur pada tahun 1946.
 
{{Infobox former country
| conventional_long_name = Kesultanan Bilah
| capital = [[Negeri Lama, Bilah Hilir, Labuhanbatu]]
| image_map = Petasumateratimur.jpg
| image_map_caption = Wilayah Kesultanan Bilah pada 1930 (pada peta berwarna kuning tua)
| religion = [[Islam]]
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
Baris 14 ⟶ 13:
| event_end = [[Revolusi Sosial Sumatra Timur]]
}}
 
'''Kesultanan Bilah''' adalah sebuah [[kesultanan]] [[suku Melayu|Melayu]] yang didirikan pada tahun 1630 oleh Sultan Tahir Indra Alam. yangWilayah kesultanan Bilah sekarangberpusat menjadidi wilayah [[Negeri Lama, Bilah Hilir, Labuhanbatu|Negeri Lama]], [[Bilah Hilir, Labuhanbatu|Kecamatan Bilah Hilir]], [[Kabupaten Labuhanbatu]], [[SumatraSumatera Utara]], [[Indonesia]].
 
Kesultanan ini runtuh akibat peristiwa [[Revolusi Sosial di Sumatra Timur]] pada tahun 1946.
 
== Sejarah ==
 
=== Etimologi ===
Nama Kesultanan Bilah sendiri diambil dari kata "bilah" yang bermakna sebelahsebilah/sepotong pohon yang berasal dari [[pohon nibung]] yang dahulu banyak tumbuh di pinggiran sungai[[Sungai Bilah]]. Masyarakat setempat sering menyebut pohon ini dengan nama bilah nibung atau bilah rotan. Sebutan inilah yang kemudian menjadi asal-muasal nama dari Kesultanan Bilah dan Sungai Bilah yang ada di wilayah tersebut.
 
Sungai Bilah merupakan sungai terbesar di wilayah [[Labuhanbatu]] yang bermuara ke [[Selat Malaka]]. Sungai ini memiliki peran penting bagi Kesultanan Bilah karena menjadi jalur perdagangan dan penghubung dengan wilayah lainnya. Sungai ini juga merupakan sarana transportasi masyarakat dalam melakukan berbagai kegiatan, baik masyarakat setempat yang didominasi [[suku Melayu]] maupun masyarakat pendatang dari daerah lain di luar Kesultanan Bilah.<ref>Syarif, R. A. (2017). Selayang Pandang Sejarah Labuhan Batu. Rantauprapat: Kantor Arsip Perpustakaan dan Dokumentasi Kabupaten Labuhanbatu</ref>
 
=== Pendirian ===
Kesultanan Bilah merupakan kesultanan Melayu Islam yang berdiri di wilayah Negeri Lama, Kecamatan Bilah Hilir, Kabupaten Labuhanbatu, SumatraSumatera Utara, Indonesia. Kesultanan ini didirikan oleh Sutan Tahir Indra Alam pada sekitar tahun 1630 M. Pendiri kesultanan ini memiliki darah keturunan dari [[Kesultanan Pinang Awan]] yang berada di [[Kota Pinang]]. Sultan Tahir Indra Alam kemudian membuka wilayah baru di Muara Kumbul sampai beliau wafat dan diberi gelar ''Marhum Mangkat di Kumbul''.
 
Berdasarkan Peta Negeri-negeri Sumatra Timur (1863) terlihat jelas batas-batas wilayah dari Kesultanan Bilah ini meliputi :<ref>Luckman Sinar Basarshah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur (Medan : Yayasan Kesultanan Serdang, 2006) hlm. 1</ref>
 
* Sebelah Utara berbatasan dengan [[Kesultanan Kualuh]].
* Sebelah Timur berbatasan dengan [[Kesultanan Panai]].
* Sebelah Selatan berbatasan dengan [[Kesultanan Kota Pinang]].
* Sebelah Barat berbatasan dengan [[Karesidenan Tapanuli]]
 
Pada awal berdirinya sebagai kesultanan Islam, Kesultanan Bilah juga ikut andil dalam menyebarluaskan syiar Islam di wilayah kekuasaannya. Sultan Tahir Indra Alam sebagai sultan pada masa itu memerintahkan penyebaran Islam ke wilayah-wilayah di sekitar Kesultanan Bilah, seperti Panai dan Kota Pinang. Penyebaran Islam juga berpengaruh kepada sistem kepercayaan masyarakat, sehingga mayoritas masyarakat di wilayah Labuhanbatu beragama Islam. Selain itu, Kesultanan Bilah yang dipimpin oleh seorang sultan juga memasukkan unsur-unsur Islam pada sistem pemerintahan, hukum dan budaya yang berdampak bagi masyarakat. Hal tersebut menjadi identitas dari Kesultanan Bilah sebagai salah satu Kesultanan Islam di [[Sumatra Timur|Pantai Timur Sumatra]].<ref>Sinar, T. L. (2006). Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang</ref>
 
=== Masa Kolonial ===
Baris 48 ⟶ 51:
 
=== Masa Kependudukan Jepang ===
Setelah Belanda mulai kehilangan pengaruhnya maka pada tahun 1942 Jepang mulai memasuki wilayah Indonesia termasuk Labuhanbatu. Kedatangan Jepang awalnya dianggap sebagai penyelamat masyarakat Labuhanbatu dari pemerintah Kolonial Belanda, namun hal itu justru semakin memperburuk keadaan. Perlakuan terhadap sultan�sultansultan-sultan yang ada di Labuhanbatu juga tidak sebaik saat pemerintahan Kolonial Belanda. Puncaknya pada tahun 1945, saat Proklamasi kemerdekaan membuat banyak dari kerajaan-kerajaan kecil ditaklukan. Kesultanan Bilah memilih untuk bergabung, karena trauma yang dialami akibat dari kekejaman dari penjajahan Jepang.
 
=== Setelah Proklamasi Kemerdekaan ===
Baris 55 ⟶ 58:
== Referensi ==
<references />
 
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan di Sumatera Utara]]