Kapitan Arab: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 9:
Menurut [[L.W.C van den Berg|Van den Berg]], masyarakat keturunan Arab di [[Batavia]] menetap di sebuah daerah yang disebut [[Pekojan, Tambora, Jakarta Barat|Pekojan]].<ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=CVpwAAAAMAAJ&q=Hadramaut+dan+Para+Kapiten+Arab&dq=Hadramaut+dan+Para+Kapiten+Arab |title=Ensiklopedi Jakarta: culture & heritage |page=68 |volume=1 |publisher=Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Dinas Kebudayaan dan Permuseuman |year=2005 |isbn=978-97986-82506}}</ref><ref name="vandenberg">{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=ehgeAAAAMAAJ |title=Hadramaut dan koloni Arab di Nusantara |first=Lodewijk Willem Christiaan|last=van den Berg|volume=3|publisher=INIS|year=1989}}</ref>
Kata ''Pekojan'' berasal dari kata ''Pe-Koja-an'', yang berarti ''Daerah Koja'',<ref name="saudagar baghdad">{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=HeIoTLPRNbcC&pg=PA29&dq=pekojan#v=onepage&q=pekojan |title=Saudagar Baghdad Dari Betawi |page=29 |first=Alwi |last=Shahab |publisher=Penerbit Republika|year=2004|language=id|isbn=978-97932-10308|accessdate=Jun 9, 2014}}</ref> suatu istilah yang diberikan bagi orang-orang Muslim yang berasal dari daerah [[Gujarat]], [[India]]. Sementara ''Koja'' sendiri dari kata [[Khoja]]. Sampai akhir abad ke-18, daerah itu sebagian besar didominasi oleh pemukim Khoja Gujarati sampai abad ke-19.<ref name=elissa>{{cite thesis|url=http://staff.ui.ac.id/system/files/users/evawani.ellisa/publication/indiaisvspekojanpaper.pdf|title=Pekojan: Between The Disappearance of Muslim Arabs and The Emergence of Chinese Communities|first=Elissa|last=Evawani|date=November 30, 2007|accessdate=February 10, 2015|=https://web.archive.org/web/20160303221229/http://staff.ui.ac.id/system/files/users/evawani.ellisa/publication/indiaisvspekojanpaper.pdf}}</ref> Ketika Van den Berg melakukan studi (1884-1886), tidak ada lagi penduduk asal Gujarat. Pada saat itu sebagian besar pemukim adalah orang Arab dan segelintir orang [[Cina Indonesia|Tionghoa]]. Sejak sekitar tahun 1970-an, orang-orang Arab adalah minoritas dan Tionghoa berubah menjadi mayoritas.<ref name=elissa/> Dia menggambarkan Pekojan sebagai daerah yang kumuh dan kotor. Kurang lebih satu setengah abad lalu, orang-orang Arab juga telah pindah dan tinggal di pinggiran kota (sekarang [[Kota Administrasi Jakarta Pusat|Jakarta Pusat]]), seperti daerah [[Krukut, Taman Sari, Jakarta Barat|Krukut]] dan [[Tanah Abang]].<ref name="para kapiten arab">{{cite web|url=http://alwishahab.wordpress.com/2009/08/20/hadramaut-dan-para-kapiten-arab/|title=Hadramaut dan Para Kapiten Arab|accessdate=Jun 8, 2014}}</ref>
Pemerintah Kolonial [[Hindia Belanda]] memiliki hukum konstitusi yang mengakui tiga kategori individu di Batavia (dan kemudian diterapkan ke tempat lain), yaitu: Orang Eropa (Belanda: ''Europeanen''), Orang Timur Asing (Belanda: ''Vreemde Oosterlingen''), dan pribumi (Belanda: ''Inlander''). Orang-orang Arab, Tionghoa, dan [[India-Indonesia|India]] tergolong dalam kelompok Timur Asing itu. Karena semakin banyaknya imigran yang berdatangan dari [[Hadramaut]], Pemerintah Belanda mulai menerapkan aturan yang disebut ''Wijkenstelsel'' pada tahun 1844 untuk memisahkan orang-orang Arab ini dari penduduk asli.<ref name=elissa/> Karena itu, pemerintah memerlukan seorang kepala kelompok yang disebut Kapitan Arab atau Kapten Arab, yang ditunjuk dari kalangan masyarakat Arab itu sendiri, sebagai titik kontak dan penghubung. Posisi yang serupa diberikan pula kepada masyarakat Tionghoa dengan sebutan [[Kapitan Cina]]. Lebih dari setengah jumlah keseluruhan Kapitan Arab yang ditunjuk oleh pemerintah kolonial adalah orang-orang non [[Sayyid]]. Keputusan ini dibuat untuk melemahkan anggapan sebagian Hadhrami tradisional tentang status sosial mereka.<ref name="awakening"/><ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=vhJWAAAAcAAJ&pg=PA311&dq=Kapitein+der+Arabieren#v=onepage&q=Kapitein%20der%20Arabieren&f=false |page=311 |title=Handleiding bij de beoefening der landkunde en volkenkunde van Nederlandsch Oost-Indië |first1=Johannes|last1=Jacobus de Hollander |first2=Rutger |last2=Eck |edition=5th |publisher=Broese |year=1895}}</ref> Para Kapten ini kadang-kadang didampingi dengan seorang asisten yang disebut ''Luitenant van de Kapitein der Arabieren'' atau hanya ''Liutenant der Arabieren'' alias '''Letnan Arab'''.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.com/books?id=EEBmAAAAcAAJ|title=Klapper op de Wetboeken en het Staatsblad van Nederlandsch-Indië, benevens op het Bijblad op dat Staatsblad van 1816 tot 1876|last=Albrecht|first=J.E.|publisher=University of Amsterdam|year=1877|isbn=|location=Netherlands|pages=|language=nl|via=}}</ref>
== Kapitan Arab
Kapitan Arab pertama yang ditunjuk oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia adalah [[Said Naum]] (Sa'id bin Salim Na'um Basalamah) selama periode 1844-1864.<ref>
{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=F_RwAAAAMAAJ&q=%22said+bin+salim+naum%22&dq=%22said+bin+salim+naum%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwipsqSx0rLOAhUJ8WMKHQmSBM0Q6AEIJTAB
|title=Sejarah para pembesar mengatur Batavia
Baris 20:
|publisher=Masup|place=Jakarta|year=2007
|isbn=9789792572957}}
</ref> Ia digantikan oleh Habib Muhammad bin
Umar Mangus adalah seorang pedagang kaya dan memiliki bisnis properti. Sebagai jasanya menjabat posisi Kapitan Arab, Umar dianugerahi gelar kehormatan ''De Ridder in de Orde van Oranje-Nassau'' (Ksatria Ordo Orange-Nassau).<ref name="hahdah">{{cite web |url=http://kampungarabsurabaya.blog.com/2014/04/08/nahdah-renaissance-kaum-hadhrami/ |title=Nahdah: Renaissance Kaum Hadhrami |accessdate=July 8, 2014 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20140508003905/http://kampungarabsurabaya.blog.com/2014/04/08/nahdah-renaissance-kaum-hadhrami/ |archivedate=2014-05-08 |df= }}</ref> Dia dilantik pada 28 Desember 1902 dengan Sheikh Ali bin Abdoellah bin Asir sebagai Letnan Arab-nya.<ref>{{Cite web|url=https://www.mrvisser.nl/nedindie/ambtenaren/1925-ambtenaren-gewestelijk-bestuur-van-batavia.html|title=Nederlands-Indië Archief|last=|first=|date=|website=|publisher=|language=nl|access-date=August 8, 2016}}{{Pranala mati|date=Juli 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Baris 30:
Di [[Cirebon]], Kapitan Arab ditunjuk pada tahun 1845. Seperti di Batavia, Kampung Arab di sini pernah menjadi tempat tinggal para Gujarati atau mungkin dari Bengali juga. Pada tahun 1872 daerah koloni Indramayu lepas dari administratif Cirebon, dan karenanya kemudian ditunjuk seorang Kapten Arab pula. Di [[Banjarmasin]] pada sekitar tahun 1899, Kapitan Arab yang ditunjuk adalah Said Hasan bin Idroes al-Habshi atau lebih dikenal sebagai Habib Ujung Murung.<ref name="awakening">{{cite book |title=The Hadrami Awakening: Community and Identity in the Netherlands East Indies, 1900–1942 |url=https://books.google.com/books?id=c45Xvsq2q4UC&pg=PA26&dq=Kapitein+der+Arabieren |page=25 |first=Natalie |last=Mobini-Kesheh |edition=illustrated |publisher=SEAP Publications |year=1999 |ISBN=978-0877-2772-79}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/habib-hasan-ujung-murung-sang-kapten-arab.html|title=Habib Hasan Ujung Murung Sang Kapten Arab|accessdate=Jun 8, 2014|archive-date=2017-04-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20170419105950/http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/habib-hasan-ujung-murung-sang-kapten-arab.html|dead-url=yes}}</ref> Penerus Said Hasan sebagai Kapten Arab di Kalimantan Selatan adalah Alwi bin Abdullah al-Habshi, yang kemudian pindah ke [[Barabai]].
Demikian pula, di [[Tegal]], [[Pekalongan]], [[Semarang]], [[Surabaya]], [[Gresik]], [[Pasuruan]], [[Bangil]], [[Lumajang]], [[Besuki]], [[Banyuwangi]], [[Surakarta]], [[Sumenep]], dan berbagai tempat di Nusantara masing-masing memiliki Kapitan Arab. Salah satu alasan pemerintah kolonial melakukan ini adalah untuk memisahkan orang-orang Arab dari orang-orang pribumi.<ref name="para kapiten arab"/> Di Pekalongan, salah satu Kapten Arab adalah Hasan Saleh Argubi. Di Bangil, beberapa orang yang pernah menjabat Kapitan Arab di antaranya Saleh bin Muhammad bin Said Sabaja (1892), Muhammad bin Saleh Sabaja (1920), dan Muhammad bin Salim Nabhan (1930).<ref>{{Cite web|url = http://kampungarabsurabaya.blog.com/2014/03/20/bangil-kota-sejarah-yang-dilupakan/|title = Bangil, Terlupakan Dalam Sejarah|date = |accessdate = June 11, 2014|website = Kampung Arab Surabaya|publisher = |last = |first = |archive-date = 2014-04-03|archive-url = https://web.archive.org/web/20140403231505/http://kampungarabsurabaya.blog.com/2014/03/20/bangil-kota-sejarah-yang-dilupakan/|dead-url = yes}}</ref> Di Banyuwangi, beberapa keturunan Arab yang memegang posisi ini, antara lain, adalah Datuk Sulaiman Bauzir, Datuk Dahnan, Habib Assegaf, dan Ahmad Haddad.<ref>{{cite web |url=http://thebanadziway.blogspot.com/2011/02/asal-usul-desa-lateng-kampung-arab.html |title=Asal-usul Desa Lateng Kampung Arab |language=id |accessdate=Jun 9, 2014}}</ref> Di Pasuruan, yang menjabat Kapten Arab adalah seorang Sayyid bernama Alim al-Qadri, yang merupakan kakek keponakan dari [[Hamid Algadri]].
Di [[Gresik]], Kapitan Arab pada tahun 1930 adalah Fahmi Husein bin Muhammad Shahab sementara Kapitan Arab Surabaya adalah Salim bin Awab bin Sungkar, yang memiliki tanah yang luas ({{convert|86500|m2|acre}}) di Pusat Kota [[Surabaya]], Ketabang Barat.<ref>{{Cite book|url=http://jmb.lipi.go.id/index.php/jmb/article/download/230/210|title=Komunitas Arab: Kontinuitas dan Perubahannya di Kota Surabaya 1900-1942|last=Rabani|first=La Ode|first2=Artono|last2=Artono|publisher=Jurnal Masyarakat dan Budaya|year=2005|isbn=|volume=7|location=Surabaya|pages=124|language=Id|issue=2}}</ref>
Menurut dua wisatawan Baha'i yang mengunjungi [[Makassar]] pada tahun 1885 --seorang orang [[Iran]] yang bernama Sulayman Khan Tunukabanı, yang dikenal sebagai Jamal Effendi, dan rekannya seorang [[India]]-[[Irak]] bernama Sayyid Mustafa Rumi-- Kapitan Arab di Makassar pada saat itu adalah Said Ali Matard.<ref>{{cite journal|url=http://bahai-library.com/pdf/d/devries_jamal_effendi_rumi.pdf |title=Effendi, Jamal and Sayyid Mustafa Rumi in Celebes: The Context of Early Baha’i Missionary Activity in Indonesia|first=Jelle|last= de Vries|volume=14|work=Baha’i Studies Review|accessdate=September 14, 2014|year=2007 }}</ref>
Di Palembang, sebagian besar Kapten Arab, menurut keterangan
title=Kampung Kapten Arab Al Munawar, Kampung Tua di Tepian 2 Sungai|first=Taufik|last=Wijaya|date=September 3, 2009|access-date=August 30, 2016|work=[[Detik.com|detikcom]]}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.satyawinnie.com/2016/02/kampung-al-munawar-rekam-jejak-arab-di-palembang.html|access-date=April 15, 2017|title=Kampung Al-Munawar, Rekam Jejak Arab di Palembang|language=id|first=Satya|last=Winnie|archive-date=2017-04-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20170416125213/http://www.satyawinnie.com/2016/02/kampung-al-munawar-rekam-jejak-arab-di-palembang.html|dead-url=yes}}</ref>
<gallery mode="packed" heights="160">
|