Ketupat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rdosfly (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(72 revisi perantara oleh 31 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox prepared food
| name = Ketupat<br>کتوڤت<br>ꦏꦸꦥꦠ꧀
| image = Ketupat2.jpg
| image_size = 250px
| caption = Ketupat masak yang belum dibuka disajikan di atas piring.
| alternate_name = Kupat ([[bahasa Jawa|Jawa]], dan [[bahasa Sunda|Sunda]]), Tipat ([[bahasa Bali|Bali]]), dan Topa' ([[bahasa Madura|Madura]]).
| alternate_name = ''[[Ketupat#Nama-nama lokal|lihat di bawah]]''
| course = Hidangan utama
| country = [[Indonesia]]{{IDN}}<ref name="Ketupat as traditional food of Indonesian culture">{{cite journal |last1=Rianti |first1=Angelina |last2=Novenia |first2=Agnes E. |last3=Christopher |first3=Alvin |last4=Lestari |first4=Devi |last5=Parassih |first5=Elfa K. |title=''Ketupat'' as traditional food of Indonesian culture |journal=Journal of Ethnic Foods |date=March 2018 |volume=5 |issue=1 |pages=4–9 |doi=10.1016/j.jef.2018.01.001 |doi-access=free }}</ref><ref name="Kompas Sejarah Ketupat"/>
| region = [[JawaAsia Tenggara]]
| creator =
| served = Hangat atau temperatur ruangan
| main_ingredient = NasiBeras yang dibuat di dalam kantong anyaman daun kelapa muda.
| variations = Ketupat pulut, ketupat daun palas, lepet.
| calories = Semangkuk ketupat sayur memiliki sekitar 93 kalori<ref>{{cite web |title= Calories in indonesian food ketupat sayur |work= My Fitness Pal |url= http://www.myfitnesspal.com/food/calories/indonesian-food-ketupat-sayur-3942711 |access-date= 2019-06-03 |archive-date= 2019-06-03 |archive-url= https://web.archive.org/web/20190603015922/http://www.myfitnesspal.com/food/calories/indonesian-food-ketupat-sayur-3942711 |dead-url= yes }}</ref>
| other = Umum disajikan saat hari raya [[Idulfitri]] dan [[Lebaran KetupatKupat|Kupatan]]
}}
'''Ketupat''' atau '''kupat''' ([[Jawi]]: '''کتوڤت'''; [[Aksara Jawa|Jawa]]: '''ꦏꦸꦥꦠ꧀''', ''kupat'') adalah hidangan khas [[Masakan Jawa|Jawa]] berbahan dasar [[beras]] yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari [[anyaman]] [[daun]] [[kelapa]] muda (janur), atau kadang-kadang dari daun [[palma]] yang lain. Hidangan ini berasal dari [[Pulau Jawa]], [[Indonesia]], namun juga dapat ditemukan di [[Brunei]], [[Malaysia]], [[Singapura]] dan [[Thailand selatan]]. Di [[Filipina]] juga dijumpai ''bugnoy'' yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.<ref name=updf>[[Virgilio Almario|Almario, Virgilio]], et al. 2010. ''[[UP Diksyonaryong Filipino|UP Diksiyonaryong Filipino]]'', 2nd ed. [[Anvil Publishing|Anvil]]: [[Pasig City|Pasig]].</ref> Ketupat paling banyak ditemui pada saat perayaan [[Idul Fitri|Lebaran]] sampai 5 hari berikutnya ketika umat [[Islam]] merayakan berakhirnya [[Ramadhan|bulan puasa]].
 
'''Ketupat''' atau '''kupat''' adalah [[makanan]] dari bahan dasar [[beras]] yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda ([[janur]]), atau ada juga yang menggunakan daun [[palma]]. Hidangan ini berasal dari Pulau Jawa [[Indonesia]], yang dalam perkembangannya menyebar ke negara lain, seperti; [[Brunei]], [[Malaysia]], [[Singapura]], dan [[Thailand selatan]]. Di [[Filipina]] juga dijumpai ''bugnoy'' yang mirip ketupat namun dengan pola anyaman berbeda.<ref name="updf">[[Virgilio Almario|Almario, Virgilio]], et al. 2010. ''[[UP Diksyonaryong Filipino|UP Diksiyonaryong Filipino]]'', 2nd ed. [[Anvil Publishing|Anvil]]: [[Pasig City|Pasig]].</ref> Kupat paling banyak ditemui pada saat perayaan [[Idul Fitri|Lebaran]], dan Kupatan yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran.<ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Keislaman di Tanah Jawa yang Sarat Makna.[https://www.kompas.tv/article/175096/lebaran-ketupat-tradisi-keislaman-di-tanah-jawa-yang-sarat-makna]</ref><ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa Seminggu setelah Lebaran.[https://tugujatim.id/lebaran-ketupat-tradisi-masyarakat-jawa-seminggu-setelah-lebaran/]</ref><ref>MEMAHAMI TRADISI KUPATAN MASYARAKAT JAWA DAN ISLAM KOSMOPOLITAN[https://syakal.iainkediri.ac.id/memahami-tradisi-kupatan-masyarakat-jawa-dan-islam-kosmopolitan/]</ref><ref>Sejarah Tradisi Kupatan Atau Lebaran Ketupat Pada Masyarakat Jawa.[https://lumajang.jatimnetwork.com/pendidikan/pr-1803266135/sejarah-tradisi-kupatan-atau-lebaran-ketupat-pada-masyarakat-jawa]</ref>
Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain [[kupat tahu]] ([[Sunda]]), [[katupat kandangan]] ([[Banjar]]), grabag ([[kabupaten Magelang|Magelang]]), kupat glabet ([[Kota Tegal]]), [[coto makassar]] (dari [[Makassar]], ketupat dinamakan katupa), [[lotek]], [[tipat cantok]] (Bali), serta [[gado-gado]] yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau [[lontong]]. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai [[satai]], meskipun lontong lebih umum.
 
== Sejarah ==
Ada dua bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut tujuh (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih janur yang berkualitas yaitu yang panjang dan lebar, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
 
== Sejarah dan Penggunaan Lain ==
[[File:Ketupat weaving 7.jpg|thumb|left|Penjual Ketupat di Jakarta.]]
Ketupat pertama kali diperkenalkan oleh seorang teolog Indonesia bernama [[Sunan Kalijaga]] yang merupakan tokoh penting bagi umat Islam di Jawa. Di Jawa dan sebagian besar Indonesia, ketupat dikaitkan dengan tradisi Islam lebaran (Idul Fitri). Hubungan awal ketupat dengan tradisi lebaran Islam diyakini berasal dari [[Kesultanan Demak]] abad ke-15.<ref name="historia">{{cite web|url=http://historia.id/modern/mengunyah-sejarah-ketupat |title=Mengunyah Sejarah Ketupat |author=Jay Akbar|date=11 August 2010|publisher=Historia |language=id |access-date=1 July 2013}}</ref><ref name="Kompas Sejarah Ketupat">{{cite web|url=https://travel.kompas.com/read/2020/05/20/151500927/sejarah-ketupat-sajian-lebaran-di-indonesia-yang-sudah-ada-sejak-abad-ke-15 |title=Sejarah Ketupat, Sajian Lebaran di Indonesia yang Sudah Ada sejak Abad Ke-15|author=Yana Gabriella Wijaya |date= 25 May 2020 |publisher=Kompas|language=id |access-date=15 January 2021}}</ref><ref name="Detik Sejarah Ketupat">{{cite web |title=Ketupat Hidangan Ikonik Lebaran Sudah Dikenal Sejak Abad 15|author= |publisher=Detik|url=https://food.detik.com/info-kuliner/d-5021014/ketupat-hidangan-ikonik-lebaran-sudah-dikenal-sejak-abad-15|language=id |access-date=17 January 2021}}</ref>
 
Berdasarkan buku ''Makna Ketipat dalam Upacara Telung Bulan di Denpasar'' karya Ni Made Yuliani dan I Ketut Wardana Yasa (2020), ketupat telah dipernalkan sejak jaman Hindu-Budha. Penyebutan ''kupat, akupat,'' dan ''khupat-kupatan'' tercantum dalam Kakawin Kresnayana, Kakawin Subadra Wiwaha, dan Kidung Sri Tanjung. Sebagai negeri agraris pada jaman Hindu-Budha, ketupat merupakan bagian dari bentuk pemujaan terhadap Dewi Sri. Dewi Sri adalah dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris salah satunya di Nusantara.
Menurut tradisi Jawa, tradisi lebaran Indonesia pertama kali dimulai ketika Sunan Bonang, salah satu Wali Songo Tuban di Jawa abad ke-15, menyerukan kepada umat Islam untuk meningkatkan kesempurnaan puasa Ramadhan mereka dengan meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain.<ref name="MD">Mahfud MD: "Sejarah Lebaran"</ref> Tradisi menyiapkan dan mengonsumsi ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa saat lebaran diperkenalkan oleh Raden Mas Sahid atau Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa.<ref name="Aktual2">{{cite web
|url=http://www.aktual.co/wisatahati/123213idul-fitri-kenapa-muslim-di-indonesia-makan-ketupat
|title=Idul Fitri, Kenapa Muslim di Indonesia Makan Ketupat?
|author=Heriyono
|date=7 August 2013
|website=Aktual.co
|publisher=Aktual.co
|language=id
|access-date=9 August 2013
|url-status=dead
|archive-url=https://web.archive.org/web/20130824011654/http://www.aktual.co/wisatahati/123213idul-fitri-kenapa-muslim-di-indonesia-makan-ketupat
|archive-date=24 August 2013
}}</ref> Sunan Kalijaga memperkenalkan ritual lebaran ketupat pada tanggal 8 Syawal, seminggu setelah Idul Fitri dan sehari setelah puasa Syawal enam hari. Diyakini bahwa itu mengandung simbolisme yang sesuai; kupat dalam bahasa Jawa berarti ngaku lepat atau "mengakui kesalahan", sesuai dengan tradisi meminta maaf saat lebaran. Anyaman daun lontar yang disilangkan melambangkan kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh manusia, dan lontong bagian dalam yang berwarna putih melambangkan kesucian dan pembebasan dari dosa setelah menjalankan puasa Ramadhan, shalat dan ritual.
 
Kemudian terjadi desakralisasi dan demitologisasi yang mana Dewi Sri tidak lagi dipuja sebagai dewi kesuburan dan pertanian tetapi hanya sebagai lambang dengan dipresentasikan dalam bentuk ketupat. Hingga akhirnya ketupat merupakan perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain di Jawa, tradisi makan ketupat saat Idul Fitri juga bisa ditemui di seluruh Indonesia; dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan tersebar juga ke negara tetangga, termasuk Malaysia, Singapura dan Brunei. ketupat juga telah digunakan sebagai "sajen" selama berabad-abad. Orang-orang menggantung seikat ketupat (biasanya gaya "banten") di pintu untuk mengobati roh leluhur yang mereka yakini akan kembali berkunjung.
 
Pada era selanjutnya yakni era Kerajaan Demak 'Kupat' memiliki definisi arti dalam [[bahasa Jawa]], yaitu '''ngaku lepat''' yang berarti 'mengakui kesalahan' atau '''laku papat''' (4 perilaku) yang juga melambangkan 4 sisi dari kupat, yaitu '''lebaran''' (pintu maaf), '''luberan''' (berlimpah), '''leburan''' (saling memaafkan), dan '''laburan''' (dari kata Labur; putih, yang berarti 'bersih dari dosa-dosa').<ref>Filosofi Ketupat saat Idulfitri, Punya Makna Mendalam.[https://www.liputan6.com/hot/read/4547965/filosofi-ketupat-saat-idulfitri-punya-makna-mendalam]</ref>
Cerita lokal yang diturunkan dari generasi ke generasi telah menghubungkan penciptaan gaya persiapan nasi ini dengan kebutuhan pelaut untuk menjaga nasi yang dimasak agar tidak rusak selama perjalanan laut yang panjang. Daun coco yang digunakan untuk membungkus nasi selalu dibentuk menjadi nasi. berbentuk segitiga atau intan dan disimpan digantung dalam tandan di udara terbuka. Bentuk bungkusnya memudahkan uap air menetes dari nasi yang dimasak sementara daun coco memungkinkan nasi diangin-anginkan dan pada saat yang sama mencegah lalat dan serangga menyentuhnya.
 
Kupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada masa pemerintahan [[Kesultanan Demak]] pimpinan [[Raden Fatah]] awal abad ke-15. Bentuknya yang persegi empat bermakna "kiblat papat lima pancer," sebagai keseimbangan alam yakni 4 arah mata angin yang bertumpu pada satu pusat. Kupat pertama kali muncul di tanah Jawa, diperkenalkan oleh [[sunan kalijaga]] kepada masyarakat [[suku Jawa|Jawa]] yang merupakan hasil perpaduan makan tradisional [[Tepo]] yang dibalut anyaman yang dapat ditemukan di Wengker sekitar Gunung Lawu. Sunan Kalijaga menjadikan kupat sebagai budaya dan filosofi Jawa.<ref>Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs.[https://catalogue.nla.gov.au/Record/1571153]</ref><ref>Fadly. Rahman. Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia</ref><ref>Angelina. Rianti. Ketupat as Traditional Food of Indonesia</ref> Kupat umumnya disajikan pada saat [[Lebaran]]<ref>Idul Fitri Tak Lengkap Tanpa Lepet.[https://amp.kompas.com/regional/read/2016/07/07/09533361/idul-fitri-tak-lengkap-tanpa-lepet]</ref>, Kupatan<ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Keislaman di Tanah Jawa yang Sarat Makna.[https://www.kompas.tv/article/175096/lebaran-ketupat-tradisi-keislaman-di-tanah-jawa-yang-sarat-makna]</ref><ref>Lebaran Ketupat, Tradisi Masyarakat Jawa Seminggu setelah Lebaran.[https://tugujatim.id/lebaran-ketupat-tradisi-masyarakat-jawa-seminggu-setelah-lebaran/]</ref><ref>MEMAHAMI TRADISI KUPATAN MASYARAKAT JAWA DAN ISLAM KOSMOPOLITAN[https://syakal.iainkediri.ac.id/memahami-tradisi-kupatan-masyarakat-jawa-dan-islam-kosmopolitan/]</ref><ref>Sejarah Tradisi Kupatan Atau Lebaran Ketupat Pada Masyarakat Jawa[https://lumajang.jatimnetwork.com/pendidikan/pr-1803266135/sejarah-tradisi-kupatan-atau-lebaran-ketupat-pada-masyarakat-jawa]</ref> dll. Dalam perkembangannya, panganan ini menyebar ke berbagai wilayah di [[Nusantara]] sebagai hidangan utama saat lebaran karena pengaruh Wali Songo dan murid-muridnya, seperti Malaysia yang dibawa prajurit Kesultanan Demak yang kemudian menetap di Semanjung Melayu.<ref>Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th centuries : the Malay Annals of Semarang and Cerbon / translated and provided with comments by H.J. de Graaf and Th.G.Th. Pigeaud ; edited by M.C. Ricklefs.[https://catalogue.nla.gov.au/Record/1571153]</ref>
Terlepas dari keterkaitannya saat ini dengan perayaan lebaran Muslim, ketupat juga dikenal di komunitas non-Muslim, seperti Hindu Bali dan masyarakat Filipina, yang menyatakan bahwa tenun pelepah kelapa memiliki asal pra-Islam. Itu terkait dengan ritual Hindu setempat untuk memuja Dewi Sri, dewi padi Jawa. Umat ​​Hindu Bali masih menenun pelepah Cili patung Dewi Sri sebagai persembahan, serta menenun pelepah tipat pada hari raya Hindu Bali Kuningan.
 
== Bentuk ==
Ada dua2 bentuk utama ketupat yaitu kepal bersudut tujuh (lebih umum) dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Untuk membuat ketupat perlu dipilih [[janur]] yang berkualitas yaitu yang panjang dan lebar, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
 
==Tradisi adat dan Jenis==
 
Makanan khas yang menggunakan ketupat, antara lain [[kupat tahu]] ([[SundaMagelang]], [[Bandung]], [[Tasikmalaya]], [[Purbalingga]]), [[katupattahu kandanganmasak]] ([[BanjarBanjarnegara]], [[Banyumas]], [[Kebumen]], [[Cilacap]]), grabagkupat gecot ([[kabupatenPurbalingga]]), Magelang|Magelang[[Tegal]] (kupat glabed, kupat bongkok, kupat blegong, kupat tahu petis), tahu kupat glabet([[surakarta]]), [[ketoprak]] ([[KotaPurbalingga]], Tegal[[Cirebon]]), [[katupat kandangan]] ([[Banjar]]), [[coto makassar]] (dari [[Makassar]], ketupat dinamakan katupa), [[lotek]], kupat tahu, [[tipat cantok]] (Bali), serta [[gado-gado]] yang dapat dihidangkan dengan ketupat atau [[lontong]]. Ketupat juga dapat dihidangkan untuk menyertai [[satai]], meskipun lontong lebih umum.
 
Nama nama makanan kupat yang disajikan dalam acara tradisi adat [[Suku Jawa|Jawa]] dan [[Suku Bali|Bali]], antara lain: [[Kupat Sumpil]] (Bentuknya segitiga dengan daun bambu sebagai bungkusnya), [[Kupat landan]], [[Kupat sinta]] (menggunakan 4 helai janur, ujung janurnya keluar di dua sudut berseberangan), [[Kupat luwer]] (menggunakan 2 helai janur, berbentuk persegi panjang seperti bata merah, helai janur keluar di kedua sudut), [[Kupat bawang]] (Berbentuk persegi empat, menggunakan 2 helai janur), [[Kupat jago]] (menggunakan 8 helai janur, berbentuk segitiga sama kaki dengan ujung menjuntai di kanan kiri. Helaian janur di bagian atasnya lalu diikat. Biasanya hadir di syukuran empat bulanan), [[Kupat tumpeng]] (Berbentuk mengerucut dengan dasar melebar, helai janur menjuntai di bagian yang runcing), [[Kupat sidalungguh]] (menggunakan 3 helai janur, ketiga helai janur dikeluarkan dari sisinya), [[Kupat sari]] (berbentuk segitiga sama sisi, ada helaian janur yg keluar di sudut kanan kirinya), [[Kupat sidapurna]] (Berbentuk seperti huruf P terbalik. Salah satu sudutnya terdapat hiasan lipatan janur mirip pita. Bagian sudut bawahnya dilipat sebagai hiasan), [[Kupat geleng]] (Berbentuk persigi panjang. Disemua sudutnya tidak keluar helaian janur, sehingga tampilannya terlihat sangat rapat), [[Kupat bagea]] (Bentuknya hampir bundar dengan janur menjuntai di bagian atas. Anyamannya saling menyilang), [[Kupat bebek]] (Bentuk bagian bawahnya sedikit membulat dengan ujungnya dibiarkan agak panjang dan miring ke atas, mirip mulut bebek), [[Kupat pandawa]] (Bentuknya segitiga dengan ujung berupa 2 helai janur yang dikepang)
 
== Nama-nama lokal ==
Baris 49 ⟶ 42:
* [[bahasa Bali]]: tipat (ᬢᬶᬧᬢ᭄)
* [[bahasa Banjar]]: katupat
* [[Orang Tojo|bahasa Bare'e]] ([[Poso-Tojo Grup]]): ketupat
* [[bahasa Betawi]]: tupat
* [[bahasa CebuChamorro|bahasa Camoru]]: pusokatupat
* [[bahasa Gorontalo]]: atupato
* [[bahasa Indonesia]]: ketupat
Baris 60 ⟶ 54:
* [[bahasa Minangkabau]]: katupek
* [[bahasa Osing]]: kupat
* [[bahasa Sasak]]: topat (ᬢᭀᬧᬢ᭄)
* [[bahasa Cebu|bahasa Sugbu]]: pusô
* [[bahasa Sunda]]: kupat (ᮊᮥᮕᮒ᮪)
* [[bahasa Tagalog]]: bugnoy
* [[bahasa Tausug]]: ta’mu
* [[bahasa Totoli]]: kasipat
* [[bahasa Palembang]]: kupat
 
== Lihat pula ==
Baris 74 ⟶ 70:
{{Masakan Indonesia}}
{{makanan-stub}}
 
[[Kategori:Hidangan Filipina]]
[[Kategori:Hidangan vegetarian Indonesia]]
[[Kategori:Hidangan Malaysia]]
[[Kategori:Hidangan Singapura]]
[[Kategori:NasiHidangan dari beras]]