Manusia Solo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 44:
Menurut von Koenigswald dan R. Weidenreich, manusia purba ini lebih tinggi tingkatannya dibanding ''[[Pithecanthropus erectus]]''. Bahkan, mereka telah layak disebut sebagai ''homo'' (manusia). Diperkirakan, makhluk ini merupakan [[evolusi]] dari ''Pithecanthropus mojokertensis'' atau ''Homo mojokertensis''.
 
Karena alat-alat yang ditemukan di dekat tulang hominid ini dan banyaknya fitur anatomi yang lebih rentan, para ahli pertama kali mengklasifikasikannya sebagai subspesies ''[[Homo sapiens]]'' (pernah juga disebut ''Javanthropus'') dan dianggap sebagai nenek moyang orang [[Aborigin]] di [[Australia]]. Namun, studi yang lebih akurat menyimpulkan bahwa hal tersebut tidaklah terbukti.<ref name="ReferenceA">Peter Brown: Recent human evolution in East Asia and Australasia. Philosophical Transactions of the Royal Society of London, Biological Sciences, Vol. 337, 235-242, 1992</ref>
 
Analisis terhadap belasan tengkorak dari [[Sangiran]], [[Trinil]], Sambungmacan, dan Ngandong menunjukkan pengembangan kronologis dari Periode Bapang ke Periode Ngandong.<ref>{{Cite journal
Baris 59:
 
== Ciri-ciri Fisik ==
Meskipun morfologinya sebagian besar khas dari ''[[Homo erectus]]'', budaya ''Homo e. soloensis'' sudah sangat maju. Hal ini menimbulkan banyak masalah untuk teori terkini mengenai keterbatasan perilaku ''Homo erectus'' dalam hal [[inovasi]] dan [[bahasa]].<ref>Peter Brown: Recent human evolution in East Asia and Australasia. Philosophical Transactions of the Royal Society of London, Biological Sciences, Vol. 337, 235-242, 1992<name="ReferenceA"/ref>
 
''Homo erectus soloensis'' berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna. Diperkirakan, mereka memiliki tinggi badan antara 130 hingga 210 &nbsp;cm. Otot tengkuk mengalami penyusutan. Wajah tidak menonjol ke depan, tetapi dahinya miring ke belakang. Tengkoraknya menunjukkan tonjolan yang lebih tebal di dekat alis.<ref name="Arif & Sukatno">{{cite book |last1=Arif |first1=H. A. Kholiq |last2=Sukatno |first2=Otto |title=Mata Air Peradaban: Dua Millenium Wonosobo |date=2010 |publisher=Penerbit LKiS, Cetakan Pertama |page= |isbn=9789792553314}}</ref> Kapasitas otaknya berkisar antara 1.013 sampai 1.251 &nbsp;cm³, menempatkan ''Homo erectus soloensis'' di antara anggota genus Homo berotak lebih besar.<ref>http://www.columbia.edu/~rlh2/PartII.pdf</ref>
 
<center><gallery>
Baris 122:
 
=== Penyebaran Penyakit ===
Ada pula dugaan bahwa [[epidemi]] berperan besar dalam memusnahkan ''Homo erectus soloensis'' dan keturunannya. Pasalnya, kasus serupa juga menimpa Neanderthal.<ref>{{Cite news |url=https://www.brookes.ac.uk/about-brookes/news/brookes-research-finds-modern-humans-gave-fatal-diseases-to-neanderthals/ |title=Brookes Research Finds Modern Humans Gave Fatal Diseases to Neanderthals |last=Underdown |first=Simon |date=10 April 2015 |publisher=Oxford Brookes University news | access-date=2017-10-22 |archive-date=2021-02-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210227163435/https://www.brookes.ac.uk/about-brookes/news/brookes-research-finds-modern-humans-gave-fatal-diseases-to-neanderthals/ |dead-url=yes }}</ref>
 
Menurut [[riset]], Neanderthal memiliki kekebalan terbatas terhadap [[penyakit]] yang belum pernah mereka idap. Sementara ''Homo sapiens'' relatif lebih [[imun]] terhadap [[kuman]], [[virus]], [[bakteri]], atau beragam [[paleopatologi]]. Jika relatif mudah bagi [[patogen]] tertentu untuk melompat antar dua spesies, mungkin karena mereka tinggal berdekatan, maka penularan sangat memungkinkan terjadi dan akibatnya fatal bagi manusia-manusia Neanderthal. Hal yang serupa pun dapat terjadi terhadap ''Homo soloensis''.
Baris 146:
[[Kategori:Antropologi]]
[[Kategori:Paleoantropologi]]
[[Kategori:Paleontologi Indonesia]]