Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(2 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7:
|image_caption = Jaringan rel ZSS (garis merah tebal) pada tahun 1911
|type = Divisi dari [[Staatsspoorwegen]]
|locale = [[SumatraSumatera Selatan]] dan [[Lampung]]
|start_year = 1914
|end_year = 1950
Baris 16:
|hq_city = {{flagicon|Hindia Belanda}} [[Kota Bandar Lampung]], Hindia Belanda
}}
'''Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen (ZSS)''' atau '''Staatstramwegen op Zuid-Sumatra (SZS)''' adalah divisi dari [[Staatsspoorwegen]] yang mengoperasikan kereta api di [[SumatraSumatera Selatan]] dan [[Lampung]]. Perusahaan ini mengoperasikan jalur-jalur kereta api untuk mengangkut penumpang, hasil bumi, dan [[batu bara]] di wilayah SumatraSumatera Selatan dan Lampung. Saat ini jalur-jalurnya termasuk dalam [[Divisi Regional III Palembang]] dan [[Divisi Regional IV Tanjungkarang|IV Tanjungkarang]].
 
== Sejarah ==
Untuk mendukung pengembangan daerah-daerah terpencil di wilayah SumatraSumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung, pada tahun 1903 diajukan sebuah konsesi pembangunan jalur kereta api di wilayah tersebut. Proposal konsesi itu diberi judul ''Rapport der Spoorwegwerken Midden in Zuid Sumatra'', diusulkan oleh Ir. K.J.A. Ligtvoet. Konsesi ini mengharuskan keterlibatan Pemerintah Kolonial dalam pengembangannya.<ref>{{Cite book|title=Sejarah Daerah Bengkulu|last=Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah|first=|publisher=Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|year=1978|isbn=|location=Jakarta|pages=147}}</ref>
 
Untuk mewujudkannya, pemerintah membentuk divisi dari Staatsspoorwegen yang diberi nama Zuid-Sumatra Staatsspoorwegen. Jalur pertamanya adalah Pelabuhan Panjang menuju Tanjungkarang (pusat kota Bandar Lampung) pada tanggal 3 Agustus 1914. Selanjutnya pembangunan diarahkan ke [[Kota Palembang]], dengan dibagi menjadi dua wilayah kerja yaitu Lampung dan Palembang. Pada tanggal 22 Februari 1927 Palembang dan Bandar Lampung akhirnya bisa terhubung, dengan ditandainya peresmian segmen ke arah Blambangan Umpu oleh Kepala Jawatan SS.<ref name="verslag">{{cite book|title=Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië|author=Staatsspoorwegen|place=Batavia|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|year=1924}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/38139980|title=Sejarah perkeretaapian Indonesia|last=Nusantara.|first=Tim Telaga Bakti|last2=Indonesia.|first2=Asosiasi Perkeretaapian|date=1997|publisher=Angkasa|isbn=9796651688|edition=Cet. 1|location=Bandung|oclc=38139980}}</ref>
Baris 27:
Belanda pada awalnya tidak begitu tertarik menghubungkan seluruh Sumatra dengan kereta api. Belanda pun membagi wilayah Sumatra menjadi dua bagian: Pantai Barat dan Pantai Selatan, ditinjau dari budaya, bentang alam, dan komposisi sosial masyarakatnya. Justru yang mempersatukan seluruh Sumatra adalah [[Jalan Raya Lintas Sumatra]] yang digagas pada tahun 1916. Bahkan, dengan adanya hubungan jalan raya ini, praktis pengangkutan hasil-hasil perkebunan di Sumatra terutama kelapa sawit dan karet menjadi semakin lancar dan menyebabkan harga-harganya di pasar melambung. Selain itu, justru impor mobil pribadi dan truk juga meningkat tajam; tercatat pada tahun 1924–1926 jumlah mobil pribadi yang diimpor naik dari 539 menjadi 3.059 unit. Adapun truk yang diimpor meningkat tajam dari 94 menjadi 1.172 unit.<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/949742193|title=Menuju sejarah Sumatra : antara Indonesia dan dunia|last=Anthony.|first=Reid,|date=2011|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9789794617755|location=Jakarta|oclc=949742193}}</ref>
Kesuksesan yang diraih SS menginspirasi perusahaan ini pernah menyusun ''masterplan'' agar seluruh Sumatra terhubung dengan rel kereta api, namun [[Depresi Besar]] (zaman malaise) yang terjadi di akhir dekade 1920-an menyebabkan rencana ini gagal.<ref>{{Cite news|url=http://nasional.kompas.com/read/2008/08/16/12311273/Sejarah.Jalur.KA.Lampung.Palembang|title=Sejarah Jalur KA Lampung-Palembang|work=[[Kompas.com]]|language=en|access-date=2018-02-26|date=2008-08-16}}</ref>
 
Rencana masterplan yang terwujud hanyalah segmen Muara Enim–Lahat–Lubuklinggau (mulai dibangun tahun 1927) yang akhirnya selesai pada pertengahan kuartal pertama dekade 1930-an, tepatnya pada tanggal 1 Juni 1933. Pembangunan yang cukup lama dari segmen ini dikarenakan adanya dua terowongan yang beroperasi, yaitu [[Terowongan Gunung Gajah]] dan [[Terowongan Tebing Tinggi]], yang membutuhkan waktu dua tahun hingga rampung sepenuhnya pada tahun 1932. Segmen terakhirnya, Muara Saling–Lubuklinggau selesai pada tanggal 1 Juni 1933.<ref name="bukuperingatan" />