Kerajaan Patipi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 46:
|national_motto =
|national_anthem =
|common_languages =[[bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]], [[bahasa Onin|Onin]], [[bahasa Iha|Iha]]
|religion =
|currency =
Baris 63:
|stat_pop1 =
}}
'''Kerajaan Patipi''' ([[Bahasa Melayu Papua|MelayuBahasa Papua]]: '''Petuanan Patipi''') adalah [[kesultanan|kerajaan Islam]] Papua di [[Semenanjung Onin]] tepatnya di [[Teluk Patipi, Fakfak]].<ref name="Helweldery 2018">{{cite web | last=Helweldery | first=Ronald | title=Strategi Budaya Rumpun Etnik Mbaham Matta Kabupaten Fakfak dalam Perjumpaan dengan Agama-Agama dan Otoritas Politik-Ekonomi: Penelusuran Etnografis Atas Narasi dan Praktik Sosial | website=Repositori Institusi Universitas Kristen Satya Wacana | date=2018-11-05 | url=https://repository.uksw.edu/handle/123456789/16392 | language=id | access-date=2022-06-04}}</ref>
 
== Asal Muasalmuasal ==
Sejarah masyarakat telukTeluk Patipi yang merupakan bagian dari [[Sukusuku Mbaham-Matta]] bisa dibagi menjadi beberapa fase berdasarkan lokasi persinggahan dalam menjalankan migrasi: (1) fase ''konggoup''; (2) fase
 
Sejarah masyarakat teluk Patipi yang merupakan [[Suku Mbaham-Matta]] bisa dibagi menjadi beberapa fase berdasarkan lokasi persinggahan dalam menjalankan migrasi: (1) fase ''konggoup''; (2) fase
''tokpekperi''; (3) fase ''hriet wriya''; (4) fase ''kerja wriya''; (5) fase ''peh wriya''. Fase pertama ''konggoup'' merupakan kelompok-kelompok kecil (marga) yang menjadikan gua-gua (''konggoup'') sebagai tempat tinggal dan aktivitas domestik, sehingga banyak keluarga yang menggunakan nama gunung sebagai nama marga. Alat-alat kerja masih sangat sederhana dan terbuat dari batu dan kayu sehingga sejajar dengan periode [[Paleolitikum]] (zaman batu kuno). Selain itu gua juga menjadi tempat sakral untuk upacara khusus.
Selanjutnya masyarakat Patipi melakukan migrasi untuk mencari tempat baru yang mengarah ke wilayah pesisir, untuk lokasi persinggahan sejenak mereka menggunakan dedaunan lebar yang menyerupai payung yang disebut ''Tokpekperi''. Struktur masyarakat masih berupa kelompok-kelompok individual marga yang nomaden dengan model mata pencaharian meramu dan berburu.
Baris 77 ⟶ 76:
== Sejarah ==
 
Awalnya beberapa tokoh Patipi pergi ke Tidore untuk "membeli agama", bisa dibilang kegiatan ini untuk mendapatkan legitimasi karena wilayah Patipi merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Rumbati. Sultan Tidore menantang para tokoh tersebut untuk menebang pohon sukun besar di dekat istana. Lalu tantangan ini dijawab oleh seorang bernama Tada Banenkin. Atas keberhasilan itu mereka diajarkan agama islamIslam selama beberapa minggu, kemudian mereka mendapatkan gelar-gelar. Untuk mendapatkan gelar tersebut mereka harus memberi upeti kepada kesultanan Tidore. Setelah itu para tokoh ini singgah di Pulau Was untuk menentukan pembagian gelar. Setelah itu mereka masih harus menentukan figur yang dianggap mahir berkomunikasi dengan dunia luar dalam konteks perdagangan. Gelar raja kemudian dibawa ''redi muda'' Tada Mbanekin Patiran (dalam sumber lain disebutkan Hrihtagmo yang merupakan panglima perang) ke Kampung Mawar karena perahu kajang yang digunakan berasal dari sana. Melalui pertanda asap mereka menemukan figur Raja Teluk Patipi dari Kampung Patipi Pulau marga Karanggusi. Tetapi terjadi perebutan dan konflik atas penetapan ini hingga akhirnya setelah terjadi kekosongan gelar raja diperoleh marga Iba dari Kampung Patipi Pasir.
 
Pengangkatan Abdulrachim sebagai raja Patipi oleh residen Ternate pada tanggal 15 Juni 1896, didasarkan pula atas nasihat dari Mohamad Tahir Alting Pangeran Tidore dan Raja Misool Abduhamijij. Walaupun terjadi perdebatan yang menegangkan melalui ingatan masyarakat teluk Patipi bagian dalam (Kampung Degen, Offie, Adora, Us, Puar), antara garis keluarga Kranggusi, dengan pihak ''Redi Muda'' Kamandimur (Kampung Degen) dan ''Redi Muda'' Mbanekin serta pimpinan kampung dalam (Kampung Puar, Adora, Tetar). Disebutkan bahwa ''Redi Muda'' Kamandimur lah yang berhak menentukan raja, apabila menolak akan terjadi peperangan ''hongi'', sehingga pihak Kranggusi/Koman mengalah.
Baris 89 ⟶ 88:
Pala (Bahasa Iha: Henggi Tomandin) merupakan sumber perkenomian masyarakat. Tanaman tersebut juga dihormati dengan ritus ''Meri Totora''. Walau masyarakat menganut sistem patrilineal melalui ritus ini saudara dan anak perempuan tetap mendapat warisan harta dan hasil panen.
 
==Daftar Rajaraja==
{| class="wikitable"
!Nama<ref name="Usmany 2014 hlm.81">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|page=81|url-status=live}}</ref>
Baris 109 ⟶ 108:
|tidak diketahui
|-
|Aterey/AbdulrachimAbdul Rachiem (adik)<ref name="Regeeringsalmanak 1903">{{cite book
| pages=294
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/OFY9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Mohamad-Amin-Salawati&pg=PA294&printsec=frontcover
| title= Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1903
| contribution= Landsdrukkerij
| location= Batavia
| publisher= Dutch East Indies
| year= 1903
| issue= 2
| lg= nl
}}</ref>
|1896
|-
Baris 115 ⟶ 124:
|
|-
|Achmad.<ref name="Regeeringsalmanak 1904">{{cite book
| pages=296
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/zFU9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Ganjoem+Waigeoe&pg=PA296&printsec=frontcover
Baris 131 ⟶ 140:
|
|-
|Achmad (adik, anak dari Ismail Iba)<ref name="Kholil 2016">{{Cite journal|last=Kholil|first=Munawar|date=2016|url=https://ejournal.perpusnas.go.id/jm/article/download/007001201609/304|title=Naskah naskah islam papua|journal=Jumantara|volume=7|issue=1|pages=167-183|url-status=live}}</ref>
|Achmad (adik)
|2003
|-
|Atarai (anak Usman)
|
|}