Islam di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rahmatdenas (bicara | kontrib) mengembalikan kuitpan pernyataan yg asal dihapus, Wikipedia tidak mendorong POV Tag: halaman dengan galat kutipan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(59 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious group
|group= Islam di Indonesia
|population={{increase}} '''231,069,932''' (2018)<br/> '''87.02%''' dari populasi.
| name = '''Islam di Indonesia'''
| image = Collectie NMvWereldculturen, TM-20023589, Dia, 'De Istiqlal moskee', fotograaf Paul Romijn, 02-1993 - 03-1993.jpg
| image_size = 250px
| caption = Masjid Istiqlal<br>''مسجد الاستقلال'', [[masjid]] terbesar di [[Indonesia]] dan [[Asia Tenggara]].
|languages= {{Plainlist|
'''Liturgi'''<br>{{Hlist| [[Bahasa Arab Klasik]]<ref>{{cite encyclopedia |last=Al-Jallad |first=Ahmad |title=Polygenesis in the Arabic Dialects |encyclopedia=Encyclopedia of Arabic Language and Linguistics |url=http://referenceworks.brillonline.com/entries/encyclopedia-of-arabic-language-and-linguistics/polygenesis-in-the-arabic-dialects-EALL_SIM_000030?s.num=1&s.f.s2_parent=s.f.book.encyclopedia-of-arabic-language-and-linguistics&s.q=neo-arabic |date= 30 May 2011|publisher=BRILL |isbn=9789004177024 |doi=10.1163/1570-6699_eall_EALL_SIM_000030}}</ref>}}
*'''Common'''<br />{{Hlist| [[bahasa Indonesia|Indonesia]] (resmi), bermacam-macam [[:en:Languages of Indonesia|bahasa daerah]]}}
|
|rels= Majority [[Sunni Islam]]
}}
}}
'''Islam di Indonesia''' adalah agama terbesar dengan persentase 87,02% penduduk Indonesia mengidentifikasi diri mereka sebagai [[Muslim]] dalam survei tahun [[2018]].<ref>{{cite web |url= go.id/agamadanstatistik/umat
|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut |date=15 May 2018 |work=Sensus Penduduk 2018 |publisher=Badan Pusat Statistik |location=Jakarta, Indonesia |trans-title=Population by Region and Religion |access-date=3 September 2020 |quote=Religion is belief in Almighty God that must be possessed by every human being. Religion can be divided into Muslim, Christian (Protestant), Catholic, Hindu, Buddhist, Hu Khong Chu, and Other Religions.}} Muslim 231,069,932 (86.7), Christian (Protestant)20,246,267 (7.6), Catholic 8,325,339 (3.12), Hindu 4,646,357 (1.74), Buddhist 2,062,150 (0.72), Confucianism 71,999 (0.03),Other Religions/no answer 112,792 (0.04), Total 266,534,836</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.cia.gov/donutslications/the-world-factbook/geos/id.html|title=The World Factbook — Central Intelligence Agency|website=www.cia.gov|language=en|access-date=24 May 2017}}{{dead link|date=July 2022|bot=medic}}{{cbignore|bot=medic}}</ref> [[Indonesia]] adalah negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar kedua di Dunia setelah Pakistan, dengan sekitar 231 juta penganut.<ref>{{cite web |url=https://pkub.kemenag.go.id/files/pkub/file/file/Data/zuqi1368036766.pdf |date=15 May 2018 |work=Sensus Penduduk 2018 |publisher=Badan Pusat Statistik |location=Jakarta, Indonesia |title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut |trans-title=Population by Region and Religion |access-date=3 September 2020 |quote=Religion is belief in Almighty God that must be possessed by every human being. Religion can be divided into Muslim, Christian (Protestant), Catholic, Hindu, Buddhist, Hu Khong Chu, and Other Religions. |archive-date=28 July 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210728160614/https://pkub.kemenag.go.id/files/pkub/file/file/Data/zuqi1368036766.pdf |url-status=dead }} Muslim 231,069,932 (86.7), Christian (Protestant)20,246,267 (7.6), Catholic 8,325,339 (3.12), Hindu 4,646,357 (1.74), Buddhist 2,062,150 (0.72), Confucianism 71,999 (0.03),Other Religions/no answer 112,792 (0.04), Total 266,534,836</ref>
Dalam hal denominasi,
Islam di Indonesia dianggap telah menyebar secara bertahap melalui kegiatan pedagang oleh pedagang Muslim [[Arab]], adopsi oleh penguasa lokal, dan pengaruh [[Sufi]] sejak abad ke-13.<ref name="Ha" /><ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=Ma38W_8unrUC|title=Islam in Indonesia: Contrasting Images and Interpretations|first1=Jajat|last1=Burhanudin|first2=Kees van|last2=Dijk|date=31 January 2013|publisher=Amsterdam University Press|via=Google Books|isbn=9789089644237}}</ref><ref>{{cite book|url=https://archive.org/details/indonesiaglobals0000lamo|url-access=registration|title=Indonesia: A Global Studies Handbook|first=Florence|last=Lamoureux|date=1 January 2003|publisher=ABC-CLIO|via=Internet Archive|isbn=9781576079133}}</ref> Selama [[Hindia Belanda|era kolonial akhir]], itu diadopsi sebagai spanduk kampanye melawan kolonialisme.<ref name="ReferenceA"/> Walau Islam menjadi [[mayoritas]], tetapi [[Indonesia]] bukanlah negara yang berasaskan [[Islam]]. Indonesia mengakui 6 agama, yaitu Islam, [[Katolik]], Protestan, [[Hindu]], [[Buddha]] dan [[Konghucu]].<ref name="Yang">{{cite journal|last=Yang|first=Heriyanto|title=The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia|journal=Marburg Journal of Religion|volume=10|issue=1|page=8|date=August 2005|url=http://archiv.ub.uni-marburg.de/mjr/pdf/2005/yang2005.pdf|access-date=2 October 2006}}</ref> Meski tak menerapkan hukum Islam secara menyeluruh sebagaimana halnya Arab Saudi dan Qatar, napas-napas Islam tetaplah diakui dan diterima dalam hukum positif di Indonesia dengan adanya peradilan agama, perbankan syariah, wakaf, pengelolaan zakat, penyelenggaraan ibadah haji dan umrah, serta yang terbaru Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.<ref>{{cite web|url=https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt6009164ba452d/eksistensi-dan-penerapan-hukum-islam-dalam-hukum-positif-di-indonesia/|title=Eksistensi dan Penerapan Hukum Islam dalam Hukum Positif di Indonesia|date=21 Januari 2021|accessdate=18 April 2021|work=Hukum Online|author=Dinata, Ari Wirya}}</ref>▼
{{Pie chart
|thumb = right
|caption = '''[[Islam]] di [[Indonesia]]:'''
|title=
|label1 = [[
|value1 = 98.8
|color1 = Green
|label2 = [[
|value2 = 1
|color2 = White
|label3=[[Ahmadiyah]]|color3=Black|value3=0.2}}
Kecenderungan pemikiran dalam Islam di Indonesia secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua orientasi: "[[modernisme]]", yang menganut erat [[Ortodoksi|teologi ortodoks]] sambil merangkul pembelajaran modern, dan "tradisional", yang cenderung mengikuti interpretasi tokoh agama setempat dan [[ustaz]] di [[pesantren]]. Ada juga kehadiran penting secara historis dari bentuk [[Sufi|sinkretis Islam]] yang dikenal sebagai ''[[kejawen]]''.
▲Islam di Indonesia dianggap telah menyebar secara bertahap melalui
== Persebaran ==
Baris 28 ⟶ 39:
|thumb = right
|caption = Islam di Indonesia berdasarkan kelompok etnis (2010)<ref name=2010census>Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono. ''Demography of Indonesia's Ethnicity''. Singapore: ISEAS: Institute of Southeast Asian Studies, 2015. p. 273.</ref>
|label1 = [[Suku jawa|
|value1 = 44.7
|color1 = Blue
Baris 34 ⟶ 45:
|value2 = 17.6
|color2 = DarkOrchid
|label3 = [[
|value3 = 4.17
|color3 = Firebrick
Baris 67 ⟶ 78:
|value13 = 0.49
|color13 = LightGreen
|label14 = [[Etnis
|value14 = 0.06
|color14 = DarkBlue
Baris 73 ⟶ 84:
|value15 = 0.06
|color15 = DarkOrange
|label16 =
|value16 = 11.2
|color16 = Gray
Baris 79 ⟶ 90:
Muslim merupakan mayoritas di sebagian besar wilayah [[Jawa (pulau)|Jawa]], [[Sumatera]], [[Nusa Tenggara Barat]], [[Sulawesi]], wilayah pesisir [[Kalimantan]], dan [[Maluku Utara]]. Muslim membentuk minoritas yang berbeda di [[Papua (provinsi Indonesia)|Papua]], [[Bali]], [[Nusa Tenggara Timur]], sebagian [[Sumatera Utara]], sebagian besar wilayah pedalaman Kalimantan, dan [[Utara Sulawesi]]. Bersama-sama, daerah non-Muslim ini awalnya merupakan lebih dari sepertiga dari Indonesia sebelum [[upaya transmigrasi]] besar-besaran yang disponsori oleh pemerintah [[Suharto]] dan migrasi internal spontan baru-baru ini.{{citation needed|date=October 2017}}
Migrasi internal telah mengubah susunan demografis negara selama tiga dekade terakhir. Ini telah meningkatkan persentase Muslim di bagian timur negara yang sebelumnya didominasi Kristen. Pada awal 1990-an, orang Kristen menjadi minoritas untuk pertama kalinya di beberapa wilayah [[Kepulauan Maluku]]. Sementara transmigrasi yang disponsori pemerintah dari Jawa yang berpenduduk padat dan [[Madura]] ke daerah berpenduduk lebih sedikit berkontribusi pada peningkatan populasi Muslim di daerah pemukiman kembali, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pemerintah bermaksud untuk menciptakan mayoritas Muslim di daerah Kristen
=== Islam di Indonesia berdasarkan provinsi & kawasan ===
Baris 186 ⟶ 197:
|31.76
|-
|
|10,064,383
|15,180,796
Baris 216 ⟶ 227:
|89.87
|-
|
|8,250,366
|8,490,335
Baris 251 ⟶ 262:
|83.78
|-
|
|5,461,836
|5,596,336
Baris 309 ⟶ 320:
|'''86.81'''
|}
===
{{main|Tradisionalisme (Islam di Indonesia)|Modernisme (Islam di Indonesia)}}
Dokumentasi klasik membagi Muslim Indonesia antara Muslim "nominal", atau ''[[abangan]]'', yang gaya hidupnya lebih berorientasi pada budaya non-Islam, dan Muslim "ortodoks", atau ''[[santri]]'', yang menganut norma-norma Islam Ortodoks
[[File:Pesantren Tebuireng, Jombang.jpg|thumb|left| Pesantren Tebuireng di Jombang. [[Pesantren]] adalah tempat para santri tinggal dan mempelajari ajaran Islam dan ilmu lainnya.]]
Di era kontemporer, sering dibuat perbedaan antara "tradisionalisme" dan "modernisme". Tradisionalisme, yang dicontohkan oleh organisasi masyarakat [[Nahdlatul Ulama]], dikenal sebagai pendukung setia [[Islam Nusantara]], sebuah merek khas Islam yang telah mengalami interaksi, kontekstualisasi, pribumisasi, interpretasi, dan vernakularisasi sejalan dengan [[budaya Indonesia|sosial budaya]] kondisi di Indonesia.<ref name="NU-Islam Nusantara">{{cite web | title = Apa yang Dimaksud dengan Islam Nusantara? | date = 22 April 2015 | work = Nahdlatul Ulama| url = http://www.nu.or.id/post/read/59035/apa-yang-dimaksud-dengan-islam-nusantara| language = id}}</ref>
[[File:Mesjid Tiban, Pondok Pesantren Salafiya, Sananrejo, Turen, Malang - panoramio.jpg|thumb|235px|right| Masjid
== Denominasi ==
[[File:Muslim self-identification.jpg|thumb|400px|Banyak denominasi Islam yang beragam dipraktikkan di Indonesia.]]
[[File:Pengurus Besar Nahdlatul Ulama - panoramio.jpg|thumb|right|Markas besar [[Nahdlatul Ulama]], gerakan Islam Sunni [[Tradisionalisme (Islam di Indonesia)|tradisionalis]] yang berpengaruh di negara ini.]]
[[
<ref name="pe" /> Berkembang biaknya madzhab Syafi'i dianggap karena para saudagar Arab dari selatan [[Semenanjung Arab]] yang mengikuti madzhab fiqih ini.<ref>Randall L. Pouwels (2002), Horn and Crescent: Cultural Change and Traditional Islam, Cambridge University Press, {{ISBN|978-0521523097}}, pp 88–159</ref><ref>MN Pearson (2000), ''The Indian Ocean and the Red Sea'', in The History of Islam in Africa (Ed: [[Nehemia Levtzion]], Randall Pouwels), Ohio University Press, {{ISBN|978-0821412978}}, Chapter 2</ref>
Baris 329 ⟶ 340:
=== Penyebaran Islam menurut sejumlah catatan ===
[[Berkas:Islam Indonesia Percentage Sensus2010.svg|jmpl|kiri|300px|Peta persebaran Islam di Indonesia]]
Menurut [[Thomas Walker Arnold]], sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 [[Sebelum Masehi]] orang-orang Ceylon telah berdagang dan masuk abad ke-7 Masehi, orang Ceylon mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai ke [[Kanton]].{{sfn|Arnold|1985|p=317}} Waktu masuknya Islam di Nusantara sudah berlangsung sejak abad ke-7 dan 8 Masehi. Namun, perkembangan dakwah baru betul dimulai kala abad ke-11 dan 12.{{sfn|Mahfud|Astari|Kasdi|Mu'ammar|Muyasaroh|Wajdi|2021|p=227}} Artinya dakwah di Nusantara sudah merentang selama beberapa abad pada masa-masa awal.{{sfn|Mahfud|Astari|Kasdi|Mu'ammar|Muyasaroh|Wajdi|2021|p=227}} Indonesia sendiri pada masa-masa itu, tidaklah asing dari pandangan musafir Arab. [[Sulaiman at-Tajir]] misalnya, sampai ke kawasan ''Zabij'' yang ada di timur India.{{sfn|Amnan|2021|p=3}} Dilengkapi pula oleh catatan ahli geografi sejaman, [[Ibnu Khurdadzbih]] bahwa Zabij dipimpin seorang Maharaja, yang juga disetujui oleh pendapat [[Yaqut al-Hamawi]] dan [[Al-Mas'udi]].{{sfn|Amnan|2021|p=4}} Belakangan, pendapat soal negeri Maharaja ini disetujui sejarawan Arab modern, [[Husain Mu'nis]], bahwa ia merujuk pada daerah yang kini ada di kawasan Indonesia modern.{{sfn|Amnan|2021|p=5}} Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. [[Ahmad Mansur Suryanegara]] mengikhtisarkan teori masuknya Islam dalam tiga teori besar. Pertama, teori [[Gujarat]]. Islam dipercayai datang dari wilayah [[Gujarat]] – [[India]] melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Kedua, teori [[Makkah]]. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari [[Timur Tengah]] melalui jasa para pedagang [[Bangsa Arab|Arab]] muslim sekitar abad ke-7 M. Ketiga, teori [[Persia]]. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal [[Persia]] yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa.{{sfn|Saifullah|2010|p=15}} Selain itu pula, temuan [[Marco Polo]] juga menyatakan sebagai dampak interaksi orang-orang [[Perlak]] di [[Aceh]], mereka telah mengenal Islam. Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik alih-alih karena niaga.{{sfn|Reid|2019|p=22}} Pandangan lain dari AH Johns dan SQ Fatimi menyebutkan penyebaran Islam bertumpu pada imam-imam Sufi yang cakap dalam soal kebatinan, dan bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan mengisinya kembali dengan semangat yang lebih Islami.{{sfn|Reid|2019|p=23}} Peranan agamawan itu yang bisa dilihat dalam proses sejarah Islamisasi kawasan. Di [[Samudera Pasai]] misalnya, pelopor dakwah Islam adalah seorang ulama yang disebut Syekh Ismail dan bertanggung jawab memperkenalkan Islam sampai kepada rajanya, Merah Silu dan masuk Islam dengan nama Malik al-Saleh. Begitu pun pada kasus Islamisasi kerajaan Malaka, yang raja pertamanya adalah Iskandar Syah, masuk Islam dengan perantara ulama yang dalam catatan ''[[Sulalatus Salatin|Sejarah Melayu]]'' adalah Maulana Sadar Jahan.{{sfn|Burhanudin|Baedowi|2003|pp=2—3}} Dari kondisi-kondisi di atas, hal itu menjelaskan bahwa Islam telah menjadi posisi sentral dalam sosial politik dan budaya tempatan, malahan hingga menjadi unsur terbentuknya kerajaan. Selain itu pula, sejarah di atas menunjukkan bahwa masa awal sejarah dakwah Islam di Nusantara berlangsung dari kawasan pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa, dan terlibat secara intensif dalam kawasan dagang jarak jauh [[Samudera Hindia]] dan [[Laut Cina Selatan]].{{sfn|Burhanudin|Baedowi|2003|p=5}}
[[File:Map of the Indian Ocean and the China Sea was engraved in 1728 by Ibrahim Müteferrika.jpg|jmpl|300px|Peta Indonesia berkisar tahun 1674-1745 oleh Katip Çelebi seorang geografer asal Turki Utsmani.|al=]]Di Pulau [[Sulawesi]], Islam menyebar melalui hubungan Kerajaan-Kerajaan setempat dengan para Ulama dari Mekkah dan Madinah, yang sebelumnya pula sempat singgah di Hadramaut untuk menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok Nusantara. Selain itu, pengaruh dari Ulama Minang di wilayah Selatan pulau Sulawesi turut mengantarkan [[Kesultanan Gowa]] dan [[Kesultanan Bone]] untuk memeluk agama Islam.<ref>Abdullah, A. (2016). Islamisasi Di Sulawesi Selatan Dalam Perspektif Sejarah. ''Paramita: Historical Studies Journal'', ''26''(1), 86-94.</ref> Sementara itu, pengaruh dari [[Kesultanan Ternate]] turut berperan penting dalam penyebaran agama Islam di pulau Sulawesi bagian tengah dan Utara. Salah satu buktinya adalah eksistensi [[Kesultanan Gorontalo]] sebagai salah satu [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam|Kerajaan Islam]] paling berpengaruh di [[Semenanjung Utara, Sulawesi|Semenanjung Utara Sulawesi]] hingga ke Sulawesi bagian Tengah dan Timur.<ref>Mashadi, M., & Suryani, W. (2018). Jaringan Islamisasi Gorontalo (Fenomena Keagamaan dan Perkembangan Islam di Gorontalo). ''Al-Ulum'', ''18''(2), 435-458.</ref> Selain pengaruh Kesultanan Ternate, Ulama-Ulama besar yang hijrah ke wilayah jazirah utara dan tengah Sulawesi pun turut mempercepat penyebaran agama Islam di wilayah ini. Selain itu, [[Kesultanan Tidore]] yang juga menguasai [[Tanah Papua]], sejak abad ke-17, telah berhasil melakukan upaya penyebaran agama Islam hingga mencapai wilayah Semenanjung [[Onin]] di [[Kabupaten Fakfak]], [[Papua Barat]].
Baris 347 ⟶ 358:
=== Masa kolonial ===
Pada abad ke-18 [[masehi]] atau tahun 1700 kerajaan [[Hindia Belanda]] datang ke [[Nusantara]] untuk berdagang, tetapi pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini dan memaksakan penyebaran ajaran agama mereka. Belanda datang ke Indonesia dengan kamar dagangnya, [[VOC]] (1602-1799), namun pada waktu itu mereka belum menjajah daerah Nusantara. Pada tahun 1800, [[VOC]] dibubarkan dan [[Hindia Belanda]] didirikan, sejak itu seluruh wilayah Nusantara dikuasainya. Saat itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Koranschool op Java TMnr 10002385.jpg|jmpl|Anak-anak mengaji Al Quran di [[Jawa]] pada masa kolonial [[Hindia Belanda]]]]
Dengan ''sumuliayatul'' (kesempurnaan) [[Islam]] yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren) menjadi ''jundullah'' (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima perang. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya berisi seruan perjuangan
Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh [[Jamal-al-Din Afghani]] dan [[Muhammad Abduh]]. Ulama-ulama [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] yang belajar di [[Kairo]], [[Mesir]] banyak berperan dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah [[Muhammad Djamil Djambek]] dan [[Abdul Karim Amrullah]]. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan seperti Adabiah (1909), [[Diniyah Putri]] (1911), dan [[Sumatra]] [[Thawalib]] (1915). Pada tahun 1906, [[Syeikh Tahir Jalaluddin Al-Azhari|Tahir bin Jalaluddin]] menerbitkan koran pembaruan ''al-Iman'' di [[Singapura]] dan lima tahun kemudian, di [[Padang]] terbit koran dwi-mingguan ''[[Al-Munir (majalah)|al-Munir]]''.{{sfn|Ricklefs|1991|pp=353-356}}
Baris 370 ⟶ 381:
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|98.2%
|-
|{{Flag|
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|8.579.830
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|60.4%
|-
|{{Flag|
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|4.721.924
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|97.4%
Baris 386 ⟶ 397:
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|95.4%
|-
|{{Flag|
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|7.218.951
|style="style=background:#FFFFFF; text-align:center;"|96.9%
Baris 518 ⟶ 529:
== Pendidikan ==
[[Pesantren]] adalah salah satu sistem pendidikan [[Islam]] yang ada di [[Indonesia]] dengan ciri yang khas dan unik, juga dianggap sebagai sistem pendidikan paling tua di Indonesia.<ref name="Pes">{{Cite web |url=http://nusyria.net/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=28 |title=Nurun Maksuni, ''Pesantren dalam wajah Islam Indonesia'', nusyria.net:2007 |access-date=2008-06-12 |archive-date=2008-05-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080507195905/http://nusyria.net/index.php?option=com_content&task=view&id=34&Itemid=28 |dead-url=yes }}</ref> Pendidikan Islam dalam konteks institusi mengacu pada lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti [[Pesantren|Pondok Pesantren]], [[Madrasah diniyah|Madrasah Diniyah]], dan Madrasah sebagai sekolah umum yang memiliki ciri khas Islam. Peran strategis [[Pesantren|Pondok Pesantren]] dalam pendidikan Islam telah diakui, dan hal ini terlihat dari beberapa aspek:<ref name=":0">{{Cite journal|last=Rahman|first=Kholilur|date=2018-02-15|title=Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia|url=https://ejournal.iaiibrahimy.ac.id/index.php/tarbiyatuna/article/view/130|journal=Jurnal Tarbiyatuna : Kajian Pendidikan Islam|language=en|volume=2|issue=1|pages=1–14|issn=2622-1942}}</ref>
'''Kiblat Umat Islam'''
Pondok Pesantren masih dianggap sebagai kiblat utama bagi [[Muslim|umat Islam]] [[Indonesia]]. Hal ini tidak terlepas dari pandangan masyarakat bahwa penuntutan [[ilmu agama]] akan lebih berkualitas jika dilakukan di [[pesantren]].
'''Pendidikan Integratif dan Komprehensif'''
[[Pesantren]] telah mengembangkan program pendidikan yang mampu memberikan pendidikan yang [[integratif]] (penggabungan berbagai disiplin ilmu) dan [[komprehensif]] (menyeluruh). Ini terlihat dari paduan ilmu dengan [[moralitas]] [[santri]].
'''Pendidikan Sepanjang Hidup'''
Pesantren tidak membatasi usia pesertanya, menyelenggarakan pendidikan sepanjang hidup dengan waktu belajar 24 jam.
'''Moralitas dan Etika'''
Pesantren menekankan pada kejujuran, keikhlasan, dan akhlak yang baik dalam proses pembelajaran.
'''Persaudaraan Santri'''
Santri di pesantren hidup dalam suasana persaudaraan yang erat. Mereka tinggal dalam satu kompleks dengan banyak penghuni dan makan bersama dengan menu yang disediakan.
Jika melihat sejarah pendidikan di [[Jawa]] sebelum Islam, terdapat lembaga pendidikan yang disebut [[pawiyatan]]. [[Pawiyatan]] merupakan lembaga di mana seorang guru (Ki Ajar) mengajar beberapa murid (cantrik). Konsep ini mirip dengan model pesantren, di mana seorang guru (kiai) mengajar beberapa murid (santri) dan mereka hidup bersama dalam satu kompleks.
Meskipun demikian, tidak dapat dikatakan bahwa pesantren telah tumbuh sejak awal perkembangan Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Model pendidikan seperti pawiyatan telah ada sebelum masuknya Islam. Dengan masuknya Islam, muncul kebutuhan akan sarana pendidikan, dan model pawiyatan dijadikan acuan dengan melakukan perubahan pada sistem pendidikan Islam.<ref name=":0" />
Pendidikan pesantren pada awalnya fokus pada ilmu agama dan sikap beragama. Setelah murid memiliki kecerdasan tertentu, mereka mulai diajarkan kitab-kitab klasik. [[Mahmud Yunus]] membagi pesantren ke dalam empat tingkatan: dasar, menengah, tinggi, dan khusus. Sistem administrasi pendidikan pesantren masih bersifat tradisional dan belum seperti sekolah umum yang dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda. Ada lima unsur pokok pesantren menurut [[Zamaksyari Dhofier]], yaitu kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab klasik.<ref name=":0" />
[[Pesantren]] sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki perjalanan tersendiri. Sejak awal, [[pesantren]] sering kali diabaikan atau dikucilkan dari sistem pendidikan nasional. Pada masa [[Orde Baru]], bahkan pesantren secara formal diputus hubungannya dengan pendidikan formal di [[Indonesia]]. Ijazah pesantren tidak diakui lagi sebagai kualifikasi untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Ini berlaku bahkan jika di dalam pesantren diselenggarakan pendidikan berjenjang seperti [[madrasah diniyah]]. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahkan secara tegas menguatkan pemutusan hubungan ini dari segi hukum.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Hanipudin|first=Sarno|date=2019-10-26|title=Pendidikan Islam di Indonesia dari Masa ke Masa|url=http://jos.unsoed.ac.id/index.php/matan/article/view/2037|journal=Matan : Journal of Islam and Muslim Society|language=en|volume=1|issue=1|pages=39–53|doi=10.20884/1.matan.2019.1.1.2037|issn=2715-0119}}</ref>
Meskipun ada kemungkinan pesantren atau madrasah diniyah dapat dimasukkan ke dalam sistem pendidikan nasional, namun pengelompokannya sebagai pendidikan luar sekolah telah menimbulkan ketidaksesuaian dan kurangnya kesinambungan dengan [[lembaga pendidikan formal]], khususnya madrasah yang telah beralih fungsi menjadi sekolah.<ref name=":1" />
Hal ini menunjukkan bahwa pesantren telah mengalami penolakan atau ketidakpengakuan dalam konteks pendidikan nasional formal. Meskipun pesantren memiliki tradisi dan peran penting dalam pendidikan Islam, namun di beberapa periode sejarah pendidikan di Indonesia, pesantren menghadapi tantangan dalam memperoleh status dan pengakuan yang setara dengan lembaga pendidikan formal lainnya.<ref name=":1" />
== Politik ==
{{Utama|Politik Islam di Indonesia}}
Dengan mayoritas berpenduduk [[Muslim]], [[politik]] di [[Indonesia]] tidak terlepas dari pengaruh dan peranan umat [[Islam]]. Kebangunan akan kesedaran berpolitik ini diawali kalangan kaum [[haji]] yang membawa kabar-kabar akan serangan Prancis terhadap Maroko, umat [[Islam]] [[Libya]] diserang, dan gerakan nasionalis [[Mesir]] melawan [[imperialis]] [[Inggris]]. Ini juga membentuk perasaan setia kawan sesama kaum Muslimin, dan membangkitkan ketidaksukan terhadap kolonialisme dan imperialisme Eropa.
Seiring dengan [[reformasi]] [[1998]], di Indonesia jumlah partai politik Islam kian bertambah. Pada [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1999|Pemilu 1999]], 17 partai Islam—yaitu 12 partai Islam dan 5 partai lain berazaskan Islam dan Pancasila—ikut berlaga dalam pemilihan tersebut. Kesiapan mereka dalam hal administrasi—terkecuali PPP yang memang sudah tua—mengagumkan mengingat mereka dapat mengikuti segala syarat pemilu yang cukup ketat, serupa bahwa setiap partai harus punya cabang sekurangnya di 14 provinsi.
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Daftar pustaka ==
Baris 536 ⟶ 579:
* {{cite book |title=Spirit Islam pada Masa Revolusi Indonesia |last=Fogg |first=Kevin W. |year=2020 |publisher=Noura Books |location=[[Jakarta]] |isbn=978-623-242-186-8 |ref=harv |translator=Yanto Musthofa}}
* {{cite book|title=The History of Islam in Indonesia|year=2021|last=Imawan|first=Dzulkifli Hadi |publisher=Diva Press|location=[[Yogyakarta]]|isbn=978-623-293-363-7|ref=harv}}
*{{Cite book
* {{cite journal|url=http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/914/pdf_155|title=Islamic cultural and Arabic linguistic influence on the languages of Nusantara; From lexical borrowing to localized Islamic lifestyles|journal=Wacana|volume=22|issue=1|pages=224{{spaced ndash}}248|issn=2407-6899|author1=Mahfud, Choirul|author2=Astari, Rika|author3=Kasdi, Abdurrohman|author4=Mu'ammar, Muhammad Arfan|author5=Muyasaroh|author6=Wajdi, Firdaus|year=2021|ref=harv}}▼
|title=Transformasi Otoritas Keagamaan: Pengalaman Islam Indonesia
|year=2003
|isbn=979-22-0392-3
|location=Jakarta
|publisher=Gramedia Pustaka Utama
|editor-last1=Burhanudin
|editor-first1=Jajat
|editor-last2=Baedowi
|editor-first2=Ahmad
}}
▲* {{cite journal|url=http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/914/pdf_155|title=Islamic cultural and Arabic linguistic influence on the languages of Nusantara; From lexical borrowing to localized Islamic lifestyles|journal=Wacana|volume=22|issue=1|pages=224{{spaced ndash}}248|issn=2407-6899|author1=Mahfud, Choirul|author2=Astari, Rika|author3=Kasdi, Abdurrohman|author4=Mu'ammar, Muhammad Arfan|author5=Muyasaroh|author6=Wajdi, Firdaus|year=2021|ref=harv|access-date=2021-07-16|archive-date=2021-07-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20210716040837/http://wacana.ui.ac.id/index.php/wjhi/article/view/914/pdf_155|dead-url=yes}}
* {{cite book|title=Nusa Jawa: Silang Budaya. Kajian Sejarah Terpadu. Bagian II: Jaringan Asia|volume=2|year=1996|last=Lombard|first=Denys|author=Denys Lombard|publisher=Gramedia|location=[[Jakarta]]|isbn=979-605-453-1|ref=harv}}
* {{cite book |surname=Nash |given=Manning |chapter=Islamic Resurgence in Malaysia and Indonesia |chapter-url={{Google books|id=qd5yzP5hdiEC|plainurl=y|page=691|keywords=|text=}} |editor-surname=Marty |editor-given=Martin E. |editor-surname2=Appleby |editor-given2=R. Scott |year=1991 |title=Fundamentalisms Observed |series=The Fundamentalism Project, 1 |place=Chicago, Il; London |publisher=University of Chicago Press |pages=691–739 |url={{Google books|id=qd5yzP5hdiEC|plainurl=y|page=}} |isbn=0-226-50878-1}}
* {{cite book|last=Reid|first=Anthony|authorlink=Anthony Reid|title=Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680|volume=2|year=1992|location=[[Jakarta]]|publisher=[[Yayasan Obor Indonesia]]|isbn=978-979-461-330-6|ref=harv}}▼
* {{cite book|last=Reid|first=Anthony|authorlink=Anthony Reid|title=
▲* {{cite book|last=Reid|first=Anthony|authorlink=Anthony Reid|title=
* {{cite book|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|authorlink=M. C. Ricklefs|title =A History of Modern Indonesia 1200-2004|publisher =MacMillan|date =1991|location =London|ref=harv}}
* {{cite book|author=Saifullah|title=Sejarah & Kebudayaan Islam di Asia Tenggara|publisher=Pustaka Pelajar|location=Yogyakarta|year=2010|isbn=978-602-8764-68-1|ref=harv}}
Baris 547 ⟶ 602:
== Pranala luar ==
* {{en}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/default.htm ''Islam di Indonesia''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200216213720/http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/default.htm |date=2020-02-16 }}, dari seasite.niu.edu.
* {{en}} [http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/BBC%20NEWS%20%20Asia-Pacific%20%20Islam%20in%20Indonesia.htm ''Islam in Indonesia''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200216003356/http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/Islam/BBC%20NEWS%20%20Asia-Pacific%20%20Islam%20in%20Indonesia.htm |date=2020-02-16 }}, dari BBC News.
* {{en}} Munjid, Achmad. "[http://www.thejakartapost.com/news/2012/09/14/is-indonesian-islam-tolerant.html Is Indonesian Islam tolerant?]" (
{{Islam di Indonesia}}
Baris 555 ⟶ 610:
[[Kategori:Islam di Indonesia| ]]
|