Sulalatus Salatin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pranala Luar.
Gombang (bicara | kontrib)
k Isi naskah: Melayu -> Minangkabau, percaya atau tidak :)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(5 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 16:
 
== Perbandingan naskah ==
Sulalatu'l-Salatin versi [[Stamford Raffles|Raffles]] maupun Shellabear pada dasarnya berisikan tentang klaim kekuasaan dan kompetisi dari para penguasa di ''Bumi MelayuMalayu'',<ref name="Wolters">[[O. W. Wolters|Wolters, O. W.]], (1999), ''History, culture, and region in Southeast Asian perspectives'', SEAP Publications, ISBN 0877277257.</ref> menceritakan sejarah mengenai kebangkitan, kegemilangan dan kejatuhan zaman pemerintahan Melayu yang ditulis oleh beberapa orang pengarang Melayu.<ref>[http://books.google.com.my/books?id=yupuAAAAMAAJ&q=ada+Hikayat+Melayu+dibawa+oleh+orang+dari+Goa&dq=ada+Hikayat+Melayu+dibawa+oleh+orang+dari+Goa&hl=en&ei=wcPXTpaZKsK3rAfIpfXiDQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CDkQ6AEwAQ Pensejarahan Melayu: kajian tentang tradisi sejarah Melayu Nusantara "...ada Hikayat Melayu dibawa oleh orang dari Goa...."]</ref> Namun uraian teks pada naskah ini belum dapat memberikan penjelasan yang tepat dan benar, karena masih terdapat pertentangan dengan beberapa sumber primer sejarah lainnya seperti catatan yang dibuat oleh [[Portugal]] dan [[Belanda]]. Hal ini tidak lepas dari bahwa Sulalatu'l-Salatin telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh beberapa pengarang berikutnya yang kemungkinan ada menambah dan mengurangkan isi teks pada naskah.<ref name="Milner"/>
 
Sulalatu'l-Salatin memiliki beberapa variasi versi, kemungkinan versi pendek, versi yang belum diselesaikan penulisnya atau sebaliknya versi panjang merupakan tambahan yang dibuat oleh penulis berikutnya.<ref name="Roolvink"/> Namun secara keseluruhan Sulalatu'l-Salatin merupakan sebuah karya besar yang merangkumi beberapa cerita atau kisah lain yang berkaitan dengan ''Dunia Melayu'', sebagaimana cerita yang terdapat pada [[Hikayat Raja-raja Pasai]], [[Hikayat Hang Tuah]], [[Hikayat Siak]] dan sebagainya.
Baris 26:
Pada mukadimah naskah beberapa versi Sulalatu'l-Salatin terdapat perbedaan penafsiran untuk nama pengarang atau penyunting naskah ini, di mana nama ''Tun Bambang'' dianggap sama dengan [[Tun Sri Lanang]].<ref name="Samad">Samad, A. A., (1979), ''Sulalatus Salatin'', Dewan Bahasa dan Pustaka.</ref> Belakangan muncul versi yang dianggap mendekati versi aslinya namun tidak menyebutkan siapa pengarang atau pun penyuntingnya. Versi ini berisikan beberapa potongan cerita sebagaimana yang secara garis besar terdapat pada semua naskah Sulalatu'l-Salatin, perbedaan versi ini terdapat pada bab tertentu yang telah memberikan penanggalan dalam [[Hijriah]] pada alur ceritanya,<ref name="Roolvink"/> walau jika dikonfrontasi dengan sumber lainnya masih menimbulkan keraguan akan ketepatan penanggalan tersebut. Namun dari semua versi yang ada, perintah penyusunan naskah sama, menyebutkan atas titah ''Yang Dipertuan di Hilir''.
 
Dari uraian mukadimah naskah pada versi ''Raffles 18'' disebutkan penyusunan Sulalatu'l-Salatin ini adalah pada tahun 1612 oleh ''Bendahara''. Kemudian juga diketahui bahwa selepassetelah penaklukan [[Kesultanan Aceh|Aceh]] pada masa [[Iskandar Muda dari Aceh|Sultan Iskandar Muda]] atas Johor tahun 1613, [[Sultan Johor]] kemudian ditawan dan dibawa ke [[Aceh]]. Pada salah satu bab dari [[Bustan al-Salatin|Bustanus Salatin]], [[Nuruddin al-Raniri]] menyebutkan bahwa ''Bendahara Paduka Raja yang mengarang Sulalatu'l-Salatin'' merupakan salah satu sumber rujukankannya.
 
=== Isi naskah ===
Sulalatu'l Salatin menguraikan silsilah dari para raja di kawasan Melayu, bermula dari kedatangan [[Sang Sapurba]] keturunan [[Iskandar Zulkarnain]] di bukit Siguntang, Palembang. Kemudian Sang Sapurba diminta untuk menjadi ''Maharajadiraja'' di [[Minangkabau]], dan dari tokoh ini raja-raja di kawasan Melayu diturunkan. Selanjutnya terdapat kisah salah seorang putra Sang Sapurba dari perkawinannya dengan Wan Sundaria, putri [[Demang Lebar Daun]], penguasa Palembang, yang bernama [[Sang Nila Utama]] bergelar ''Sri Tri Buana'' mendirikan [[Singapura]] dan putranya yang lain, [[Sang Mutiara]] disebutkan menjadi raja di [[Tanjungpura]]. Sementara gelar Sang Nila Utama tersebut mirip dengan gelar [[Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa]] dalam [[Prasasti Padang Roco]] yang bertarikh 1286, merupakan ''Maharaja'' di ''Bumi Melayu'' yang mendapat kiriman hadiah [[Arca Amoghapasa]] dari [[Kertanagara]] ''Maharajadiraja'' [[Kerajaan Singhasari|Singhasari]].<ref>Muljana, Slamet, (1981), ''Kuntala, Sriwijaya Dan Suwarnabhumi'', Jakarta: Yayasan Idayu.</ref> Kemudian pada tahun 1347, [[Adityawarman]] menambah pahatan aksara pada bagian belakang [[Arca Amoghapasa]] tersebut, dan menyebutkan ''memulihkan kerajaan sebelumnya'' kemudian dinamainya [[Malayapura]], serta ia sendiri menyandang gelar ''maharajadiraja''.<ref>Kern, J.H.C., (1907), ''De wij-inscriptie op het Amoghapāça-beeld van Padang Candi(Batang Hari-districten); 1269 Çaka'', Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-, en Volkenkunde.</ref>
 
Sulalatu'l Salatin juga menceritakan tentang ekspansi [[Jawa]] di kawasan Melayu serta juga menyebutkan tentang sepeninggal Raja [[Majapahit]], kemudian kedudukannya digantikan oleh anak perempuannya atas sokongan patihnya. Ratu Majapahit ini disebutkan menikah dengan putra Raja [[Kerajaan Tanjungpura|Tanjungpura]]. Hal ini jika dibandingkan dengan naskah Jawa [[Desawarnana]] dan [[Pararaton]],<ref>Brandes, J. L. A., (1904), ''Nāgarakrĕtāgama: lofdicht van Prapanjtja op koning Rasadjanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit'', Albrecht.</ref><ref>Brandes, J. L. A., (1896), ''Pararaton: Ken Arok of het boek der koningen van Tumapěl en van Majapahit'', Albrecht & Rusche</ref> yang menceritakan tentang pergantian Raja Majapahit [[Jayanagara]] kepada saudara perempuannya [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] yang disokong oleh [[Gajah Mada]]. Ratu Majapahit ini kemudian menikah dengan ''Cakradhara'' bergelar ''Kertawardhana Bhre Tumapel'', dan nantinya melahirkan [[Hayam Wuruk]]. Berdasarkan [[Prasasti Wingun Pitu]] terdapat ''Bhre Tanjungpura'' sebagai salah satu ''batara'' yang memerintah di salah satu daerah bawahan pemerintahan Majapahit. Prasasti ini bertarikh 1447, kemungkinan pada akhir pemerintahan [[Suhita|Ratu Suhita]], dalam [[Pararaton]] Ratu Majapahit ini disebutkan menikah dengan ''Bhra Hyang Parameswara''.
 
Secara rinci Sulalatu'l Salatin memberikan urutan nama-nama raja di [[Kesultanan Malaka|Malaka]], kemudian terdapat berita kedatangan [[Afonso de Albuquerque]] dari ''Goa'' atas perintah [[Raja Portugal]] untuk menaklukan Malaka tahun 1511 pada masa [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]]. Perang melawan penaklukan [[Portugal]] ini membuat Sultan Malaka terpaksa berpindah pindah, mulai dari [[Bintan]] terus ke [[Kampar]], kemudian ke [[Johor]]. Berdasarkan kronik Tiongkok masa [[Dinasti Ming]] disebutkan pendiri Malaka adalah ''Pai-li-mi-su-la'' ([[Parameswara]]) yang mengunjungi [[Kaisar Tiongkok]] tahun 1405 dan 1409, tetapi nama tersebut tidak dijumpai pada semua versi Sulalatu'l-Salatin, tetapi nama ini kemudian dirujuk kepada ''Raja Iskandar Syah''.<ref>Wake, Christopher H., (1964), ''Malacca's Early Kings and the Reception of Islam'', Journal of Southeast Asian History 5, No. 2, pp. 104-128.</ref> Kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.