Museum Manusia Purba Sangiran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi 'useum Sangiran adalah museum arkeologi bertaraf internasional. Bangunan museum Sangiran terletak di Kecamatan Kalijambe, tak jauh dari area situs fosil purbakala. Situs i…'
 
Pratama26 (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 26398800 oleh Pratama26 (bicara)
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(54 revisi perantara oleh 32 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Untuk|[[situs arkeologi]]|Sangiran}}{{Infobox Museum
useum Sangiran adalah museum arkeologi bertaraf internasional. Bangunan museum Sangiran terletak di Kecamatan Kalijambe, tak jauh dari area situs fosil purbakala. Situs itu dikenal dengan sebutan Situs Sangiran. Luasnya mencapai 56 km persegi, meliputi tiga kecamatan di Sragen (Gemolong, Kalijambe, Plupuh) dan satu kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar (Gondangrejo). Situs Sangiran berada di dalam kawasan Kubah Sangiran yang merupakan bagian dari depresi Solo, di kaki Gunung Lawu (17 km dari kota Solo). Museum Sangiran beserta situs arkeologinya, selain menjadi obyek wisata yang menarik juga merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan terlengkap di Asia, bahkan dunia.
| name = Museum Manusia Purba Sangiran
| image = Museum Purbakala Sangiran 1.JPG
| imagesize = 240
| caption = Gerbang masuk Museum Sangiran circa 2011.
| map_type =
| map_caption =
| latitude =
| longitude =
| established =
| dissolved =
| location = Sragen dan Karanganyar
| type = Museum arkeologi
| visitors =
| director =
| curator =
| publictransit =
| buka =
| tiket =
| website =
}}
'''Museum Manusia Purba Sangiran''' atau '''Museum Sangiran''' adalah museum arkeologi yang terletak di dua kabupaten, yaitu [[Kabupaten Sragen|Sragen]] dan [[Kabupaten Karanganyar|Karanganyar]]. Memiliki lima klaster, empat di antaranya terletak di Kabupaten Sragen, sedangkan satu klaster terletak di Kabupaten Karanganyar.
 
Museum Sangiran berawal dari Museum Plestosen yang dibangun pada 1974, yang digunakan sebagai tempat menampung temuan [[fosil]] di kawasan [[Sangiran]]. Pada 1983, dibangun museum yang lebih luas karena ukuran Museum Plestosen yang kecil tidak sanggup lagi menampung temuan-temuan yang makin melimpah. Museum tersebut dinamakan Museum Situs Sangiran yang dibangun di Dusun Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.
Di museum dan situs Sangiran dapat diperoleh informasi lengkap tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, Paleoanthropologi. Di lokasi situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah Pithecantropus erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog Jerman, Profesor Von Koenigswald.
 
== Sejarah ==
Lebih menarik lagi, di area situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2 juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini. Relatif utuh pula. Sehingga para ahli dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran secara berurutan.
Sejarah Museum Sangiran berawal dari dibangunnya Museum Plestosen pada 1974. Museum Plestosen saat itu difungsikan sebagai tempat penampungan seluruh hasil temuan [[fosil]] yang ada di kawasan Sangiran. Pada 1977, kawasan situs Sangiran ditetapkan sebagai daerah [[Kekayaan budaya|cagar budaya]] oleh [[Fuad Hassan (akademisi)|Fuad Hassan]], Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan mengeluarkan Surat Keputusan No. 070/O/1977. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi kegiatan penggalian, penyelundupan, dan perdagangan fosil secara ilegal yang sering terjadi di Sangiran saat itu. Penetapan tersebut membuat kawasan Sangiran terbagi menjadi dua yaitu daerah cagar budaya sisi utara yang dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Sragen dan sisi selatan dikelola oleh Pemda Karanganyar.{{Sfn|Ernifiati|2012|p=119–120}}
 
Saat itu sisi selatan belum memiliki tempat untuk menampung seluruh temuan fosil yang ada di sana, sehingga dibangun museum baru yang disebut dengan museum sisi selatan. Pada 1977 dibangun museum sisi selatan yang terletak di [[Dayu, Gondangrejo, Karanganyar|Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar]]. Namun, museum tadi tidak bertahan lama sehingga bangunannya dibongkar dan dialihfungsikan menjadi pendopo desa tersebut. Dalam perkembangannya Museum Plestosen lebih berkembang dibandingkan dengan museum sisi selatan dan memiliki hasil temuan fosil yang semakin melimpah. Akan tetapi, Museum Plestosen masih berukuran kecil karena dibangun hanya pada areal tanah seluas 100 m². Alhasil, tidak mampu menampung seluruh temuan fosil yang ada di Sangiran saat itu sehingga tercipta gagasan untuk membangun museum baru yang lebih luas.{{Sfn|Ernifiati|2012|p=120}}
 
Museum baru yang lebih luas kemudian dibangun pada 1983, menggantikan Museum Plestosen. Museum baru tersebut diberi nama Museum Situs Sangiran. Dibangun di Dusun Ngampon, [[Krikilan, Kalijambe, Sragen|Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen]]. Koleksi yang ada di Museum Situs Sangiran saat itu berasal dari seluruh temuan fosil yang ada di Museum Plestosen dan museum sisi selatan. Museum Situs Sangiran menyimpan berbagai temuan fosil untuk mengungkapkan sejarah evolusi umat manusia di dunia.{{Sfn|Ernifiati|2012|p=120}}
 
== Klaster ==
Selama perkembangannya hingga saat ini, Museum Manusia Purba Sangiran memiliki lima klaster, sebagai berikut:{{Sfn|Wardani|Wijayanti|2023|p=3}}
 
=== Klaster Krikilan ===
[[Museum Manusia Purba Sangiran (Klaster Krikilan)|Klaster Krikilan]] menjadi induk atau titik pusat dari [[Sangiran]]. Klaster ini menjadi pusat kunjungan yang memberikan wawasan luas. Di klaster ini semua informasi tentang kepurbakalaan tersaji lengkap beserta dengan bentang alam Sangiran. Klaster inilah yang diketahui secara umum oleh masyarakat sebagai Museum Sangiran yang memiliki beragam koleksi yang dipamerkan.{{Sfn|Wardani|Wijayanti|2023|p=3}}
 
=== Klaster Bukuran ===
Klaster Bukuran menjadi pendukung dari Klaster Krikilan. Dinamakan demikian karena klaster ini terletak di [[Bukuran, Kalijambe, Sragen|Desa Bukuran]]. Klaster ini menampilkan [[Evolusi|teori-teori evolusi]] dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Materi yang disajikan di Klaster Bukuran dibuat dengan konsep masa kini melalui grafis visual yang interaktif.{{Sfn|Wardani|Wijayanti|2023|p=3–4}}
 
=== Klaster Ngebung ===
[[Berkas:Museum Sangiran.jpg|jmpl|349x349px|Museum Sangiran Klaster Ngebung.]]
Klaster Ngebung merupakan titik awal atau lokasi dilakukannya [[Penggalian (arkeologi)|penggalian]] secara sistematis oleh beberapa tokoh seperti [[Raden Saleh]], [[J.C. van Es]], [[Eugène Dubois|Eugene Dubois]], [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald|G.H.R von Koenigswald]], dan lainnya. Klaster ini menjadi bagian penting dalam menghasilkan temuan fosil binatang, [[artefak]], dan beberapa sisa fosil manusia. Pada klaster ini disajikan perjalanan Situs Sangiran mulai dari eksplorasi awal hingga diakui sebagai [[Situs Warisan Dunia|Warisan Dunia]] oleh [[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNESCO]]. Bentuk sajian di Klaster Ngebung antara lain yaitu ''display'' koleksi, poster, dan materi tentang potensi Sangiran dalam bentuk digital interaktif.{{Sfn|Wardani|Wijayanti|2023|p=4}}
 
=== Klaster Dayu ===
Klaster Dayu terletak di [[Dayu, Gondangrejo, Karanganyar|Desa Dayu]] menjadi klaster pendukung keberadaan Museum Sangiran. Klaster ini menyajikan beberapa [[lapisan tanah]] dari empat zaman dengan rentang waktu 100 ribu hingga 1,8 juta tahun silam. Lebih lanjut, Klaster Dayu atau Museum Dayu ini menjadi pusat informasi tentang pelapisan tanah purba serta budaya manusia dengan jenis ''[[Homo erectus]]'' terlengkap. Klaster Dayu tampil mengikuti perkembangan teknologi dengan sentuhan digitalisasi yang populer disertai tata pamer dan ''display'' yang menarik.{{Sfn|Wardani|Wijayanti|2023|p=4}}
 
=== Lapangan Museum Manyarejo ===
Lapangan Museum Manyarejo merupakan klaster pendukung dari Situs Sangiran serta menjadi bentuk apresiasi kepada para peneliti dari berbagai disiplin ilmu dan masyarakat sekitar yang telah menghasilkan berbagai penemuan penting kepurbakalaan. Museum Manyarejo menyajikan berbagai kenangan penelitian yang pernah dilakukan di daerah tersebut. Berbagai [[memorabilia]] yang dimiliki peneliti dan masyarakat sekitar dikemas dengan nuansa rumah tradisional dengan dukungan informasi interaktif.{{Sfn|Wardani|Wijayanti|2023|p=4}}
 
== Referensi ==
 
=== Catatan kaki ===
<references />
=== Daftar pustaka ===
 
* {{Cite journal|last=Ernifiati|first=Emmy|year=2012|title=Perkembangan Museum Situs Sangiran dan Pengaruhnya Terhadap Ilmu Pengetahuan Tahun 1974-2004|url=https://journal.unnes.ac.id/sju/jih/article/view/2235|dead-url=yes|journal=Jurnal of Indonesian History|volume=1|issue=2|doi=|issn=2252-6633|access-date=21 Mei 2024|ref=harv}}
* {{Cite journal|last=Wardani|first=Bektiana D.|year=2023|title=Pemanfaatan Museum Sangiran sebagai Sumber Belajar IPS SMP di Kabupaten Sragen|url=https://journal.student.uny.ac.id/index.php/social-studies/issue/view/2389|dead-url=yes|journal=Social Studies|volume=8|issue=3|doi=|issn=3021-8969|access-date=22 Mei 2024|ref=harv|last2=Wijayanti|first2=Agustina T.}}
 
== Pranala luar ==
* {{commonscat-inline|Sangiran}}
 
{{DEFAULTSORT:Fosil Sangiran}}
{{museum-stub}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Tempat wisata di Kabupaten Sragen]]
[[Kategori:Museum di Jawa Tengah|Manusia Purba Sangiran]]
[[Kategori:Museum arkeologi di Indonesia|Manusia Purba Sangiran]]
[[Kategori:Kalijambe, Sragen]]