Nawawi al-Bantani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Karya-Karyanya: clean up
Dasimarajo (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(32 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Berbunga-bunga}}{{hatnote|"Syekh Nawawi" beralih ke halaman ini. Artikel ini membahas mengenai biografi [[Ulama]] besar [[Mazhab Syafi'i]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Untuk [[Ulama]] besar [[Mazhab Syafi'i]] berkebangsaan [[Suriah]], lihat [[Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi|Imam Nawawi]].}}
{{Infobox Ulama Muslim
|honorific_prefix = Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani
Baris 5 ⟶ 6:
|title =
lihat [[Nawawi al-Bantani#Gelar-gelar|Gelar-gelar]]
|kunya = Abu AbdulAbdil Mu'ti
|name = Muhammad Nawawi
|nasab = bin Umar
Baris 11 ⟶ 12:
|parents = Umar (ayah)<br>Zubaedah (ibu)
|relatives =
|spouse =Nasimah<br>Hamdanah nyai nasimah (istri)
|children =Abdul Mu'ti, Nafisah, Maryam, Rubi'ah, Zuhrah
|birth_name = Muhammad Nawawi
|birth_date = [[1813]] [[Masehi]]
|birth_place = {{flagicon|Kesultanan Banten}} [[Tanara, Serang|Tanara]], [[Kabupaten Serang|Serang]], [[Kesultanan Banten|Banten]]
|death_date = {{Death[[1897]] year and age|1897|1813|}}[[Masehi]]
|death_place = {{flagicon|Kesultanan Utsmaniyah}} [[Mekkah]], [[Hijaz]], [[Kesultanan Utsmaniyah]]
|death_cause =
|resting_place = [[Jannatul Mu'alla]], [[Mekkah]]
|other_names = Syekh Nawawi<br>Syekh Nawawi Banten
|nationality = {{flagicon|Kesultanan Banten}} [[Kesultanan Banten|Banten]]<br>{{negara|IndonesiaHindia Belanda}} [[IndonesiaHindia Belanda]]
|ethnicity = [[Suku Banten|Sunda Banten]]
|era = 12 [[Hijriyah]]
|region = [[Mekkah]], [[Hijaz]]
Baris 37:
|awards =
|influences =
|influenced = [[Hasjim Asy'ari]], [[Kholil al-Bangkalani]], [[Arsyad Thawil al-Bantani]], [[Tubagus Ahmad Bakri as-Sampuri]], [[Sulaiman Ar-Rasuli|Sulaiman ar-Rasuli]], [[Nawawi al-Bantani#Murid-muridnya|Dan Murid-murid Lainnya]]
|module =
|signature =
Baris 47:
 
== Biografi ==
Syekh Nawawi lahir di Kampung Tanara Desa Tanara, sebuah desa kecil di kecamatan [[Tirtayasa, Serang|Tirtayasa]] (dulu, sekarang Kecamatan [[Tanara, Serang|Tanara]]), Kabupaten [[Serang]], [[Banten]] pada tahun 1230 [[Hijriyah]] atau [[1815]] [[Masehi]], dengan nama Muhammad Nawawi bin 'Umar bin 'Arabi al-Bantani. Dia adalah sulung dari tujuh bersaudara, yaitu Ahmad Syihabudin, Tamim, Said, Abdullah, Tsaqilah dan Sariyah. Ia merupakan generasi ke-12 dari [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]], [[Daftar Sultan Banten|raja pertama Banten]] Putra [[Sunan Gunung Jati]], [[Cirebon]]. Nasabnya melalui jalur [[Kesultanan Banten]] ini sampai kepada Nabi [[Muhammad]] {{SAW}}.
 
Ayah Syekh Nawawi merupakan seorang Ulama lokal di [[Banten]], Syekh Umar bin Arabi al-Bantani, sedangkan ibunya bernama Zubaedah, seorang ibu rumah tangga biasa.
 
Syaikh Nawawi menikah dengan Nyai Nasimah, gadis asal [[Tanara, Serang]] dan dikaruniai 3 orang anak: Nafisah, Maryam, Rubi'ah. Sang istri wafat mendahului dia.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=100}}
 
== Silsilah ==
Berikut adalah silsilah Syekh Nawawi al-Bantani sampai kepada [[Rasulullah]] {{SAW}}:<ref>{{citeweb|last=Machrus|first=Mohammad|url=http://maahaddaarulfalah.blogspot.com/2014/03/silsilah-syekh-nawawi-tanara-al-bantani.html|title=Silsilah Syekh Nawawi Tanara al-Bantani|website=[http://maahaddaarulfalah.blogspot.com Yayasan Pondok Pesantren Daarul Falah - Ciloang]|date=2014|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
# Syekh Nawawi al-Bantani bin
# Syekh Umar al-Bantani bin
# Syekh Arabi al-Bantani bin
# Syekh Ali al-Bantani bin
# Syekh Jamad al-Bantani bin
# Syekh Janta al-Bantani bin
# Syekh Masbuqil al-Bantani bin
# Syekh Maskun al-Bantani (Tubagus Mahmud /Tubagus Mas Kun) bin
# Syekh Masnun al-Bantani (Tubagus Wiranegara 1) bin
# Syekh Maswi al-Bantani (Pangeran Wiraraja / Pangeran Jagalautan) bin
# Syekh Tajul Arsy al-Bantani (Pangeran Sunyararas) bin
# [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Sultan Maulana Hasanuddin]] bin
# [[Sunan Gunung Jati|Sultan Syarif Hidayatullah]] bin
# [[Syarif Abdullah Umdatuddin|Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan]] bin
# [[Ali Nurul Alam|Sayyid Ali Nurul Alam Azmatkhan]] bin
# [[Jamaluddin Akbar al-Husaini|Sayyid Jamaluddin Akbar Azmatkhan al-Husaini]] (Syekh Jumadil Kubro) bin
# Sayyid Ahmad Jalal Syah Azmatkhan bin
# Sayyid Abdullah Azmatkhan bin
# [[Azmatkhan|Sayyid Abdul Malik Azmatkhan]] bin
# Sayyid Alawi Ammil Faqih ([[Hadramaut]]) bin
# [[Muhammad Shahib Mirbath|Sayyid Muhammad Shahib Mirbath]] ([[Hadramaut]]) bin
# [[Ali Khali' Qasam|Sayyid Ali Khali' Qasam]] bin
# Sayyid Alawi ats-Tsani bin
# Sayyid Muhammad Sohibus Saumi'ah bin
# Sayyid Alawi Awwal bin
# Sayyid al-Imam 'Ubaidillah bin
# [[Ahmad al-Muhajir|Sayyid Ahmad al-Muhajir]] bin
# Sayyid 'Isa Naqib ar-Rumi bin
# Sayyid Muhammad an-Naqib bin
# [[Ali bin Ja'far|Sayyid al-Imam Ali Uradhi]] bin
# [[Ja'far ash-Shadiq|Sayyidina Ja'far ash-Shadiq]] bin
# [[Muhammad al-Baqir|Sayyidina Muhammad al-Baqir]] bin
# [[Ali bin Husain|Sayyidina Ali Zainal Abidin]] bin
# [[Husain bin Ali|Sayyidina Husain]] bin
# [[Ali bin Abi Thalib|Sayyidina Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra|Sayyidah Fatimah az-Zahra]] binti
# [[Muhammad|Sayyidina Muhammad]] {{SAW}}
 
== Pendidikan ==
Baris 134 ⟶ 95:
Selain pelajaran agama, Syekh Nawawi juga mengajarkan makna kemerdekaan, anti [[Kolonialisme]] dan [[Imperialisme]] dengan cara yang halus. Mencetak kader patriotik yang di kemudian hari mampu menegakkan kebenaran. Perjuangan yang dilakukan Syekh Nawawi memang tidak dalam bentuk revolusi fisik, namun lewat pendidikan dalam menumbuhkan semangat kebangkitan dan jiwa nasionalisme.
 
Di sampingDisamping itu, upaya pembinaan yang dilakukan Syekh Nawawi terhadap komunitas al-Jawwi di [[Mekkah]] juga menjadi perhatian serius dari pemerintahan [[Belanda]] di [[Indonesia]]. Produktivitas komunitas al-Jawwi untuk menghasilkan alumni-alumni yang memiliki integritas keilmuan agama dan jiwa nasionalisme, menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Belanda. Untuk mengantisipasi ruang gerak komunitas al-Jawwi ini maka pemerintah [[Belanda]] mengutus penasihat pemerintah, [[Christian Snouck Hurgronje]] untuk berkunjung ke Mekkah pada tahun [[1884]] - [[1885]]. Kedatangan Snouck ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut dan melihat secara langsung berbagai hal yang telah dilakukan oleh ulama Indonesia yang tergabung dalam komunitas al-Jawwi.<ref name=':3' />
=== Pendapat Penentangan di Arab Saudi ===
Meskipun saat itu [[Arab Saudi]] Kerajaan Arab Saudi melarang ziarah kubur dengan alasan bidah, namun Syekh Nawawi tidak menentang praktik ini. Pendapat ini dilandasi temuan Syekh Nawawi tentang ketentuan hukumnya dalam ajaran Islam. Syekh Nawawi bahkan menganjurkan umat Islam untuk menghormati makam-makam orang yang berjasa dalam sejarah Islam, termasuk makam Nabi {{SAW}} dan para sahabat. Menurut Syekh Nawawi, Mengunjungi makam Nabi {{SAW}} adalah praktik ibadah yang identik dengan bertemu muka (''tawajjuh'') dengan Nabi {{SAW}} dan mengingatkan kebesaran perjuangan dan prestasi yang patut untuk diteladani.<ref name=':3' />
Baris 158 ⟶ 119:
# K.H. Mas Abdurahman - Pendiri [[Universitas Mathla'ul Anwar|Mathla'ul Anwar]]
# [[Raden Asnawi|K.H. Raden Asnawi]], [[Kudus]]
# [[Abdul Karim Amrullah|Haji Abdul Karim Amrullah]], [[SumatraSumatera Barat]]
# K.H. Thahir Jamaluddin, [[Singapura]]
# K.H. Dawud, [[Perak, Malaysia]]
Baris 215 ⟶ 176:
# Tîjân al-Darâry syarah Matan al-Baijûry
# Fath al-Mujîb syarah Mukhtashar al-Khathîb
# Murâqah Shu’ûd al-Tashdîq syarah Sulam[[Sullam At-Taufiq|Sullam al-Taufîq]]
# Kâsyifah al-Sajâ syarah [[Safinatun Najah|Safînah al-Najâ]]
# al-Futûhâh al-Madaniyyah syarah al-Syu’b al-Îmâniyyah
# ‘Uqûd al-Lujain fi Bayân Huqûq al-Zaujain
Baris 249 ⟶ 210:
Pada suatu waktu di sebuah perjalanan dalam ''syuqduf'' (rumah-rumahan di punggung unta) Syekh Nawawi pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuknya sebagai lampu. Hal tersebut terjadi karena tidak ada cahaya dalam ''syuqduf'' yang ia tumpangi, sementara aspirasi untuk menulis kitab tengah kencang mengisi kepalanya. Syekh Nawawi kemudian berdoa kepada [[Allah]] agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu, menerangi jari kanan yang akan digunakannya untuk menulis. Kitab yang kemudian lahir dengan nama '''''Maraqi al-'Ubudiyyah''''' syarah Matan '''''Bidayah al-Hidayah''''' itu harus dibayarnya dengan cacat pada jari telunjuk kiri, karena cahaya yang diberikan Allah pada telunjuk kirinya itu membawa bekas yang tidak hilang.<ref name=':0'>{{citeweb|last=Wicaksono|first=Bayu Aji|url=http://m.viva.co.id/berita/nasional/639044-kisah-syekh-nawawi-kaki-bisa-menyala-jasadnya-tetap-utuh|title=Kisah Syekh Nawawi: Kaki Bisa Menyala, Jasadnya Tetap Utuh|date=17 Juni 2015|website=viva.co.id|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
 
=== Melihat Ka'bah dari Tempat Lain yang Jauh ===
Karamah lain Syekh Nawawi juga diperlihatkannya di saat ia mengunjungi Masjid [[Pekojan]], [[Jakarta]]. Masjid yang dibangun oleh Sayyid Utsman bin 'Agil bin Yahya al-'Alawi (mufti [[Betawi]] keturunan [[Rasulullah]] {{SAW}}) itu ternyata memiliki kiblat yang salah. Padahal yang menentukan kiblat bagi mesjid itu adalah Sayyid Utsman sendiri{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=108}}.
 
Tak ayal, saat Syekh Nawawi yang dianggapnya hanya seorang anak remaja tak dikenal menyalahkan penentuan kiblat, Sayyid Utsman sangat terkejut. Diskusipun terjadi antara keduanya, Sayyid Utsmân tetap berpendirian bahwa kiblat Mesjid Pekojan tersebut sudah benar, sementara Syekh Nawawi remaja berpendapat arah kiblat haruslah dibetulkan. Saat kesepakatan tidak bisa diraih karena masing-masing mempertahankan pendapatnya dengan keras, Syekh Nawawi remaja menarik lengan baju Sayyid Utsmân dan dirapatkan tubuhnya agar bisa saling mendekat, kemudian berkata:
 
{{cquote2|"Lihatlah Sayyid!, itulah Ka'bah tempat Kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka'bah itu terlihat amat jelas? Sementara Kiblat masjid ini agak ke kiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke arah Ka'bah."}}
 
Sayyid Utsman termangu. Ka'bah yang ia lihat dengan mengikuti telunjuk Syekh Nawawi remaja memang terlihat jelas. Sayyid Utsman merasa takjub dan menyadari bahwa remaja yang bertubuh kecil di hadapannya itu telah dikaruniai kemuliaan, yakni terbukanya ''nur basyariyyah''. Yang dengan karamah itu, di manapun dia berada Ka'bah akan tetap terlihat.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=103}} Dengan penuh hormat Sayyid Utsman langsung memeluk tubuh kecil Syekh Nawawi. Sampai saat ini di Masjid Pekojan akan terlihat kiblat digeser dan tidak sesuai aslinya.{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=103}}
=== Jasad yang Tetap Utuh ===
Telah menjadi kebijakan Pemerintah [[Arab Saudi]] bahwa orang yang telah dikubur selama setahun kuburannya harus digali. Tulang belulang si mayat kemudian diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Selanjutnya semua tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota dan lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka hingga datang jenazah berikutnya terus silih berganti. Kebijakan tersebut dijalankan tanpa pandang bulu hingga menimpa pula pada makam Syekh Nawawi. Setelah kuburnya genap berusia satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya. Tetapi yang terjadi adalah hal yang tak lazim. Para petugas kuburan itu tak menemukan tulang belulang seperti biasanya, yang mereka temukan adalah satu jasad yang masih utuh. Tidak kurang satu apapun, tidak lecet dan tidak ada tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang telah lama dikubur. Bahkan kain kafan penutup jasad Syekh Nawawi tidak sobek dan tidak lapuk sedikitpun.<ref name=':0' />
 
Terang saja kejadian tersebut mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Setelah diteliti, sang atasan kemudian menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan. Langkah strategis lalu diambil, yaitu larangan dari pemerintah untuk membongkar makam Syekh Nawawi. Jasadnya lalu dikuburkan kembali seperti sediakala, dan hingga sekarang makam Syekh Nawawi tetap berada di Ma'la, [[Mekah]].{{sfn|Majalah Alkisah edisi 15 Februari 2004|p=105}}
 
=== Shalat di Dalam Mulut Ular Besar ===
Suatu hari ketika dalam perjalanan, Syekh Nawawi istirahat di sebuah tempat untuk azan kemudian salat. Setelah ia azan ternyata tidak ada orang yang datang, akhirnya ia qamat lalu salat sendirian. Usai shalat Syekh Nawawi kembali melanjutkan perjalanan, tapi ketika menengok ke belakang, ternyata ada seekor ular raksasa dan mulutnya sedang menganga. Akhirnya ia tersadar bahwa ternyata ia salat di dalam mulut ular yang sangat besar itu.<ref>{{citeweb|last=Abdullah|url=http://www.nu.or.id/post/read/64902/kiai-nawawi-kisahkan-karomah-syekh-nawawi|title=Kiai Nawawi kisahkan Karomah Syekh Nawawi|date=11 Januari 2016|website=nu.or.id|language=id|access-date=25 Mei 2017}}</ref>
Baris 309 ⟶ 263:
[[Kategori:Ahli hadis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Banten|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Tokoh Sunda|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Arab-Indonesia]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Nawawi al-Bantani]]
[[Kategori:Ulama Syafi'i Abad ke-14 H|Nawawi al-Bantani]]