Red Ribbon Army: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan tag KPC A1
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Added {{Unreferenced}} tag (Twingkel)
 
(6 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Unreferenced|date=September 2024}}
{{db-a1}}
<!--{{Hapus}}-->
Istilah “Bocil FF” mungkin sudah tidak asing lagi bagi Vicigers. Bocil FF atau Bocah Kecil FF merupakan istilah untuk anak-anak muda atau bocah yang bermain game Free Fire di handphone mereka. Istilah ini muncul karena maraknya bocah-bocah yang bermain Free Fire khususnya di Indonesia.
{{Infobox comics organization
 
| image = Red Ribbon Army Logo.png
Namun yang perlu disadari, Bocil FF ini tidak hanya bermain menghabiskan waktu sia-sia saja, banyak sekali Bocil FF di Indonesia yang juga membawa prestasi di kejuaraan nasional hingga internasional yang membawa nama Indonesia. Berkat hal itu, Bocil FF di Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi, selain mendapatkan hadiah yang banyak mereka juga dapat mengharumkan nama Indonesia melalui game Free Fire.
| caption =
 
| publisher = [[Shueisha]]
Siapa saja Bocil FF di Indonesia yang Berprestasi? Berikut listnya:
| debut = ''[[Dragon Ball (manga)|Dragon Ball]]'' chapter 55: "The Red Ribbon (A Red Ribbon)", Desember 1985 (''[[Weekly Shōnen Jump]]'' 1985)
 
| creators = [[Akira Toriyama]]
# Rasyah Rasyid
| team = y
# Muhammad Rafli
| base = Red Ribbon Army Headquarters (''Dragon Ball'')<br/>Doctor Gero's laboratory (''Dragon Ball Z'')<br/>
# Arul
Red Pharmaceuticals' base (''Dragon Ball Super: Super Hero'')
# Muhamad Rizky Mardiyansah
| owners = Commander Red (''Dragon Ball'')<br/>Magenta (''Dragon Ball Super'')
# Fakhri Adikusuma
| members = Staff Officer Black<br/>General Blue<br/>General White<br/>Colonel Silver<br/>Doctor Gero<br/>Doctor Hedo<br/>Carmine<br/>Red Ribbon Androids
# Muhammad Faiq
| sortkey = Red Ribbon Army
# Riki Wando
}}
 
{{Nihongo4|'''Red Ribbon Army'''|レッドリボン軍|Reddo Ribon Gun}} adalah kelompok karakter fiksi yang ditampilkan dalam ''[[Dragon Ball]]'' milik [[Akira Toriyama]] serial anime dan manga. Banyak anggota Pasukan Pita Merah, yang dipimpin oleh {{Nihongo4|Komandan Merah|レッド総帥|Reddo-Sōsui}}, berperan sebagai lawan protagonis seri [[Goku]] selama misi keduanya untuk Bola Naga. Sebagai buntut dari kekalahan Tentara Pita Merah oleh Goku, anggota yang masih hidup yang dikenal sebagai [[#Doctor Gero|Doctor Gero]] melanjutkan warisan grup dan menciptakan serangkaian [[Android (robot)|humanoid buatan]] yang kuat yang dikenal sebagai Android sebagai bagian dari balas dendamnya terhadap Goku. Grup ini umumnya diterima dengan baik oleh pengulas. Komentator mencatat bahwa Red Ribbon Army arc, di mana kelompok tersebut disajikan sebagai ancaman sah pertama bagi Goku, mewakili pergeseran ke nada yang lebih gelap untuk serial tersebut, serta contoh penting dari sikap kuno atau salah secara politis terhadap stereotip dunia nyata. dan trope dalam anime Jepang. Beberapa anggota individu grup, termasuk Android Pita Merah yang muncul sebagai penjahat berulang dalam waralaba, telah meninggalkan kesan abadi dalam budaya populer dan secara khusus menerima komentar dari media.
 
Indonesia telah diakui sebagai salah satu negara dengan pasar yang paling dinamis untuk gim dan ''esports''. Meningkatnya pengguna internet dan ''smartphone'' menjadi salah satu kunci utamanya.
 
Tidak hanya negara keempat dengan penduduk terbesar di dunia, negara kita juga menjadi '''negara keempat dengan pengguna internet terbesar'''. Dilansir dari ''Niko Partners'', setidaknya ada 171 juta penduduk kita yang terhubung dengan internet dan 83 juta penduduk merupakan pengguna ''smartphone''.
 
Kedua hal tersebut menjadi parameter yang penting bagi perkembangan industri ''esports'', terutama ''mobile game'' yang cenderung lebih mudah diakses oleh banyak orang dibandingkan PC dan konsol.
 
Bukti lain kalau ''esports'' memiliki potensi yang begitu besar adalah besarnya dukungan pemerintah dan swasta. Ada banyak ''event esports'' yang diadakan, termasuk oleh industri non-gim seperti PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) dan Indofood.
 
Data di tahun 2019 menunjukkan kalau ada tiga gim yang paling populer sekaligus menghasilkan ''revenue'' terbesar dari pasar Indonesia: '''''Garena Free Fire''''', '''''Mobile Legends: Bang Bang''''', dan '''''PUBG Mobile'''''.
 
Bisa dibilang, ketiga gim tersebut juga menjadi gim yang paling sering dilombakan dalam berbagai ajang kompetisi ''esports,'' baik di Indonesia maupun dunia. Di ajang SEA Games 2021, ketiga gim tersebut masuk ke dalam kategori perlombaan.
 
 
Sampai di sini, kita telah memahami bahwa banyak anak-anak di Indonesia telah bersentuhan dengan ''smartphone'' sejak usia dini. Ketika duduk di bangku sekolah dasar, mereka sudah bisa memainkan berbagai gim termasuk ''Free Fire''.
 
Bermain gim memang kerap mendapatkan sorotan negatif dari publik, terutama jika yang bermain adalah anak-anak yang seharusnya memfokuskan diri untuk belajar di sekolah. Hanya saja, '''jika diarahkan dengan baik, justru hal tersebut bisa memberikan dampak positif'''.
 
Indonesia memiliki banyak tim ''esports'' yang berkualitas. Bisa saja mereka melakukan seleksi dengan langsung turun ke masyarakat untuk menemukan bakat-bakat terpendam. Sama seperti catur yang kemarin begitu heboh, pembinaan sejak usia dini menjadi begitu penting.
 
Edukasi ke orang tua juga menjadi penting. ''Mindset'' bahwa gim hanya membuang-buang waktu dan tidak berguna harus dibuang. Sekarang, '''main gim sudah bisa membuat kita menghasilkan uang''', bahkan mungkin lebih tinggi dari pekerjaan ''mainstream'' lainnya.
 
Peran pemerintah untuk mendukung hal ini juga sangat diperlukan. Melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenkraf), pemerintah sudah menyadari betapa besarnya potensi yang dimiliki oleh industri gim saat ini.
 
Apalagi, sekarang sudah ada '''Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI)''' yang memiliki tujuan untuk mengembangkan dan mempromosikan ekosistem ''esports'' di Indonesia agar semakin tumbuh dan meraih prestasi, termasuk memasukkan ''esports'' ke dalam kurikulum sekolah.
 
Dengan berpartisipasinya bocil-bocil ''Free Fire'' di kancah nasional maupun internasional, ''stereotype'' buruk mereka bisa berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Dengan pelatihan dengan tim atau orang yang tepat, potensi mereka akan semakin terasah.
 
Memberdayakan potensi mereka menjadi tugas bagi siapapun yang berkecimpung di dunia ''esports'', baik pemerintah, tim, media, dan lain sebagainya. Tentunya pengawasan juga sangat diperlukan agar para calon pemain ''esports'' tersebut tidak menjadi ketagihan bermain gim yang berbahaya.