Muktazilah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Memoerbaiki ejaan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(29 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Expand language|topic=|langcode=en|otherarticle=Mu'tazilism|date=November 2024}}
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Muktazilah''' ({{lang-ar|المعتزلة|translit=al-muʿtazilah}}; singular: {{lang-ar|معتزلي|translit=muʿtazilī|lit=memisahkan diri}}) adalah sebuah aliran teologi Islam [[Rasionalitas|rasional]] yang muncul di [[Basrah]], [[Irak]], pada abad 2 H. Muktazilah dilembagakan oleh seorang [[Tabiin|tabi'in]] bernama [[Wasil bin Atha']] (wafat: 131 H) dan [[Amr bin Ubaid]] (wafat: 144 H). Kelahirannya bermula dari tindakan [[Wasil bin Atha']] (700-750 M) berpisah dari gurunya, yaitu [[Hasan al-Bashri]] karena perbedaan pendapat. [[Hasan al-Bashri]] berpendapat mukmin yang melakukan dosa besar masih berstatus mukmin. Sementara [[Wasil bin Atha']] berpendapat bahwa seorang muslim yang berdosa besar bukanlah mukmin tapi juga bukan kafir melainkan fasik.<ref>{{Cite book|last=Ellwood|first=Robert S.|last2=McGraw|first2=Barbara A.|date=2022-09-30|url=https://books.google.com/books?id=WvmBEAAAQBAJ&dq=wasil+ibn+ata+founder+of+mu'tazila&pg=PT594|title=Many Peoples, Many Faiths: Women and Men in the World Religions|publisher=Taylor & Francis|isbn=978-0-429-84458-4|language=en}}</ref><ref>{{Cite web|title=Mu‘tazilah {{!}} History, Doctrine, & Meaning {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/topic/Mutazilah|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2024-11-24}}</ref>
== Etimologi ==
Kata Mu'tazilah berasal dari bahasa Arab إعتزل (iʿtazala) yang berarti “memisahkan diri”. Kata kerja iʿtazala juga digunakan untuk menunjuk pihak netral dalam suatu perselisihan, seperti dalam "menarik diri" dari perselisihan diantara dua faksi.<ref>{{Cite web|title=Mu'tazilah Reconsidered|url=https://pluto.huji.ac.il/~stroums/files/MuTazila_Reconsidered.pdf}}</ref>
Menurut Encyclopædia Britannica, "Nama (Mu'tazilah) pertama kali muncul pada awal sejarah Islam dalam perselisihan mengenai kepemimpinan Ali dalam komunitas Muslim setelah pembunuhan [[Utsman bin Affan|Utsman]], khalifah ketiga, pada tahun 656. Mereka yang tidak mendukung maupun mengutuk [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] atau [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah]] tetapi mengambil kedudukan netral disebut Mu'tazilah.” Mu'tazilah teologis yang didirikan oleh Wasil bin Atha dan penerusnya hanyalah kelanjutan dari posisi politik awal Mu'tazilah.<ref>{{Cite web|title=Mu‘tazilah {{!}} History, Doctrine, & Meaning {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/topic/Mutazilah|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2024-11-24}}</ref>
== Ajaran utama ==
Mu'tazilah atau Muktazilah memiliki lima dasar ajaran utama yang disebut ''ushul al-khamsah'', yakni:▼
▲Muktazilah memiliki lima ajaran utama yang disebut ''ushul al-khamsah'', yakni:
#
#* Allah adalah tunggal. Sifat Allah adalah dzat-Nya itu sendiri. Allah tidak boleh diserupakan dengan makhluk. Sehingga dalam hal ini Muktazilah sangat menentang keras pemberian atribut [[antropomorfisme]] pada Tuhan.<ref>{{Cite journal|last=Dhanani|first=Alnoor|date=2014-07-01|title=Basran Mu'tazilite Theology: Abu 'Ali Muhammad b. Khallad's Kitab al-Usul and Its Reception|url=https://go.gale.com/ps/i.do?p=AONE&sw=w&issn=00030279&v=2.1&it=r&id=GALE%7CA396604130&sid=googleScholar&linkaccess=abs&userGroupName=anon%7E8b9f3ef2&aty=open-web-entry|journal=The Journal of the American Oriental Society|language=English|volume=134|issue=3|pages=548–550}}</ref><ref>{{Cite book|last=Al-Qadi Abd Al-Jabbar|title=Sharḥ al-Uṣūl al-Khamsa (شرح الأصول الخمسة)|location=Baghdad|url-status=live}}</ref>
#* [[Alquran|Al-Quran]] adalah makhluk. Definisi dari makhluk disini adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah. Sehingga Al-Quran sudah pasti merupakan ciptaan Allah. Jadi Al-Quran tidaklah mungkin bersifat kekal (qadim) bersama dengan dzat Allah.<ref>{{Cite journal|last=Campanini|first=Massimo|date=2012-01|title=The Mu‘tazila in Islamic History and Thought|url=https://compass.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|journal=Religion Compass|language=en|volume=6|issue=1|pages=41–50|doi=10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|issn=1749-8171}}</ref>
# '''Al-'Adl العدل - Keadilan Tuhan.''' Dalam menghadapi permasalahan adanya [[Pidana|kejahatan]] dan [[Nyeri|kesengsaraan]] di dunia. Muktazilah mencoba menyelesaikan wacana teologis bahwa karena Allah itu maha [[adil]] dan [[Hikmat|bijaksana]], Dia tidak mungkin memerintahkan dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan [[Akal sehat|akal]]. Allah tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan kesejahteraan makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Oleh karena itu, segala kejahatan, kekejaman, dan kesengsaraan yang ada di dunia harus dianggap sebagai sesuatu yang bersumber murni dari kesalahan manusia, yang timbul karena [[kehendak bebas]] manusia.<ref>{{Cite book|last=Martin|first=Richard C.|last2=Woodward|first2=Mark|last3=Atmaja|first3=Dwi Surya|last4=Atmaja|first4=Dwi S.|date=1997-10|url=https://books.google.com/books?id=R03YAAAAMAAJ&q=defenders+of+reason|title=Defenders of Reason in Islam: Mu'tazililism from Medieval School to Modern Symbol|publisher=Oneworld Publications|isbn=978-1-85168-147-1|language=en}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Campanini|first=Massimo|date=2012-01|title=The Mu‘tazila in Islamic History and Thought|url=https://compass.onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|journal=Religion Compass|language=en|volume=6|issue=1|pages=41–50|doi=10.1111/j.1749-8171.2011.00273.x|issn=1749-8171}}</ref>
# '''Al-Wa'd wa al-Wa'id الوعد و الوعيد - Janji dan Ancaman'''. Muktazilah percaya bahwa Allah tidak akan ingkar janji: memberi pahala pada seseorang yang berbuat kebaikan dan memberi siksa pada seseorang yang berbuat kejahatan.<ref>{{Cite book|last=Al-Khayyat|first=|date=1957|title=Kitab al-Intisar|pages=93|url-status=live}}</ref>
# '''Al-Manzilah bayna al-Manzilatayn المنزلة بين المنزلتين - Posisi di Antara Dua Posisi.''' Konsep ini dicetuskan [[Wasil bin Atha']] yang membuatnya berpisah dari gurunya yakni [[Hasan al-Bashri|Hasan Al-Bashri]], bahwa seorang Muslim yang berdosa besar, statusnya bukan digolongkan sebagai mukmin ataupun kafir, melainkan masuk ke dalam golongan fasik.<ref>{{Cite book|last=Martin|first=Richard C.|last2=Woodward|first2=Mark|last3=Atmaja|first3=Dwi Surya|last4=Atmaja|first4=Dwi S.|date=1997-10|url=https://books.google.com/books?id=R03YAAAAMAAJ&q=defenders+of+reason|title=Defenders of Reason in Islam: Mu'tazililism from Medieval School to Modern Symbol|publisher=Oneworld Publications|isbn=978-1-85168-147-1|language=en}}</ref>
# '''Al-amr bil Ma'ruf wa al-Nahy 'an al Munkar الأمر بالمعروف و النهي عن المنكر - Menyeru Kepada Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran.''' Muktazilah memberikan penafsiran khusus dalam arti bahwa meskipun Allah memerintahkan apa yang benar dan melarang apa yang salah, penggunaan [[akal]] memungkinkan seorang Muslim dalam banyak kasus untuk mengidentifikasi sendiri apa yang benar dan apa yang salah, bahkan tanpa bantuan [[wahyu]]. Hanya untuk beberapa persoalan khusus, wahyu diperlukan untuk menentukan apakah tindakan tersebut [[Kebenaran|benar]] atau [[Kekeliruan|salah]].<ref>{{Cite book|last=Fakhry|first=Majid|date=2016|url=https://www.rep.routledge.com/articles/thematic/ethics-in-islamic-philosophy/v-1|title=Ethics in Islamic philosophy|location=London|publisher=Routledge|isbn=978-0-415-25069-6|edition=1|doi=10.4324/9780415249126-h018-1}}</ref>
Aliran Muktazilah berpendapat dalam masalah [[qada]] dan [[qadar]], bahwa manusia sendirilah yang menciptakan perbuatannya. Manusia dihisab berdasarkan perbuatannya, sebab ia sendirilah yang menciptakannya.
== Sejarah ==
Kaum Mu'tazilah/Muktazilah muncul di awal sejarah Islam dalam perselisihan mengenai kepemimpinan Ali dalam komunitas Muslim setelah kematian khalifah ketiga, Utsman. Mereka yang tidak mengutuk atau memberikan sanksi terhadap Ali atau lawan-lawannya tetapi mengambil posisi netral antara dia dan lawan-lawannya pada [[Pertempuran Shiffin|perang Shiffin]] dan [[Pertempuran Jamal|perang Jamal]], kaum yang netral itu disebut sebagai Mu'tazilah.<ref>{{Cite web|title=MU'TAZILA|url=http://www.muslimphilosophy.com/ei2/mu-tazila.htm|website=www.muslimphilosophy.com|access-date=2024-11-24}}</ref>
Sementara itu, konstruksi teologi Muktazilah selanjutnya muncul pada abad ke-8 M (abad ke-2 Hijirah) di [[Basra]] bermula ketika Wasil ibn Atha menghadiri majelis [[Hasan al-Bashri]] sampai dimana terjadi perselisihan teologis mengenai masalah tentang posisi seorang Muslim yang melakukan dosa besar. Sejak saat itu Wasil ibn Atha memisahkan diri (i'tizal) dari majelis Hasan al-Bashri dan kemudian dirinya mulai mengembangkan konsepnya sendiri yang dikenal sebagai al-Manzilah bayna al-Manzilatayn (posisi di antara dua posisi).<ref>{{Cite book|last=Dhanani|first=Alnoor|date=1994|title=The physical theory of Kalām: atoms, space, and void in Basrian Muʿtazilī cosmology|location=Leiden New York Köln|publisher=Brill|isbn=978-90-04-09831-2|series=Islamic philosophy, theology and science}}</ref>
Muktazilah menikmati dukungan luas oleh pemerintah pada masa kepemimpinan khalifah [[Al-Ma'mun]] (memimpin 813–833 M). Banyak wazir dan penasihat istana dari kalangan Muktazilah diangkat oleh Al-Ma'mun. Tak berhenti sampai disitu, kala itu Al-Ma'mun bahkan mengangkat Muktazilah sebagai mazhab resmi negara. Hal itu terjadi bersamaan dengan puncak [[Zaman Kejayaan Islam]], dimana Al-Ma'mun mendukung upaya penerjemahan manuskrip-manuskrip Yunani kuno dan pengembangan ilmiah di daulah Abbasiyah. Dukungan penuh dari pemerintah Abbasiyah kala itu menyebabkan beberapa [[Polimatik|polimat]] dan [[filsuf]] dari kalangan Muktazilah seperti [[Al Jahiz]] dan Ibrahim Al Nazzam mulai bermunculan dan semakin aktif menelurkan karya-karyanya.<ref>{{Cite book|last=Zaman|first=Muhammad Qasim|date=1997|url=https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Special:BookSources/978-9-00410-678-9|title=Religion and politics under the early ʻAbbāsids: the emergence of the proto-Sunnī elite|location=Leiden ; New York|publisher=Brill|isbn=978-90-04-10678-9|series=Islamic history and civilization : studies and texts}}</ref>
Disaat yang bersamaan, ulama tekstualis seperti [[Ahmad bin Hanbal|Ahmad bin Hambal]] yang terkenal vokal menentang [[rasionalisme]] Muktazilah terpaksa diadili oleh rezim Muktazilah yang saat itu berada di tampuk kekuasaan. Tak hanya Ahmad bin Hambal, banyak ulama tradisionalis dan golongan Hanabilah ditangkap oleh rezim Muktazilah pada saat itu karena mereka terbukti berupaya menggalang pemberontakan, peristiwa ini dikenal sebagai Mihnah.<ref>{{Cite book|last=Zaman|first=Muhammad Qasim|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=0xkpdl6UVOwC&pg=PA106|title=Religion and Politics Under the Early ʻAbbāsids: The Emergence of the Proto-Sunnī Elite|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-10678-9|language=en}}</ref>
Pasca wafatnya Al-Ma'mun pada tahun 833 M. Dua khalifah selanjutnya, yakni [[Al-Mu'tashim Billah|Al-Mu'tasim]] dan [[Al-Watsiq]] masih melanjutkan dukungannya terhadap doktrin Muktazilah. Hingga dimulainya kepemimpinan [[Al-Mutawakkil]] yang dikenal karena dukungannya terhadap doktrin Hanabilah yang tekstualis, sejak saat itu Muktazilah mengalami persekusi. Hal tersebut menandai awal dari hilangnya pengaruh Muktazilah dari kancah peradaban Islam.<ref>{{Cite book|last=Zaman|first=Muhammad Qasim|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=0xkpdl6UVOwC&pg=PA106|title=Religion and Politics Under the Early ʻAbbāsids: The Emergence of the Proto-Sunnī Elite|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-10678-9|language=en}}</ref>
Mulai saat itu, teologi Muktazilah tergantikan oleh teologi tradisionalis seperti [[Mazhab Hambali|Hanabilah]] dan [[Atsariyah]] (tekstualis). Ditambah dengan munculnya mazhab [[Asy'ariyah|Asy'ari]] dan [[Maturidiyah|Maturidi]] yang mendapat dukungan dari penguasa, memperparah persekusi terhadap Muktazilah. Titik terparahnya terjadi saat kepemimpinan khalifah [[Al-Qadir]] (memimpin 991–1031 M), yang mengelurakan dekrit untuk membunuh siapa saja yang terbuka menganut mazhab Muktazilah.<ref>{{Cite book|last=Busse|first=Heribert|date=2004|title=Chalif und Grosskönig: die Buyiden im Irak (945 - 1055)|location=Würzburg|publisher=Ergon-Verl|isbn=978-3-89913-005-8|edition=Unveränd. Nachdr. der Ausg. von 1969|series=Beiruter Texte und Studien}}</ref>
Meski begitu, masih terdapat beberapa penganut Muktazilah di [[Al-Andalus|Umayyah Spanyol]] terutama pada masa kepemimpinan khalifah [[Al-Hakam II]], yang terkenal karena upaya pelestarian buku dan literaturnya. Dibawah kepemimpinannya banyak dari kaum Muktazilah bertugas sebagai penerjemah dan penulis istana.<ref>{{Cite book|last=Samsó|first=Julio|last2=Fierro|first2=Maribel|date=2019-10-23|url=https://books.google.com/books?id=Xsm4DwAAQBAJ&q=%E2%80%9CAt+the+same+time,+however,+the+second+Caliph,+al-Hakam+II,+established+a+library+in+which+all+tendencies+where+sciences+-+Islamic+and+otherwise+-+were+represented|title=The Formation of al-Andalus, Part 2: Language, Religion, Culture and the Sciences|publisher=Routledge|isbn=978-1-351-88957-5|language=en}}</ref>
== Referensi ==
Baris 38 ⟶ 45:
{{Mu'tazilah}}
[[Kategori:Mazhab]]▼
[[Kategori:Ilmu kalam]]
[[Kategori:Teologi Islam]]
|