Padre Pio: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →top: clean up, replaced: ) → ) |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala |
||
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox saint
|name=Padre Pio<br>
|birth_date={{Birth date|1887|5|25|mf=y}}
|death_date={{death date and age|1968|9|23|1887|5|25|mf=y}}
Baris 10:
|birth_place=[[Pietrelcina]], [[Benevento]], [[Italia]]
|death_place=[[San Giovanni Rotondo]], [[Foggia]], Italia
|titles=
|beatified_date=2 Mei 1999
|beatified_place=[[Roma]], [[Italia]]
Baris 19 ⟶ 18:
|canonized_by=[[Paus Yohanes Paulus II]]
|attributes=
|patronage={{unbulleted list|
|major_shrine=[[San Giovanni Rotondo]],
|suppressed_date=
|issues=
}}
}}'''Pio of Pietrelcina''' ({{lang-it|Pio da Pietrelcina}}), [[:en:Order of Friars Minor Capuchin|O.F.M. Cap.]] umumnya dikenal sebagai '''Padre Pio''', ({{lahirmati|[[Italia]]|25|5|1887|[[Italia]]|23|9|1968}}) adalah seorang pastor dan mistik<ref name="Saint Pio of Pietrelcina"/> dari Ordo Saudara-saudara Dina Kapusin ([[:en:Order of Friars Minor Capuchin|Ordo Friars of Minor Capuchin]])dalam [[Gereja Katolik Roma]]. Padre Pio menjadi terkenal karena mendapatkan [[stigmata]] hampir seluruh hidupnya. Kondisi ini menimbulkan banyak minat dan kontroversi di sekelilingnya. Ia diperingati sebagai seorang [[santo]] dalam [[Gereja Katolik Roma]].▼
▲
Padre Pio dilahirkan dengan '''Francesco Forgione''', dan diberi tambahan nama "Pius" ({{lang-it|Pio}}) ketika ia masuk ke dalam ordo Capuchin. Setelah dianugerahi beatifikasi pada tahun [[1999]], ia [[:en:canonization|dikanonkan]] oleh [[Paus Yohanes Paulus II]] pada tanggal 16 Juni [[2002]].<ref>{{cite web|url=http://www.vatican.va/news_services/liturgy/saints/ns_lit_doc_20020616_padre-pio_en.html|title="Padre Pio de Pietrelcina",- PADRE PIO DA PIETRELCINA|publisher= Vatican News Service|accessdate=}}</ref>▼
▲Padre Pio
Bagi orang-orang yang belum mengenalnya, mungkin mereka pikir seorang Padre Pio itu seperti para biarawan-biarawan lain di Biara Kapusin, San Giovani Rotondo, Italia. Namun, jika orang-orang sudah mengenal dia, maka pastilah orang itu akan menyebut Padre Pio sebagai tokoh paling terkenal pada abad ke-20, khususnya tempat tinggalnya sendiri, Italia. Orang yang mengalami [[stigmata]] ini tetap rendah hati dan tidak sombong. Meskipun berbagai macam rintangan menghadang, Ia tetap sabar dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah Bapa Yang Mahakuasa.▼
▲Bagi orang-orang yang belum mengenalnya, mungkin mereka pikir seorang Padre Pio itu seperti para biarawan-biarawan lain di Biara Kapusin, San Giovani Rotondo, Italia. Namun, jika orang-orang sudah mengenal dia, maka pastilah orang itu akan menyebut Padre Pio sebagai tokoh paling terkenal pada abad ke-20, khususnya tempat tinggalnya sendiri, Italia. Orang yang mengalami [[stigmata]] ini tetap rendah hati dan tidak sombong. Meskipun berbagai macam rintangan menghadang, Ia tetap sabar dan menyerahkan sepenuhnya kepada [[Allah Bapa]] Yang Mahakuasa.
== Masa Kecil ==
Baris 41 ⟶ 42:
“… Apakah yang dapat kukatakan kepadamu mengenai penyalibanku? Ya Tuhan! Betapa aku merasa bingung dan malu apabila aku berusaha menunjukkan kepada orang lain apa yang telah Engkau lakukan kepadaku, makhluk-Mu yang hina dina!
Kala itu pagi hari tanggal 20 [September] dan aku sedang berada di tempat [[paduan suara]] setelah perayaan Misa Kudus, ketika suatu istirahat, bagaikan suatu tidur yang manis menghampiriku. Segenap indra, lahir maupun batin, pula indra jiwa ada dalam ketenangan yang tak terlukiskan. Ada suatu keheningan mendalam di sekelilingku dan di dalamku; suatu perasaan damai menguasaiku dan lalu, semuanya terjadi dalam sekejab bahwa aku merasa bebas sepenuhnya dari segala keterikatan. Ketika semuanya ini terjadi, aku melihat di hadapanku, suatu penampakan yang misterius, serupa dengan yang aku lihat pada tanggal 5 Agustus, yang berbeda hanyalah kedua tangan, kaki dan lambung-Nya mencucurkan darah. Penglihatan akan Dia mengejutkanku: apa yang kurasakan pada saat itu sungguh tak terkatakan. Aku pikir, aku akan mati; dan pastilah aku mati jika Tuhan tidak campur tangan dan memperkuat hatiku, yang nyaris meloncat dari dadaku! Penglihatan berakhir dan aku tersadar bahwa kedua tangan, kaki dan lambungku ditembusi dan mencucurkan darah. Dapat kau bayangkan siksaan yang aku alami sejak saat itu dan yang nyaris aku alami setiap hari. Luka di lambung tak henti-hentinya mencucurkan darah, teristimewa dari Kamis sore hingga Sabtu. Ya Tuhan, aku mati karena sakit, sengsara dan kebingungan yang aku rasakan dalam kedalaman lubuk jiwaku. Aku takut aku akan mencucurkan darah hingga mati! Aku berharap Tuhan mendengarkan keluh-kesahku dan menarik karunia ini daripadaku….”
Padre Pio adalah imam pertama yang menerima stigmata Kristus. Para superiornya berusaha merahasiakan kejadian itu, kendati demikian, berita segera menyebar dan ribuan orang berduyun-duyun datang ke biara yang terpencil itu, baik mereka yang saleh maupun mereka yang sekadar ingin tahu. Sesungguhnya, setiap pagi, sejak pukul empat dini hari, selalu ada ratusan orang dan kadang-kadang bahkan ribuan orang menantinya.
Baris 58 ⟶ 59:
Banyak mujizat terjadi atas namanya, dan daftar kesaksian dicantumkan di bawah.
Nyonya Cleonice, yang adalah anak rohani Padre Pio, mengatakan, “Dalam masa [[Perang Dunia II|Perang Dunia Kedua]], keponakanku menjadi tawanan. Kami tidak mendengar kabar berita mengenainya selama setahun dan semua orang yakin bahwa ia telah tewas. Orangtuanya sangat khawatir mengenai putera mereka. Suatu hari, ibunya menemui Padre Pio dan berlutut di hadapan sang biarawan yang sedang duduk dalam kamar pengakuan, `Saya mohon Padre, katakanlah apakah putera saya masih hidup. Saya tak akan pergi sebelum Padre menjawab saya!' Padre Pio menaruh simpati padanya; tampak butir-butir airmata menetes di wajahnya saat ia mengatakan, `Berdirilah dan pergilah dalam damai.' Beberapa hari kemudian, tak tahan lagi melihat dukacita kedua orang tua tersebut, maka aku memutuskan untuk meminta Padre Pio melakukan suatu mukjizat. Dengan kepercayaan penuh, aku mengatakan, `Padre, saya hendak menulis sepucuk surat kepada keponakan saya Giovannino. Saya hanya akan menuliskan namanya saja pada sampul surat, sebab kami tidak tahu di mana ia berada. Padre dan malaikat pelindungmu akan membawa surat ini kepadanya di mana pun ia berada.' Padre Pio tidak menjawab, maka aku menulis surat. Sore hari, sebelum tidur, aku meletakkan surat itu di atas meja yang terletak di samping tempat tidur. Keesokan harinya, dengan terkejut, heran bercampur takut, aku mendapati bahwa surat itu tidak lagi ada di sana. Aku pergi untuk menyampaikan terima kasih kepada Padre Pio dan ia mengatakan, `Berterimakasihlah kepada Santa Perawan.' Hampir limabelas hari kemudian, keponakan kami mengirimkan balasan surat. Maka, bergembiralah semua orang dalam keluarga kami dan kami mengucap syukur terima kasih, baik kepada Tuhan maupun kepada Padre Pio.”
== Referensi ==
|