Perang Padri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bluebear17 (bicara | kontrib)
pengembalian tanpa penjelasan, di peraturan wikipedia sudah dijelaskan semua klaim luar biasa harus bersumber luar biasa, sedangkan di artikel banyak yg tidak bersumber dan sumber tidak jelas halaman berapa ( sourcing)
Tag: Pembatalan
Terbalik
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(46 revisi perantara oleh 30 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|conflict = Perang Padri
|partof =
|image = [[BerkasFile:Heldhaftig gedrag van luitenant Bisschoff.jpg|140px]] [[File:Naar-beide-zijden-front.jpg|310px140px]] [[File:Aftocht van de bezetting van Amerongen.jpg|Perang140px]] [[File:Raaff-tijdens de Padri.jpg|140px]]
|caption = PerangPertempuran antara Padri dan Belanda, 1830-an
|date = 1803–1837
|place = [[SumatraSumatera Barat]], [[SumatraSumatera Utara]] dan [[Riau]]
|casus = Pertikaian [[Kaum Padri]] melawan [[Kaum Adat]], kemudian melibatkan Belanda.
|result = *'''Pertama (1803–25):'''<br>{{ubl|Kemenangan koalisi Adat dan BelandaPadri}}
* ''Perjanjian Masang''
|combatant1 = Perang [[1803]]–[[1821]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{br}} Perang [[1821]]–[[1833]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{br}}{{flag|Belanda}}{{br}}Perang [[1833]]–[[1838]]:{{br}}{{flag|Belanda}}{{br}}
----
'''Kedua (1831–37):'''<br>{{ubl|Kemenangan Belanda}}
*[[Imam Bonjol]] diasingkan ke [[Cianjur]], kemudian ke [[Ambon]], dan kemudian diasingkan ke Lotta, dekat [[Manado]].
|combatant1 = Perang [[1803]]–[[1821]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{brhr}} Perang [[1821]]–[[1833]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{br}}{{flag|Belanda}}{{brhr}}Perang [[1833]]–[[1838]]:{{br}}{{flag|Belanda}}{{br}}
 
|combatant2 = Perang [[1803]]-[[1821]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Padri]]{{brhr}}Perang [[1821]]-[[1833]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Padri]]{{brhr}}Perang [[1833]]-[[1838]]:{{br}}[[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Padri]]{{br}}[[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Kaum Adat]]{{br}}
 
|commander1 = [[Berkas:Flag of Minang.svg|22x20px|tepi]] [[Sultan Muning Alamsyah|Rajo Alam]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Frans David Cochius|Mayor Jendral Cochius]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Hubert Joseph Jean Lambert de Stuers|Kolonel Stuers]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Antoine Theodore Raaff|Letnan Kolonel Raaff]]{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Cornelis Pieter Jacob Elout|Letnan Kolonel Elout]]{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Ferdinand Vermeulen Krieger|Letnan Kolonel Krieger]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Johan Heinrich Conrad Bauer|Letnan Kolonel Bauer]]{{br}} {{nowrap|[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Andreas Victor Michiels|Letnan Kolonel Michiels]]}}{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Frans Laemlin|Mayor Laemlin]]{{KIA}}{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Franciscus Fredericus Prager|Mayor Prager]]{{br}}[[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Leonardus Cornelis du Bus|Mayor du Bus]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Toontje Poland|Kapten Poland]]{{br}} [[Berkas:Flag of the Netherlands.svg|22x20px|tepi]] [[Hendrik Merkus Lange|Kapten Lange]]{{br}}
 
|commander2 = {{nowrap|[[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Tuanku Nan Renceh]]}}{{br}}[[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Tuanku Pasaman]]{{br}} [[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Tuanku Imam Bonjol]]{{br}}[[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Tuanku Rao]](Wafat){{KIA}}{{br}}[[Berkas:Flag of Afghanistan pre-1901.svg|22x20px|tepi]] [[Tuanku Tambusai]]{{br}}
|casualties1 =
|casualties2 =
Baris 21 ⟶ 25:
 
 
'''Perang Padri''' (juga dikenal senagaisebagai '''Perang''' '''Minangkabau''') adalah perang yang terjadi dari tahun 1803 sampai 1837 di [[SumatraSumatera Barat|Sumatera Barat]], [[Indonesia]] antara kaum Padri dan Adat. [[Kaum Padri]] adalah umat [[muslim]] yang ingin menerapkan [[Syariat Islam]] di negeri [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] di Sumatera Barat. Sedangkan [[kaum Adat]] mencakup para bangsawan dan ketua-ketua adat di sana. Mereka meminta tolong kepada [[Belanda]], yang kemudian ikut campur pada tahun 1821 dan menolong kaum Adat mengalahkan faksi Padri.
 
== Latar Belakang ==
Perang Padri dianggap dimulai pada tahun 1803, sebelum campur tangan [[Belanda]], dan merupakan konflik yang pecah di negeri [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] ketika kaum Padri mulai memberangus adat istiadat yang mereka anggap sebagai tidak [[Islami]]. Namun setelah pendudukan [[Kerajaan Pagaruyung]] oleh [[Tuanku Pasaman]], salah satu pemimpin Padri pada tahun 1815, pada tanggal 21 Februari 1821, kaum bangsawan Minangkabau membuat kesepakatan dengan Belanda di [[Padang]] untuk melawan mereka memerangi kaum Padri.<ref>Sjafnir Aboe Nain, 2004, ''Memorie Tuanku Imam Bonjol (MTIB), transl., Padang: PPIM.''</ref>
 
Kaum Padri, seperti halnya para jihadis sezaman di [[Kekhalifahan Sokoto]] di [[Afrika Barat]], adalah kaum puritan Islam yang telah menunaikan ibadah [[haji]] ke [[Makkah]] dan kembali<ref>The port where they embarked and disembarked, Pedir, Sumatra, gave them their name.</ref> dengan terinspirasi untuk membawa [[Al-Qur'an|Al-Quran]] dan [[Syariat Islam|syariah]] ke posisi yang lebih besar pengaruhnya di Sumatera. Gerakan Padri telah terbentuk pada awal abad ke-19 dan berusaha untuk membersihkan budaya dari tradisi dan kepercayaan yang dipandang oleh para pengikutnya sebagai tidak Islami.
 
Pada tahun 1820-an, Belanda belum mengkonsolidasikan kepemilikan mereka di beberapa bagian Hindia Belanda (kemudian menjadi Indonesia) setelah memperolehnya kembali dari Inggris. Hal ini terutama terjadi di pulau Sumatera, di mana beberapa daerah tidak berada di bawah kekuasaan Belanda sampai abad ke-20.
Baris 35 ⟶ 39:
Sepulangnya tiga orang [[Ulama Minangkabau|alim ulama]] dari [[Mekkah]] sekitar tahun 1803, yaitu [[Haji Miskin]], [[Haji Sumanik]] dan [[Haji Piobang]], mereka mengungkapkan keinginan mereka yang ingin menyempurnakan penerapan syariat Islam di masyarakat [[Minangkabau]].<ref>Azra, Azyumardi (2004). ''The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: Networks of Malay-Indonesian and Middle Eastern 'Ulama' in the Seventeenth and Eighteenth Centuries''. University of Hawaii Press. ISBN 0-8248-2848-8.</ref> Mengetahui hal tersebut, [[Tuanku Nan Renceh]] sangat tertarik lalu ikut mendukung keinginan ketiga orang ulama. Bersama dengan ulama lain, delapan tokoh ini dikenal sebagai Harimau Nan Salapan (Harimau yang Delapan).<ref>Ampera Salim, Zulkifli (2005). ''Minangkabau Dalam Catatan Sejarah yang Tercecer''. Citra Budaya Indonesia. ISBN 979-3458-03-8.</ref>
 
Harimau Nan Salapan kemudian meminta [[Tuanku Lintau]] yang memiliki kedekatan dan kekerabatan dengan [[Raja Pagaruyung|Yang Dipertuan Pagaruyung]] [[Muningsyah dari Pagaruyung|Sultan Arifin Muningsyah]] untuk mengajak Kaum Adat agar meninggalkan beberapa kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dalam beberapa kali perundingan tidak ada kata sepakat antara Kaum Padri dengan Kaum Adat. Konflik ini mendorong terjadinya gejolak diantaradi antara beberapa [[nagari]] dalam Kerajaan Pagaruyung, sampai pada 1815, Kaum Padri dibawahdi bawah pimpinan [[Tuanku Pasaman|Tuanku Lintau]] menyerang KerajaanKaum Pagaruyung dan pecahlah peperangan di [[Koto Tangah, Tanjung Emas, Tanah Datar|Koto Tangah]]. Serangan ini menyebabkan [[Sultan Arifin Muningsyah]] terpaksa menyingkir dan melarikan diri dari ibu kota kerajaan.<ref name="Aboe">Nain, Sjafnir Aboe (2004). ''Memorie Tuanku Imam Bonjol''. Padang: PPIM.</ref> Catatan [[Stamford Raffles|Thomas Stamford Raffles]] yang pernah mengunjungi [[Pagaruyung, Tanjung Emas, Tanah Datar|Pagaruyung]] pada tahun 1818, menyebutkan bahwa ia hanya mendapati sisa-sisa [[Istano Basa|Istana Kerajaan Pagaruyung]] yang sudah terbakar.<ref>Raffles, Sophia (1830). ''Memoir of the Life and Public Services of Sir Thomas Stamford Raffles''. London: J. Murray.</ref>
 
=== Keterlibatan Belanda 1821-1825 ===
Pada 21 Februari 1821, karena telah terdesak dan keberadaan [[Yang Dipertuan Pagaruyung]] di pengasingan, kemenakan beliau, [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan Alam Bagagarsyah]] yang disertai beberapa pemuka [[Kaum Adat]] meminta bantuan kepada [[Belanda]]. Meski demikian, beberapa Kaum Adat yang lain merasa bahwa [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Bagagarsyah]] tidak memiliki hak mewakili Kerajaan Pagaruyung.<ref name="Rusli Amran">{{cite book|first=Rusli|last=Amran|authorlink=Rusli Amran|year=1981|title=SumatraSumatera Barat hingga Plakat Panjang|publisher=Penerbit Sinar Harapan}}</ref> Lewat pengajuan bantuan ini, Belanda menjadikannya sebagai tanda pengajuan penyerahan Kerajaan Pagaruyung kepada pemerintah [[Hindia Belanda]], kemudian mengangkat [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan Tangkal Alam Bagagar]] sebagai ''Regent Tanah Datar''.<ref>G. Kepper, (1900). ''Wapenfeiten van Het Nederlands Indische Leger; 1816-1900''. Den Haag: M.M. Cuvee.</ref>
 
Sebagai bagian atas persetujuan bantuan Belanda, Kaum Adat menyerahkan daerah [[Simawang, Rambatan, Tanah Datar|Simawang]] dan [[Sulit Air, X Koto Diatas, Solok|Sulit Air]] oleh pasukan Kapten Goffinet dan Kapten Dienema pada bulan April 1821 atas perintah [[Residen]] James du Puy di [[Padang]].<ref>''Episoden Uit Geschiedenis der Nederlandsche Krigsverrigtingen op Sumatra’s Westkus''. Indisch Magazijn 12/1, No. 7. 1844:116.</ref> Kemudian pada [[8 Desember]] [[1821]] datang tambahan pasukan yang dipimpin oleh [[Antoine Theodore Raaff|Letnan Kolonel Raaff]] untuk memperkuat posisi pada kawasan yang telah dikuasai tersebut.
Baris 44 ⟶ 48:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Fort van der Capellen Sumatra`s Westkust TMnr 60003554.jpg|jmpl|ka|''Fort van der Capellen'']]
 
Pada 4 Maret 1822, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Raaff berhasil memukul mundur Kaum Padri keluar dari [[Pagaruyung]]. Kemudian Belanda membangun benteng pertahanan di [[Batusangkar]] dengan nama [[Fort Van der Capellen]], sedangkan Kaum Padri menyusun kekuatan dan bertahan di [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau]].<ref name="Lange">H. M. Lange (1852). ''Het Nederlandsch Oost-Indisch leger ter Westkust van Sumatra (1819-1845)''. ‘S Hertogenbosch: Gebroeder Muller. I: 20-1</ref>
 
Pada 10 Juni 1822 pergerakan pasukan Raaff di [[Tanjung Alam, Tanjung Baru, Tanah Datar|Tanjung Alam]] dihadang oleh Kaum Padri, tetapi pasukan Belanda dapat terus melaju ke [[Luhak Agam]]. Pada 14 Agustus 1822 dalam pertempuran di [[Baso, Agam|Baso]], Kapten Goffinet menderita luka berat kemudian meninggal dunia pada 5 September 1822. Pada September 1822 pasukan Belanda terpaksa kembali ke Batusangkar karena terus tertekan oleh serangan [[Kaum Padri]] yang dipimpin oleh [[Tuanku Nan Renceh]].
Baris 80 ⟶ 84:
=== Konsolidasi Kaum Adat dan Kaum Padri 1833 ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Adathoofden van de Minangkabau met gevolg TMnr 10026889.jpg|jmpl|ka|200px|[[Kaum Adat]]]]
Sejak tahun [[1833]] mulai muncul kompromi antara [[Kaum Adat]] dan [[Kaum Padri]].<ref>Abdullah, Taufik (1966). ''Adat dan Islam: an Examination of Conflict in Minangkabau''. Indonesia. No. 2, 1-24.</ref> Pada 11 Januari 1833 beberapa kubu pertahanan dari garnisun Belanda diserang secara mendadak, membuat keadaan menjadi kacau;<ref>Nederlandse Staatscourant (29-05-1833).</ref> disebutkan ada sekitar 139 orang tentara Eropa serta ratusan tentara pribumi terbunuh. [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan TangkalTunggul Alam Bagagar]] yang sebelumnya ditunjuk oleh Belanda sebagai ''Regent Tanah Datar'', ditangkap oleh pasukan [[Cornelis Pieter Jacob Elout|Letnan Kolonel Elout]] pada tanggal 2 Mei 1833 di [[Batusangkar (kota)|Batusangkar]] atas tuduhan pengkhianatan dan diasingkan ke [[Batavia]]. Dalam catatan Belanda [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sultan TangkalTunggul Alam Bagagar]] menyangkal keterlibatannya dalam penyerangan beberapa pos Belanda, tetapi pemerintah [[Hindia Belanda]] juga tidak mau mengambil risiko untuk menolak laporan dari para perwiranya. Kedudukan ''Regent Tanah Datar'' kemudian diberikan kepada [[Tuan Gadang]] di [[Batipuh, Tanah Datar|Batipuh]].<ref name="Rusli Amran"/>
 
Menyadari hal itu, kini Belanda bukan hanya menghadapi Kaum Padri saja tetapi secara keseluruhan masyarakat Minangkabau. Maka Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1833 mengeluarkan pengumuman yang disebut "[[Plakat Panjang]]" berisi sebuah pernyataan bahwa kedatangan Belanda ke Minangkabau tidaklah bermaksud untuk menguasai negeri tersebut, mereka hanya datang untuk berdagang dan menjaga keamanan, penduduk Minangkabau akan tetap diperintah oleh para [[penghulu]] mereka dan tidak pula diharuskan membayar [[pajak]]. Kemudian Belanda berdalih bahwa untuk menjaga keamanan, membuat [[jalan]], membuka [[sekolah]], dan sebagainya memerlukan biaya, maka penduduk diwajibkan menanam kopi dan mesti menjualnya kepada Belanda.
Baris 156 ⟶ 160:
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Bacaan lanjutan ==
 
* 1840. [[Jacob Cornelis van Rijneveld|J.C. van Rijneveld]]. ''Veldtocht der Nederlandse troepen op het eiland Celebes in de jaren 1824-1825''. Militaire Spectator. Bladzijde 221-240.
* 1841. J.C. Boelhouwer. ''Herinneringen aan mijn tijd op Sumatra's Westkust gedurende de jaren 1831-1834''. Erven Doorman.
Baris 171 ⟶ 175:
[[Kategori:Perang Padri| ]]
[[Kategori:Sejarah Nusantara]]
[[Kategori:Perang yang melibatkan Belanda]]
[[Kategori:Perang yang melibatkan Indonesia]]
[[Kategori:Hindia Belanda dalam tahun 1803]]
[[Kategori:Hindia Belanda dalam tahun 1838]]