Suku Waropen: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Etnik |
||
(19 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox ethnic group|
|group = Waropen
|native_name = Wonti<ref name="Waropen Demographics"/>, Waruri, Waropa
|image = Peoples from Waropen (Dutch colonial era) in Papua.jpg
|caption = Orang-orang Waropen Kai pada zaman [[kolonial Belanda]].
|population = 29.000<ref name="Waropen Demographics"/>
|popplace = [[Kabupaten Waropen]]
Baris 10:
|related = [[Suku Serui|Serui]]{{•}}[[Suku Biak|Biak]]{{•}}[[Suku Wamesa|Wamesa]]
}}
'''Suku Waropen''' adalah [[kelompok etnis]] yang
==Sejarah==
===Penemuan oleh peneliti Belanda===
[[Jacob Weyland]], seorang peneliti Belanda pertama kali menyebutkan kata "
Penduduk asli sendiri menyebutnya dengan kata "
[[Antropologi]] asal Belanda Held, membagi wilayah Waropen sesuai wilayah adat yang tercermin dalam perbedaan dalam menggunakan bahasa sehari-hari. Wilayah itu antara lain, Waropen Ambumi, Waropen Kai, dan Waropen Ronari. Masyarakat Waropen Ambumi terbagi dari dua kelompok wilayah kabupaten Nabire masing-masing [[Napan, Nabire|Kampung Napan]], [[Weinami, Napan, Nabire|Weinami]], [[Masipawe, Napan, Nabire|Masipawe]], [[Makimi, Nabire|Makimi]], [[Kepulauan Moora, Nabire|Moor]], [[Mambor, Kepulauan Moora, Nabire|Mambor]], dan [[Ambumi, Kuri Wamesa, Teluk Wondama|Ambumi]]. Selain itu ada kelompok yang masuk wilayah Kabupaten Manokwari dan mendiami kampung-kampung Yendeman, Saybes, War, Kayob, dan Menarbu. Sedangkan masyarakat Waropen Kai mendiami kampung-kampung Semanui, Wapoga, Desawa, Waren, dan kampung-kampung Paradoi, Sanggei, Mambui, dan Nubuai yang tergabung dalam satu pemukiman yaitu Urei Faisei, Risei Sayati, Wonti, Bokaro, dan Koweda.<ref name="Waropen"/> Kelompok inilah yang menurut penelitian dari Vesibe Rhibka Assa dan Desy Polla Usmany dari [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]] Direktur Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Jayapura Papua 2015, dalam buku ''Sistem Kepemimpinan Sera'' adalah orang-orang asli Waropen.<ref name="Waropen"/>▼
▲Penduduk asli sendiri menyebutnya dengan kata "''Waropen''" yang artinya orang yang berasal dari pedalaman yaitu dari Gunung Tonater, Wamusopedai.<ref name="Asal Nama"/> Hal ini bisa dibenarkan, karena ada hubungan dengan kepercayaan yang hidup di dalam masyarakat hukum adat Waropen. Artinya bahwa orang Waropen adalah orang yang bermigrasi ke wilayah pantai akibat adanya air terjun yang deras, sehingga orang-orang Waropen terhanyut sampai ke Waropen Ambumi dan [[Pulau Roon|Roon]] di [[Kabupaten Nabire]] dan [[Kabupaten Manokwari]] di sebelah barat, dan Waropen Ronari disebelah timur. Sedangkan yang lainnya tinggal di pesisir Waropen Kai.<ref name="Waropen"/>
▲[[Antropologi]] asal Belanda Held, membagi wilayah Waropen sesuai wilayah adat yang tercermin dalam perbedaan dalam menggunakan bahasa sehari-hari. Wilayah itu antara lain, Waropen Ambumi, Waropen Kai dan Waropen Ronari. Masyarakat Waropen Ambumi terbagi dari dua kelompok wilayah kabupaten Nabire masing-masing [[Napan, Nabire|Kampung Napan]], [[Weinami, Napan, Nabire|Weinami]], [[Masipawe, Napan, Nabire|Masipawe]], [[Makimi, Nabire|Makimi]], [[Kepulauan Moora, Nabire|Moor]], [[Mambor, Kepulauan Moora, Nabire|Mambor]], dan [[Ambumi, Kuri Wamesa, Teluk Wondama|Ambumi]]. Selain itu ada kelompok yang masuk wilayah Kabupaten Manokwari dan mendiami kampung-kampung Yendeman, Saybes, War, Kayob, dan Menarbu.
===Wilayah Kabupaten Waropen===
Wilayah yang dihuni oleh suku Waropen ini kemudian secara resmi masuk kedalam wilayah administratif Kabupaten Waropen di Provinsi Papua yang terdiri dari daerah distrik Waropen Atas, distrik Masirei, dan distrik Waropen Bawah.<ref name="Waropen"/>
Kini wilayah Waropen sudah berdiri menjadi salah satu kabupaten di Provinsi Papua. Ibukota kabupaten ini terletak di [[Botawa, Waropen|Botawa]]. Kabupaten ini dibentuk sebagai hasil pemekaran dari [[Kabupaten Yapen Waropen]] pada sekitar tahun 2003.<ref name="Waropen"/>
==Bahasa==
{{Utama|Bahasa Waropen}}
'''Waropen''' adalah [[bahasa Austronesia]] yang digunakan di Teluk Geelvink, [[Papua]]. Bahasa ini terkait erat dengan [[bahasa Yapen]]. Dialeknya adalah Waropen Kai, Napan, dan Ambumi.
Di Provinsi Papua, bahasa ini dituturkan di [[Kabupaten Mamberamo Raya]], dan [[Kabupaten Waropen]]. Dialek Ambumi yang disebut juga Waruri dituturkan di bagian selatan [[Kabupaten Teluk Wondama]], [[Papua Barat]].<ref name="o665">{{cite web | last=Suryawan | first=I Ngurah | title=Kampung Papua, Antara Eksploitasi dan Konservasi (1) | website=tatkala.co | date=2018-10-27 | url=https://tatkala.co/2018/10/27/kampung-papua-antara-eksploitasi-dan-konservasi-1/ | access-date=2024-06-07}}</ref>
==Struktur kepemimpinan==
Masyarakat Waropen mengenal struktur [[adat istiadat|kepemimpinan tradisional]] yang dikenal dalam sistem kepemimpinan ''Sera''. Bahkan ada terdapat perbedaan antara gelar ''Sera'' dan ''Serabawah'' yang perlu mendapat perhatian mendalam.<ref name="Waropen"/>
Doktor antropolog dari [[Universitas Leiden]] Belanda J.R. Mansoben dalam disertasinya menyebutkan, sistem kepemimpinan tradisional pada orang Waropen, pemimpin penting terdapat pada tingkat "da" atau klan, tidak pada tingkat "nu" atau kampung. Sedangkan "nu" terbentuk dari sejumlah "da", secara fisik letak rumahnya antara satu da dengan da yang lain. Tetapi bisa juga terdapat pada lokasi yang sama di sungai.<ref name="Waropen"/>
Pada zaman dahulu saat penangkapan budak-budak, sejumlah da atau pemimpin klan bergabung dalam lokasi pemukiman tertentu guna membentuk kekuatan bersama, saat berperang maupun menjaga keamanan bersama. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari da tidak bergantung satu sama lainnya. Mereka akan bersatu kalau terjadi perang ataupun ekspedisi penangkapan budak. Pemimpin dari kesatuan da disebut Sera, sedangkan Sera berarti pemimpin, kepala atau yang dipertuan. Jika seorang Sera berasal dari klan tua di antara saudara-saudaranya dan dari cabang klan tertua, sehingga disebut ''Serabawah'' atau ''Seratinggi'' yang berarti pemimpin sejati atau pemimpin besar.
Menurut Mansoben, seorang ''Serabawah'' merupakan model kepemimpinan yang bisa dicapai karena memiliki kualitas dengan menunjukkan sifat ''kako'', yang artinya 'berani atau perkasa dan berpengetahuan tentang adat istiadat'. Tak heran jika konsep mitologi masyarakat Waropen bahwa Serabawah adalah leluhur pertama yang dianggap sebagai moyang mistis pendiri klan yang dianggap sakral. Mansoben juga menyebutkan bahwa orang Waropen termasuk dalam sistem kepemimpinan campuran. Sistem ini menunjukkan adanya ciri pencapaian dan pewarisan yang disebut sistem campuran. Sistem kepemimpinan campuran, kedudukan pemimpin diperoleh melalui pewarisan dan pencapaian atau berdasarkan kemampuan individualnya (prestasi dan keturunan). Tipe ini terdapat pada pendudukan [[Teluk Cenderawasih]], [[Suku Biak|Biak]], Wandamen, Waropen, Yapen, dan [[suku Ma'ya|Ma'ya]].
Oleh karena itu, hak sera adalah jika seorang Serabawah, berhak mendapatkan budak-budak pertama hasil tangkapan anggota klannya atau klan ekor. Juga mendapat tawaran tembakau dari pasangan muda yang baru saja menikah. Berhak pula mendapat bantuan dari anggota klannya untuk membangun rumahnya yang disebut ''seraruma''. Memberikan gelar penghormatan kepada anggota klan yang dianggap berjasa saat perang dan keberanian. Hak istimewa lainnya mendapat kepala ikan besar hasil tangkapan anggota klan, hak memakai penitip kepala dan hak memakai Dumasura atau sejenis sisir bambu saat upacara inisiasi. Sedangkan hal tabu yang tidak boleh dilanggar seorang Sera adalah tidak boleh selingkuh tetapi boleh menikah lebih dari satu istri. Tidak boleh menipu dan mencuri.
Proses pengangkatan Sera sendiri menurut Mansoben kalau ia sudah lanjut usia dan fisiknya lemah. Kedudukan ini bisa diwariskan kepada anak laki-lakinya yang sulung. Jika putra sulung ini belum cukup umur bisa diwariskan kepada adik kandung dari ayahnya. Namun di dalam masyarakat Waropen, kedudukan Sera bisa pula dipegang oleh seorang perempuan yang disebut ''Mosaba'' atau [[Ratu]]. Hengki Wanda, penulis lagu Mosaba menyebut seorang Mosaba itu juga turunan langsung dari seorang Sera. Atau anak pertama dari seorang Sera, ia juga menentukan besarnya pembayaran mas kawin dalam setiap klan.<ref name="Waropen"/>
==Referensi==
{{Reflist}}
[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia]]▼
[[Kategori:Kabupaten Waropen]]▼
{{Suku bangsa di Indonesia}}
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Waropen]]
▲[[Kategori:Kabupaten Waropen]]
|