Bahasa Rejang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Merujuk kepada entitas yang sama (hanyalah sebuah sinonim). Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(99 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Bahasa
| name=Rejang
|pronunciation = {{IPA|/χəd͡ʒɑːŋ/}}
| nativename=
{{plainlist|
Baris 6 ⟶ 7:
* ꤸꥇꤾꥇ ꥁꥍꤺꥏ {{native name|rej|Miling Hêjang}}
}}
| states=* {{flag|Indonesia}}
----
| region ={{tree list}}
'''Tanah Rejang (Taneak Jang)'''
* {{flag|Bengkulu}}
** {{Kab singkat|Bengkulu Tengah}}
** {{Kab singkat|Kepahiang}}
** {{Kab singkat|Lebong}}
** {{Kab singkat|Bengkulu Utara}}
** {{Kab singkat|Rejang Lebong}}
* {{flag|Sumatera Selatan}}
** {{Kab singkat|Musi Rawas Utara}}
| ethnicity= [[Suku Rejang|Rejang]]<ref>Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu. Hlm. 10</ref>
| speakers =
| script =
* [[Alfabet Latin|Latin]] ({{small|kontemporer dan informal}})
* [[Aksara Rejang|Rejang]]
* [[Aksara Kaganga|Rikung]] ({{small|klasik, terbatas}})<ref>Jaspan, Mervyn A. 1964. Folk Literature of South Sumatra, Redjang Ka-Ga-Nga texts. Canberra: The Australian National University</ref> |date = 2010
|ref =<ref>{{Cite web |url=http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1285 |title=Kontribusi Kosakata Bahasa Daerah dalam Bahasa Indonesia |access-date=2017-01-12 |archive-date=2012-10-27 |archive-url=https://web.archive.org/web/20121027101358/http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1285 |dead-url=yes }}</ref><ref>[BPS. 2010. Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. Hasil Sensus Penduduk 2010. Hlm. 37]</ref>
| familycolor=Austronesian
| fam2= <!-- Parameter ini telah usang -->
| ancestor = Proto Rejang
| ancestor2 = Pra-Rejang
| ancestor3 = Rejang Purba<ref>McGinn, Richard. 2009. Out-of-Borneo subgrouping hypothesis for Rejang: re-weighing the evidence. Austronesian historical linguistics and culture history: a festschrift for Bob Blust, 397–410. Pacific Linguistics</ref>
| dia1=Lebong<ref name="Rej">{{Cite book |last=MacGinn |first=Richard |url=http://sealang.com/archives/nusa/pdf/nusa-v14.pdf |title=Outline of Rejang Syntax |date=1982 |publisher=Universitas Atma Jaya |series=NUSA 14 |location=Jakarta}}</ref>
|
|
| dia4=Pesisir
| dia5=Rawas<ref>McGinn, Richard. 2007. Asal Bahasa Rejang</ref>
| minority = {{flag|Indonesia}}
* {{flag|Bengkulu}}
* {{flag|Sumatera Selatan}}
| agency = [[File:Logo of Ministry of Education and Culture of Republic of Indonesia.svg|17px]] Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan
* Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu
| iso3=rej
| lingua=31-MFI-a <ref>Le Répertoire de la linguasphère / The Linguasphere Register{{cite web |url= http://www.linguasphere.info/jr/pdf/index/LS_index_r-s.pdf |title=Linguasphere Index (Language and Communities) |accessdate=2018-11-12 |deadurl=no|df= }}</ref>
Baris 32 ⟶ 48:
| linglist = rej
| lingname = Rejang<ref>MultiTree:A Digital Library of Language Relationships{{cite web |url= http://multitree.org/codes/rej |title=Rejang |accessdate=2018-11-12 |deadurl=no|df=}}</ref>
|
| lingname2 = Lebong
|
| lingname3 = Musi
|
|
| linglist5 = rej-pas
| lingname5 = Pasisir
| linglist6 = rej-raw
| lingname6 = Rawas
|notice=IPA
|mapcode=Rejang
}}
{{Contains special characters|Rejang}}
'''Bahasa Rejang''' ([[aksara Rejang]]: {{Script|Rejang|ꤸꥇꤾꥇ ꤽꥍꤺꥏ}}, {{trans}} {{lang|rej|''Miling Rêjang''}}; {{Script|Rejang|ꤸꥇꤾꥇ ꥁꥍꤺꥏ}}, {{trans}} {{lang|rej|''Miling Hêjang''}}; [[ejaan lama]]: ''Miling Redjang''; ''Miling Hedjang'') adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh [[suku Rejang]] yang mendiami wilayah bagian barat daya [[Sumatra|Pulau Sumatra]], tepatnya di wilayah pegunungan [[Pegunungan Bukit Barisan|Bukit Barisan]] (secara lokal dikenal sebagai ''Têbo Bêderet'') hingga ke dataran rendah [[sungai Rawas]] di sebelah timur dan daerah pesisir di [[Kabupaten Bengkulu Tengah|Bengkulu Tengah]] dan [[Kabupaten Bengkulu Utara|Bengkulu Utara]] di sebelah barat.
Bahasa non-Melayik ini terbagi ke dalam lima dialek: Lebong, Musi/Curup, Kebanagung, Pesisir, dan Rawas. Dialek Rawas dituturkan di [[Ulu Rawas, Musi Rawas Utara|Ulu Rawas]], [[Sumatera Selatan]]. Sementara dialek-dialek lain dituturkan di [[Provinsi Bengkulu]]. Selain dialek Pesisir yang sesuai namanya dituturkan di pesisir, dialek bahasa Rejang lainnya dituturkan di kawasan pedalaman.<ref>{{Cite book
| last = Marsden
| first = William
| authorlink =
| author2=
| title = The History of Sumatra, containing An Account of the Government, Laws, Customs, and Manners of the Native Inhabitants, With A Description of the Natural Productions, And A Relation of the Ancient Political State of the Island
| publisher = Printed for Author
| year = 1783
| page = 37, 183
| isbn = }}</ref>
Bahasa Rejang adalah satu dari sembilan bahasa pribumi Bengkulu selain bahasa [[Bahasa Enggano|Enggano]], [[Bahasa Kaur|Kaur]], [[Bahasa Col|Lembak]], [[Bahasa Melayu Bengkulu|Melayu Bengkulu]], [[Bahasa Mukomuko|Mukomuko]], [[Bahasa Nasal|Nasal]], [[Bahasa Pekal|Pekal]], dan [[Bahasa Serawai|Serawai]]. Bahasa ini merupakan bahasa asli bagi di lima dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu.<ref>{{cite web |url=https://fib.ugm.ac.id/2018/07/vitalitas-bahasa-rejang-melacak-daya-hidup-bahasa-kuno-bengkulu-oleh-mahasiswa-ugm.html |title=Vitalitas Bahasa Rejang: Melacak Daya Hidup Bahasa Kuno Bengkulu oleh Mahasiswa UGM|accessdate=2018-11-04}}</ref><ref>{{cite web |url=https://fib.ugm.ac.id/2018/09/tim-satu-satunya-pkm-penelitian-sosiohumaniora-ugm-berhasil-mengantongi-2-emas-di-pimnas-2018.html|title=Tim Satu-Satunya PKM Penelitian Sosiohumaniora UGM Berhasil Mengantongi 2 Emas di PIMNAS 2018|accessdate=2018-11-04}}</ref>
== Jumlah penutur ==
Tidak ada data yang pasti mengenai jumlah suku Rejang atau penutur bahasanya. Menurut naskah karangan M. Hoesin, [[Daftar Gubernur Sumatera Selatan|Gubernur Sumatera Selatan]] keempat (1957-1958), yang diselesaikan pada 1932, pada tahun itu suku Rejang berjumlah 130.000 jiwa. Para penulis buku ''Adat Istiadat Daerah Bengkulu'' terbitan tahun 1980 memprediksi bahwa jumlah suku Rejang mencapai 300.000 jiwa.<ref>{{cite book
| last =
| first = Tim Penyusun
| author-link =
| title = Adat Istiadat Daerah Bengkulu
| publisher = Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
| series =
| volume =
| edition =
| date = 1980
| location = Jakarta
| pages = 18
| language = Indonesian
| url = http://repositori.kemdikbud.go.id/7688/1/ADAT%20ISTIADAT%20DAERAH%20BENGKULU.pdf
| doi =
| id =
| isbn =
| mr =
| zbl =
| jfm = }}</ref>
Prof. McGinn (1982) yang meneliti mengenai bahasa Rejang dan mengadakan observasi lapangan di wilayah mukim suku Rejang memprediksi bahwa pada tahun 1982, penutur bahasa Rejang mencapai 200.000 jiwa. Ada pula Ethnologue dan Tryon (1995) memprediksi bahwa suku Rejang berjumlah lebih dari satu juta jiwa dan tergolong sebagai suku besar di Sumatra selain Minangkabau, Aceh, Toba, Dairi, dan Lampung.<ref name="Adelaar">{{cite book
| last = Alexander Adelaar
| first = K.
| author-link =
| editor1-last = Alexander Adelaar
| editor1-first = K.
| editor1-link =
| editor2-last = Nikolaus
| editor2-first = Himmelmann
| editor2-link =
| title = The Austronesian Languages of Asia and Madagascar
| publisher = [[Routledge]]
| series =
| volume =
| edition =
| location = Yogyakarta
| date = 2005
| page = 56
| doi =
| isbn =
| mr =
| zbl = }}</ref> Prediksi ini diragukan keakuratannya. Ethnologue memprediksi setidaknya ada sekitar 350.000 penutur bahasa Rejang pada tahun 2000.<ref>{{cite web |url=https://www.ethnologue.com/language/rej.html|title=Rejang|accessdate=2019-01-03}}</ref> Beberapa sumber lain memperkirakan bahwa populasi Rejang saat ini mencapai lebih kurang 500.000 (setengah juta) jiwa.
Terbaru berdasarkan data tahun 2010, populasi Rejang berjumlah 20,6% dari total populasi Provinsi Bengkulu yang berjumlah 1.715.518 jiwa, atau sekitar 353.340 jiwa. Hal ini menjadikan suku Rejang sebagai suku terbesar kedua setelah suku Jawa (22,6%).<ref>{{cite web|url=https://www.radarbengkuluonline.com/2020/09/10/bps-jawa-rejang-serawai-tertinggi/|title=BPS: Jawa, Rejang, Serawai Tertinggi|last=|first=|website=Radar Bengkulu Online|publisher=|accessdate=4 Desember 2020|archive-date=2021-11-16|archive-url=https://web.archive.org/web/20211116053309/https://www.radarbengkuluonline.com/2020/09/10/bps-jawa-rejang-serawai-tertinggi/|dead-url=yes}}</ref> Meskipun demikian, angka atau persentase ini tidak dapat diterima mentah-mentah bahwa dari seluruh penduduk Bengkulu ada 20,6% penutur bahasa Rejang. Hal ini dikarenakan terjadi pergeseran penggunaan bahasa dalam keluarga Rejang kontemporer, yakni orang tua tidak lagi mengajarkan dan menggunakan bahasa daerahnya, melainkan menggunakan bahasa Melayu. Fenomena alih bahasa ini menyebabkan banyak generasi muda Rejang tak lagi menuturkan bahasa orang tua mereka, yang apabila dibiarkan dapat menjerumuskan bahasa ini keambang kepunahan.<ref>{{Cite news|title=Rejang Lebong-Enggano, dua bahasa daerah di Bengkulu terancam punah |url=https://www.antaranews.com/berita/2308990/rejang-lebong-enggano-dua-bahasa-daerah-di-bengkulu-terancam-punah |work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]] |date=5 Agustus 2021 |access-date=11 Desember 2021|last=S. |first=Helti Marini |editor-last=Jauhary |editor-first=Andi }}</ref>
== Penamaan ==
Dalam bahasa Rejang bahasa ini disebut sebagai ''baso Jang'' (dialek Lebong, Musi, serta Pasisir) atau ''baso Hêjang'' (dialek Kebanagung). Istilah ''Baso Hêjang'' (ꤷꤼꥋ ꥁꥎꤺꥏ) ataupun ''Baso Jang'' (ꤷꤼꥋ ꤺꥏ) juga terkadang sering dikaitkan dengan bahasa Rejang, akan tetapi pengistilahan tersebut bukanlah asli dari masyarakat etnis Rejang, melainkan adalah sebuah pengistilahan eksonim dari masyarakat Bengkulu dalam [[bahasa Bengkulu]] yang digunakan untuk mengidentifikasi bahasa yang dituturkan oleh etnis Rejang. Kata ''Baso'' (ꤷꤼꥋ) itu sendiri merupakan sebuah istilah serapan dari {{lang-sa|भाषा|bhāṣā}}, yang memiliki arti "bahasa".
<ref>Maneechukate, Siriporn . 2014.{{cite web |url= https://media.neliti.com/media/publications/179911-ID-kata-serapan-bahasa-sanskerta-dalam-baha.pdf |title=Kata Serapan Bahasa Sanskerta dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Thai Sebagai Bahan Pengajaran |accessdate=2018-11-09 |deadurl=no|df= }}</ref> Sementara kata ''Jang'' dan ''Hêjang'' bermakna 'Rejang', dengan makna asal yang belum diketahui. Dalam KBBI daring terdapat beberapa definisi atau makna dari kata "rejang". Salah satu di antaranya bermakna ''gerakan yang cepat (tentang lompat, lari)''.<ref>KBBI Daring{{cite web |url= https://kbbi.web.id/rejang-3 |title=rejang-3 |accessdate=2018-11-13 |deadurl=no|df= }}</ref> Apabila dikaitkan dengan pendapat Richard McGinn mengenai asal-usul bahasa Rejang, "rejang" sebagai ''gerakan yang cepat'' kemungkinan menggambarkan proses migrasi nenek moyang Rejang dari daerah sekitar [[Sungai Rajang]], Sarawak. Namun, hal ini hanya sebatas spekulasi saja.
Istilah lain yang dapat menjadi alternatif bagi ''baso Jang'' (''baso Hêjang'') adalah ''miling Jang'' (''miling Hêjang''). Berbeda dengan ''baso'' yang diserap dari bahasa Sanskerta, ''miling'' adalah kata asli bahasa Rejang yang memiliki arti "cakapan" atau "tuturan".<ref>{{Cite book
| last = Munir Hamidy
| first = Badrul
Baris 51 ⟶ 137:
| year = 1985
| page = 42
| isbn = }}</ref> Penggunaan bahasa Rejang dalam percakapan biasa disebut ''mê-Jang'' (''mê-Hêjang'') yang secara harafiah bermakna "merejang". Dalam bahasa Inggris, bahasa Rejang dikenal sebagai ''Rejang language''. Marsden (1783) yang memuat deskripsi mengenai Rejang dan kebudayaannya menyebut bahasa ini sebagai ''Redjang language''. Dalam bahasa Belanda terdapat istilah ''Redjang'' atau bahkan ''Redjansch-Lebongsch'', keduanya tercatat sebagai sebutan bagi bahasa Rejang pada situs MultiTree: A Digital Library of Language Relationships.<ref>MultiTree: A Digital Library of Language Relationships{{cite web |url= http://multitree.org/codes/rej |title=Rejang |accessdate=2018-11-12 |deadurl=no|df= }}</ref>
== Klasifikasi ==
Bahasa Rejang adalah salah satu bahasa dalam [[Rumpun bahasa Austronesia]] dari rumpun yang lebih kecil yaitu Melayu-Polinesia yang beranggotakan ribuan bahasa, oleh karenanya berbagi kesamaan dalam pengucapan, tata kalimat, dan kosakata dengan bahasa-bahasa Austronesia lainnya. Bahasa Rejang tidak berkerabat secara jelas dengan [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|bahasa-bahasa Melayu-Polinesia]] lainnya di Sumatra. Menurut Ethnologue, bahasa ini merupakan isolat di dalam rumpun Melayu-Polinesia.<ref>Ethnologue{{cite web |url= https://www.ethnologue.com/subgroups/malayo-polynesian |title=Malayo-Polynesian |accessdate=2018-11-12 |deadurl=no|df= }}</ref> Sementara itu MultiTree menganggapnya sebagai bahasa yang belum diklasifikasikan.<ref>MultiTree: A Digital Library of Language Relationships{{cite web |url= http://multitree.org/codes/unmp |title=Unclassified Malayo-Polynesian |accessdate=2018-11-12 |deadurl=no|df= }}</ref> Selain Rejang, bahasa lain dalam keluarga Melayu-Polinesia yang belum diklasifikasikan menurut Ethnologue meliputi Katabaga, Gorap, dan Hukumina.
Dalam makalahnya tahun 2009, McGinn dari [[Universitas Ohio]] mengklasifikasikan bahasa ini ke dalam kelompok [[Bahasa Bidayuh|Bidayuh]] dari keluarga bahasa Dayak Darat yang dituturkan di [[Kalimantan Barat]] dan [[Sarawak]], [[Malaysia]]. Bahasa Bukar-Sadong diduga merupakan kerabat terdekat bahasa Rejang.<ref>McGinn, Richard (2009) "Out-of-Borneo subgrouping hypothesis for Rejangese".{{cite web |url=http://www.ohio.edu/people/mcginn/Out_of_Borneo_Hypothesis.pdf |title=Archived copy |accessdate=2018-11-04 |deadurl=yes |archiveurl=https://web.archive.org/web/20140102191035/http://www.ohio.edu/people/mcginn/Out_of_Borneo_Hypothesis.pdf |archivedate=2014-01-02 |df= }} dalam Adelaar & Pawley, eds, ''Austronesian historical linguistics and culture history''</ref> Ada kemungkinan bahwa bahasa Rejang bekerabat dengan bahasa yang baru saja ditemukan di wilayah [[Kabupaten Kaur|Kaur]], Bengkulu, yakni [[bahasa Nasal]]. Namun, hal ini baru sebatas spekulasi atau dugaan semata.<ref>[http://www.sil.org/iso639-3/cr_files/2007-198_nsy.pdf]</ref>
Berikut adalah perbandingan kosakata numeral bahasa Rejang dengan bahasa-bahasa Austronesia lain yang dituturkan di wilayah sekitarnya:
{|class="wikitable"
|-
! Bahasa
! 1
! 2
! 3
! 4
! 5
! 6
! 7
! 8
! 9
! 10
|-
! [[Bahasa Proto-Austronesia|Proto-Austronesia]]
| align=center | *isa
| align=center | *dusa
| align=center | *telu
| align=center | *sepat
| align=center | *lima
| align=center | *enem
| align=center | *pitu
| align=center | *walu
| align=center | *Siwa
| align=center | *puluq
|-
! [[Bahasa Col|Lembak-Musi]]
| align=center | satu
| align=center | due
| align=center | tige
| align=center | empat
| align=center | lime
| align=center | enam
| align=center | tuju
| align=center | delapan
| align=center | sembilan
| align=center | sepoloh
|-
! [[Bahasa Melayu Tengah|Serawai]]
| align=center | satu
| align=center | duau
| align=center | tigau
| align=center | empat
| align=center | limau
| align=center | enam
| align=center | tujuh
| align=center | delapan
| align=center | sembilan
| align=center | sepuluh
|-
![[Bahasa Besemah|Besemah]]
| align=center | satu
| align=center | due
| align=center | tige
| align=center | empat
| align=center | lime
| align=center | enem
| align=center | tujuh
| align=center | delapan
| align=center | sembilan
| align=center | sepuluh
|-
! [[Bahasa Melayu Bengkulu|Melayu Bengkulu]]
| align=center | satu
| align=center | duo
| align=center | tigo
| align=center | empek/empat
| align=center | limo
| align=center | nam/enem
| align=center | tuju
| align=center | (de)lapan
| align=center | sembilan
| align=center | sepulu
|-
! [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| align=center | satu
| align=center | dua
| align=center | tiga
| align=center | empat
| align=center | lima
| align=center | enam
| align=center | tujuh
| align=center | delapan
| align=center | sembilan
| align=center | sepuluh
|-
! [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]]
| align=center | ciek/sikok
| align=center | duo
| align=center | tigo
| align=center | ampek
| align=center | limo
| align=center | anam
| align=center | tujuah
| align=center | salapan
| align=center | sambilan
| align=center | sapuluah
|-
! '''Rejang'''<ref>{{Cite book
| last = Munir Hamidy
| first = Badrul
| authorlink =
| author2=
| title = Kamus Lengkap Indonesia-Rejang, Rejang-Indonesia
| publisher = Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
| year = 1985
| page = xv
| isbn = }}</ref>
| align=center | '''do'''
| align=center | '''duai'''
| align=center | '''tlau''' ('''tlêu''')
| align=center | '''pat'''
| align=center | '''lêmo'''
| align=center | '''num'''
| align=center | '''tujuak''' ('''tojoak'''; '''tojoah''')
| align=center | '''dêlapên'''
| align=center | '''sêmbilan'''
| align=center | '''sêpuluak''' ('''sêpoloak'''; '''sêpoloah''')
|}
=== Dialek ===
{{Hatnote|Bagian utama: [[#Ragam|Bahasa Rejang § Ragam]]}}
==
Berdasarkan data resmi rilisan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, bahasa Rejang dituturkan di:<ref name="Rej"
#[[Kabupaten Bengkulu Tengah]]
##Desa Kelindang
Baris 92 ⟶ 294:
##Kecamatan Lebong Selatan
##Kecamatan Uram Jaya
== Ragam ==
Ragam bahasa Rejang dapat dikategorikan menjadi ragam temporal dan ragam spasial (dialek).<ref>Jaspan, M.A. 1981. The Rejang of South‐West Sumatra: notes on social organization. IC No. 24 1981, hlm. 3-14.</ref>
=== Ragam temporal ===
Bahasa ini dihipotesiskan memiliki dua variasi temporal, yaitu bahasa Rejang purba dan bahasa Rejang modern. Bahasa Rejang Purba adalah keturunan dari bahasa Pra-Rejang yang berakar dari bahasa Proto-Bidayuh, yang dibawa penuturnya bermigrasi ke Sumatra dari wilayah [[Sarawak]] yang sekarang. Bahasa Rejang Purba kemudian melalui banyak perubahan, termasuk dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Melayu serta menyerap kosakata bahasa asing ([[bahasa Arab|Arab]], [[bahasa Persia|Persia]], atau [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]) melalui bahasa-bahasa tetangga. Perubahan tersebut nantinya menghasilkan bahasa Rejang modern seperti yang dituturkan saat ini pada era kontemporer.<ref>{{cite web |url=https://progres.id/featured/akankah-bahasa-rejang-punah.html |title=Akankah Bahasa Rejang Punah?|accessdate=2018-11-05}}</ref>
=== Ragam spasial ===
Ragam spasial bahasa Rejang Modern meliputi dialek-dialek kontemporer yang digunakan oleh penutur bahasa Rejang. Keseluruhan dialek bahasa Rejang dituturkan oleh beberapa ratus ribu jiwa di daerah yang secara kolektif dikenal sebagai ''Tanêak Jang'' ([[Tanah Rejang]]). Nama lain yang juga digunakan untuk wilayah kediaman atau teritori orang Rejang adalah '''''Kutai Belek Têbo''''' (Kampung di Balik Pegunungan). Terlepas perbedaan dialek, di mata adat seluruh penutur bahasa Rejang dipandang sama tinggi sebagai ''anok kutai'' (bumiputera; ''son of the soil'').<ref>{{Cite book
| last =
| first = Kadirman
| authorlink =
| author2=
| title = Ireak Ca'o Kutei Jang
| publisher = Balai Pustaka
| year = 2004
| page = ii
| isbn = 979-690-273-7}}</ref>
Menurut wilayahnya, kelima dialek bahasa Rejang meliputi:
# dialek '''Lebong''' yang dituturkan di wilayah Pinang Belapis, Renah Sekalawi, dan Kutai Belek Tebo;
# dialek '''Rawas (''Awês'')''' yang dituturkan di hulu [[Sungai Rawas]], [[Kabupaten Musi Rawas Utara]], serta [[Kabupaten Lebong|Lebong]];
# dialek '''Kepahiang''' yang dituturkan di wilayah Tebat Karai, Muara Kemumu, Seberang Musi, Bermani Ilir, dan [[Kabupaten Kepahiang|Kepahiang]];
# dialek '''Musi (''Musai'')''' yang dituturkan di sepanjang hulu aliran [[Sungai Musi]] di [[Kabupaten Rejang Lebong]] dan sebagian Kepahiang;
# dialek '''Pasisir (''Pêsisia'')''' yang dituturkan di [[Kabupaten Bengkulu Tengah]] dan [[Kabupaten Bengkulu Utara]].<ref>{{cite web|url=http://rejang-lebong.blogspot.com/2011/04/sejarah-rejang-daftar-pemimpin-rejang.html|title=Sejarah Rejang: Daftar Pemimpin Rejang Pesisir 1|accessdate=2018-11-04}}</ref>
Semua dialek terkecuali dialek Pasisir dikategorikan sebagai dialek Rejang Pegunungan.<ref>{{Cite book|title=Sintaksis Bahasa Rejang Dialek Pesisir|last=Afriazi, dkk.|first=Rudi|author2=|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1994|isbn=979-459-495-4|page=3|authorlink=}}</ref>
Masing-masing dialek dapat dibagi lagi ke dalam subdialek. Dialek Lebong umumnya terbagi atas dua subdialek yakni ''Ai'' (bahasa hulu) dan ''Lot'' (bahasa hilir). Penamaan hulu dan hilir dalam konteks dialek Lebong berkenaan dengan kondisi geografis daerah [[Kabupaten Lebong]] yang dilalui oleh Sungai Ketahun (''Bioa Tawên''). Daerah-daerah yang berada di hulu Sungai Ketahun seperti [[Lebong Selatan, Lebong|Lebong Selatan]], [[Rimbo Pengadang, Lebong|Rimbo Pengadang]], dan [[Topos, Lebong|Topos]] berbicara dalam subdialek ''Ai'', sementara masyarakat dari daerah [[Amen, Lebong|Amen]], [[Bingin Kuning, Lebong|Bingin Kuning]], [[Lebong Atas, Lebong|Lebong Atas]], [[Lebong Sakti, Lebong|Lebong Sakti]], [[Lebong Tengah, Lebong|Lebong Tengah]], [[Lebong Utara, Lebong|Lebong Utara]], [[Pelabai, Lebong|Pelabai]], [[Pinang Belapis, Lebong|Pinang Belapis]], dan [[Uram Jaya, Lebong|Uram Jaya]] berbicara dalam subdialek ''Lot''. Subdialek ''Ai'' dalam dialek Lebong juga dituturkan di [[Bermani Ulu Raya, Rejang Lebong]].
Dialek Lebong umumnya dianggap sebagai bahasa baku, berkenaan dengan peran penting daerah ini dalam narasi sejarah Rejang secara keseluruhan.<ref>Kencanawati, Indah Sari. 2009. Baso Jang Te, Bahasa dan Aksara Rejang Muatan Lokal Bengkulu. Hlm. iii. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri</ref> Lebong adalah daerah pusat pemerintahan sejak Zaman Ajai hingga Zaman Bikau. Nama Lebong berasal dari kata ''têlêbong'' yang berarti terkumpul seperti pada ungkapan Rejang lama yang berbunyi ''dio pênan itê têlêbong'' (inilah tempat kita terkumpul).<ref name="Hanafi, Thamrin Fajar 1978">Hanafi, Thamrin Fajar, dan Ikram B.A. 1978. Adat Istiadat Daerah Bengkulu. Hlm. 22. Jakarta: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref> Penamaan tersebut mengungkapkan arti penting daerah Lebong dalam sejarah Rejang dan kaitannya dengan anggapan bahwa bahasa Rejang Baku adalah dialek Lebong.
Sama halnya dengan dialek Lebong, dialek Kepahiang juga terbagi lagi atas beberapa subdialek. Terdapat tiga subdialek dari dialek Kepahiang yakni subdialek ''Kêmumêu'' (bahasa Kemumu), ''Êi'' (bahasa hulu), dan ''Lot'' (bahasa hilir). Subdialek ''Kêmumêu'' dituturkan masyarakat [[Muara Kemumu, Kepahiang|Muara Kemumu]]. Subdialek ''Êi'' dan ''Lot'' dalam dialek Kepahiang sama halnya dengan pembagian subdialek di Lebong, berkenaan dengan kondisi geografis [[Kabupaten Kepahiang]] yang dilalui oleh [[Sungai Musi]]. Daerah-daerah seperti [[Seberang Musi, Kepahiang|Seberang Musi]] dan [[Tebat Karai, Kepahiang|Tebat Karai]] bertutur dalam subdialek ''Êi'' sedangkan masyarakat daerah [[Bermani Ilir, Kepahiang|Bermani Ilir]] menggunakan subdialek ''Lot''. Bahasa Rejang subdialek ''Lot'' yang dipakai oleh masyarakat [[Muara Langkap, Bermani Ilir, Kepahiang|Desa Muara Langkap, Bermani Ilir]] terpengaruh secara signifikan oleh [[Bahasa Melayu Tengah|bahasa Besemah]] yang berasal dari kabupaten tetangga ([[Kabupaten Empat Lawang|Lintang, Empat Lawang]]).
Dialek Kepahiang pula sering disebut sebagai dialek atau bahasa ''Ho''.<ref>Hanafi, Thamrin Fajar, dan Ikram B.A. 1978. Adat Istiadat Daerah Bengkulu. Hlm. 27. Jakarta: Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref> Hal ini dikarenakan di antara dialek Rejang yang dituturkan di wilayah Bengkulu, hanya dialek ini yang menggunakan kata ''ho'' untuk menunjukkan arah sementara dialek yang lain menggunakan kata ''o'' atau ''e''. ''Ho'' bermakna "itu", baik yang posisinya sama-sama jauh dari pembicara dan lawan bicaranya maupun yang jauh dari pembicara namun dekat dengan lawan bicara. Kata ''ho'' dipakai seperti dalam frasa ''cek ho'' (seperti itu).
Dialek Pasisir dituturkan di pesisir Samudera Hindia, wilayah [[Kabupaten Bengkulu Tengah|Bengkulu Tengah]] dan [[Kabupaten Bengkulu Utara|Bengkulu Utara]] pada daerah kekuasaan ''Bang Mêgo Sêmitoa'' yang berkedudukan di Lais.<ref>Afriazi, Rudi. 1994. Sintaksis bahasa Rejang dialek Pesisir, hlm. 4. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref> Pada masa kolonial dan era kejayaan pertambangan emas di Bengkulu (Tanah Rejang), Belanda membina pusat-pusat pemukiman Rejang di Muara Aman, Curup, Kepahiang, Lais, dan Taba Penanjung menjadi pasar. Masing-masing kemudian dikenal sebagai Pasar Muara Aman, Pasar Curup, Pasar Lais, dan Pasar Taba Penanjung.<ref>Waluyo, Harry (ed). 1990. Pola Penguasaan, Pemilikan, dan Penggunaan Tanah secara Tradisional Daerah Bengkulu. Hlm. 98. Jakarta : Proyek Inventaris dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref> Dua pasar yang terakhir adalah pusat dialek Pasisir dipergunakan. Penutur dialek Pasisir dapat saling memahami dalam percakapan dengan penutur dialek Lebong maupun dialek Musi. Kedekatan dialek Pasisir dengan kedua dialek yang disebutkan sebelumnya itu dikarenakan faktor sejarah, sebab marga di wilayah ini (Lais) leluhurnya berasal dari Renah Seklawi, Lebong.<ref name="Hanafi, Thamrin Fajar 1978"/>
Sebagai contoh, berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek bahasa Rejang:
{|
|'''Bahasa Indonesia'''
| ''Hai, kalian sedang sibuk mengerjakan apa?''
|--
|'''Bahasa Melayu Bengkulu'''
| ''Hoi, lagi sibuk ngapo kamu orang tu?''
|--
|'''Dialek Lebong'''
| ''Oi, gen ulêak udi e?''
|--
|'''Dialek Kepahiang'''
| ''Ui/oe, inê ulêah udi ho?''
|--
|'''Dialek Musi'''
| ''Oi, idong jano udi o?''
|--
|'''Dialek Pasisir'''
| ''Hoi, jano ulêak udi o?''
|--
|'''Dialek Rawas'''
| ''Hoi, igan kumet kaben e?''
|}
== Fonologi ==
Baris 103 ⟶ 367:
|+Fonem vokal bahasa Rejang
!
![[vokal depan|Depan]]
![[vokal madya|Madya]]
![[vokal belakang|Belakang]]
|-
![[vokal tertutup|Tutup]]
|{{
|{{
|{{
|-
![[vokal tengah|Tengah]]
|{{IPAlink|e}}
|{{
|{{
|-
![[vokal setengah terbuka|1/2 Terbuka]]
|{{IPAlink|ɛ}}
|{{IPA|}}
|{{IPAlink|}}
|-
![[Vokal terbuka|Terbuka]]
|{{IPA|}}
|{{IPAlink|a}}
|{{IPAlink|}}
|}
Baris 253 ⟶ 515:
| êi<br /> mat''êi''|| êi<br /> mat''êi''|| ie<br /> mat''ie''|| êe<br /> mat''êe''|| mati
|-
| êi<br /> kund''êi''|| êi<br /> kund''êi''||
|-
| êu<br /> pis''êu''|| êu<br /> pis''êu''|| uo<br /> pis''uo''|| êa<br /> pis''êa''|| pisau
Baris 266 ⟶ 528:
|+Fonem konsonan bahasa Rejang
! colspan="2" |
![[konsonan Dwibibir|Dwi.]]
![[konsonan gigi|Gigi]]
![[konsonan langit-langit|Lang.]]
![[konsonan langit-langit belakang|Langbel.]]
![[Konsonan celah
|-
! rowspan="2" |[[konsonan sengau|Sengau]]
!
|{{
|{{
|{{
|{{
|
|-
![[Konsonan pranasal|Pranasal]]
|{{
|{{
|{{
|{{
|
|-
! rowspan="2" |
! Nirsuara
|{{
|{{
|{{
|{{
|{{
|-
!Bersuara
|{{
|{{
|{{
|{{
|
|-
! rowspan="2" |
! Nirsuara
| ({{
|{{
|
| ({{
|{{
|-
!Bersuara
|
|({{
|
|
|
|-
! rowspan="2" |
!
|
|
|{{
|{{
|
|-
![[konsonan sisi|Sisi]]
|
|{{IPAlink|l}}
|
|
|
|-
! colspan="2" |[[Konsonan getar|Getar]]
|
| ({{
|
|
Baris 342 ⟶ 604:
'''Keterangan:'''
#
#{{Anchor|Cat2}} Hanya ada di dalam dialek Kepahiang/Keban Agung.
#{{Anchor|Cat3}} Meski bukan asli Rejang, konsonan ini sering muncul dalam kosakata serapan lama dari bahasa Melayu, mis. ''sêrgap.<ref>McGinn, Richard. 1994. Some Irregular Reflexees od Proto-Malayo-Polynesian Vowels in the Rejang Language of Sumatra. Hlm. 38. Didapat melalui https://pdfs.semanticscholar.org/4e85/ae3cbb8e1670e0864b6610ba9d5d21cc2da6.pdf</ref>''
'''Catatan ortografi''':
Baris 691 ⟶ 953:
|''sno'ong'' (disarungkan)<br />''tnajang'' (ditendang)<br /> ''gna'ut'' (digaruk)
|}
==== Akhiran dan apitan ====
Akhiran dan apitan bukan merupakan jenis imbuhan asli dalam bahasa Rejang. Kebanyakan kosakata yang memiliki akhiran -an- diserap dari bahasa lain khususnya bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Kata seperti ''mengkhianati'', ''kesetiaan'', ''alasan'', dan beberapa yang lain adalah kata serapan yang akhir-akhir ini banyak dipakai dalam lagu-lagu pop berbahasa Rejang.
Teks di bawah ini adalah perbandingan antara lirik sebuah lagu yang berjudul ''Akhir Cinto Kasih'' yang dinyanyikan oleh salah satu penyanyi pop modern Rejang, Yani Mandela. Lagu yang dibawakan oleh Yani tergolong sebagai ''Jang Mlayau'' atau Rejang yang termelayukan.
{|
! Lirik asli !! Lirik bandingan !! Terjemahan<br /> Bahasa Indonesia
|-
|''Akhir Cinto Kasih'' || Ujung Cito Kasiak || Akhir Cinta Kasih
|-
| Coa ''pêrnah'' ku'''bayangkan''', bakêa jijai awêi io, dalên ''cinto kasih'' tê bêduai.<br /> ''Kêjam'' niên atêi-nu ''tega'' '''mêngkhianati''', '''kêsêtiaan''' cito nêak lêm atêiku.<br /> Bêl'o ko bêjanjai, ''hanyo''-ba ''untuk''ku, ''raso cinto kasih''-nu ngen uku.<br /> ''Tapi'' nyato-nê jano ''yang'' ku dapêt, ko dmuai diraiku ngen tun luyên.<br />''Untuk'' jano bêl'o ko madêak ko ''cinto'', utuk jano bêl'o ko madêak ko sayang, ''tapi'' uyo ''di saat'' uku ''bêrduko'', ko ngen tun luyên, lalau tminggêa uku. || Coa pêrnêak ku mbayang, bakêa jijai awêi io, dalên cito kasiak tê bêduai.<br /> Oi padêak niên atêi-nu ko lalau luyên, coa tingêt ngen cito nêak lêm atêi-ku.<br /> Bêl'o ko bêjanjai, cuman-ba utuk-ku, asai cito kasiak-nu ngen uku.<br /> Cuman nyato-nê jano dik ku tmimo, ko dmuai diraiku ngen tun luyên.<br /> Utuk jano bêl'o ko madêak ko cito, utuk jano bêl'o ko madêak ko sayang, cuman uyo sêwaktau uku dong duko, ko ngen tun luyên, lalau tminggêa uku. || Tak pernah kubayangkan, akan jadi seperti ini, jalan cinta kasih kita berdua.<br /> Kejam sekali hatimu tega mengkhianati kesetiaan cinta dalam hatiku.<br /> Dulu kau berjanji hanyalah untukku, rasa cinta kasihmu padaku.<br /> Tapi nyatanya apa yang ku terima, kau menduakan diriku dengan orang lain.<br /> Untuk apa dulu kau bilang kau cinta, untuk apa dulu kau bilang kau sayang, tapi sekarang saat ku sedang berduka, kau dengan orag lain, pergi meninggalkanku.
|}
'''Catatan''':
* Kata-kata yang bercetak miring menandakan bahwa kata tersebut merupakan kosakata bahasa Melayu
* Kata yang bercetak tebal menandakan kata serapan yang mengandung akhiran dan apitan yang aslinya tak terdapat dalam bahasa Rejang
=== Kata ganti ===
Baris 865 ⟶ 1.143:
|}
==
=== Pengaruh bahasa lain ===
Dalam perjalanan sejarahnya, bahasa Rejang tak lepas dari pengaruh bahasa lain. Pengaruh tersebut masuk ke dalam bahasa Rejang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh yang masuk secara langsung umumnya berasal dari bahasa-bahasa di sekitar wilayah penutur bahasa Rejang itu sendiri, yakni dari [[bahasa Melayu Bengkulu]], [[bahasa Col|Lembak]], [[bahasa Melayu Tengah]] seperti Serawai, Besemah, dan [[bahasa Minangkabau]]. Pengaruh tersebut masuk melalui interaksi yang hampir tak terputus bertahun-tahun lamanya. Meskipun demikian, kebanyakan kosakata dalam bahasa ini adalah kosakata yang diturunkan dari bahasa Pra-Rejang dan Rejang Purba yang akarnya berasal dari [[bahasa Proto-Austronesia]] atau [[bahasa Proto Melayu-Polinesia]].
Selain pengaruh dari bermacam rantai dialek Melayu di sekitar wilayah tuturnya, dewasa ini bahasa Rejang terpapar pengaruh bahasa-bahasa lai terutama bahasa Inggris. Pengaruh ini masuk dan menginfiltrasi bahasa Rejang melalui penyerapan kosakata bahasa Indonesia.
==== Kata serapan dari bahasa-bahasa Melayu ====
Bahasa-bahasa Melayu (termasuk Minangkabau) yang dituturkan di sekitar wilayah penutur bahasa Rejang merupakan sumber utama pengaruh dan kata serapan bagi bahasa Rejang itu sendiri. Pengaruh (kata serapan) tersebut masuk sudah sejak masa yang sangat lama, hasil interaksi terus menerus, oleh karenanya telah menyentuh kosakata dasar dalam bahasa Rejang sehingga akhirnya tak lagi dianggap sebagai serapan atau asing. Bahkan terdapat istilah tersendiri bagi bahasa Rejang yang sedemikian termelayukan yang disebut sebagai ''Jang Mlayau'' (Rejang Melayu). Beberapa istilah yang diserap dari bahasa Melayu antara lain: ''sêrgap'', ''namo'', ''dirai'', ''cêrito'', dan ''sakit''. Kosakata asli bahasa Rejang untuk kelima istilah yang telah disebutkan yakni ''anjo'', ''gen'', ''awok'', ''kecek'', dan ''gis''.
====
Kata serapan dalam kategori ini umumnya berasal dari bahasa Inggris yang telah terlebih dahulu diserap ke dalam bahasa Indonesia. Ada pula yang berasal dari bahasa Arab, Tamil, Sanskerta, bahasa-bahasa Tionghoa, dan bahasa-bahasa daerah. Posisi [[bahasa Indonesia]] yang sangat kuat sebagai bahasa resmi, bahasa nasional, dan bahasa persatuan menyebabkan bahasa ini memberikan pengaruh terhadap bahasa-bahasa daerah tak terkecuali bahasa Rejang. Beragam istilah masa kini seperti listrik, token, telepon, tv, radio, sinyal, internet, situs, web, wifi, komputer, keyboard, mouse, radar, desktop, dan lainnya sekarang dipakai dalam percakapan bahasa Rejang. Semuanya diserap melalui bahasa Indonesia.
Namun yang perlu diperhatikan, terdapat beberapa kosakata serapan dari bahasa Inggris dan bahasa Belanda yang diserap pada masa kolonial. Dikarenakan telah dipakai selama bertahun-tahun dalam berbagai konteks, kosakata semacam ini tidak lagi dipandang sebagai kosakata serapan melainkan dianggap sebagai ''native words'' atau kata asli. Dari bahasa Inggris, bahasa Rejang menyerap kata ''trai'' (asal kata: ''try''), ''jel'' (''jail''), ''gêp'' (''gap''), ''pakit'' (''pocket''), ''rim'' (''rim''), ''stakin'' (''stocking''), dan ''bal'' (''ball'') masing-masing untuk kata "coba", "penjara", "tertangkap, kantong pakaian, ikat pinggang, kaus kaki, dan bola. Sementara dari bahasa Belanda, bahasa Rejang menyerap kata ''stom'' (asal kata: ''stoomkraan'') untuk kata "mobil".
===Daftar kosakata===
====Numeralia====
=====Bilangan=====
{|class="wikitable" style="font-size: 95%"
! style="background-color: #f1efef" | Kosakata
! style="background-color: #f1efef" | Terjemahan
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''do''
|style="background-color: #d6e1ec"|satu
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''duai''
|style="background-color: #d6e1ec"|dua
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''tlau''
|style="background-color: #d6e1ec"|tiga
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''pat''
|style="background-color: #d6e1ec"|empat
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''lêmo''
|style="background-color: #d6e1ec"|lima
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''num''
|style="background-color: #d6e1ec"|enam
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''tujuak''
|style="background-color: #d6e1ec"|tujuh
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|
''dêlapên''
|style="background-color: #d6e1ec"|delapan
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|
''sêmbilan''
|style="background-color: #d6e1ec"|sembilan
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|
''dêpuluak''
|style="background-color: #d6e1ec"|sepuluh
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|
*''dotos''
*''sotos''
|style="background-color: #d6e1ec"|seratus
|-
|}
====Pronomina====
=====Pronomina penanya=====
{|class="wikitable" style="font-size: 95%"
! style="background-color: #f1efef" | Kosakata
! style="background-color: #f1efef" | Terjemahan
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''api''
|style="background-color: #d6e1ec"|siapa
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|
*''jano''ê
*''gen''
|style="background-color: #d6e1ec"|apa
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''ipê''
|style="background-color: #d6e1ec"|mana
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''têngen''
|style="background-color: #d6e1ec"|kapan
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|
*''awêi ipê''
*''Cek ipo''
|style="background-color: #d6e1ec"|bagaimana
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''kêdau''
|style="background-color: #d6e1ec"|berapa
|-
|}
=====Pronomina penunjuk=====
<!--Dibawah ini merupakan kosakata dalam bahasa Rejang baku, jika anda bisa/mampu berkontribusi dalam bahasa Rejang dialek lainnya, silahkan tambahkan kolom-->
{|class="wikitable" style="font-size: 95%"
! style="background-color: #f1efef" | Kosakata
! style="background-color: #f1efef" | Terjemahan
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''dio''
|style="background-color: #d6e1ec"|ini
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''doʼo''
|style="background-color: #d6e1ec"|itu
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''pio''
|style="background-color: #d6e1ec"|sini
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''doloi''
|style="background-color: #d6e1ec"|sana
|-
|}
=====Pronomina persona=====
{|class="wikitable" style="font-size: 95%"
! style="background-color: #f1efef" | Kosakata
! style="background-color: #f1efef" | Terjemahan
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''uku''
|style="background-color: #d6e1ec"|saya, aku
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''ko''
|style="background-color: #d6e1ec"|kau, kamu
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''kumu''
|style="background-color: #d6e1ec"|Anda
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''si''
|style="background-color: #d6e1ec"|dia
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''keme''
|style="background-color: #d6e1ec"|kami
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''ite''
|style="background-color: #d6e1ec"|kita
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|''udi''
|style="background-color: #d6e1ec"|kalian
|-
|style="background-color: #d1dfdf"|
* ''tobo o''
* ''tobo yo''
|style="background-color: #d6e1ec"|
* mereka itu (jauh dari pembicara)
* mereka ini (dekat dengan pembicara)
|-
|}
== Sistem penulisan ==
[[Berkas:Ireak Ca'o Kutei Jang.JPG|jmpl|''Ireak Ca'o Kutei Jang'' yang berisi mengenai tata adat dan kehidupan masyarakat Rejang adalah satu-satunya buku yang ditulis secara penuh dalam bahasa Rejang (campuran dialek Lebong-Musi).]]
Masyarakat Rejang tidak memiliki riwayat budaya menulis yang panjang. Meskipun ada beberapa tulisan [[aksara Kaganga|aksara Rikung]] dalam bahasa Rejang, bahasa utama yang dipakai dalam menulis adalah bahasa Melayu, yang sejak lama dipandang sebagai bahasa resmi, penghubung komunikasi antarbangsa, dan lebih prestisius. Absennya tradisi menulis yang kuat membuat bahasa Rejang hingga kini masih dianggap sebagai bahasa percakapan saja. Upaya menulis karya seperti buku masih jarang dilakukan. Satu-satunya pengecualian adalah [[Ireak Ca'o]], buku mengenai adat dan tata cara perkawinan yang ditulis oleh [[Kadirman]], yang merupakan satu-satunya buku berbahasa Rejang. Buku tersebut menggunakan [[alfabet Latin]], yang penggunaannya secara aklamasi dan sadar telah diadopsi oleh orang Rejang pada masa Indonesia merdeka. Alfabet yang sama juga dipakai oleh para peneliti seperti Jaspan, McGinn, Voorhoeve, maupun W. Aichele yang mendedikasikan waktu mereka bagi studi mengenai bahasa Rejang.
=== Aksara Rejang ===
{{Main|Aksara Rejang}}
[[Berkas:Rejang alphabet.jpg|jmpl|pus|upright=2.5|Sembilan belas huruf dalam Aksara Rejang]]
Masyarakat daerah pedalaman Sumatra Bagian Selatan sejak lama telah mengenal tulisan. Tulisan mereka secara komunal dikenal sebagai Surat Ulu atau [[Aksara Kaganga|Kaganga]].<ref>{{cite web|title=Surat Ulu, Sekerabat Aksara di Sumatra Bagian Selatan|accessdate=2018-11-05|url=http://www.wacana.co/2010/02/surat-ulu-aksara-kaganga-aksara-rencong-aksara-kerinci-dan-aksara-lampung/}}</ref><ref>{{cite web|title=Surat Ulu: Jejak Tradisi Tulis Lokal|accessdate=2018-11-05|url=http://www.himapes.com/2017/06/surat-ulu-jejak-tradisi-tulis-lokal.html}}</ref> Salah satu varian aksara tersebut adalah aksara Rejang yang dipakai untuk menuliskan bahasa lisan Rejang.<ref name="Rejang script as a sign to write Rejangese">{{Citation|title=Rejang (Redjang, Kaganga) Rjng|url=http://scriptsource.org/cms/scripts/page.php?item_id=script_detail&key=Rjng|publisher=Script Source|accessdate=12 March 2016}}</ref><ref name="code">{{Cite book|title=Ireak Ca'o Kutei Jang|last=|first=Kadirman|author2=|publisher=Balai Pustaka|year=2004|isbn=979-690-273-7|page=1|authorlink=}}</ref> Aksara Rikung memiliki beberapa perbedaan minor dengan keluarga Surat Ulu yang lain.<ref>Rapanie Igama, Ahmad. 2014. Surat Ulu: Tradisi Tulis Masa Lalu Masyakarat Sumatera Selatan</ref> Meskipun demikian, Rikung dan aksara-aksara yang berkerabat ini dipercaya sebagai turunan dari [[aksara Brahmi]] yang berasal dari [[India]] Selatan. Aksara tersebut termasuk kedalam rumpun {{PRBahasa|Kaganga}} (berserumpun dengan [[aksara Rencong]] dan [[Aksara Lampung]]).<ref>Rapanie Igama, Ahmad. 2014. Surat Ulu: Tradisi Tulis Masa Lalu Masyakarat Sumatera Selatan</ref>
Keberadaannya di Tanah Rejang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-12 Masehi, jauh sebelum kedatangan Islam ke kawasan tersebut pada abad ke-18 Masehi. Rikung mulanya ditulis secara tradisional pada bahan-bahan alam terutama bambu dan tanduk kerbau. Dokumen tertua yang selamat (dari kerusakan) dan menggunakan ditulis dalam aksara Rikung berasal dari abad ke-18 Masehi dan umumnya berbahasa Melayu, bahasa yang dipandang sebagai bahasa tinggi kala itu.
Saat ini aksara tersebut sudah tidak dipakai lagi terkecuali sebagai hiasan, dekorasi, tulisan dalam buku muatan lokal daerah Provinsi Bengkulu, mata lomba dalam peringatan HUT [[Curup, Rejang Lebong|Curup]], dan dipakai pula pada nama jalan. Kemampuan masyarakat masa kini dalam menulis Rikung pun bisa dikatakan sangat rendah, bahkan hampir tidak menguasai sama sekali.
=== Alfabet Latin ===
Baris 1.103 ⟶ 1.398:
==== Nama huruf dan pengucapannya ====
Alfabet Latin untuk menuliskan bahasa Rejang hampir 100% sama dengan ejaan yang dipakai oleh bahasa
{| class="wikitable"
!Huruf
Baris 1.113 ⟶ 1.408:
!Contoh
penggunaan
!Arti kata dalam
bahasa Indonesia
|- align=center
|Aa
Baris 1.319 ⟶ 1.615:
|}
Bahasa Rejang mengenal dua jenis karya sastra klasik (tradisional yang utama yakni ''sêrambêak'' dan ''rêjung''. Selain itu terdapat pula tradisi atau seni berbalas pantun. Secara bahasa ''sêrambêak'' berarti lirik atau syair. Ini merupakan salah satu jenis sastra klasik yang paling berkembang di kalangan masyarakat Rejang. ''Sêrambêak'' yang paling terkenal adalah '''''Sêrambêak Bêpun''''' yang bercerita mengenai Tanah Rejang, adat, dan sejarah.<ref>{{Cite book
| last =
| first = Kadirman
| authorlink =
| author2=
| title = Ireak Ca'o Kutei Jang
| publisher = Balai Pustaka
| year = 2004
| page = x
| isbn = 979-690-273-7}}</ref>
{{Verse translation|
{{lang|rej|'''Bahasa Rejang'''
Topos, Têluk Diên
Amên, Sêmêlako, Danêu Das Têbing
Pêlabai, Sukau Kayo
Kêmbung sa'ang burung
Salai sa'ang layang.
Amên têkadêak tanêak gu'au
Sêmêlako têbilang tanaêk ubêt
Tanêak gu'au mêngajêa pacok
Tanêak ubêt mêngubêt ka'ên.
Tabarênêak pakal agung
Sadêi Sawêi sadêi mêrital
Sambe balai butêa
Cawang balai bukêr.
Di-ba adat timboa, di-ba rian sapêi
Adat timboa kulot ku'ai
Rian sapêi dipoa mêngundoi
Têkadêak niên Tanêak Jang
Tanêak aman.}}
|'''Bahasa Indonesia'''
[[Topos, Lebong|Topos]], Teluk Di'en (Teluk Durian)
[[Amen, Lebong|Amen]], Semelako, Desa Danau
[[Pelabai, Lebong|Pelabai]], Sukakayo
Dikerubungi sarang burung
Burungnya burung layang-layang.
[[Amen, Lebong|Amen]] adalah tanah guru
Semelako adalah tanah obat
Tanah guru mengajar hingga bisa
Tanah obat mengobati hingga sembuh.
[[Tabarenah, Curup Utara, Rejang Lebong|Tabarenah]] pangkalan agung
Dusun Sawah desa yang indah
Kesambe balai bundar
Cawang balai memanjang.
Di sanalah adat timbul, garis kehidupan sampai
Adat timbul untuk kebaikan
Garis kehidupan sampai, kehidupan sebenarnya menunggu
Tersebutlah itu Tanah Rejang
Tanah yang senantiasa aman}}
== Studi ==
Baris 1.347 ⟶ 1.686:
| page = 37
| isbn = }}</ref> Selanjutnya pada dekade 1980 dan 1990, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan proyek inventarisasi dan pengembangan bahasa-bahasa daerah. Proyek tersebut menghasilkan keluaran berupa buku-buku yang membahasa tata bahasa, morfologi, dan sintaksi puluhan bahasa di Indonesia, tak terkecuali bahasa Rejang.
==Contoh teks==
===Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia===
Berikut ini merupakan contoh teks [[Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia]] (Pasal 1) dalam bahasa Rejang beserta terjemahannya sebagai pembanding:
{|class="wikitable" style="font-size: 95%"
| style="background-color: #f1efef"; rowspan=3; align=center | '''Rejang'''
! width="150"; height="75"; align=center | {{nobold|Lebong}}
|style="background-color: #d1ebeb"; width="500"; align=right|''Kutê tun laher mêrdiko, tmuan hok-hok gi srai. Kutênê nagiakba akêa peker ngen atêi, kêrno o kêloknê bêkuatba dikup ngen luyên lêm asai sêpasuak.''
|-
! width="150"; height="75"; align=center | {{nobold|Musi/Selupu}}
|style="background-color: #d1efef"; width="500"; align=right|''Kêtê tun laher mêrdiko, tmuan hak-hak gi srêi. Kêtênê nageakba aka peker ngen atie, kêrno o kêlaknê bêkuatba dikup ngên lêyên lêm asêi sêpasoak.''
|-
! width="150"; height="75"; align=center | {{nobold|Kepahiang}}
|style="background-color: #d1ffff"; width="500"; align=right|''Kêhtê tun laher mêrdiko, tmuan hak-hak gi srêi. Kêhtênê nageahba aka peker ngen atêe, kêrno ho kêlaknê bêkuatba dikup ngen lêyên lêm asêi sêpasoah.''
|-
|style="background-color: #f1efef"; colspan=2; align=center | '''Terjemahan'''
|style="background-color: #d6e1ec"; width="500"; align=right |Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
|}
== Lihat pula ==
{{Portal|Bahasa|Budaya|Indonesia}}
* [[Suku Rejang]]
* [[Hidangan Rejang]]
* [[Aksara Kaganga|Rikung]]
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
{{Incubator|code= rej/Natet}}
{{commons category|Rejang
* {{ethnologue|rej}}
* {{en}} [http://www.ethnologue.com/show_family.asp?subid=1570-16 "Austronesian, Malayo-Polynesian, Rejang"]
{{Rumpun bahasa Kalimantan}}
{{Bahasa daerah di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Rejang, Bahasa}}
[[Kategori:Rumpun bahasa Melayu-Polinesia]]
[[Kategori:Bahasa di Bengkulu]]
[[Kategori:Rejang]]
|