Marbun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Pnaipospos (bicara | kontrib)
k Double bagan silsilah Membalikkan revisi 26076672 oleh Siradja Lontung (bicara)
Tag: Pembatalan
 
(34 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Marbun''' ([[Surat Batak|Surat Batak Toba]]: {{Btk|ᯔᯒ᯲ᯅᯉᯮ᯲}}) adalah salah satu [[Daftar marga Suku Batak|marga]] (nama keluarga) dalam suku bangsa [[Suku Batak Toba|Batak Toba]] danyang masuk ke dalam rumpunkelompok marga-marga keturunan [[Naipospos]].
 
== Rumpun Keturunanketurunan Naipospos ==
{{Main|Naipospos}}Dalam [[Tarombo Batak|silsilah Batak]], marga Marbun masuk dalam rumpun keturunan [[Naipospos|Raja Naipospos]]. Marbun masuk dalam rumpun marga-marga keturunan Raja Naipospos bersama dengan marga [[Sibagariang]], [[Hutauruk]], [[Simanungkalit]], dan [[Situmeang]].
 
Baris 8:
{{Silsilah_Naipospos}}
 
== Kisah Marbun dan Keturunannyaketurunannya ==
 
=== Sejarah Marbun ===
[[Berkas:Dolok_Imun.JPG|jmpl|Dolok Imun, Huta Raja - Naipospos|al=|300x300px]]Marbun merupakan nenek moyang pertama pewaris marga Marbun. Marbun sendiri adalah puteraputra bungsu dari lima bersaudara keturunan si [[Raja Naipospos]] dan satu-satunya puteraputra yang dilahirkan oleh istri kedua boru [[Pasaribu]]. Apabila diurutkan dari segi urutan waktu kelahiran para putera si Raja Naipospos, yang pertama lahir adalah [[Sibagariang|Donda Hopol (Sibagariang)]] dari istri pertama, lalu Marbun lahir dari istri kedua, selanjutnya tiga putera lagi lahir dari istri pertama yakni [[Hutauruk|Donda Ujung (Hutauruk)]], [[Simanungkalit|Ujung Tinumpak (Simanungkalit)]], dan terakhir lahir adalah [[Situmeang|Jamita Mangaraja (Situmeang)]]. Namun, tradisi di kebanyakan daerah di [[Tanah Batak]], selalu mengurutkan keturunan dari istri pertama lalu istri kedua dalam penulisan [[Tarombo Batak|silsilah ''(tarombo)'']] apabila seseorang memiliki keturunan dari beberapa istri. Maka dengan tradisi ini, Marbun menjadi yang bungsu dalam penulisan silsilah Naipospos karena terlahir dari istri kedua.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://tarombo-naipospos.blogspot.com/|title=TAROMBO NAIPOSPOS|last=|first=|date=|website=Kisah Raja Naipospos dan Keturunannya, tulisan Ricardo Parulian Sibagariang|publisher=|access-date=}}</ref>
 
Secara historis yang diakui secara umum oleh keturunan Naipospos bahwa [[Dolok Imun|Dolok Imun - Huta Raja]] merupakan perkampungan pertama yang dibuka oleh si Raja Naipospos. Putera-puteri Raja Naipospos termasuk Marbun diyakini lahir dan dibesarkan di Dolok Imun. Saat ini, secara administrasi Dolok Imun masuk dalam wilayah [[Sipoholon, Tapanuli Utara|Kecamatan Sipoholon]] dan sebagian lagi wilayah [[Siborongborong, Tapanuli Utara|Kecamatan Siborongborong]] dan [[Pagaran, Tapanuli Utara|Kecamatan Pagaran]] di [[Kabupaten Tapanuli Utara]].
Baris 20:
 
=== Keturunan Marbun ===
Marbun memiliki satu istri boru [[Pasaribu]] yang melahirkan tiga orang puteraputra, yakni:
 
# [[Lumban Batu]]
Baris 26:
# [[Lumban Gaol]]
 
Dalam catatan sejarah, hingga kini nama asli tiga orang puteraputra Marbun kurang dapat diketahui pasti, karena penyebutan ''lumban'' dan ''banjar'' pada nama manusia sebenarnya adalah penyebutan lain nama perkampungan tradisional masyarakat [[Batak]] dahulu kala. Istilah ''huta, lumban, banjar,'' dan ''sosor'' merupakan tingkatan perkampungan dalam sistem sosial masyarakat Batak sebagaimana kelurahan, desa, maupun dusun pada zaman sekarang.<ref>{{Cite web|url=http://haposanbakara.blogspot.com/2011/03/huta-lumban-sosor-dan-huta-pagaran.html|title=Huta, Lumban, Sosor, dan Huta Pagaran|last=|first=|date=|website=tulisan Haposan Bakara|access-date=|archive-date=2021-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20211019065205/http://haposanbakara.blogspot.com/2011/03/huta-lumban-sosor-dan-huta-pagaran.html|dead-url=yes}}</ref>
 
Pada awal perkembangannya, seluruh keturunan Marbun memakai marga Marbun. Kurang dapat diketahui terjadi pada generasi keberapa, namun setelah terjadi perkawinan ''(tompas bongbong)'' antar tiga bagian besar keturunan Marbun, maka nama tiga orang putera Marbun dimargakan, yakni menjadi marga Lumbanbatu, Banjarnahor, dan Lumbangaol. Pada praktiknya, seorang yang memakai marga Marbun tentu dapat memastikan posisi keturunan Marbun yang mana pada salah satu dari tiga nama putera Marbun, antara Marbun Lumbanbatu, Marbun Banjarnahor, atau Marbun Lumbangaol.<ref>{{Cite web|url=https://www.tobatabo.com/1356+marsumbang-bongbong-dan-tompas-bongbong-perkawinan-melanggar-hukum-marga-batak.htm|title=Marsumbang, Bongbong dan Tompas Bongbong, Perkawinan Melanggar Hukum Marga Batak|last=|first=|date=|website=Team Tobatabo|access-date=}}</ref>
 
Kini dalam perkumpulan marga-marga keturunan Marbun, disarankan kembali untuk tidak saling kawin antara marga Lumbanbatu, Banjarnahor, dengan Lumbangaol, agar tetap merasa satu ikatan saudara. Hal yang sama juga disarankan dengan marga-marga keturunan Naipospos lainnya.<ref>{{Cite web|url=https://togamarbunindonesia.com/|title=Parsadaan Toga Marbun Indonesia|last=|first=|date=|website=|access-date=|archive-date=2020-07-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20200715232456/https://togamarbunindonesia.com/|dead-url=yes}}</ref>
[[Berkas:Tugu Toga Marbun.jpg|pus|jmpl|500x500px|Tugu Toga Marbun dan Bagas Parsadaan Marbun di Parmonangan, Bakara, Kabupaten Humbang Hasundutan.]]
 
== Hubungan dengan Margamarga Lainlain ==
 
== Hubungan dengan Marga Lain ==
Ada kalanya antar marga Batak membentuk sebuah perjanjian ikatan khusus yang wajib diajarkan dan dipegang teguh oleh keturunannya dari generasi ke generasi. Perjanjian ikatan khusus ini disebut ''padan''. Berikut ini hubungan Marbun dengan marga lain dalam sebuah perjanjian ikatan khusus.
 
Baris 41 ⟶ 39:
Sebagai sama-sama keturunan [[Naipospos|Raja Naipospos]], pada dasarnya marga Lumbanbatu, Banjarnahor, dan Lumbangaol adalah satu ikatan darah persaudaraan dengan marga-marga Naipospos lainnya. Dalam perjalanan sejarah, antara keturunan Naipospos dari istri pertama dan kedua membentuk sebuah ikatan perjanjian khusus untuk mengatasi berbagai persoalan pada masa itu, termasuk persoalan posisi urutan yang sulung hingga bungsu. Beberapa kalangan kurang terima Marbun menjadi yang bungsu meskipun dilahirkan oleh istri kedua karena berdasarkan urutan kelahiran yang paling akhir lahir adalah [[Situmeang|Jamita Mangaraja (Situmeang)]] dari istri pertama.<ref>{{Cite web|url=https://hutaurukbona.wordpress.com/2010/10/02/naipospos/|title=Naipospos|last=|first=|date=|website=HUTAURUK BONA, tulisan Doangsa P. L. Situmeang|access-date=}}</ref>
 
Mengatasi persoalan tersebut, para tetua Naipospos sepakat membentuk sebuah ikatan perjanjian khusus yang dikenal dengan istilah ''padan''. Marga [[Hutauruk]] dengan marga [[Lumban Batu|Lumbanbatu]] menjadi sama tingkatannya satu level memiliki satu ikatan perjanjian khusus, marga [[Banjar Nahor|Banjarnahor]] dengan marga [[Simanungkalit]], dan marga [[Lumban Gaol|Lumbangaol]] dengan marga [[Situmeang]]. Dalam perjanjian ini, masing-masing keturunan marga pasangan satu ikatan perjanjian tidak boleh saling kawin, yang bertamu menjadi adik dan tuan rumah menjadi abang.<ref>{{Cite news|url=https://hutaurukbona.wordpress.com/2010/10/24/mampukah-keturunan-naipospos-bertutursapa/|title=Mampukah Keturunan Naipospos Bertutursapa?|last=|first=|date=|work=|newspaper=HUTAURUK BONA, tulisan Maridup Hutauruk|language=|access-date=|via=}}</ref>
 
Maka pada praktiknya, marga [[Banjar Nahor|Banjarnahor]] wajib memanggil abang kepada [[Hutauruk]], karena [[Lumban Batu|Lumbanbatu]] menjadi selevel dengan Hutauruk. Contoh lain, apabila marga [[Lumban Gaol|Lumbangaol]] bertamu ke rumah marga [[Situmeang]], maka marga Lumbangaol wajib memanggil marga Situmeang sebagai abang, demikian pula sebaliknya. Dengan perjanjian ini pula, marga Lumbangaol dan Situmeang otomatis sama-sama menjadi adik bungsu dalam tingkat sapaan antar marga-marga keturunan Naipospos. Khusus marga [[Sibagariang]], hingga kini tidak dikaitkan perjanjian dengan salah satu marga keturunan Marbun untuk menguatkan posisinya sebagai yang sulung yang pertama lahir di antara seluruh putera keturunan Raja Naipospos.<ref>{{Cite web|url=http://sibagariang-sulung.blogspot.com/|title=BUKTI-BUKTI HAK SULUNG SIBAGARIANG|last=|first=|date=|website=Donda Hopol (Sibagariang) adalah putera sulung (siangkangan ni) Raja Naipospos, tulisan Ricardo Parulian Sibagariang|publisher=|access-date=}}</ref>
Baris 48 ⟶ 46:
 
=== Sihotang ===
[[Sihotang]] adalah puteraputra kedua [[Raja Oloan|siSi Raja Oloan]]. Berdasarkan penuturan para tetua marga Marbun maupun Sihotang, disebutkan bahwa marga Marbun dan Sihotang memiliki sebuah ikatan perjanjian khusus ''(padan)'' tidak boleh saling kawin. Perlu penelusuran lebih lanjut, pada generasi keberapa terjadi ikatan perjanjian ini. Namun, hingga kini, perjanjian ini tetap dipegang teguh bahwa keturunan Marbun dan Sihotang menjadi saudara ''(dongan padan)'' yang antar keturunannya tidak boleh saling kawin. Bahkan pada perkembangannya kini, marga-marga Naipospos lainnya juga menganggap Sihotang menjadi saudara.<ref>{{Cite web|url=https://www.dutamedan.com/2018/05/awal-mula-marga-sihotang-marpadan-dengan-marga-marbun/|title=Awal Mula Marga Sihotang “Marpadan” Dengan Marga Marbun|last=|first=|date=|website=oleh Duta Medan|access-date=|archive-date=2020-07-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20200715054619/https://www.dutamedan.com/2018/05/awal-mula-marga-sihotang-marpadan-dengan-marga-marbun/|dead-url=yes}}</ref>
 
== Pendapat Lainlain ==
Dalam beberapa literatur yang beredar dan yang diyakini sebagian keturunan Marbun, menyebutkan bahwa Raja Naipospos memiliki dua orang puteraputra yang dilahirkan oleh dua istri. Istri kedua lebih dahulu melahirkan satu orang putera yang diberi nama Marbun. Kemudian istri pertama melahirkan satu orang putera dan diberi nama [[Toga Sipoholon|Sipoholon]] atau [[Martuasame]]. Bagi keturunan Marbun yang meyakini pendapat ini, sering berbeda pendapat mengenai siapa yang sulung dan bungsu antara Marbun atau Sipoholon. Sebagian meyakini Sipoholon (Martuasame) adalah yang sulung karena dilahirkan istri pertama, sedangkan yang lain mengatakan Marbun adalah yang sulung karena yang pertama kali lahir adalah Marbun daripada Sipoholon.<ref>{{Cite web|url=http://lumbangaol.org/silsilah-naipospos/|title=SILSILAH NAIPOSPOS : Pomparan ni Raja Lumban Gaol|last=|first=|date=|website=lumbangaol.org|publisher=|access-date=|archive-date=2021-10-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20211019065205/http://lumbangaol.org/silsilah-naipospos/|dead-url=yes}}</ref>
 
Di lain pihak, para tetua Naipospos yang tinggal di [[Dolok Imun]] dan [[Huta Raja, Sipoholon, Tapanuli Utara|Hutaraja]] termasuk yang ada di [[Sipoholon, Tapanuli Utara|Sipoholon]], tidak menyetujui nama Sipoholon atau pun nama Martuasame sebagai salah satu putera Raja Naipospos.<ref>{{Cite web|url=http://toga-sipoholon.blogspot.com/|title=Toga Sipoholon bukanlah putera Naipospos|last=|first=|date=|website=tulisan Ricardo Parulian Sibagariang|publisher=|access-date=}}</ref>
 
Para tetua Naipospos di Dolok Imun meyakini bahwa Raja Naipospos memiliki lima orang putera dan bukan dua orang putera. Tidak adanya penyebutan [[Daftar marga Suku Batak|marga]] Sipoholon maupun marga Martuasame seperti marga Marbun menjadi salah satu alasan utama para tetua Naipospos di Sipoholon membantah bahwa Raja Naipospos memiliki dua orang puteraputra. Bagi para tetua tersebut, [[Sipoholon, Tapanuli Utara|Sipoholon]] hanyalah nama daerah dan [[Martuasame]] adalah julukan atau gelar lain Raja Naipospos.<ref>{{Cite news|url=https://hutaurukbona.wordpress.com/2010/10/02/67sombaon-same/|title=Sombaon Same|last=|first=|date=|work=|newspaper=HUTAURUK BONA, tulisan Leopold Parulian Sibagariang|language=|access-date=|via=}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 66 ⟶ 64:
[[Kategori:Marga Batak Toba]]
[[Kategori:Naipospos]]
[[Kategori:Marga Marbun]]
 
{{Suku-Batak-stub}}