Duryodana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
M. Adiputra (bicara | kontrib) |
||
(18 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 5:
| Devanagari = दुर्योधन
| Ejaan_Sanskerta = Duryodhana
| Nama_lain = {{flatlist|
*Suyodana *Kurunata *Kurupati *Gandarisuta *Dretarastraputra}} | Senjata = gada
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Istri = [[Banowati]]
| Anak = [[Laksmanakumara]] dan [[Laksmana (Mahabharata)|Laksmana]]
| Ayah = [[Dretarastra]]
Baris 18 ⟶ 23:
| Tokoh = ''Mahabharata''
}}
'''Duryodana''' {{Sanskerta|दुर्योधन|Duryodhana}} atau '''Suyodana''' {{Sanskerta|सुयोधन|Suyodhana}} adalah tokoh [[antagonis]] yang utama dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Dalam kisah, ia merupakan putra sulung [[Dretarastra]] dan [[Gandari]], pasangan keluarga bangsawan [[Kerajaan Kuru]], suatu kerajaan kuno di [[India Utara]] yang beribukota di [[Hastinapura]]. Duryodana merupakan yang pertama di antara seratus [[Korawa]], yaitu anak-anak Dretarastra. Duryodana menikah dengan putri Prabu Citranggada dari [[kerajaan Kalinga|Kalinga]] dan mempunyai dua anak, masing-masing bernama [[Laksmanakumara]] (Lesmana Mandrakumara) dan [[Laksmana (Mahabharata)|Laksmana]] (Lesmanawati). Meskipun nama istri Duryodana tidak disebutkan secara khusus dalam naskah ''Mahabharata'' berbahasa Sanskerta, tetapi ia disebut [[Banowati|Banumati]] dalam cerita rakyat [[India]], atau [[Banowati]] dalam lakon [[pewayangan]] [[Jawa]].<ref>{{Cite book|last=Sharma|first=Arvind|url=https://books.google.com/books?id=KnCxH85Vra4C&q=duryodhana+wife&pg=PA298|title=Essays on the Mahābhārata|date=2007|publisher=Motilal Banarsidass Publishe|isbn=978-81-208-2738-7|language=en}}</ref>
Menurut kepercayaan [[Hinduisme|Hindu]], Duryodana merupakan penjelmaan dari [[Kali (iblis)|Iblis Kali]]. Ia diceritakan bersikap layaknya seorang kesatria, tetapi mudah terpengaruh hasutan [[Sangkuni]], yaitu pamannya yang licik dan suka memprovokasi pihak Korawa dengan pihak [[Pandawa]] (anak-anak [[Pandu]]), sepupu para Korawa. Selain itu, Duryodana terbiasa dimanjakan oleh kedua orangtuanya. Dengan belajar ilmu bela diri dari gurunya, yaitu [[Krepa]], [[Drona]], dan [[Baladewa]], Duryodana menjadi sangat kuat dengan senjata gada, dan setara dengan [[Bima (Mahabharata)|Bima]], seorang Pandawa yang hebat dalam kekuatan fisik. Perseteruannya dengan para Pandawa berujung kepada [[perang Kurukshetra|perang besar]] di [[Kurukshetra]], yang juga dikenal sebagai [[Bharatayuddha]]. Dalam perang, bendera keagungannya berlambang ular kobra. Ia dikalahkan oleh Bima pada pertempuran hari kedelapan belas karena pahanya dipukul dengan [[gada]].
Baris 27 ⟶ 32:
== Kelahiran ==
Kisah kelahiran Duryodana dan para saudaranya tercatat dalam kitab ''Mahabharata'' pertama, yaitu ''[[Adiparwa]]'', pada bab ''Sambhawaparwa''. Dalam kitab diceritakan bahwa ia merupakan putra sulung [[Dretarastra]] (pengeran [[Dinasti Kuru]]) dan [[Gandari]] (putri [[kerajaan Gandhara]]). Mereka tinggal di keraton [[Hastinapura]] bersama adik Dretarastra yang bernama [[Pandu]] dan dua istrinya yang bernama [[Kunti]] dan [[Madri]]. Karena suatu kutukan yang diucapkan Resi [[Kindama]], maka Pandu bersuluk ke tengah hutan bersama dua istrinya. Takhta kerajaan pun dititipkan kepada kakaknya, Dretarastra.
Baris 35 ⟶ 40:
== Masa muda ==
[[File:Myths of the Hindus & Buddhists - The Trial of the Princes.jpg|thumb|Ilustrasi pendidikan para pangeran Kuru di bawah bimbingan [[Drona]]. Ilustrasi karya Nandalal Bose untuk buku ''Myths of the Hindus & Buddhists'' (1914).]]
Dalam ''Mahabharata'' diceritakan bahwa Duryodana sangat kuat. Ia dihormati oleh adik-adiknya, khususnya [[Dursasana]]. Setelah [[Pandu]] wafat di tengah hutan, [[Madri]] melakukan ritual [[Sati (praktik)|''Sati'']]. Kemudian [[Bisma]] menjemput [[Kunti]] dan kelima putra Pandu ([[Pandawa]]) untuk tinggal lagi di keraton [[Hastinapura]]. Kedatangan para putra Pandu menimbulkan perasaan waswas pada Duryodana, sebab Yudistira (Pandawa tertua) adalah yang sulung di antara para pangeran di sana, sehingga peluang sebagai pewaris takhta akan jatuh kepadanya. [[Sangkuni]], paman Duryodana dari pihak ibunya, kerap memberikan saran yang jahat, dan mendiskusikan rencana menyingkirkan para Pandawa, tetapi sering kali gagal.<ref>{{cite book|last=Rao|first=Shanta Rameshwar|title=The Mahabharata (Illustrated)|year=1985|publisher=Orient Blackswan|isbn=9788125022800|pages=25–26}}</ref>
Baris 43 ⟶ 48:
Dalam kitab-kitab ''Mahabharata'', nama istri Duryodana tidak pernah disebutkan secara spesifik, tetapi banyak sumber yang menyebutkan bahwa Duryodana hanya memiliki seorang istri saja, yang kemudian diberi nama "[[Banowati|Bhanumati]]" dalam [[interpolasi (sastra)|kisah sisipan]], atau disebut "[[Banowati]]" dalam kisah [[pewayangan]] [[Jawa]].<ref>{{Cite book|last=Sharma|first=Arvind|url=https://books.google.com/books?id=KnCxH85Vra4C&q=duryodhana+wife&pg=PA298|title=Essays on the Mahābhārata|date=2007|publisher=Motilal Banarsidass Publishe|isbn=978-81-208-2738-7|language=en}}</ref> Dalam kitab ''[[Striparwa]]'' (buku ke-11 ''Mahabharata''), ada sebuah kalimat yang dinarasikan oleh [[Gandari]] tentang istri Duryodana dan ibu [[Laksmanakumara]], tetapi namanya tidak disebutkan. Dalam kitab ''[[Santiparwa]]'' (buku ke-12 ''Mahabharata''), Resi [[Narada]] menceritakan pernikahan Duryodana dengan putri Raja Citranggada dari [[kerajaan Kalinga|Kalinga]], tanpa menyebut nama sang putri.
Menurut suatu cerita dalam ''Mahabharata'', Duryodana menculik putri Raja
Menurut kitab ''[[Mahabharata]]'', ''[[Purana]]'', serta ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'', [[Laksmanakumara]] (laki-laki) dan [[Laksmana (Mahabharata)|Laksmana]] (perempuan) merupakan anak-anak Duryodana dan Banowati.<ref>{{cite book|title=The Complete Life of Krishna: Based on the Earliest Oral Traditions and the Sacred Scriptures|url=https://books.google.com/books?id=LFwoDwAAQBAJ&q=lakshmana+daughter+of+duryodhana&pg=PT171|publisher=Simon and Schuster|author=Vanamali|access-date=22 May 2012|isbn = 9781594776908|year=2012}}</ref><ref>{{cite web|url=http://www.sacred-texts.com/hin/iml/iml23.htm |title=Indian Myth and Legend: Chapter XVIII. The Battle of Eighteen Days |publisher=Sacred-texts.com }}</ref> Sangat sedikit cerita yang melibatkan mereka dalam ''Mahabharata''. Kisah tentang Laksmanakumara terutama terdapat dalam episode gugurnya [[Abimanyu]], sedangkan Laksmana dikisahkan menikah dengan [[Samba (Mahabharata)|Samba]], putra [[Kresna]].
== Perebutan kerajaan ==
[[Berkas:The ordeal of Queen Draupadi.jpg|ka|jmpl|Ilustrasi Dursasana menarik pakaian Dropadi, karya Warwick Goble, dari buku ''Indian Myth and Legend'', 1913.]]▼
Dalam kitab kedua ''Mahabharata'', yaitu ''[[Sabhaparwa]]'' diceritakan bahwa Duryodana datang berkunjung ke Istana [[Indraprastha]], keraton yang didirikan oleh para [[Pandawa]] dengan bantuan [[Kresna]] dan [[Mayasura]]. Ia terkagum-kagum dengan kemegahan istana tersebut. Saat memasuki sebuah ruangan, ia mengira sebuah kolam sebagai lantai, sehingga akhirnya tercebur. Kejadian tersebut disaksikan oleh para Pandawa sehingga mereka tertawa terpingkal-pingkal, kecuali [[Yudistira]]. Duryodana pun merasa terhina akan tanggapan para Pandawa.
Baris 54 ⟶ 59:
Setelah Yudistira kalah, Duryodana segera menyuruh agar Dropadi datang ke arena permainan, sebagai budak yang telah diperoleh melalui taruhan. Pada waktu itu Dropadi sedang berada di keputren Hastinapura. Ia berulang kali menolak untuk dijemput oleh pesuruh, sehingga Duryodana mengutus [[Dursasana]], adiknya sendiri untuk menjemput Dropadi. Dropadi tetap menolak untuk hadir di arena permainan, sehingga Dursasana menyeretnya secara paksa. Di arena permainan, Duryodana meminta Dropadi untuk menanggalkan pakaiannya, tetapi ia menolak, sehingga Dursasana mencoba menelanjanginya. Namun berkat pertolongan gaib dari [[Kresna]], kain yang dikenakan Dropadi tidak habis meski terus-menerus ditarik dan diulur-ulur. Setelah Dursasana kelelahan, akhirnya [[Bima (Mahabharata)|Bima]] bersumpah bahwa ia akan merobek dada Dursasana, serta membinasakan para Korawa.
▲[[Berkas:The ordeal of Queen Draupadi.jpg|ka|jmpl|Ilustrasi Dursasana menarik pakaian Dropadi, karya Warwick Goble, dari buku ''Indian Myth and Legend'', 1913.]]
Tak lama setelah Dropadi dihina, pertanda alam yang buruk muncul di [[Hastinapura]]. Menyadari bahwa masa depan keluarganya terancam, Dretarastra pun mengembalikan semua yang telah dipertaruhkan Yudistira, termasuk kebebasannya. Namun, hal itu menyebabkan kekecewaan besar bagi Duryodana. Akhirnya diadakanlah permainan dengan taruhan bahwa yang kalah harus hidup di tengah hutan selama 12 tahun. Setelah itu, yang kalah menjalani hidup dalam masa penyamaran selama setahun. Apabila penyamaran pada tahun itu terbongkar, maka yang kalah harus menjalani hidup lagi di tengah hutan. Sebagaimana permainan sebelumnya, Yudistira pun kalah. Akhirnya para Pandawa beserta istri mereka menjalani apa yang telah dipertaruhkan. Kehidupan para Pandawa dan Dropadi di tengah hutan tercatat dalam kitab ''[[Wanaparwa]]'', sedangkan kehidupan mereka dalam masa penyamaran tercatat dalam kitab ''[[Wirataparwa]]''.
== Persiapan perang ==
[[File:Arjuna chooses Krishna.jpg|left|300px|thumb|Lukisan dari [[Himachal Pradesh]] (sekitar abad ke-18) menggambarkan pertemuan antara [[Kresna]], [[Arjuna]], dan Duryodana sebelum perang Kurukshetra dimulai.]]
Dalam bagian awal kitab ''[[Udyogaparwa]]'', pada saat pertemuan para kesatria di pernikahan [[Abimanyu]] dan [[Utari]], [[Satyaki]] dari kaum [[Yadawa]] menyarankan agar [[Pandawa]] membentuk suatu persekutuan dengan para raja di tanah [[India]], sehingga kekuatan tersebut dapat dipakai untuk menekan Duryodana agar mau menyerahkan [[kerajaan Kuru]] kepada Pandawa. Raja [[Drupada]] dari [[kerajaan Panchala|Panchala]] menyarankan agar Pandawa segera mengirimkan utusan dan membuat persekutuan. Duryodana mengetahui niat para Pandawa; ia pun segera membentuk persekutuan seperti yang dilakukan oleh Pandawa.
Di [[Dwaraka]], Kresna didatangi oleh pihak Korawa dan Pandawa dalam waktu bersamaan. Ia menerangkan bahwa salah satu dari mereka dapat meminta bantuan kepadanya sebagai penasihat—dengan catatan bahwa ia tak akan memegang senjata selama pertempuran—sedangkan yang satunya lagi dapat meminta keberpihakan prajurit keluarga Kresna yang disebut ''[[Narayanisena]]''. Pandawa yang diwakili [[Arjuna]] meminta bantuan Kresna sebagai penasihat, sementara Korawa yang diwakili Duryodana meminta agar laskar ''Narayanisena'' mendukungnya saat bertempur. Di [[Kurukshetra]], hanya ''Narayanisena'' pimpinan [[Kertawarma]] yang mendukung Korawa, sementara [[Satyaki]] bertempur demi Pandawa. Sedangkan para panglima ''Narayanisena'' lainnya ditahan oleh [[Baladewa]] dan Kresna agar tidak terlibat dalam pertempuran.<ref name="media.radiosai.org">{{cite web | title=The Narayani Sena Dilemma - Follow Krishna or follow Conscience | website=media.radiosai.org | url=https://media.radiosai.org/journals/vol_14/01SEP16/The-Narayani-Sena-Dilemma-Follow-Krishna-or-follow-Conscience.htm | access-date=2020-08-09}}</ref><ref name="StoryMirror 2020">{{cite web | title=Narayan or the narayani sena? | website=StoryMirror | date=2020-01-03 | url=https://storymirror.com/read/story/english/neumo18k/narayan-or-the-narayani-sena/detail | access-date=2020-08-09}}</ref><ref name="Gupta2007">{{cite book|author=Jyoti Bhusan Das Gupta|title=Science, Technology, Imperialism, and War|url=https://books.google.com/books?id=EJuM4FylchwC&pg=PA291|year=2007|publisher=Pearson Education India|isbn=978-81-317-0851-4|pages=291–}}</ref><ref name="Palkar2019">{{cite book|author=Amit Palkar|title=Moral Stories for All|url=https://books.google.com/books?id=RQKGDwAAQBAJ&pg=PA46|date=1 February 2019|publisher=Evincepub Publishing|isbn=978-93-88277-92-1|pages=46–}}{{Pranala mati|date=Januari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
Setelah para raja di tanah [[India]] terbagi menjadi dua kubu, [[Yudistira]] dan Pandawa lainnya kembali ke [[Hastinapura]] dan meminta kembali kerajaan mereka sesuai dengan perjanjian yang sah. Namun Duryodana bersikap sombong dan menolak permohonan Yudistira. Yudistira kemudian meminta agar Pandawa diberikan lima desa saja, karena sudah merupakan kewajiban Pandawa untuk turut serta dalam pemerintahan sebagai pangeran [[Kerajaan Kuru]]. Duryodana pun bersikeras bahwa ia tidak akan mau memberikan tanah kepada Pandawa bahkan seluas ujung jarum pun. Duryodana menantang Pandawa untuk melakukan peperangan.
[[File:Raja Ravi Varma, Sri Krishna as Envoy.jpg|thumb|Lukisan "Krishna sebagai Duta" karya [[Raja Ravi Varma]] (1906). Dalam lukisan digambarkan Duryodana (tengah) menentang usulan damai [[Kresna]]. [[Satyaki]] berusaha melawan tetapi dicegah oleh Kresna.]]
Sebelum pertempuran dimulai, [[Kresna]] datang ke hadapan Duryodana dan sesepuh [[Kerajaan Kuru]] seperti [[Dretarastra]], [[Widura]], [[Bisma]], dan [[Drona]]. Ia datang untuk menyampaikan misi perdamaian. Namun usul Kresna ditolak juga oleh Duryodana. Dalam kesempatan tersebut, ia memiliki niat jahat untuk menculik Kresna. Namun Kresna mengetahui niat jahat Duryodana sehingga ia menunjukkan kesaktiannya sebagai seorang [[awatara]] [[Wisnu]]. Dengan gagalnya usaha Kresna untuk mencapai perdamaian, maka peperangan tak dapat dimungkiri lagi.
== Perang Kurukshetra ==
{{seealso|Perang Kurukshetra}}
Baris 79 ⟶ 85:
=== Pertempuran terakhir ===
[[Berkas:Bhima hurled his mace with fury.jpg|jmpl|left|Lukisan Bima melayangkan gadanya dengan beringas ke arah Duryodana.{{br}}Lukisan karya Evelyn Paul, 1911.]]
Pada kitab kesepuluh, yaitu ''[[Salyaparwa]]'', hanya segelintir perwira di pihak Korawa yang masih bertahan hidup, di antaranya: [[Kertawarma]], [[Krepa]], [[Aswatama]], [[Uluka]], [[Sangkuni]], dan [[Salya]]. Pada pertempuran di hari kedelapan belas, ia mengangkat Salya sebagai senapati pihak [[Korawa]], tetapi pada hari itu juga Salya gugur di tangan [[Yudistira]]. Menjelang akhir peperangan tersebut, Duryodana melarikan diri ke sebuah telaga untuk memulihkan tenaga. Ia disusul oleh para Pandawa dan kesatria [[kerajaan Pancala|Pancala]] yang mengira bahwa Duryodana mencoba kabur. Saat mereka tiba di tepi telaga dan menemukan Duryodana, Yudistira menantangnya untuk menghadapi Pandawa.
Baris 89 ⟶ 95:
=== Kematian ===
[[File:Bhima Killing Duryodhana.jpg|thumb|Tersungkurnya Duryodana setelah duel melawan Bima, dalam ilustrasi untuk kitab ''Mahabharata'' ber[[bahasa Persia]], dari [[Muradabad]] (1761).]]
Duryodana gugur perlahan-lahan setelah duel melawan [[Bima (Mahabharata)|Bima]] pada hari kedelapan belas. Dalam kitab ''[[Sauptikaparwa]]'', hanya tiga kesatria yang bertahan hidup dan masih berada di pihaknya, yaitu [[Aswatama]], [[Krepa]], dan [[Kertawarma]]. Dalam keadaan sekarat, Duryodana sempat mengangkat Aswatama sebagai pemimpin sisa-sisa prajurit Korawa, dan berpesan agar Aswatama membalaskan dendamnya untuk membinasakan para Pandawa. Aswatama pun menyusup ke perkemahan para Pandawa pada malam hari, tetapi Pandawa sedang tidak berada di sana. Sebaliknya, ia membunuh [[Drestadyumna]], [[Srikandi]], [[Pancakumara]], [[Utamoja]], Yudamanyu, dan sisa laskar Pandawa. Ia kemudian kembali ke tempat Duryodana dan menceritakan pembalasan dendam yang telah dilakukannya. Tak lama kemudian, Duryodana gugur. Setelah Duryodana gugur, [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] kehilangan mata batinnya sehingga ia tidak mampu lagi menceritakan kejadian di [[Kurukshetra]] kepada Dretarastra.
|