Chaerul Saleh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Masa penjajahan Jepang: menambahkan konten |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(42 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Officeholder
| honorific-prefix = <!-- Kolom ini hanya untuk gelar kenegaraan/kehormatan (bukan gelar akademis/profesi) -->
| name = {{PAGENAME}}
| image = ChairulSaleh.jpg
| caption =
| office = Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Indonesia
| order = Ke-1
| term_start = 1960
| term_end = 1966
| president = [[Soekarno]]
| predecessor =
| successor = [[Abdul Harris Nasution]]
| office2 = [[Daftar Menteri Perindustrian Indonesia|Menteri Perindustrian Dasar]] & [[Daftar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia|Pertambangan Indonesia]]
| order2 =
| term_start2 = 10 Juli 1959
| term_end2 = 27 Agustus 1964
| president2 = [[Soekarno]]
| predecessor2 = [[
| successor2 = [[Hadi Thayeb]]<br>Armunanto
| office3
| order3 = ke-3
| term_start3 = 9 April 1957
| term_end3 = 6 Juli 1959
| president3 = [[Soekarno]]
| primeminister3 = [[Djoeanda Kartawidjaja]]
| predecessor3 = [[Dahlan Ibrahim]]
| successor3 = Sambas Atmadinata
| birth_date = {{birth date|1916|9|13}}
| birth_place
| death_date = {{death date and age|1967|2|8|1916|9|13}}
| death_place = [[Jakarta]],
| party = {{ubl|[[Partai Nasional Indonesia]]|[[Partai Murba]]}}
| spouse = Yohana Siti Menara Saidah
| children =
| father = Achmad Saleh
| mother = Zubaidah binti Ahmad Marzuki
| relations
| residence =
| alma_mater
|
| religion = <!-- Kosongkan bagian ini; kolom terkait Suku, Agama dan Ras telah dinonaktifkan -->
| allegiance =
|
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
| battles = {{Tree list}}
[[Perang Kemerdekaan Indonesia]]
}}
[[Jendral]] [[TNI]] [[HOR]] '''Chaerul Saleh''' gelar '''Datuk Paduko Rajo''' ({{lahirmati|[[Sawahlunto]], [[Sumatra Barat]]|13|9|1916|[[Jakarta]]|8|2|1967}})<ref>[http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1977/05/07/PT/mbm.19770507.PT74582.id.html "Tak setuju perintis terima uang"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170404020323/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1977/05/07/PT/mbm.19770507.PT74582.id.html |date=2017-04-04 }}, [[Tempointeraktif]], [[7 Mei]] [[1977]].</ref> adalah seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah menjabat sebagai wakil perdana menteri, menteri, dan ketua MPRS dari tahun [[1957]] sampai [[1966]]. Ia juga mengajukan ide negara kepulauan dengan batas teritorial 12 mil laut yang disahkan pada 13 Desember 1957. Atas jasa-jasanya, Chaerul dianugerahi gelar kehormatan [[Jenderal]] [[TNI]].▼
▲[[
== Masa awal kehidupan ==▼
Chaerul lahir pada tanggal 13 September 1916 di [[Kota Sawahlunto|Sawahlunto]], [[Sumatra Barat]].<ref>{{Cite web|last=Nisa|first=Amirul|date=13 Desember 2022|title=Profil 4 Tokoh Golongan Muda yang Terlibat Peristiwa Rengasdengklok - Bobo|url=https://bobo.grid.id/read/083612058/profil-4-tokoh-golongan-muda-yang-terlibat-peristiwa-rengasdengklok|website=bobo.grid.id|language=id|access-date=24 Desember 2022}}</ref> Dia merupakan anak tunggal dari seorang dokter bernama Achmad Saleh yang pernah dicalonkan menjadi anggota [[Volksraad]] dan Zubaidah binti Ahmad Marzuki.<ref name=":0">{{Cite web|last=Satyadarma|date=6 November 2021|title=Chaerul Saleh, Pahlawan Bangsa yang Mati dalam Penjara|url=https://koransulindo.com/chaerul-saleh-pahlawan-bangsa-yang-mati-dalam-penjara/|website=Koran Sulindo|language=id-ID|access-date=24 Desember 2022}}</ref> Pada usia dua tahun, orang tuanya bercerai dan ia dibawa pulang oleh ibunya ke [[Lubuak Jantan, Lintau Buo Utara, Tanah Datar|Lubuk Jantan]], [[Lintau Buo, Tanah Datar|Lintau, Tanah Datar]]. Karena ibunya sakit, Chaerul diasuh oleh pamannya yang bernama Sulaeman Raja Mudo hingga berumur empat tahun. <ref>{{Cite book|last=Soewito|first=Irna Hanny Nastoeti Hadi|date=1993|url=https://books.google.co.id/books?id=KKiKAAAAMAAJ&pg=PA214&dq=Chaerul+Saleh+anak+Achmad+Saleh&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwifhL7UkZP8AhVYHbcAHZwUC18Q6AF6BAgHEAI|title=Chairul Saleh, tokoh kontroversial|location=Jakarta|publisher=Tim Penulis|pages=22|language=id|url-status=live}}</ref>Di usia empat tahun, ayahnya membawa Chaerul ke [[Kota Medan|Medan]] dan menyekolahkannya di sebuah sekolah rakyat di sana.<ref name=":1">{{Cite web|last=|first=|date=20 April 2012|title=Politisi Murba, Jenderal Kehormatan|url=https://tokoh.id/biografi/1-ensiklopedi/politisi-murba-jenderal-kehormatan-tni-ad/|website=Tokoh Id|language=en-US|access-date=25 Desember 2022}}</ref> Setelah ayahnya berpindah tugas ke Bukittinggi, ia melanjutkan sekolahnya di [[Europeesche Lagere School]] yang ada di sana dan akhirnya lulus pada tahun 1931.<ref>{{Cite book|last=Abidin|first=Mas'oed|date=2005|url=https://books.google.co.id/books?id=VJFuAAAAMAAJ&q=Chaerul+saleh+ELS+bukit+tinggi+1931&dq=Chaerul+saleh+ELS+bukit+tinggi+1931&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiv6M6LqpT8AhVpSWwGHUstDXAQ6AF6BAgJEAI|title=Ensiklopedi Minangkabau|publisher=Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau|isbn=978-979-3797-23-6|pages=109|language=id|url-status=live}}</ref>▼
Setelah lulus dari ELS, Ia kemudian melanjutkan sekolahnya ke ''[[Hoogere Burgerschool]]'' (HBS) -Bagian B di Medan dan diasuh oleh Suwis.{{Sfn|Soewito|1992|p=8}} Selama sekolah di Medan, dia sering pulang ke Bukittingi yang juga mempertemukannya dengan Yohana Siti Menara Saidah putri [[Lanjumin Dt. Tumangguang]] yang akan menjadi istrinya nanti. Karena Yohana, Chaerul pindah ke Batavia<ref name=":0" /> Chaerul hanya bersekolah selama tiga tahun di sini dan melanjutkan sekolah di [[Koning Willem III School te Batavia]] di umur 18 tahun.<ref>{{Cite web|last=Ningsih|first=Widya Lestari|date=14 Desember 2022|title=Chaerul Saleh, Pejuang Kemerdekaan yang Mati Tanpa Kejelasan Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/14/235500879/chaerul-saleh-pejuang-kemerdekaan-yang-mati-tanpa-kejelasan|website=|publisher=Kompas|language=id|access-date=25 Desember 2022}}</ref> Selama di Koning, Chaerul menjadi ketua dari sebuah organisasi yang beranggotakan orang Indonesia saja bernama Oesaha Kita.{{Sfn|Soewito|1992|p=13}} Kemudian dia melanjutkan pendidikannya di [[Rechtshoogeschool te Batavia]] pada tahun 1937 sampai 1942. <ref name=":0" />▼
▲Chaerul lahir pada
▲
Saat masih menjadi mahasiswa, Chaerul merupakan penggemar dari [[Mohammad Yamin]]. Bahkan, dia pernah mengajak temannya, [[Zainal Sabaruddin Nasution]] mengunjungi Jalan Pejambon yang menjadi lokasi gedung [[Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia|Kementerian Luar Negeri]] pada saat ini untuk mendengarkan pidato dari Yamin saat menghadiri sidang Volksraad. Chaerul juga pernah diundang untuk mengunjungi rumah Yamin bersama Sabaruddin, Suyono Siegfried, [[Astrawinata|Achmad Astrawinata]] dan [[Soepeno]] di Pecenongan, [[Sawah Besar, Jakarta Pusat|Sawah Besar]]. Mereka berdiskusi tentang para pribumi yang didiskriminasi, kemerdekaan serta masalah politik. Akibat perisitiwa inii, sebuah surat dari [[Rechtshoogeschool te Batavia]] terbit dan memberitahukan agar para mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan politik dan hanya harus fokus dengan kegiatan akademik mereka. {{Sfn|Soewito|1992|p=13}} ▼
=== Aktivisme ===
▲Saat masih menjadi mahasiswa, Chaerul merupakan penggemar dari [[Mohammad Yamin]]. Bahkan,
Pada waktu [[Bataviase Studenten Corps]] ingin mengajukan sebuah pernyataan setia terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada saat
== Masa penjajahan Jepang ==
Pada awal pergantian kekuasaan antara Belanda dan Jepang, pimpinan PPPI berniat melakukan penyambutan terhadap tentara
=== Angkatan Baru Indonesia ===
[[Berkas:Gedung_Joang_45.jpg|ka|jmpl|250x250px|Gedung Joang 45]]
Asrama ini didirikan oleh [[Hitoshi Shimizu]] dan disponsori oleh Sendenbu
=== Angkatan Pemuda ===
Ia menjadi panitia [[Seinendan]] dan anggota Angkatan Muda Indonesia. Kemudian ia berbalik arah menjadi anti-Jepang dan ikut membentuk Barisan Banteng serta menjadi anggota [[Putera]] pimpinan [[Soekarno]], [[Hatta]], [[Ki Hajar Dewantoro]] dan [[Mas Mansyur|Kyai Haji Mas Mansyur]].<ref name=":1" />▼
Pada pertengahan 1944, Pemerintah Jepang membentuk organisasi pemuda yang dikenal dengan nama Angkatan Pemuda. Dua tokoh yang menjadi bagian organisasi ini adalah Sukarni dan Chaerul.<ref>{{Cite book|last=Abdullah|first=Taufik|date=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=4t95DwAAQBAJ&pg=PA120&dq=angkatan+muda+Chaerul+Saleh+1944&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi9x_rHrJr8AhWzSWwGHYPDAOkQ6AF6BAgBEAI|title=The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War: In cooperation with the Netherlands Institute for War Documentation|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-19017-7|editor-last=Sato|editor-first=Shigeru|pages=120|language=en|chapter=Nationalist activities during Japanese period|url-status=live}}</ref> Bersama Angkatan Muda, Chaerul dan rekan-rekannya mengadakan kongres Pemuda pada tanggal 16 Mei 1945 hingga 18 Mei 1945 di [[Villa Isola]]. Kongres ini merupakan hasil prakarsa dari Djamal Ali, Hamid dan M. Tahir yang bertujuan untuk mendiskusikan penurunan kekuatan militer Jepang di [[Asia-Pasifik|Asia Pasifik]].<ref>{{Cite web|last=Putri|first=Risa Herdahita|date=26 Januari 2020|title=Villa Isola, dari Vila Mewah hingga Sunda Empire|url=https://historia.id/kultur/articles/villa-isola-dari-vila-mewah-hingga-sunda-empire-P1R5E|website=|publisher=Historia|language=id-ID|access-date=27 Desember 2022}}</ref> Kongres ini diikuti lebih dari 100 pemuda yang berasal dari beragam daerah di [[Jawa|Pulau Jawa]]. [[Raden Mas Bambang Soeprapto Dipokoesoemo]], [[S. Karna]], [[Ibnu Parna]], Rochyati, [[Sutiah]] dan Marthadi yang berasal dari [[Kota Semarang|Semarang]] sebagai perwakilan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI), S.W. Lagiono, Poerwokoesumo, [[Mantoro Tirtonegoro]], Adi Sumarto dan Asrar dari Gerakan Pemuda Republik Indonesia yang berasal dari [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Lalu, Jamal Ali, [[Soerjono]] atau yang lebih dikenal sebagai Pak Kasur, Koswara yang berasal dari Bandung. Selain Bandung, [[Jawa Barat]] juga mengikutsertakan pemuda dari [[Kota Cirebon|Cirebon]], yaitu Derajat dan [[Kusaeri]] dari [[Kota Sukabumi|Sukabumi]]. Jawa Timur diwakilkan oleh [[Soemarsono]] dari Surabaya sebagai bagian dari Pemuda Republik Indonesia dan dari Kediri yang diwakili oleh Handoko. Selaku pusat kepemimpinan Angkatan Pemuda, Jakarta mengirimkan peserta yang terdiri dari [[Zus Ratulangi]], [[Anas Ma'ruf]], [[D.N. Aidit|Aidit]], Chaerul, [[Kusnandar]] dan [[Sidik Kertapati]]. Selain utusan daerah, turut hadir [[Anwar Tjokroaminoto]], [[Harsono Tjokroaminoto]], [[Darwis Thaib]] serta mahasiswa dari [[Ika Dai Gako]].{{Sfn|Soewito|1992|p=23}}
Konferensi ini menjadi konferensi pertama yang menyanyikan lagu [[Indonesia Raya]], tanpa harus menyanyikan lagu kebangsaan Jepang [[Kimigayo]] serta pengibaran bendera merah putih berkibar tanpa mengibarkan [[Bendera Jepang|Hinomaru]] secara bersamaan hoho dengan merah putih.<ref>{{Cite book|last=Poesponegoro|first=Marwati Djoenoed|last2=Notosusanto|first2=Nugroho|date=1984|url=https://books.google.co.id/books?id=P05IAAAAMAAJ&pg=PA74&dq=Kongres+Pemuda+Seluruh+Jawa+16+mei+1945&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjmpPnHwZr8AhVjTmwGHdXiAFoQ6AF6BAgFEAI|title=Sejarah nasional Indonesia|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|volume=VI|pages=75|language=id|url-status=live}}</ref> Setelah 3 hari konferensi, konferensi ini pun menghasilkan dua resolusi:<ref>{{Cite web|date=16 Mei 2021|title=16 Mei 1945, Kongres Pemuda Seluruh Jawa|url=https://rekayorek.id/amp/16-mei-1945-kongres-pemuda-seluruh-jawa/|website=Rek Ayo Rek|language=id|access-date=28 Desember 2022}}</ref>
# Semua golongan Indonesia, terutama golongan pemuda dipersatukan dan dibulatkan di bawah satu pimpinan nasional.
# Dipercepatnya pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia.
Akan tetapi, dikarenakan usaha mewujudukan kemerdekaan ini masih ada campur tangan Jepang, maka muncullah penolakan dari Chaerul, Sukarni dan Harsono. Sebagai bentuk penolakan ini, mereka merencakan konferensi lanjutan. Konferensi lanjutan dilaksanakan di gedung [[Hokokai|Jawa Hokokai]] yang berlokasi di Jalan Gambir Selatan No.6, [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Pada saat itu, ada 49 oramg yang berkumpul pada konferensi ini.<ref>{{Cite book|last=Ilham|first=Osa Kurniawan|last2=Daradjadi|date=21 April 2021|url=https://books.google.co.id/books?id=5VUrEAAAQBAJ&pg=PA95&dq=3+Juni+1945+Chaerul+Saleh&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjDsaa_uJz8AhUlT2wGHWQHDKcQ6AF6BAgOEAI|title=Pejambon 1945: Konsensus Agung Para Peletak Fondasi Bangsa|location=Jakarta|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-2017-9|pages=94|language=id|url-status=live}}</ref> Dari 49 orang yang hadir, dipilihlah Panitia Sementara Angkatan Baru yang terdiri dari 10 orang, yaitu [[B.M. Diah|B.M Diah]], Sukarni, [[Soediro]], [[Syarief Thayeb]], Harsono, [[Wikana]], Chaerul, P. Gultom, Supeno dan [[Asmara Hadi]]. B.M Dia terpilih menjadi ketua di antara panitia sementara ini.<ref>{{Cite book|last=Djamaluddin|first=Dasman|date=2018|url=https://books.google.co.id/books?id=j-VNDwAAQBAJ&pg=PA15&dq=Catatan+B.M.+Diah:+Peran+%25E2%2580%259CPivotal%25E2%2580%259D+Pemuda+Seputar+Lahirnya+Proklamasi+17-8-%25E2%2580%259945&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjjqOiAkZ38AhUjS3wKHRz4DJUQ6AF6BAgIEAI|title=Catatan B.M. Diah: Peran “Pivotal” Pemuda Seputar Lahirnya Proklamasi 17-8-’45|location=Jakarta|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=978-602-433-568-7|pages=112|language=id|url-status=live}}</ref> Pada tanggal 8 Juni 1945, Panitia sementara ini bertemu dengan Sukarno dan mengatakan bahwa gerakan terasa lambat dan disarankan untuk mengambi keputusan secepatnya terkait nasib Indonesia.{{Sfn|Daradjadi|Ilham|2021|p=95}}
Pada tanggal 15 Juni 1945, terbentuklah gerakan bernama Angkatan Baroe Indonesia.<ref>{{Cite web|last=Barus|first=Kormen|date=16 Agustus 2021|title=16 Agustus 1945: Pemuda ‘Menculik’ Soekarno-Hatta Dibawa ke Rengas Dengklok! Keduanya Dipaksa Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia|url=https://www.industry.co.id/read/91225/16-agustus-1945-pemuda-menculik-soekarno-hatta-dibawa-ke-rengas-dengklok-keduanya-dipaksa-memproklamasikan-kemerdekaan-indonesia|website=Industry|language=Indonesia|access-date=28 Desember 2022}}</ref> Gerakan ini memiliki tujuan yang disebarkan pada surat kabar [[Asia Raja]] pada edisi pertengahan bulan Juni 1945:{{Sfn|Poesponegoro|Notosusanto|1984|p=76}}
# mencapai persatuan kompak di antara seluruh golongan masya rakat Indonesia.
# menanamkan semangat revolusioner massa atas dasar kesadaran mereka sebagai rakyat yang berdaulat
# membentuk negara kesatuan Republik Indonesia
# mempersatukan Indonesia bahu-membahu dengan Jepang, tetapi jika perlu gerakan itu bermaksud untuk " mencapai kemerdekaan dengan kekuatannya sendiri.
Pada sidang [[Chuo Sangi-In|Chuo Sangi In]] ke VII, muncul usulan untuk pembentukan organisasi yang bertujuan mengikutsertakan pemuda. Gerakan ini disebut dengan Gerakan Rakyat Baroe yang rencananya akan dibentuk pada bulan Juli 1945.{{Sfn|Daradjadi|Ilham|2021|p=96}} Kemudian, pada tanggal 2 Juli 1945, Gerakan Rakyat Baru yang mengikutsertakan Chaerul, Sukarni, Diah, Hadi , Harsono, Wikana, Sudiro, Supeno, [[Adam Malik]] , [[S.K. Trimurti]], [[Sutomo]] dan [[Pandu Kartawiguna]] setelah disetujui oleh yang baru, Letnan Jenderal Y. Nagano sebagai Saikō Shikikan yang baru. Gerakan tersebut terdiri dari 80 orang yang berasal dari beragam latar belakang, yaitu Indonesia, Jepang, Tionghoa, Arab dan peranakan Eropa.{{Sfn|Poesponegoro|Notosusanto|1984|p=76}}
Penolakan Chaerul Saleh terus berlanjut dalam sidang Gerakan Rakyat Baru pada tanggal 16 Juli di gedung Chuo Sangi In di Pejambon saat mebahas bentuk kenegaraan. Golongan pemuda ingin mencantumkan kata - kata “ Republik Indonesia ” , di dalam Anggaran dasar, tapi usul ini ditolak oleh golongan tua, yaitu Soekarno, Hatta, [[Subardjo Surosarojo|Subarjo]], Yamin dan [[Abikoesno Tjokrosoejoso|Abikusno]]. Sebagai bentuk protes, para pemuda secara demonstratif meninggal kan sidang satu per satu setelah menyampaikan alasan penolakan mereka yang dimulai oleh Adam Malik. Chaerul pun turut menyampaikan aspirasinya dengan berkata " <blockquote>“Pemuda-pemuda menghendaki Negara Republik Kesatuan dan ingin merdeka sekarang juga! Siapa merintangi perjuangan kami, adalah penghalang dan pengkhianat!”. </blockquote>Di tengah konflik, pihak Jepang mendatangi Soekarno dengan membisikkan sesuatu. Kemudian Soekarno mengatakan bahwa berdasarkan perintah [[Tokyo]], bentuk kenegaraan tidak boleh dibicarakans elama sidang sehingga pembicaraan bentuk kenegaraan ditangguhkan. Sebagai respons kemarahan ini, para pemuda meninggakan ruangan, yaitu Chaerul, B.M. Diah , Trimurti dan pemuda lainnya, kecuali Bung Tomo dan [[Moewardi]]. {{Sfn|Soewito|1992|p=26}} Pada tanggal 28 Juli 1945, Gerakan Rakyat Baru secara resmi dibentuk dengan turut serta menggabungkan [[Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (1945)|Partai Masyumi]] dan Jawa Hokokai. Meskipun, di dalam gerakan ini, para pemuda tidak menjabat di posisi yang telah disediakan sebagai bentuk penolakan.<ref>{{Cite book|last=Taufiq|first=Fery|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=E6A9EAAAQBAJ&pg=PT34&dq=Gerakan+rakyat+Baroe+28+Juli+1945&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjK187bwp78AhWOTWwGHS_jAuQQ6AF6BAgLEAI|title=PEKIK TAKBIR BUNG TOMO Perjalanan Hidup, Kisah Cinta & Perjuangannya|publisher=Araska Publisher|isbn=978-623-7537-74-8|pages=35|language=id|url-status=live}}</ref>
▲Ia
== Masa kemerdekaan Indonesia ==
=== Proklamasi kemerdekaan ===
Pada masa-masa sebelum proklamasi, rumah Chaerul di Jalan Pegangsaan Barat menjadi lokasi pertemuan para pemuda untuk berdiskusi tentang perjuangan kemerdekaan. Untuk menghindari kecurigaan Jepang, tempat tersebut disamarkan jadi tempat latihan silat. Bahkan, mereka mengundang 2 pelatih silat untuk memperkuat penyamaran ini. Kemudian, pada tanggal 12 Juli 1945, Chaerul terpilih sebagai ketua [[Komite Van Aksi|Comite Van Actie]]. Semenjak jadi ketua, dia sering merencanakan situasi dan siasat untuk merebut kuasa Jepang.<ref>{{Cite book|last=Sarumpaet|first=Riris|date=2010|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/8380/1/SERI%20PENGENALAN%20TOKOH%20SEKITAR%20PROKLAMASI%20KEKERDEKAAN.pdf|title=Seri Pengenalan Tokoh: Sekitar Proklamasi Kemerdekaan|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|isbn=978-979-95807-2-6|pages=42-43|language=id|url-status=live}}</ref>
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada sekutu dengan pengumuman oleh [[Clement Attlee]] dan [[Harry S. Truman|Harry S Truman]] bahwa Jepang melakukan [[Menyerahnya Jepang|kapitulasi]] yang diikuti pidato oleh Hirohito yang menyatakan " bahwa Jepang mengakhiri perlawanan".<ref>{{Cite book|date=1995|url=https://books.google.co.id/books?id=uPidw7VcZ34C&pg=RA4-PA55&dq=pppi+club+huis&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiwr4awjZf8AhWcTmwGHbDpC3kQ6AF6BAgCEAI|title=Dharmasena|publisher=Dharmasena|pages=12|language=id|url-status=live}}</ref> Setelah pengumuman tersebut pada pukul 10 pagi, kelompok pemuda melakukan rapat di [[Taman Ismail Marzuki]] yang merupakan sebuah kebun binatang saat itu. Mereka mencapai beberapa keputusan penting: {{Sfn|Soewito|1992|p=28}}
# Pemuda siap berjuang sampai titik darah penghabisan.
# Persatuan total dari semua unsur dalam masyarakat.
# Siap menjalani latihan secara intensif untuk membela tanah air.
Langkah lanjutan yang dilakukan oleh para pemuda adalah mengadakan rapat di sebuah ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta yang sekarang menjadi [[Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia]] pada tanggal 15 Agustus 1945 di jam 8 malam. Rapat ini menghasilkan beberapa keputusan yang dipimpin oleh Chaerul:
# Mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan hari itu juga.
# Menunjuk Wikana, Darwis Karimoeddin, dan [[Subadio Sastrosatomo|Subadio]] untuk menemui Soekarno-Hatta dan menyampaikan keputusan rapat. Namun dengan catatan, kemerdekaan tidak diproklamasikan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
# Membagi tugas kepada mahasiswa, pelajar, dan pemuda di seluruh Jakarta untuk merebut kekuasaan dari Jepang.<ref>{{Cite web|last=Aisyah|first=Novia|date=14 Agustus 2021|title=Peristiwa Rengasdengklok: Latar Belakang, Kronologi, dan Tokoh di Baliknya|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5681477/peristiwa-rengasdengklok-latar-belakang-kronologi-dan-tokoh-di-baliknya|website=detikedu|language=id-ID|access-date=29 Desember 2022}}</ref>
Rapat ini dihadiri oleh Chaerul, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, [[Soebianto Djojohadikoesoemo]], [[Margono Djojohadikoesoemo]], Wikana dan G.S. Armansjah.{{Sfn|Soewito|1992|p=29}} Kemudian, Wikana dan Darwis pergi ke tempat tinggal Soekarno pada jam 10 malam untuk memberitahukan berita kapitulasi Jepang kepada Soekarno sekaligus mendesak Soekarno melakukan proklamasi segera.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=20 Mei 2019|title=Detik-Detik Proklamasi|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/detik-detik-proklamasi/|website=Museum Kepresidenan RI Balai Kirti|language=id|access-date=29 Desember 2022}}</ref> Namun, desakan ditolak keras oleh Soekarno dengan berkata<blockquote>" Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil- wakil PPKI besok” .{{Sfn|Poesponegoro|Notosusanto|1984|p=80}}</blockquote>Keputusan rapat tersebut disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22.30 waktu Jawa jaman Jepang (pukul 22.00 WIB) di rumah kediaman Ir . Sukarno, Pegangsaan Timur ( sekarang jalan Proklamasi) 56, Jakarta, Tuntutan Wikana agar Proklamasi di nyatakan oleh Ir . Sukarno pada keesokan harinya telah mene gangkan suasana karena ia juga menyatakan bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika keinginan mereka tidak dilaksanakan . Mendengar ancaman itu Ir . Sukarno menjadi marah dan melon tarkan kata- kata yang bunyinya kurang-lebih sebagai berikut: " Inilah leherku, saudara boleh membunuh saya sekarang juga. Saya tidak bisa melepaskan tanggungjawab saya sebagai ketua PPKI. Karena itu saya tanyakan kepada wakil- wakil PPKI besok” .220 Ketegangan itu disaksikan oleh tokoh- tokoh nasionalis
Chaerul merupakan salah satu tokoh penting dibalik [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia]]. Bersama [[Sukarni]], [[Wikana]], dan pemuda lainnya dari Menteng 31, ia menculik [[Soekarno]] dan [[Hatta]] dalam [[Peristiwa Rengasdengklok]]. Mereka menuntut agar kedua tokoh ini segera membacakan [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|proklamasi kemerdekaan Indonesia]]. Pada tahun 1946, Chaerul bergabung dengan Persatuan Perjuangan pimpinan [[Tan Malaka]]. Kelompok ini menuntut kemerdekaan 100% dan berdiri sebagai pihak oposisi pemerintah. Oleh karenanya pada tanggal 17 Maret 1946, beberapa tokoh kelompok ini ditangkap termasuk diantaranya Chaerul. Pada tanggal 6 Juli 1948, Tan Malaka mendirikan Gerakan Rakyat Revolusioner dan menunjuk Chaerul Saleh sebagai sekretaris pergerakan.
Setelah kematian Tan Malaka, Chaerul bersama [[Adam Malik]] dan Sukarni berhimpun di dalam [[Partai Murba]]. Tahun 1950, Chaerul memimpin Laskar Rakyat di [[Jawa Barat]] untuk menentang hasil [[Konferensi Meja Bundar]] (KMB). Ia kemudian ditangkap oleh [[Abdul Haris Nasution]] dan dibuang ke [[Jerman]]. Disana ia kemudian melanjutkan studinya ke Fakultas Hukum [[Universitas Bonn]] dan mendirikan [[Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman|Perhimpunan Pelajar Indonesia]]
===
[[File:Chairul Saleh at Djuanda Cabinet, Mimbar Penerangan April 1957 p208.jpg|jmpl|150px|Chaerul Saleh sebagai Menteri Negara Urusan Veteran, 1957]]
Pada bulan Desember 1956 sepulangnya dari Jerman, Chaerul ditunjuk oleh pemerintah untuk menjadi Wakil Ketua Umum Legiun Veteran RI. Satu tahun kemudian, ia masuk [[Kabinet Djuanda]] dan menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Veteran. Chaerul dikenal sebagai tokoh sosialis yang cemerlang. Karena kepandaiannya itu ia beberapa kali menjadi orang kepercayaan Presiden [[Soekarno]], dan sebagai penyeimbang tokoh-tokoh [[PKI]] di kabinet. Pada tahun 1959, ia ditunjuk sebagai Menteri Muda Perindustrian Dasar dan Pertambangan pada [[Kabinet Kerja I]]. Di kabinet berikutnya, [[Kabinet Kerja II]] dan [[Kabinet Kerja III]] Chaerul menjadi Menteri Perindustrian Dasar dan Pertambangan. Pada tahun 1960 hingga 1966, ia juga menjabat sebagai [[Daftar Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat|Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara]].
Sebagai orang kepercayaan Soekarno, Chaerul memiliki keberanian untuk menantang lawan-lawan politiknya. Tanggal 3 April 1961, Chaerul berkeliling
Tahun 1963 kariernya menanjak dan ia dipercaya sebagai Wakil Perdana Menteri III. Pada bulan April 1964, Chaerul terlibat dalam intrik kekuasaan. Ia mencoba untuk menduduki posisi Wakil Perdana Menteri I yang saat itu dijabat oleh [[Soebandrio]]. Perhitungannya adalah jika Soekarno lengser maka ia yang akan naik menjadi Perdana Menteri. Untuk menyingkirkan Soebandrio dari kedudukannya sebagai Menteri Luar Negeri, ia juga akan menyodorkan Adam Malik. Selain berusaha menggeser Soebandrio, ia juga membendung Hatta yang sewaktu-waktu bisa saja naik menjadi Wakil Perdana Menteri I. Untuk itu ia menginstruksikan [[Selo Soemardjan]] untuk membentuk organisasi intelijen yang mengkonsolidasi kedudukannya. Pada masa itu selain orang-orang Murba, Angkatan Darat dan PKI juga memposisikan dirinya sebagai pengganti Soekarno.<ref>Rosihan Anwar; Sukarno, Tentara, PKI: Segitiga Kekuasaan sebelum Prahara Politik, 1961-1965; Yayasan Obor Indonesia; 2006</ref>
Baris 84 ⟶ 129:
Untuk menjatuhkan wibawa PKI di mata Soekarno, pada sidang kabinet di akhir tahun 1964 Chaerul mengeluarkan sebuah dokumen yang menyatakan PKI akan melakukan kudeta terhadap Presiden. Dokumen yang berjudul "Resume Program dan Kegiatan PKI Dewasa Ini" itu, menyatakan bahwa revolusi Agustus 1945 telah gagal. Dan PKI harus mengambil tindakan untuk merebut pimpinan revolusi. Pembahasan dokumen itu terus berlanjut ke pertemuan partai politik di [[Kota Bogor|Bogor]] tanggal 12 Desember 1964. Disitu pimpinan PKI [[DN Aidit]] menuduh Chaerul telah membuat berita bohong dan sebagai antek-Nekolim. Dari pertemuan itu kemudian terbit Deklarasi Bogor yang meminta partai-partai politik untuk tetap setia kepada pimpinan besar revolusi, Soekarno.<ref name="ReferenceA">Julius Pour, Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan & Petualang, Kompas, 2010</ref>
=== Penahanan ===
Dalam [[Gerakan 30 September]], semula nama Chaerul termasuk salah seorang tokoh yang akan diculik. Namun Aidit mencoret namanya karena pada tanggal 30 September Chaerul sedang berada di [[Beijing|Peking]], [[China]]. Tanggal 18 Maret 1966, Chaerul Saleh ditahan oleh [[Soeharto]] tanpa melalui proses peradilan. Ia dianggap sebagai menteri yang mendukung kebijakan Soekarno yang pro-komunis.<ref name="ReferenceA"/> Ia meninggal pada tanggal 8 Februari 1967 dengan status tahanan politik. Hingga sekarang tidak pernah ada penjelasan resmi dari pemerintah mengenai alasan penahanannya.▼
[[File:Chaerul Saleh, Warta Perdagangan 25 Mei 1965.png|jmpl|150px|Jenderal Tituler Chaerul Saleh sebagai Wakil Perdana Menteri III Republik Indonesia, 1965]]
▲Dalam [[Gerakan 30 September]], semula nama Chaerul termasuk salah seorang tokoh yang akan diculik. Namun Aidit mencoret namanya karena pada tanggal 30 September Chaerul sedang berada di [[Beijing|Peking]], [[China]]. Tanggal 18 Maret 1966, Chaerul Saleh ditahan oleh [[Soeharto]] tanpa melalui proses peradilan. Ia dianggap sebagai menteri yang mendukung kebijakan Soekarno yang pro-komunis.<ref name="ReferenceA"/> Ia meninggal pada tanggal 8 Februari 1967 dengan status tahanan politik. Hingga sekarang tidak pernah ada penjelasan resmi dari pemerintah mengenai alasan penahanannya.<ref name=":3" />
== Kehidupan pribadi ==
Pada awalnya, hubungan pernikahan Yohana dan Chaerul tidak mendapatkan restu dari orang tua Chaerul karena keluarga
== Karya ==
* Perlawanan Rakyat
== Penghargaan ==
* [[Berkas:PIta (Ribbon) Bintang Mahaputera Utama.png|70px]] [[Bintang Mahaputera Utama]] (17 Agustus 1961)<ref>{{Cite web|title=Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf|website=Sekretariat Negara Republik Indonesia|access-date=2021-01-20|archive-date=2022-08-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20220805183645/https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20180910/41462-Bintang_Mahaputera_tahun_1959-2003.pdf|dead-url=no}}</ref>
== Referensi ==
Baris 100 ⟶ 150:
{{s-off}}
{{S-new|office}}
{{S-ttl|title=[[Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat|Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara]]|years=
{{s-aft |after = [[Abdul Harris Nasution]]}}
|-
{{s-bef|before=F.J. Inkiwang|rows=2|as=[[Daftar Menteri Perindustrian Indonesia|Menteri Perindustrian]]}}
{{S-ttl|title=[[Daftar Menteri Perindustrian Indonesia|Menteri Perindustrian Dasar]] & [[Daftar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia|Pertambangan Indonesia]]|years=
{{s-aft|after = [[Hadi Thayeb]]|as=[[Daftar Menteri Perindustrian Indonesia|Menteri Perindustrian Dasar]] }}
|-
Baris 128 ⟶ 178:
[[Kategori:Menteri Perindustrian Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh korban pembersihan komunis Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
|