Khawarij: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syahramadan (bicara | kontrib) |
k Penambahan informasi Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
(37 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Islam Muhakkima}}
'''Khawarij''' ({{lang-ar|خوارج|lit=mereka yang keluar|translit=Khawārij}}), juga dikenal sebagai '''Asy-Syurah''' ({{Lang-ar|الشراة|asy-Syurāt}}) ialah istilah umum yang mencakup sejumlah aliran dalam [[Islam]] yang muncul pada [[Fitnah Pertama]]. Mereka (khawarij) disebut demikian karena menyatakan "keluar" dari kepemimpinan [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] setelah peristiwa [[Pertempuran Shiffin|Siffin]]. Khawarij pada awalnya adalah pendukung Ali yang memberontak terhadap penerimaan Ali atas pembicaraan arbitrase untuk menyelesaikan konflik dengan penantangnya, [[Muawiyah]], dalam [[Pertempuran Siffin]] pada tahun 657. Mereka menegaskan bahwa "penghakiman hanya milik Tuhan", yang menjadi semboyan mereka. Oleh karena itu, pemberontak seperti Muawiyah harus diperangi dan dibasmi menurut perintah [[al-Qur'an]]. Ali mengalahkan Khawarij di [[Pertempuran Nahrawan]] pada tahun 658 M, tetapi pemberontakan mereka tetap berlanjut. Ali [[Pembunuhan Ali|dibunuh]] pada tahun 661 M oleh seorang Khawarij yang membalas dendam atas kekalahan di Nahrawan.
Setelah pendirian [[Kekhalifahan Umayyah]] oleh Muawiyah pada tahun 661 M, para gubernurnya Umayyah berhasil mengendalikan kaum Khawarij. Kekosongan kekuasaan yang disebabkan oleh [[Perang Saudara Islam II|Fitnah Kedua]] (680–692) membuat dimulainya kembali pemberontakan anti-pemerintah oleh kaum Khawarij sehingga faksi [[Azariqa]]h dan [[Najdat]] menguasai beberapa daerah di Persia dan [[Jazirah Arab|Arab]]. Perselisihan internal dan fragmentasi yang ada pada tubuh Khawarij sangat melemahkan mereka sebelum kekalahan mereka oleh Bani Umayyah pada 696–699. Pada tahun 740-an, pemberontakan Khawarij skala besar pecah di seluruh kekhalifahan, tetapi semuanya akhirnya dapat dipadamkan. Meskipun pemberontakan Khawarij berlanjut hingga periode [[Kekhalifahan Abbasiyah|Abbasiyah]] (750–1258), kelompok Khawarij yang paling militan secara bertahap menghilang dan digantikan oleh Khawarij moderat semacam [[Ibadi]]yah, yang bertahan hingga hari ini di [[Oman]] dan beberapa bagian Afrika Utara. Namun, para penganut Ibadi kemudian menyangkal adanya hubungan dengan Khawarij sejak Fitnah Kedua dan mengutuk mereka sebagai ekstremis.
Khawarij percaya bahwa setiap Muslim, terlepas dari keturunan atau etnisnya, memenuhi syarat untuk peran [[khalifah]], asalkan mereka tidak tercela secara moral. Merupakan tugas umat Islam untuk memberontak dan menggulingkan khalifah yang berdosa. Sebagian besar kelompok Khawarij memberi cap [[kafir]] kepada muslim yang telah melakukan dosa besar, dan Khawarij yang paling militan menyatakan bahwa membunuh orang kafir itu sah, kecuali mereka bertobat. Banyak Khawarij adalah orator dan penyair yang terampil, dan tema utama puisi mereka adalah [[Pandangan Islam tentang kesalehan|kesalehan]] dan [[Syahid|kesyahidan]]. Orang-orang Khawarij di abad kedelapan dan kesembilan sering ikut berpartisipasi dalam perdebatan teologis dan dalam prosesnya, mereka akhirnya berkontribusi pada [[Mazhab-Mazhab Teologi Islam|teologi Islam]] arus utama.
Kebanyakan sejarah Khawarij berasal dari penulis non-Khawarij pada abad kesembilan dan kesepuluh dan sejarah-sejaran tersebut pada umumnya memiliki tendensi untuk memusuhi sekte tersebut. Tidak adanya versi Khawarij dari sejarah mereka sendiri membuat sulit para sejarawan untuk mengungkap motif mereka yang sebenarnya. Sumber-sumber sejarah [[Muslim|Muslim tradisional]] dan Muslim arus utama memandang Khawarij sebagai ekstremis agama yang memisahkan diri dari [[Ummah|umat]]. Banyak kelompok ekstremis Muslim modern yang dibanding-bandingkan dengan Khawarij karena ideologi radikal dan militansinya. Di sisi lain, beberapa sejarawan Arab modern menekankan kecenderungan egaliter dan proto-demokratis kaum Khawarij. Sejarawan akademik modern umumnya terbagi dalam mengaitkan fenomena Khawarij dengan motivasi agama murni, faktor ekonomi, atau tantangan [[Suku Badui (Arab)|Badui]] (Arab nomaden) untuk pembentukan negara yang terorganisir, dengan beberapa menolak penjelasan tradisional tentang gerakan Khawarij yang dimulai di Siffin.
== Etimologi ==
Istilah ''Al-Khariji'' digunakan sebagai [[Eksonim dan endonim|eksonim]] oleh lawan mereka ketika kelompok tersebut meninggalkan tentara Khalifah [[Ali]] selama [[
==Sumber primer dan klasik==
Hampir tidak ada sumber Khawarij utama yang bertahan, kecuali karya penulis dari satu-satunya sekte Khawarij yang masih hidup yaitu [[Ibadi
Sumber-sumber non-Khawarij terbagi dalam dua kategori, yaitu sejarah dan karya [[Heresiologi|heresiografi]] yang saat itu disebut
Berdasarkan [[hadits]] [[Nabi Muhammad]] yang menubuatkan munculnya 73 sekte dalam Islam, yang salah satunya akan diselamatkan dan yang lainnya dikutuk sebagai sesat, para heresiografer (peneliti aliran sesat) kemudian sangat mementingkan pengklasifikasian apa yang mereka anggap sebagai sekte sesat dan doktrin sesat mereka.{{Sfn|Kenney|2006|p=28}} Akibatnya, pandangan sekte tertentu kemudian diubah dan dikarang-karang sendiri agar sesuai dengan klasifikasi kesesatan, dan terkadang ada beberapa sekte fiktif yang sengaja dibuat
Sumber-sumber mengenai Khawarij yang temasuk ke dalam kategori historiografi antara lain adalah ''[[Sejarah Para Nabi dan Raja]]'' karya [[Ath-Thabari]] (wafat 923), [[Ansab al-Ashraf|''Al-Asyraf'']] dari [[Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baladzuri|Al-Baladzuri]] (w. 892),{{Efn|1=Al-Baladzuri agak bersimpati terhadap kaum Khawarij karena dia lebih mementingkan penggambaran Bani Umayyah sebagai tiran, yang kezaliman rezim tersebut dia lawankan dengan kesalehan Khawarij. Sebaliknya, Ath-Tabari berfokus pada kecaman terhadap militan Khawarij.{{Sfn|Hagemann|2016}}}} {{transliterasi|ar|Al-Kamil}} dari [[al-Mubarrad]] (w. 899), dan {{transliterasi|ar|[[Padang Emas]]}} dari [[Al-Mas'udi]] (w. 956).{{Sfn|Della Vida|1978| p=1077}} Sumber penting lainnya termasuk sejarah dari [[Ibnul Atsir al-Jazari|Ibnul Atsir al-Jaziri]] (w. 1233), dan [[Ibnu Katsir]] (w. 1373), tetapi kedua penulis tersebut banyak mengambil materi dari Ath-Thabari.{{Sfn|Gaiser|2013}} Inti informasi dalam sumber-sumber historiografi tersebut didasarkan pada karya sejarawan terdahulu seperti [[Abu Mikhnaf]] (wafat 773), [[Ma'mar bin al-Mutsanna]] (wafat 825), dan [[Al-Mada'ini]] (wafat 843).{{Sfn|Della Vida|1978|p=1077}} Penulis yang pada umumnya masuk ke dalam kategori heresiografi meliputi [[Abu al-Hasan al-Asy'ari|Al-Asy'ari]] (wafat 935),{{Efn|1=Kitab'' Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-Musallin''.}} [[Abu Mansur Al-Baghdadi]] (w. 1037),{{Efn|1=''Al-farq bainal firaq''.}} [[Ibnu Hazm]] (w. 1064),{{Efn|1=Kitab ''al-Fasl fi'l-Milal wa'l-Ahwa wa'l-Nihal''.}} [[Asy-Syahrastani]] (w. 1153 ),{{Efn|1=Kitab ''Al-Milal wa'l-Nihal''.}} dan lain-lainnya.{{Sfn|Gaiser|2013}}{{Sfn|Kenney|2006|pp= 28–29}} Karya terkemuka di antara orang Ibadi yang bertahan adalah tulisan heresiografi abad kedelapan dari Salim bin Dzakwan.{{Sfn|Crone|Zimmermann|2001}} Tulisan ini membedakan para Ibadi dengan kelompok Khawarij lain yang diperlakukan sebagai ekstremis.{{Sfn |Sonn|Farrar|2009}} ''Al-Kasyf wal Bayan'', sebuah karya abad ke-12 oleh Al-Qalhati, adalah contoh lain dari tulisan heresiografi Ibadi dan membahas asal-usul kaum Khawarij dan perpecahan di dalam pergerakan Khawarij.{{Sfn|Gaiser|2013}}
Baris 21 ⟶ 25:
Kaum Khawarij merupakan bagian dari [[Mazhab dan cabang Islam|sekte pertama yang muncul dalam Islam]].{{Sfn|Crone|Zimmermann|2001|p=1}} Mereka berasal dari Fitnah Pertama, perebutan kepemimpinan politik atas [[umat]], setelah pembunuhan khalifah ketiga [[Utsman]] pada tahun 656 M.{{Sfn|Watt|1973|p=9}}
Tahun-tahun terakhir pemerintahan Utsman ditandai dengan meningkatnya ketidakpuasan dari berbagai kelompok dalam komunitas Muslim. Pengunggulan atas kerabatnya yang berasal dari [[Dinasti Umayyah]] dikritik oleh beberapa Sahabat di [[Madinah]].{{Efn|1=Dia menunjuk kerabatnya untuk semua jabatan gubernur penting dan memberikan hibah uang dan tanah untuknya kerabat dekatnya.{{Sfn|Donner|2010|pp=152–153}}}} Para pemukim Muslim awal di [[amsar|kota garnisun]] [[Kufah]] dan [[Fustat]], merasa statusnya terancam oleh beberapa faktor selama periode Utsman. Utsman benar-benar melakukan campur tangan dalam urusan provinsi,{{Efn|name=RepFN|1=Dia menuntut agar pendapatan surplus dari provinsi dikirim ke Madinah. Dia juga menegaskan bahwa tanah pertanian yang ditaklukkan di Irak, yang telah dinyatakan oleh khalifah kedua [[Umar]] sebagai aset negara yang pendapatannya dibayarkan kepada para pejuang, adalah milik negara yang dapat digunakan sesuai kebijaksanaan Khalifah.{{Sfn|Donner|2010|pp=148–149}}{{Sfn|Kennedy|2016|p=63}}}} Kepadatan kota-kota garnisun karena masuknya suku Arab secara terus-menerus, mengurangi pendapatan dari penaklukan Muslim awal, dan mengembangkan pengaruh dari bangsawan suku [[Arab pra-Islam]].{{Sfn|Donner|2010|pp=148–154}} Oposisi yang dilakukan oleh pendatang awal Irak, yang dikenal sebagai ''qurra'' (yang mungkin berarti "pembaca
Setelah itu, sepupu dan menantu Muhammad, Ali, menjadi khalifah dengan bantuan orang-orang Madinah dan para pemberontak. Dia segera ditantang oleh sahabat awal Muhammad, [[Thalhah bin Ubaidillah]] dan [[Zubair bin Awwam]] serta janda Muhammad, [[Aisyah]], yang berpendapat bahwa pemilihannya adalah tidak sah karena melibatkan pembunuh Utsman dan karenanya, majelis syura harus dipanggil untuk memilih khalifah baru. Ali mengalahkan mereka pada bulan November 656 di [[Pertempuran Unta]].{{Sfn|Donner|2010|pp=157–159}} Kemudian, [[Muawiyah bin Abi Sufyan]],
===Harurah===
[[File:Balami - Tarikhnama - Battle of Siffin (cropped).jpg|thumb|alt=A painting depicting battle scene|Gambaran [[Pertempuran Siffin]] yang diambil dari sebuah manuskrip abad ke-14 yang berjudul ''[[Tarikh-i Bal'ami]]'']]
Saat Ali berbaris kembali ke ibukotanya di Kufah, kebencian yang meluas terhadap arbitrase berkembang di pasukannya. Sebanyak 12.000 pembangkang{{Efn|1=Angka ini dari al-Baghdadi. Al-Mubarrad melaporkan 2.000, sedangkan al-Qalhati 10.000.{{Sfn|Wilkinson|2010|p=139}}}} memisahkan diri dari satuan dan mendirikan kemah di Harurah, sebuah tempat dekat Kufah. Dengan demikian mereka dikenal sebagai orang Haruriyyah.{{Sfn|Wellhausen|1901|p=4}} Mereka berpendapat bahwa Utsman pantas mati karena nepotismenya dan tidak memerintah sesuai dengan
{{blockquote|Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. (
Mereka berpendapat bahwa dengan menyetujui arbitrasi, Ali melakukan dosa besar karena menolak hukum Allah dan berusaha untuk menggantikan hukum Allah yang jelas terdapat dalam
Ali mengunjungi perkemahan Harurah dan berusaha untuk membawa kembali orang-orang Haruriyah tersebut ke dalam satuannya. Ali beralasan bahwa merekalah yang memaksanya untuk menerima pengajuan arbitrase meskipun dia keberatan. Mereka mengakui bahwa mereka telah berdosa tetapi bersikeras bahwa mereka bertobat dan meminta Ali untuk melakukan hal yang sama, yang kemudian dilakukan oleh Ali secara umum dan ambigu. Pasukan di Harurah kemudian mengembalikan kesetiaan mereka kepada Ali dan kembali ke Kufah, dengan syarat perang melawan Muawiyah dilanjutkan dalam waktu enam bulan.{{Sfn|Madelung|1997|pp=248–249}}
Baris 39 ⟶ 43:
Ali menolak untuk mengecam proses arbitrase yang terus berlanjut meskipun pasukan di Harura kembali setia padanya. Pada bulan Maret 658, Ali mengirim delegasi, yang dipimpin oleh [[Abu Musa Al-Asy'ari]], untuk melaksanakan pembicaraan.{{Sfn|Della Vida|1978|p=1074}} Pasukan yang menentang arbitrase setelah itu mengutuk keputusan Ali dan memilih [[Abdullah bin Wahab Ar-Rasibi]] yang saleh sebagai khalifah mereka. Untuk menghindari deteksi, mereka keluar dari Kufah dalam kelompok kecil dan pergi ke sebuah tempat bernama Nahrawan di tepi timur [[Tigris]]. Sekitar lima ratus rekan mereka yang berada di [[Basrah]] diberitahu dan bergabung dengan mereka di Nahrawan. Gabungan atas pasukan Ali yang menolak arbitrase dan sebagian rekan mereka dari Basrah dilaporkan berjumlah hingga 4.000 orang.{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=17–18}}{{Sfn|Madelung|1997| pp=251–252}} Mereka menyatakan Ali dan para pengikutnya sebagai kafir, dan dianggap telah membunuh beberapa orang yang tidak memiliki pandangan yang sama.{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=17–18}}{{Sfn| Gaiser|2016|p=48}}
Sementara itu, para arbiter menyatakan bahwa Utsman telah dibunuh secara tidak adil oleh para pemberontak. Mereka tidak dapat menyepakati hal-hal substantif lainnya dan prosesnya gagal. Ali mencela perilaku pihak delegasi Muawiyah, yaitu [[Amru bin Ash]] karena bertentangan dengan
== Sejarah berikutnya ==
===Di bawah Muawiyah===
Baris 58 ⟶ 63:
Selama berada di Ahwaz, Najdah memutuskan hubungan dengan Ibnu al-Azraq karena Ibnu al-Azraq menganut ideologi yang ekstrem.{{Sfn|Wilkinson|2010|p=148}} Najdah, bersama para pengikutnya, pindah ke Yamamah, tanah air [[Banu Hanifah]].{{Sfn|Rotter|1982|p=80}} Dia menjadi pemimpin faksi Khawarij Abu Talut, yang kemudian dikenal sebagai [[Najdah]] berdasarkan namanya.{{Sfn|Rotter|1982|p= 80}}{{Sfn|Dixon|1971|pp=169–170}} Najdah menguasai [[Bahrain]], memukul mundur 14.000 tentara Ibnu Zubair yang dikerahkan untuk melawannya. Letnannya, [[Atiyyah bin al-Aswad]], merebut [[Oman]] dari penguasa setempat, meskipun penguasa tersebut merebut kembali wilayah mereka beberapa bulan kemudian. Najdah merebut [[Hadramaut]] dan [[Yaman]] pada tahun 687 M dan kemudian merebut [[Thaif]], sebuah kota dekat dengan ibu kota Ibnu Zubair, yaitu Mekah. Najdah membuat Ibnu Zubair terpojok di Hijaz karena dia menguasai sebagian besar Arab. Tidak lama kemudian, para pengikut Najdah menjadi kecewa dengannya karena dugaan korespondensinya dengan khalifah Umayyah [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]], gaji yang diberikan secara tidak teratur kepada tentaranya, dan penolakannya untuk menghukum seorang tentara yang telah mengkonsumsi anggur, serta membebaskan cucu perempuan khalifah Utsman yang tertawan. Dia kemudian digulingkan karena dianggap tersesat dan kemudian dieksekusi pada tahun 691 M.{{Sfn|Dixon|1971|pp=171–173}} Atiyyah yang berlepas diri dari Najdah kemudian pindah ke [[Sistan]] di timur Persia atau kemungkinan di [[Sind]], dan akhirnya dia dibunuh di sana {{Sfn|Watt|1961|p=219}}.{{Sfn|Dixon|1971|p=171}} Di Sistan, pengikutnya terpecah menjadi berbagai sekte, termasuk Atawiyyah dan Ajaridah.{{Sfn|Gaiser|2020}} Di Arab, Abu Fudaik Abdullah bin Tsaur mengambil alih kepemimpinan Najdah dan mengalahkan beberapa serangan tentara Ibnu Zubair dan kemudian Umayyah. Dia akhirnya dibunuh bersama dengan 6.000 pengikutnya pada tahun 692 M oleh pasukan Umayyah di Bahrain.{{Sfn|Dixon|1971|pp=175–176}}{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=30–32}} Dimusnahkan secara politis, kelompok Najdah mundur ke dalam ketidakjelasan dan menghilang sekitar abad kesepuluh.{{Sfn|Crone|1998|p=56}}{{Sfn|Gaiser|2010|p=131}}
===Khawarij moderat===
Menurut catatan para heresiografer, Khawarij terpecah menjadi empat kelompok utama selama Fitnah Kedua. Sebuah kelompok moderat yang dipimpin oleh [[Abdullah bin Saffar]] (atau Asfar) dan [[
Sejarawan modern menganggap Ibnu Saffar sebagai tokoh legenda,{{Sfn|Lewinstein|1992|p=94}}{{Sfn|Madelung|Lewinstein|1997|p=766}}{{Sfn|Wilkinson|2010|p=159 }}{{Sfn|Crone|Zimmermann|2001|p=202 n}} dan menegaskan bahwa sekte Sufriyah dan Ibadiyah tidak ada selama abad ketujuh. Para heresiografer, yang tujuannya adalah untuk mengkategorikan keyakinan yang berbeda dari Khawarij, kemungkinan besar menciptakan istilah Sufriyah untuk mengakomodasi kelompok-kelompok yang tidak cocok dikategorikan sebagai Ibadiyah, Najdah, maupun Azariqah.{{Sfn|Gaiser|2020}}{{Sfn|Lewinstein|1992}}{{Sfn|Wilkinson|2010|pp=150–151}} Sejarawan modern berpendapat bahwa satu-satunya aliran Khawarij yang moderat dan eksis pada abad ketujuh adalah "Sufri". Menurut sejarawan Keith Lewinstein, istilah tersebut mungkin berasal dari kaum Khawarij awal yang saleh karena penampilan kuning pucat mereka. Penampilan kuning tersebut disebut sebagai
Selama Fitnah Kedua, kaum Khawarij moderat tetap tidak aktif. Namun, pada pertengahan tahun 690-an mereka juga memulai kegiatan militan sebagai tanggapan atas penganiayaan oleh Hajjaj.{{Sfn|Madelung|Lewinstein|1997|p=766}} Pemberontakan pertama mereka dipimpin pada tahun 695 oleh Ibnu Musarrih, dan berakhir pada kekalahan dan kematian Ibnu Musarrih.{{Sfn|Madelung|Lewinstein|1997|p=766}} Setelah itu, kelompok Khawarij ini menjadi ancaman besar bagi Kufah dan pinggirannya di bawah pimpinan Syabib.{{Sfn|Robinson|2000|pp=117– 119}} Dengan pasukan kecil yang terdiri dari beberapa ratus prajurit, Syabib mengalahkan beberapa ribu pasukan Umayyah pada tahun 695–696, menjarah perbendaharaan Kufah dan menduduki al-Mada'in.{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=42–45 }} Dari markasnya di al-Mada'in, Syabib bergerak untuk merebut Kufah. Hajjaj telah meminta pasukan Suriah dari Abdul Malik, yang mengirim 4.000 tentara kuat yang mengalahkan Syabib di luar Kufah. Shabib tenggelam di sungai selama pelariannya,{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=45–46}} kelompoknya dihancurkan, tetapi kaum Khawarij terus mempertahankan keberadaannya di Al-Jazirah.{{Sfn|Wellhausen|1901|p =48}}
====Sufriyah====
[[File:Idrisids-eng.PNG|thumb|upright=1.6|alt=A color-coded map of North-western Africa |[[Dinasti Midrariyah]] dari [[Sijilmasa]] (hijau) yang mengikuti aliran Sufriyah berkuasa selama sekitar 150 tahun.]]
Kemunculan [[Sufri|aliran Sufriyah]] dan Ibadiyah dibuktikan dari awal abad kedelapan di Afrika Utara dan Oman. Keduanya berbeda dalam asosiasi kelompok suku dan bersaing untuk mendapatkan dukungan populer.{{Sfn|Lewinstein|1992|p=76}} Selama hari-hari terakhir kekaisaran Umayyah, pemberontakan Sufri secara besar meletus di Irak pada tahun 744 M.{{Sfn |Wellhausen|1901|p=48}} Pemberontakan pada awalnya dipimpin oleh Sa'id bin Bahdal Asy-Syaibani, dan setelah kematiannya akibat wabah, Dahhak bin Qais Asy-Syaibani. Dengan pasukannya yang menyerap para pengikut Sufriyah dari penjuru kekhalifahan, dia merebut Kufah pada April 745 M. Kota [[Wasit]] kemudian yang menggantikan Kufah sebagai ibu kota daerah di bawah Hajjaj. Pada tahap ini, bahkan beberapa pejabat Umayyah termasuk dua putra mantan khalifah ([[Sulaiman bin Hisyam|Sulaiman]], putra [[Hisyam bin Abdul Malik|Hisyam]] dan [[Abdallah bin Umar bin Abdul Aziz
Pada pertengahan abad ke-8, orang-orang Khawarij yang moderat muncul di Afrika Utara. Mereka sebagian besar berasal dari bangsa [[
====Ibadiyah====
Baris 74 ⟶ 79:
[[File:Historical map of algeria en.svg|thumb|upright=1.6|left|alt=A map of North Africa with green-shaded region|[[Dinasti Rustam]] yang menganut aliran Ibadi menguasai sebagian besar Aljazair modern selama lebih dari satu abad.]]
Pada tahun 745 M, [[Talibul Haq|Abdallah bin Yahya al-Kindi]] mendirikan negara Ibadi pertama di Hadramaut, dan merebut Yaman pada tahun 746 M. Letnannya yang bernama [[Abu Hamzah Mukhtar bin Aus al-Azdi]] melakukan [[Pemberontakan Ibadi|penaklukkan terhadap Mekkah dan Madinah]]. Bani Umayyah mengalahkan dan membunuh Abu Hamzah dan Ibnu Yahya pada tahun 748 M sehingga negara Ibadi pertama tersebut runtuh.{{Sfn|Hoffman|2012|p=13}}{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=52–53}} Negara Ibadi lain didirikan di Oman pada tahun 750 M setelah jatuhnya Abu Yahya, tetapi jatuh ke tangan Abbasiyah pada tahun 752. Disusul dengan pembentukan negara Ibadi lainnya pada tahun 793 M,{{Sfn|Hoffman|2012|p=13}} yang bertahan selama satu abad hingga Abbasiyah merebut kembali Oman pada tahun 893 M. Pengaruh Abbasiyah di Oman sebagian besar bersifat simbolis, dan Imam orang-orang Ibadi terus memegang kekuasaan yang besar secara ''de facto''.{{Sfn|Lewicki|1971|p =652}} Sekitar satu abad kemudian, pemimpin Ibadi yang bernama Al-Khalil bin Syatsan al-Kharusi (memerintah sejak 1016 - 1029) menegaskan kembali kendali atas Oman tengah, sedangkan penggantinya Rasyid bin Sa'id al-Yahmadi (memerintah sejak 1029 - 1053) mengusir dinasti protektorat Abbasiyah, [[Dinasti Buwaihi
Kegiatan dakwah Ibadi cukup sukses di Afrika Utara.{{Sfn|Lewicki|1971|p=653}} Pada tahun 757, orang-orang Ibadi merebut [[Tripoli, Libya|Tripoli]] dan merebut Kairouan tahun berikutnya. Diusir oleh tentara Abbasiyah pada tahun 761 M, para pemimpin Ibadi mendirikan sebuah negara yang kemudian dikenal sebagai [[Dinasti Rustam]], di [[Tahart]]. Dinasti tersebut pada akhirnya digulingkan pada 909 M oleh Fatimiyah. Komunitas Ibadi terus ada sampai sekarang di [[Pegunungan Nafusa
▲Kegiatan dakwah Ibadi cukup sukses di Afrika Utara.{{Sfn|Lewicki|1971|p=653}} Pada tahun 757, orang-orang Ibadi merebut [[Tripoli, Libya|Tripoli]] dan merebut Kairouan tahun berikutnya. Diusir oleh tentara Abbasiyah pada tahun 761 M, para pemimpin Ibadi mendirikan sebuah negara yang kemudian dikenal sebagai [[Dinasti Rustam]], di [[Tahart]]. Dinasti tersebut pada akhirnya digulingkan pada 909 M oleh Fatimiyah. Komunitas Ibadi terus ada sampai sekarang di [[Pegunungan Nafusa|Pegunungan Nafusah]] di Libya barat laut, pulau [[Djerba]] di Tunisia dan lembah [[M'zab]] di Aljazair.{{Sfn|Hoffman|2012|pp=13 –14}} Di Afrika Timur, mereka ditemukan di [[Zanzibar]].{{Sfn|Lewicki|1971|p=653}} Kegiatan dakwah Ibadi juga mencapai Persia, India, Mesir, Sudan, Spanyol dan Sisilia, meskipun komunitas Ibadi di wilayah ini menghilang seiring waktu.{{Sfn|Lewicki|1971|pp=653, 656–657}} Jumlah total orang Ibadi di Oman diperkirakan mencapai 2,5 juta orang dan di Afrika diperkirakan sekitar 200.000 orang.{{Sfn|Vikør |2018|p=968}}
==Keyakinan dan praktik==
Kaum Khawarij tidak memiliki seperangkat doktrin yang seragam dan koheren. Setiap sekte dan individu yang berbeda sering kali memiliki pandangan yang berbeda pula. Berdasarkan perbedaan ini, para heresiografer telah membuat daftar lebih dari selusin sekte kecil Khawarij, selain empat sekte utama yang telah disebutkan di atas.{{Sfn|Della Vida|1978|p=1076}}{{Efn|1=Dari sekte-sekte kecil ini, Hamziyah, kemungkinan merupakan pecahan dari Ajaridah yang bertahan melawan Abbasiyah selama sekitar tiga puluh tahun. Di bawah kepemimpinan Hamzah bin Adarak, seorang Khawarij setempat, mereka memberontak pada {{Sekitar|797}} M di Sistan, yang telah melihat aktivitas Khawarij sejak zaman Umayyah, dan sering menyerbu kota-kota di Khurasan. Bani Abbasiyah tidak mampu mengalahkan mereka dan pemberontakan berakhir hanya ketika Hamzah meninggal pada tahun 828. Aktivitas Khawarij di Sistan, Khurasan, dan bagian lain Persia bertahan hingga akhir abad kesembilan.{{Sfn|Bosworth|2009}}}}
===Pemerintahan===
Selain terkenal karena menuntut pembentukan hukum sesuai dengan
Hampir semua golongan Khawarij menganggap jabatan pemimpin (imam) itu perlu ada. Banyak pemimpin Khawarij mengadopsi gelar {{transliterasi|ar|amirul mu'minin}}, yang biasanya diperuntukkan bagi khalifah.{{Sfn|Gaiser|2010|pp=129–130}} Najdah merupakan pengecualian karena mereka menganggap bahwa jabatan kepemimpinan itu tidak diwajibkan. Setelah kekalahan mereka pada tahun 692 M, orang-orang Najdah menghapus persyaratan perang melawan kaum non-Khawarij dan jabatan imamah sebagai sarana untuk bertahan hidup.{{Sfn|Crone|1998|pp=56, 76}}{{Sfn|Gaiser|2010|pp=130–131}} Sejarawan [[Patricia Crone]] menggambarkan filosofi Najdah sebagai bentuk awal dari [[anarkisme]].{{Sfn|Crone|2000|pp=24–26}}
===Doktrin lain===
Kaum Khawarij juga menegaskan bahwa iman tanpa disertai perbuatan adalah sia-sia, dan bahwa siapa pun yang melakukan dosa besar adalah kafir dan harus bertobat untuk mengembalikan iman yang benar. Namun, gagasan Khawarij tentang kekafiran berbeda dari definisi Muslim arus utama, yang memahami bahwa yang termasuk ke dalam kategori kafir adalah non-Muslim. Bagi kaum Khawarij, kekafiran dapat mencakup menyiratkan Muslim yang fasik, atau Muslim semu yang menolak Islam sejati.{{Sfn|Kenney|2006|pp=34–35}} Penganut Azariqah memiliki posisi yang lebih ekstrem bahwa orang Muslim fasik yang kafir tersebut sebenarnya adalah [[syirik]] dan [[Kemurtadan dalam Islam|murtad]] sehingga tidak dapat masuk kembali ke Islam dan dapat dibunuh bersama dengan wanita dan anak-anak mereka.{{Sfn|Kenney|2006|pp=34– 35}}{{Sfn|Hoffman|2012|p=28}} Perkawinan campur antara Khawarij dan orang-orang "kafir" tersebut dilarang dalam doktrin Azariqah.{{Sfn|Lewinstein|2008}} Najdah mengizinkan pernikahan dengan non-Khawarij.{{ Sfn|Gaiser|2020}} Dari kalangan moderat seperti Sufriyah dan Baihasiyah{{Efn|1=Pengikut [[Abu Baihas]], yang dikatakan mengkritik Azariqah karena bertindak terlalu jauh dengan melegitimasi pembunuhan Muslim non-Khawarij dan keluarga mereka, dan mengkritik Ibadiyah karena tidak menganggap Muslim non-Khawarij sebagai kafir. Hampir dapat dipastikan bahwa sekte ini juga berkembang di kemudian hari dan tidak eksis di saat perang saudara kedua seperti yang dinyatakan oleh sumber-sumber tersebut.{{Sfn|Madelung|Lewinstein|1997|p=766}}}} menganggap semua Muslim non-Khawarij sebagai kafir, tetapi juga kedua sekte tersebut menolak untuk memerangi non-Khawarij, kecuali diperlukan, dan diperbolehkan kawin campur dengan mereka.{{Sfn|Madelung|Lewinstein|1997|p=766}} [[Ibadi
Azariqah dan Najdah berpendapat bahwa karena para penguasa Bani Umayyah dan semua Muslim non-Khawarij pada umumnya adalah kafir, maka memilih untuk hidup di bawah kekuasaan mereka yang kafir ({{transliterasi|ar|darul kuffar}}) dianggap melanggar hukum karena itu merupakan tindakan kemusyrikan. Oleh karena itu, orang-orang Khawarij diwajibkan untuk pindah, meniru konsep [[Hijrah]]-nya Muhammad ke Madinah, dan mendirikan kekuasaan mereka sendiri yang sah ({{transliterasi|ar|[[darul hijrah]]}}).{{ Sfn|Crone|2004|p=56}} Azariqah melarang praktik penyesatan keyakinan mereka dan mencap Khawarij yang non-aktivis (yaitu Khawarij yang tidak beremigrasi ke negara mereka) sebagai orang yang tidak beriman.{{Sfn|Kenney|2006|pp=34–35}}{{Sfn|Hoffman|2012|p=28}}{{Sfn|Lewinstein|2008}} Najdah mengizinkan orang-orang Khawarij non-aktivisme yang pasif, tetapi melabeli orang-orang tersebut sebagai orang munafik.{{Sfn|Gaiser|2020}} [[Orientalis]] [[W. Montgomery Watt|Montgomery Watt]] mengaitkan moderasi pendirian Najdah ini dengan kebutuhan praktis yang mereka temui saat memerintah Arab, karena administrasi wilayah yang luas membutuhkan fleksibilitas dan kelonggaran untuk ketidaksempurnaan manusia.{{Sfn|Watt|1961|pp=220 –221}} Sufriyah dan Ibadiyah berpendapat bahwa pembentukan kekuasaan yang sah adalah sesuatu yang masih diperlukan, mereka menganggap sah juga jika penganut Khawarij melakukan {{transliterasi|ar|kitman}} dan terus hidup di antara orang-orang non-Khawarij jika pemberontakan tidak memungkinkan.{{Sfn|Crone|2004|p=56}}
Baris 90 ⟶ 96:
Kaum Khawarij menganut bahwa semua Muslim adalah setara, terlepas dari latar belakang etnis mereka dan menganjurkan kesetaraan status untuk orang-orang non-Arab yang disebut {{transliterasi|ar|[[mawali]]}} dengan [[Arab]].{{Sfn|Timani|2008|p=65}} Najdah memilih seorang {{transliterasi|ar|mawla}}, penjual buah bernama Tsabit , sebagai pemimpin mereka setelah eksekusi Najdah bin Amir Al-Hanafi. Meskipun begitu, pilihan orang-orang Najdah tersebut bertentangan dengan perasaan kesukuan mereka dan mereka segera meminta Tsabit untuk mundur dan memilih seorang pemimpin Arab untuk mereka, yang mana pemimpin berikutnya adalah Abu Fudaik.{{Sfn|Wellhausen|1901|p=32}} Pemimpin Azariqah, Ibn al-Azraq, dikatakan sebagai anak {{transliterasi|ar|mawla}} asal [[Yunani]].{{Sfn|Morony|1984|p=475}} Para imam Khawarij Afrika Utara dari tahun 740 M dan seterusnya semuanya adalah orang non-Arab.{{Sfn|Crone|2004|p=58}} Khawarij juga mengadvokasi kesetaraan wanita dengan pria.{{Sfn|Timani|2008|p=65}} Atas dasar wanita berjuang bersama Muhammad, kaum Khawarij memandang [[jihad]] sebagai kewajiban bagi wanita. Seorang prajurit dan penyair yang bernama [[Laila binti Tarif]] adalah contoh yang terkenal.{{Sfn|Allen|2005|p=319}} Istri Syabib, yaitu [[Ghazalah]], ikut berpartisipasi dalam pertempurannya melawan pasukan Hajjaj.{{Sfn| Shaban|1971|p=107}} Kaum Khawarij memiliki sikap yang sangat hati-hati terhadap non-Muslim. Mereka lebih serius menghormati status [[dzimmi]] (dilindungi) orang-orang non-Muslim daripada aliran yang lain.{{Sfn|Morony|1984|p=471}}
Beberapa Khawarij menolak hukuman [[perzinahan]] dengan [[
==Puisi==
Banyak orang Khawarij yang memiliki kefasihan dalam bahasa Arab murni dan puisi Arab tradisional, yang oleh [[orientalis]] [[Giorgio Levi Della Vida]] dikaitkan dengan mayoritas pemimpin awal mereka berasal dari keturunan [[Badui]]. Khotbah dan puisi dari banyak pemimpin Khawarij dikumpulkan menjadi koleksi (''[[Diwan (puisi)|diwan]]'').{{Sfn|Della Vida|1978|p=1077}} Puisi orang-orang Khawarij terutama berkaitan dengan keyakinan agama, dengan kesalehan dan aktivisme, [[syahid|kesyahidan]], menjual kehidupan kepada Tuhan dan [[Akhirat#Islam|akhirat]]. Semua itu menjadi tema-tema yang paling menonjol,{{Sfn |Donner|1997|pp=15–16}}{{Sfn|Hagemann|2021|p=87}}{{Sfn|Badawi|1980|p=6}} meskipun tema kepahlawanan dan keberanian juga sering terlihat.{{Sfn|Badawi|1980|p=6}} Mengacu pada pemberontakannya, Abu Bilal Mirdas berkata: "Takutlah kepada Tuhan yang memberiku api yang membuatku keluar dan menjual jiwaku yang tidak ada harganya kepada (surga)".{{Sfn|Donner|1997|p=16}}
Beberapa puisi mendorong semangat jihad.{{Sfn|Donner|1997|p=15}} [[Imran bin Hittan]], yang oleh [[orientalis]] [[Michael Cooperson]] disebut sebagai penyair Khawarij terhebat,{{Sfn| Cooperson|2013|p=513, n. 19}} bernyanyi setelah kematian Abu Bilal: {{blockquote|Abū Bilāl telah mengingatkan kepadaku bahwa betapa hinanya hidup ini,<br /> ia memperkuat cintaku untuk melakukan ''khurūj'' (pemberontakan).{{Sfn|Hagemann|2021|p=172}}}}
Penyair Abul Wazi Ar-Rasibi menyapa Ibnu al-Azraq, sebelum Al-Azraq menjadi seorang militan Khawarij, dengan kalimat:{{Sfn|Donner|1997|p=15}} {{blockquote|Lidahmu tidak akan membahayakan musuhmu<br /> Engkau hanya akan mendapatkan keselamatan dari kesulitan melalui kedua tanganmu.{{Sfn|Donner|1997|p=15}}}}
Baris 108 ⟶ 114:
==Afiliasi kesukuan ==
[[File:Major Kharijite Leaders' Tribal Origins In the Umayyad Period.png|thumb|upright=1.8|alt=A tree-diagram |Asal usul suku pemimpin Khawarij yang teridentifikasi dari [[Kekhalifahan Umayyah|periode Umayyah]] (661–750 M)]]
Kebanyakan pemimpin Khawarij pada periode Bani Umayyah adalah orang Arab. Dari jumlah tersebut, orang [[Adnan|Arab utara]] adalah mayoritas. Hanya enam atau tujuh pemberontakan yang dipimpin oleh orang [[Qahtan|Arab selatan]] telah dilaporkan, pemimpin mereka berasal dari suku [[Tayy]], [[Bani Azad|Azad]], dan [[Kinda (suku)|Kindah]]. Di antara orang Arab utara, kelompok [[Rabi'ah bin Nizar|Rabi'ah]] menghasilkan sebagian besar pemimpin Khawarij. Dari 48 pemimpin Rabi'ah yang teridentifikasi, 46 berasal dari cabang [[Bani Bakar|Bakar bin Wa'il]] (17 dari sub-suku [[Banu Syaiban|Syaiban]], 12 dari [[Banu Yasykur|Yasykur]], lima dari Hanifah, dan 12 dari sub-suku lainnya). Di antara kelompok [[Mudar]] dari Arab utara, Bani Tamim yang merupakan mayoritas penghasil pemimpin Khawarij besar, dengan 16 dari 21 pemimpin Mudar berasal dari suku tersebut; para pemimpin lainnya berasal dari [[Qais]]. Tiga atau empat pemberontakan dipimpin oleh seorang {{transliterasi|ar|mawla}} atau seorang Berber.{{Sfn|Hagemann|Verkinderen|2020|pp=503–508}}
Rabi'ah diasosiasikan dengan Khawarij awal (yang oleh sumber diberi label sebagai Sufriyah), dan Sufriyah yang ada pada abad kedelapan,{{Sfn|Gaiser|2020}}{{Sfn|Wilkinson|2010|p=156}} subsuku Hanifah dari Rabi'ah sebagian besar berada di Azariqah dan Najdah.{{Sfn|Hagemann|Verkinderen|2020|pp=503–508}} Bani Tamim juga mewakili Khawarij awal, serta Azariqah. Orang selatan, terutama suku Kindah dan Azad, tertarik pada Ibadiyah yang ada pada abad kedelapan.{{Sfn|Gaiser|2020}}{{Sfn|Wilkinson|2010|p=156}} Meskipun demikian, jumlah-jumlah tersebut sebenarnya adalah mewakili individu, bukan keseluruhan suku-suku yang bergabung dengan barisan Khawarij. Individu-individu tersebut mayoritas lebih muda dan tidak jelas asal-usulnya. Sedikit dari {{transliterasi|ar|ashraf}} (bangsawan suku) yang bergabung di jajaran Khawarij.{{Sfn|Morony|1984|p=474}} Sejarawan [[Khalid Yahya Blankinship]] menganggap suku-suku tersebut memiliki kedekatan dengan ajaran Khawarij karena berakar pada status militer dan sosial mereka yang lebih rendah. Mereka dianggap oleh pemerintahan Bani Umayyah sebagai pemimpin militer yang miskin, dan sebaliknya terbelakang. Perpindahan mereka yang relatif terlambat ke Islam juga mengakibatkan mereka hanya menemukan peran militer berpangkat rendah, karena posisi yang lebih tinggi telah diisi oleh orang-orang dari suku lain.{{Sfn|Blankinship|1994|pp=55–56}} Dengan demikian, Blankinship memandang bahwa ajaran Khawarij sebagai protes politik yang mengatasnamakan semangat keagamaan, dan menganggap Khawarij tidak lebih dari pemberontak.{{Sfn|Blankinship|1994|p=294 n. 50}} Watt menyatakan bahwa orang Arab utara yang tidak memiliki pengalaman administrasi dan pemerintahan pusat, lebih rentan terseret ajaran Khawarij dibandingkan dengan orang Arab selatan. Budaya dan pemikiran kolektif orang Arab selatan dipengaruhi oleh [[Sejarah kuno Yaman|kerajaan kuno]] di [[Arab Selatan|Arabia Selatan]], di mana raja dipandang sebagai pemimpin karismatik dengan kualitas manusia setengah dewa. Akibatnya, mereka lebih tertarik pada ajaran Syiah daripada Khawarij.{{Sfn|Watt|1973|pp=43–44}}
==Warisan==
===Analisis sejarah===
Menurut [[Rudolf Ernst Brünnow]] (1858–1917), sejarawan akademis pertama yang mempelajari kaum Khawarij secara sistematis,{{Sfn|Hagemann|2021|p=9}} orang-orang {{transliterasi|ar|qurra}} mendukung usul arbitrase karena sebagai orang yang beriman kepada al-Qur'an, mereka merasa berkewajiban untuk menanggapi seruan yang menjadikan al-Qur'an sebagai hukum. Orang-orang yang menolak hasil perjanjian arbitrase tersebut adalah orang Arab Badui yang terpisah dari orang-orang {{transliterasi|ar|qurra}} yang menetap di Kufah dan Basrah pasca penaklukan Irak. Orang-orang Arab Badui menganggap diri mereka telah mengabdikan diri untuk tujuan Islam dan berpendapat bahwa arbitrase oleh Ali dan Muawiyah sebagai kezaliman yang akut. Hal itulah yang mendorong mereka untuk memisahkan diri dan kemudian melakukan pemberontakan terbuka.{{Sfn|Brünnow|1884|pp=15–17}}
[[Orientalisme|Orientalis]] [[Julius Wellhausen]] (1844–1918) mengkritik hipotesis Brünnow karena semua orang-orang Arab Basrah dan Kufah pada waktu itu adalah Badui, dan karena Brünnow menganggap Badui ini sebagai orang yang saleh, dia akhirnya membedakan mereka dari orang-orang {{transliterasi|ar|qurra}}. Oleh karena itu, Wellhausen berpendapat bahwa kaum yang mendorong Ali untuk melakukan arbitrase adalah kelompok yang sama dengan mereka yang menolak arbitrase. Mereka awalnya menerima arbitrase al-Qur'an, tetapi beberapa kemudian menyadari dan mengakui bahwa hal itu adalah kesalahan, kemudian bertobat serta menuntut Ali untuk melakukan hal yang sama. Dalam pandangan Wellhausen, kaum Khawarij berasal dari orang-orang {{transliterasi|ar|qurra}}.{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=8–11}} Dia berpendapat bahwa dogmatisme Khawarij didasarkan pada penegakan aturan Allah di Bumi yang mana prinsip tersebut diambil terlalu jauh oleh kaum Khawarij:{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=13–17}} "Dengan memperketat prinsip-prinsip Islam, prinsip-prinsip tersebut bahkan diambil di luar Islam itu sendiri".{{Sfn |Wellhausen|1901|pp=15–16}} Mereka lebih mengutamakan hukum Allah daripada integritas umat karena menurut mereka, umat secara terbuka telah menentang perintah Tuhan. Wellhausen menolak anggapan kaum Khawarij sebagai anarkis. Hal itu karena mereka berusaha membangun komunitas saleh mereka sendiri. Namun tujuan mereka tidak praktis dan bertentangan dengan budaya.{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=13–17}}
Menurut Donner, orang-orang {{transliterasi|ar|qurra}} mungkin dimotivasi oleh ketakutan bahwa arbitrase dapat mengakibatkan mereka dimintai pertanggungjawaban atas keterlibatan mereka dalam pembunuhan Utsman.{{Sfn|Donner|2010|p=162}} Menganalisis puisi Khawarij awal, Donner lebih jauh menyatakan bahwa Khawarij adalah orang beriman yang saleh yang sering memperlihatkan kesalehan mereka dalam aktivisme militan.{{Sfn|Donner|1997|p=14}} Pandangan dunia keagamaan mereka didasarkan pada nilai-nilai al-Qur'an, dan mereka mungkin adalah "orang-orang beriman sejati" dan "perwakilan otentik dari komunitas paling awal" Muslim, bukan sekte yang berbeda seperti yang ditulis oleh sumber-sumber sejarah.{{Sfn|Donner|1997|p=16}} Militansi mereka mungkin saja disebabkan oleh pengharapan hari akhir yang akan segera terjadi, tetapi tingkat kekerasan dalam pemberontakan mereka dan kerinduan ekstrem mereka untuk mati syahid tidak dapat dijelaskan semata-mata atas dasar kepercayaan pada akhirat. Dalam pandangan Donner, perilaku mereka yang seperti itu lebih menyiratkan tingkat kedaruratan daripada hanya semata karena akhirat.{{Sfn|Donner|1997|pp=17–18}}{{Sfn|Donner|2010|p=164}}
Beberapa sejarawan modern juga menolak pandangan tradisional bahwa Khawarij berasal dari perang Siffin sebagai protes militan terhadap arbitrase tanpa alasan yang mendasar sebelumnya.{{Sfn|Robinson|2000|p=111}}{{Sfn|Hagemann|2021|pp= 10–11, 13}} Menurut Crone, kisah sengketa arbitrase kurang memadai dan mungkin saja ada lebih banyak perselisihan antara Ali dengan orang-orang Khawarij daripada yang dilaporkan dalam sumber.{{Sfn|Crone|2004|p =54}} [[G. R. Hawting]] berpendapat bahwa penggunaan slogan {{transliterasi|ar|la hukma illa allah}} oleh kaum Khawarij untuk mencela arbitrase sebenarnya ditulis oleh sumber-sumber Muslim sesudah keberadaan Khawarij itu sendiri. Dalam pandangannya, kaum Khawarij awalnya menganut slogan tersebut di tengah perselisihan agama di kalangan umat Islam atas otoritas kitab suci untuk menolak otoritas {{transliterasi|ar|sunnah}} dan hukum lisan demi al-Qur'an.{{Sfn|Hawting|1978|p=461}}
Sejarawan M. A. Shaban dan [[Martin Hinds]] menganggap faktor sosial ekonomi sebagai akar dari pemberontakan Khawarij.{{Sfn|Hagemann|2021|pp=10–11}} Menolak anggapan bahwa orang-orang {{transliterasi|ar|qurra}} adalah para pembaca al-Qur'an, Shaban berpendapat bahwa mereka sebenarnya penduduk desa yang telah memperoleh status di Irak selama kekhalifahan Umar atas kesetiaan mereka kepada Khalifah selama [[Perang Riddah]]. Mereka tidak puas dengan kebijakan ekonomi Utsman{{Efn|name=RepFN}} dan melihat kekhalifahan Ali sebagai sarana untuk memulihkan status mereka. Ketika Ali setuju untuk berbicara dengan Muawiyah, mereka merasa status mereka terancam dan akibatnya memberontak. Menurut Shaban, peran utama dalam memaksa Ali untuk menerima arbitrase tidak dimainkan oleh orang-orang {{transliterasi|ar|qurra}} tetapi oleh para kepala suku, karena para kepala suku tersebut mendapat keuntungan dari kebijakan Utsman. Mereka bukanlah pendukung Ali yang antusias, dan menganggap perang yang berkelanjutan bertentangan dengan kepentingan mereka.{{Sfn|Shaban|1971|pp=50–51, 70, 75–76}} Dalam tesis Shaban, pemberontakan Khawarij setelah Perang Siffin juga memiliki asal usul ekonomi.{{Sfn|Hagemann|2021|pp=10–11}} Dalam pandangan Hinds, status {{transliterasi|ar|qurra}} didasarkan pada partisipasi mereka dalam penaklukan awal Islam di Irak dan Suriah. Mereka berharap Ali akan melanjutkan kebijakan Umar dan karenanya mendukungnya. Mereka mendukung arbitrase karena mereka menganggap itu akan mengakhiri perang, dengan Ali mempertahankan kekhalifahan dan kembali ke Madinah serta meninggalkan pemerintahan Irak di tangan penduduk setempat, termasuk mereka sendiri. Mereka mengecam arbitrase setelah menyadari bahwa Ali tidak diakui sebagai khalifah dalam dokumen tersebut, dan bahwa para arbiter dapat menggunakan penilaian mereka sendiri selain prinsip-prinsip al-Qur'an.{{Sfn|Hinds|1971|pp=363–365}}{{Sfn|Hagemann|2021|pp=10–11}}
Dalam pandangan Watt, bukan alasan agama atau faktor ekonomi yang memunculkan kaum Khawarij.{{Sfn|Timani|2008|pp=57–58}} Dia berpendapat adalah bahwa ajaran Khawarij tak lebih sekadar reaksi penolakan terhadap negara terorganisir yang baru didirikan atas kebiasaan orang-orang Badui yang nomaden. Para pengembara, yang terbiasa dengan gaya hidup mandiri di padang pasir, tiba-tiba menemukan kebebasan mereka dibatasi oleh birokrasi yang kuat dari "mesin administrasi yang luas".{{Sfn|Watt|1973|pp=11, 20}} Pemberontakan mereka di perang Siffin tak lain hanyalah ekspresi penolakan terhadap kontrol negara.{{Sfn|Timani|2008|p=58}} Sejak saat itu, orang-orang Khawarij berusaha untuk menciptakan kembali struktur kesukuan pra-Islam dan gaya hidup Badui yang mereka cari legitimasinya berdasarkan agama.{{Sfn|Watt |1973|p=20}} Sejarawan [[Hugh N. Kennedy]] menggambarkan Khawarij sebagai orang-orang yang sangat saleh yang tidak puas dengan kesatuan antara politik dengan agama, dan merasa bahwa agama itu dieksploitasi untuk keuntungan pribadi. Dengan demikian mereka menolak baik gaya hidup masyarakat kesukuan tradisional maupun gaya hidup perkotaan yang dipaksakan oleh negara kepada rakyat dengan memindahkan mereka ke kota-kota garnisun. Gerakan tersebut merupakan upaya untuk menemukan jalan ketiga, yaitu masyarakat nomaden yang independen, egaliter, berdasarkan agama murni.{{Sfn|Kennedy|2016|p=68}} Islamis [[Chase F. Robinson]] menggambarkan orang Khawarij awal sebagai komandan tentara yang tidak puas dengan pengikut suku, dan mengadopsi ajaran Khawarij untuk menutupi perilaku premanisme mereka.{{Sfn|Robinson|2000|pp=123–124}}
Hagemann dan Verkinderen membedakan antara ajaran Khawarij intelektual dan ajaran Khawarij yang militan. Dalam pandangan mereka, ajaran intelektual Khawarij berkaitan dengan aturan Tuhan dan penolakan terhadap pemerintahan yang korup. Sedangkan ajaran Khawarij yang militan tidak selalu berasal dari pemikiran Khawarij intelektual. Dalam banyak kasus, ajaran Khawarij yang militan sering muncul oleh berbagai hal seperti peningkatan pajak, penguasaan negara atas sumber daya, dan diskriminasi terhadap {{transliterasi|ar|mawali}}. Mereka menjelaskan keragaman pandangan oleh sejarawan lain yang berasal dari fokus sejarawan pada satu kelompok Khawarij tertentu dengan asumsi bahwa kelompok tersebut mewakili gerakan Khawarij secara umum.{{Sfn|Hagemann|Verkinderen|2020|pp=501–502}}
===Kontribusi terhadap teologi Muslim===
Menurut Della Vida, terlepas dari pandangan tentang Khawarij yang populer, gerakan Khawarij tidak semata-mata ada tanpa dasar intelektual.{{Sfn|Della Vida|1978|p=1077}} Wellhausen berpendapat bahwa dogmatisme Khawarij memengaruhi perkembangan teologi Muslim arus utama, khususnya perdebatan mereka dalam kaitannya dengan iman dan amal, serta kepemimpinan yang sah.{{Sfn|Wellhausen|1901|p=17}} Dalam pandangan Della Vida, [[Muktazilah]], aliran pemikiran rasionalis pada awal Islam yang berasal pada abad kedelapan memiliki kemungkinan dipengaruhi oleh Khawarij. Pengaruh terhadap dogma arus utama bisa jadi merupakan adaptasi langsung dari beberapa gagasan Khawarij, atau bahwa pandangan Khawarij mengkonfrontasi para teolog arus utama dengan pertanyaan seputar iman.{{Sfn|Della Vida|1978|p=1077}}
Pada abad kedelapan dan kesembilan, Khawarij, khususnya Ibadi, mendorong para teolog berkontribusi pada perdebatan mengenai masalah [[Tauhid|kesatuan ilahi]] versus kejamakan sifat-sifat ilahi, dan [[predestinasi]] versus [[kehendak bebas]].{{Sfn|Madelung|1979|pp=127–129}} Mengenai sifat-sifat ketuhanan, orang Ibadi sependapat dengan Muktazilah bahwa sifat-sifat hakikat (sifat-sifat yang harus dimiliki Tuhan; mis. pengetahuan dan kekuasaan) berbeda dengan sifat-sifat perbuatan (yang ada di luar dirinya; seperti ciptaan dan ucapan),{{Sfn|Madelung|1979|pp=121, 127}} tetapi orang Ibadi juga berpendapat bahwa kehendak ilahi adalah sifat dari hakikat. Dengan demikian Tuhan berkehendak dari kekekalan, yang berarti bahwa segala sesuatu telah ditentukan sebelumnya. Akibatnya, orang Ibadi menolak doktrin kehendak bebas manusia. Menurut [[Wilferd Madelung]], kemungkinan besar kelompok Ibadi adalah kelompok pertama yang memegang pandangan tentang kehendak Tuhan sebagai atribut esensi yang akhirnya diadopsi oleh para teolog Sunni. Para teolog Khawarij juga menolak [[mujassimah]] (penyerupaan Tuhan dengan makhluk) dan setuju dengan Muktazilah tentang sifat kemakhlukan Al-Quran.{{Sfn|Madelung|1979 |pp=127–129}}
Khawarij adalah kelompok pertama yang mendeklarasikan Muslim selain dirinya sebagai {{transliterasi|ar|kuffar}}, yang mana sebutan tersebut sebelumnya diperuntukkan bagi non-Muslim. Pengaruh ini menyebabkan transformasi konsep {{transliterasi|ar|kufur}} dalam teologi Sunni selanjutnya. Selain kafir, {{transliterasi|ar|kufur}} juga dimaknai sebagai kesesatan dan bid'ah.{{Sfn|Kenney|2006|p=34}} Dalam pandangan Watt, kaum Khawarij bersikeras pada aturan menurut al-Qur'an dan mencegah negara Muslim awal berubah menjadi negara Arab yang murni sekuler. Umat Islam lainnya akhirnya mengadopsi pandangan ini bahwa semua kehidupan politik dan sosial umat Islam harus didasarkan pada hukum ilahi ([[Syariah]]) yang berasal dari al-Qur'an, meskipun mereka menambahkan {{transliterasi|ar|[[sunnah]]}} Muhammad.{{Sfn|Watt|1985|p=12}}
=== Pandangan muslim tradisional ===
Kaum Khawarij mendapat kecaman dari sejarawan Muslim tradisional dan heresiografer dari abad-abad berikutnya.{{Sfn|Kenney|2006|pp=25 ff}} Untuk memperjelas perbedaan antara ortodoksi dan heterodoksi, sumber-sumber arus utama berusaha menggambarkan Khawarij sebagai kelompok yang monolitik dan mengidentifikasi kelompok tersebut dengan karakteristik dan praktik sekte Khawarij yang paling radikal, Azariqah. Hal ini mengakibatkan Azariqah digambarkan sebagai perwakilan dari keseluruhan aliran Khawarij.{{Sfn|Kenney|2006|p=37}} Istilah {{transliteration|ar|Khawarij}}, yang semula berarti orang-orang yang keluar dari Kufah untuk berkumpul di Nahrawan pada masa Ali, kemudian dipahami sebagai 'orang luar'—orang-orang yang keluar dari komunitas Muslim—pemberontak, dan ekstrimis brutal. {{Sfn|Della Vida|1978|p=1075}}{{Sfn|Gaiser|2016|p=2}}{{Sfn|Hagemann|Verkinderen|2020|p=489}}
Muslim non-Khawarij mengaitkan beberapa hadis Muhammad yang menubuatkan munculnya kaum Khawarij.{{Sfn|Kenney|2006|p=26}} Setelah [[Pertempuran Hunain]] pada tahun 630, seorang pria bernama Dzul-Khuwaisirah dilaporkan telah menuduh Muhammad membagikan harta rampasan secara tidak adil. Umar dilaporkan meminta izin Muhammad untuk membunuh orang itu, tapi Beliau menolak, dengan mengatakan:{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=15–16}}
{{blockquote|text=Biarkan dia pergi, akan ada orang-orang darinya yang akan berdoa dan berpuasa dengan sangat bersemangat sehingga doa dan puasa kalian tampak kecil bagi mereka; mereka membaca al-Qur'an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan).{{Sfn|Wellhausen|1901|pp=15–16}}}}
Hadits serupa yang dikaitkan dengan Muhammad adalah:
{{blockquote|text=Akan muncul dari (Irak) suatu kaum yang membaca al-Qur'an tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka, dan mereka akan menyimpang dari Islam seperti anak panah yang melenceng dari binatang.{{Sfn|Kenney|2006|p=26}}}}
Terdapat juga beberapa hadits lain dengan tema "panah menembus sasaran" atau "al-Qur'an tidak melampaui tenggorokan" yang diketahui. Meskipun hadits tidak menyebut Khawarij atau individu Khawarij tertentu, mereka umumnya dipandang oleh Muslim non-Khawarij sebagai rujukan kepada Khawarij. Beberapa hadits dari jenis ini mendorong umat Islam lainnya untuk melenyapkan Khawarij.{{Sfn|Kenney|2006|pp=26–27}}
=== Pandangan zaman modern ===
Di era modern, banyak teolog dan ulama Muslim membandingkan keyakinan dan tindakan Islamis modern seperti [[Negara Islam Irak dan Syam|ISIS]], [[al-Qaeda]], [[Ikhwanul Muslimin]], dan [[Tehrik-i-Taliban Pakistan]] dengan orang-orang Khawarij,{{Sfn|Timani|2008|p=78}}{{Sfn|Bunzel|2016|p=23}}{{Sfn|Kenney|2006|pp=90–91}}{{Sfn|Akram|2014|p=596}} melabeli mereka sebagai Khawarij baru.{{Sfn|Kenney|2006|p=51}} Secara khusus, kelompok-kelompok tersebut diduga memiliki pendekatan anarkis dan radikal militan yang sama seperti Khawarij. Namun, para anggota ISIS dan al-Qaeda menolak untuk dibandingkan dengan Khawarij dan menyebut diri mereka sebagai Muslim sejati serta lawan mereka sebagai Muslim yang lemah.{{Sfn|Bunzel|2016|pp=9, 23}}{{Sfn|Kelsay|2008|p=603}} Efek yang diharapkan dari pelabelan Khawarij biasanya untuk menghalangi aktivis Islamisme mendapatkan banyak dukungan publik, mengingat citra Khawarij yang sangat buruk di kalangan Muslim.{{Sfn|Kenney|2006|p=90}} Perbandingan tersebut dikritik oleh sejarawan modern, yang berpendapat bahwa konteks sosio-politik dan lingkungan yang memunculkan militan modern sangat berbeda dari kaum Khawarij. Menurut mereka, perbandingan semacam itu sering kali berawal dari pemahaman yang dangkal tentang doktrin dari salah satu kelompok.{{Sfn|Kenney|2006|pp=89–90}}{{Sfn|Gaiser|2020}}
Meskipun sebagian besar sejarawan Arab modern bersikap kritis terhadap Khawarij, beberapa dari mereka telah memberikan pandangan yang lebih baik. Sejarawan Arab belakangan berpendapat bahwa Khawarij memberontak melawan ketidakadilan ekonomi dan memiliki keluhan yang valid. Mereka membandingkan cita-cita Khawarij tentang kesetaraan etnis dan gender dengan nilai-nilai saat ini dan menganggap orang-orang Khawarij mewakili pemikiran proto-demokrasi pada awal Islam.{{Sfn|Timani|2008|pp=26ff, 77ff}} Sarjana Ibadi modern telah berusaha untuk memperbaiki citra Khawarij dengan tujuan mendamaikan perbedaan mereka dengan umat Islam lainnya. Mereka menegaskan bahwa catatan Muslim arus utama tentang sejarah Khawarij terdistorsi dan menampilkan Khawarij awal secara tidak adil, padahal mereka hanya memprotes kezaliman.{{Sfn|Hoffman|2009}}{{Sfn|Timani|2008|pp=78–79}} Pada saat yang sama, orang-orang Ibadi juga menolak dicap sebagai sekte Khawarij. Mereka mengasosiasikan istilah Khawarij hanya pada kelompok Azariqah, Najdat, dan Sufriyah yang mereka kutuk. Sedangkan, kelompok Khawarij awal semacam Muhakimah, sangat dijunjung tinggi.{{Sfn|Hoffman|2009}} Seorang penulis Ibadi modern mengklaim bahwa orang-orang Muhakimah tidak memberontak melawan Ali tetapi hanya berbeda pendapat dengannya. Yang dilawan oleh Ali di Nahrawan bukanlah orang-orang Muhakimah, tapi bangsawan Kufah [[Asy'ats bin Qais]].{{Sfn|Timani|2008|pp=78–79}}
==Catatan==
Baris 121 ⟶ 167:
===Daftar pustaka===
{{Refbegin|33em}}
* {{Cite book|editor-last=Abbas|editor-first=Ihsan|editor-link = Ihsan Abbas|year=1974|title=Shiʿr al-Khawārij: Jamʿ wa Taqdīm Iḥsān ʿAbbās |edition=3rd |publisher=Dar al-Thaqafa|location=Beirut|oclc=584091175|ref={{sfnref|Abbas|1974}}}}
* {{Cite journal |last = Akram |first = Muhammad |title = The Authority of Ulama and the Problem of Anti-State Militancy in Pakistan |journal = Asian Journal of Social Science |year = 2014 |volume = 42 |number = 5 |pages = 584–601 |doi = 10.1163/15685314-04205006|jstor=43495821|ref={{sfnref|Akram|2014}}}}
* {{Cite encyclopedia |last=Allen |first=Lori A. |title=Jihad: Arab States |encyclopedia=Encyclopedia of Women and Islamic Cultures |volume=II: Family, Law and Politics|editor-last=Joseph|editor-first=Suad|editor-last2=Najamabadi|editor-first2=Afsaneh|editor-last3=Peteet|editor-first3=Julie|editor-last4=Shami|editor-first4=Seteney|editor-last5=Siapno|editor-first5=Jacqueline|editor-last6=Smith|editor-first6=Jane I.|publisher=Brill |location=Leiden |year=2005 |url=https://books.google.com/books?id=4Uyypm6T7ZsC |pages=319–321|isbn=9004128182|ref={{sfnref|Allen|2005}}}}
* {{Cite journal |last = Badawi |first = M. M. |title = From Primary to Secondary Qaṣīdas: Thoughts on the Development of Classical Arabic Poetry |journal = Journal of Arabic Literature |year = 1980 |volume = 11 |pages = 1–31 |doi = 10.1163/157006480X00018|jstor = 4183025 |ref={{sfnref|Badawi|1980}}}}
* {{The End of the Jihad State}}
* {{Encyclopædia Iranica Online | title = Kharijites in Persia | last = Bosworth | first = C. Edmund | author-link = Clifford Edmund Bosworth | url = https://www.iranicaonline.org/articles/kharijites-in-persia | editor-last = | editor-first = | editor-link = | year = 2009 | isbn = |ref={{sfnref|Bosworth|2009}}}}
* {{Cite book |last=Brünnow |author-link=Rudolf Ernst Brünnow|first=Rudolf Ernst |year=1884 |title=Die Charidschiten unter den ersten Omayyaden. Ein Beitrag zur Geschichte des ersten islamischen Jahrhunderts |language = de|publisher=E. J. Brill |location=Leiden |url=https://archive.org/details/diecharidschite00brgoog/page/n11/mode/2up |oclc=1527180|ref={{sfnref|Brünnow|1884}}}}
* {{Cite report |last=Bunzel|first=Cole|date=2016 |title=The Kingdom and the Caliphate: Duel of the Islamic States |url=https://www.jstor.org/stable/resrep12895 |publisher=Carnegie Endowment for International Peace|location=Washington, D.C.|access-date= 10 January 2021|ref={{sfnref|Bunzel|2016}}}}
* {{Cite book|last=Burton|first=John|year=1977|title=The Collection of the Qur'an |publisher=Cambridge University Press|location=Cambridge|url=https://books.google.com/books?id=Ggc4AAAAIAAJ|isbn=978-0-521-21439-1|ref={{sfnref|Burton|1977}}}}
* {{Cite book|editor-last=Cooperson|editor-first=Michael |editor-link=Michael Cooperson|title=Ibn al-Jawzī : Virtues of the Imām Aḥmad ibn Ḥanbal|volume=1|year=2013|publisher=New York University Press|location=New York and London|url=https://books.google.com/books?id=VAU4AgAAQBAJ|isbn= 978-0-8147-7166-2|ref={{sfnref|Cooperson|2013}}}}
* {{Cite journal |last = Crone |first = Patricia |author-link=Patricia Crone|title = A Statement by the Najdiyya Khārijites on the Dispensability of the Imamate |journal = Studia Islamica | year = 1998 |number = 88 |pages = 55–76 |doi = 10.2307/1595697 |issn = 0585-5292 |jstor = 1595697 |oclc = 5547948728|ref={{sfnref|Crone|1998}}}}
* {{Cite journal|last=Crone|first=Patricia|title=Ninth-century Muslim anarchists|year=2000|journal=Past & Present|volume=167|issue=167|issn=0031-2746|lccn=65077388|jstor=00312746|oclc=265436895|pages=3–28|doi=10.1093/past/167.1.3|ref={{sfnref|Crone|2000}}}}
* {{Cite book|last1=Crone|first1=Patricia|last2=Zimmermann|first2=Friedrich|year=2001|title=The Epistle of Salim Ibn Dhakwan |publisher=Oxford University Press|location=Oxford|url=https://books.google.com/books?id=pCiQDwAAQBAJ|isbn=978-0191590153|ref={{sfnref|Crone|Zimmermann|2001}}}}
* {{Cite book|last=Crone|first=Patricia|year=2004|title=God's Rule: Government and Islam |publisher=Columbia University Press|location=New York|url=https://books.google.com/books?id=2gx0Dck-kvIC|isbn=978-0231132916|ref={{sfnref|Crone|2004}}}}
* {{EI2|last=Della Vida|first=Giorgio Levi |author-link=Giorgio Levi Della Vida|title=Khāridjites|pages=1074–1077|volume=4}}
* {{Cite book |last = Demichelis |first = Marco |year = 2015 |chapter = Kharijites and Qarmatians: Islamic Pre-Democratic Thought, a Political-Theological Analysis |title = Religion and Representation: Islam and Democracy |editor1-last= Mattson|editor1-first=Ingrid|editor2-last=Nesbitt-Larking |editor2-first=Paul|editor3-last= Tahir|editor3-first=Nawaz|url = https://books.google.com/books?id=g_2mBgAAQBAJ |publisher = Cambridge Scholars Publishing |location = Newcastle upon Tyne|pages=101–127|isbn = 978-1-4438-7059-7|ref={{sfnref|Demichelis|2015}}}}
* {{Cite book|last=Dixon|first=Abd al-Ameer A.|year=1971|title=The Umayyad Caliphate, 65–86/684–705: (a Political Study) |publisher=Luzac|location=London|url=https://books.google.com/books?id=GiPNl429iuEC|isbn=978-0718901493|ref={{sfnref|Dixon|1971}}}}
* {{EI2|last=Djebli|first=Moktar|author-link=|title=Taḥkīm|pages=107–108|volume=10}}
* {{Cite book |last = Donner |first = Fred M. |author-link = Fred Donner |year = 1997 |chapter = Piety and Eschatology in Early Kharijite Poetry |title = Fī Miḥrāb al-Maʿrifah: Festschrift for Iḥsān ʿAbbās |editor-last= al-Saʿafin|editor-first=Ibrahim |publisher = Dar Sader Publishers |location = Beirut|pages=13–19|oclc=587950873|ref={{sfnref|Donner|1997}}}}
* {{Cite book |last = Donner |first = Fred M. |title = Muhammad and the Believers, at the Origins of Islam |year = 2010 |publisher = Harvard University Press |location = Cambridge, MA |isbn = 978-0674050976 |url = https://books.google.com/books?id=YM8RBAAAQBAJ |ref={{sfnref|Donner|2010}}}}
* {{Cite encyclopedia|last=Francesca|first= Ersilia | year= 2006 | title=Khārijīs |encyclopedia=Encyclopaedia of the Qurʾān|volume=3: J–O|editor-last=McAuliffe|editor-first=Jane Dammen|publisher=Brill|location=Leiden|pages=84–89|doi= 10.1163/1875-3922_q3_EQCOM_00103|ref={{sfnref|Francesca|2006}}}}
* {{Cite book|last=Gaiser|first=Adam|author-link=Adam Gaiser|year=2010|title=Muslims, Scholars, Soldiers: The Origin and Elaboration of the Ibadi Imamate Traditions |publisher=Oxford University Press|location=Oxford|url=https://books.google.com/books?id=D22jKeEgC-kC|isbn=978-0199738939|ref={{sfnref|Gaiser|2010}}}}
* {{Cite web |url=https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780195390155/obo-9780195390155-0159.xml?rskey=kCztwW |title=The Kharijites and Contemporary Scholarship |last=Gaiser |first= Adam|date=2013 |website=[[Oxford Bibliographies Online|Oxford Bibliographies]] |publisher=Oxford University Press |access-date= 10 January 2021|doi=10.1093/OBO/9780195390155-0159|ref={{sfnref|Gaiser|2013}}}}
* {{Cite book|last=Gaiser|first=Adam|year=2016|title=Shurat Legends, Ibadi Identities: Martydom, Asceticism, and the Making of an Early Islamic Community |publisher=The University of South Carolina Press|location=Columbia, SC|url=https://books.google.com/books?id=J9cQDQAAQBAJ|isbn=978-1-61117-677-3|ref={{sfnref|Gaiser|2016}}}}
* {{EI3|last=Gaiser|first=Adam|year=2020|title=Khārijīs|doi=10.1163/1573-3912_ei3_COM_35487|ref={{sfnref|Gaiser|2020}}}}
* {{EI3|last=Gaiser|first=Adam|year=2021|title=Ibāḍiyya|doi=10.1163/1573-3912_ei3_COM_30614|ref={{sfnref|Gaiser|2021}}}}
* {{Cite journal |last = Hagemann |first = Hannah-Lena |title = Challenging Authority: Al-Balādhurī and al-Ṭabarī on Khārijism during the Reign of Muʿāwiya b. Abī Sufyān |journal = Al-Masāq: Journal of the Medieval Mediterranean |year = 2016 |volume = 28 |issue = 1 |pages = 36–56 |doi = 10.1080/09503110.2016.1152803|s2cid = 163450316 |ref={{sfnref|Hagemann|2016}}}}
* {{Cite book |last1=Hagemann |first1= Hannah-Lena |last2=Verkinderen |first2=Peter |editor-last= Marsham|editor-first= Andrew|chapter=Kharijism in the Umayyad period |title= The Umayyad World |year= 2020 |publisher= Routledge |location=London and New York|pages= 489–517 |isbn= 978-1315691411 |doi= 10.4324/9781315691411-29|s2cid= 228915939 |url= https://works.bepress.com/peter-verkinderen/1/download/ |ref={{sfnref|Hagemann|Verkinderen|2020}}}}
* {{Cite book|last=Hagemann |first=Hannah-Lena |year=2021 |title=The Kharijites in Early Islamic Historical Tradition: Heroes and Villains |publisher=Edinburgh University Press|location=Edinburgh|url=https://books.google.com/books?id=nme-zQEACAAJ|isbn=978-1-4744-5088-1|ref={{sfnref|Hagemann|2021}}}}
* {{Cite journal |last = Hawting |first = Gerald R. |author-link=G. R. Hawting|title = The Significance of the Slogan "lā hukma illā lillāh" and the References to the "Hudūd" in the Traditions about the Fitna and the Murder of 'Uthmān |journal = Bulletin of the School of Oriental and African Studies |year = 1978 |volume = 41 |number = 3 |pages = 453–463 |doi = 10.1017/S0041977X00117550 |jstor = 615490|s2cid = 162680150 |ref={{sfnref|Hawting|1978}}}}
* {{Cite journal |last = Hinds |first = Martin |author-link=Martin Hinds|title = Kufan Political Alignments and their Background in the Mid-Seventh Century A.D. |journal = International Journal of Middle East Studies |year = 1971 |volume = 2 |number = 4 |pages = 346–367 |doi = 10.1017/S0020743800001306 |jstor = 162722|s2cid = 155455942 |ref={{sfnref|Hinds|1971}}}}
* {{Cite journal |last=Hinds |first=Martin |title=The Siffin Arbitration Agreement |journal=Journal of Semitic Studies |year=1972 |volume=17 |issue=1 |pages=93–129 |doi=10.1093/jss/17.1.93|ref={{sfnref|Hinds|1972}}}}
* {{Cite book |last = Hoffman |first = Valerie |year = 2009 |chapter = Historical Memory and Imagined Communities: Modern Ibāḍī Writings on Khārijism |title = Historical Dimensions of Islam: Essays in Honor of R. Stephen Humphreys |editor1-last= Lindsay|editor1-first=James E.|editor2-last=Armajani |editor2-first=Jon|url = https://www.worldcat.org/title/historical-dimensions-of-islam-pre-modern-and-modern-periods-essays-in-honor-of-r-stephen-humphreys/oclc/705715290 |publisher = Darwin Press |location = Princeton |pages=185–200 |isbn = 978-0-87850-190-8|oclc = 705715290|ref={{sfnref|Hoffman|2009}}}}
* {{Cite book |last = Hoffman |first = Valerie |title = The Essentials of Ibadi Islam |url=https://books.google.com/books?id=JNxvMRJM3EAC |year = 2012 |publisher = Syracuse University Press |location = New York |isbn = 978-0-8156-3288-7|ref={{sfnref|Hoffman|2012}}}}
<!--* {{Cite book |last=Izutsu |first=Toshihiko |author-link=Toshihiko Izutsu |year=2006 |origyear=1965 |title=The Concept of Belief in Islamic Theology: A Semantic Analysis of Imān and Islām |url=https://books.google.com/books?id=PDxHG5MtLawC |location=Petaling Jaya |publisher=Islamic Book Trust |isbn=983-9154-70-2}}-->
* {{Cite journal |last = Kelsay |first = John |author-link = John Kelsay|title = Al-Qaida as a Muslim (Religio-Political) Movement: Remarks on James L. Gelvin's "Al-Qaeda and Anarchism: A Historian's Reply to Terrorology" |journal = Terrorism and Political Violence |year = 2008 |volume = 20 |number = 4 |pages = 601–605 |doi = 10.1080/09546550802257382|s2cid = 144194663 |ref={{sfnref|Kelsay|2008}}}}
* {{The Prophet and the Age of the Caliphates|edition=third}}
* {{Cite book |last = Kenney |first = Jeffrey T. |title = Muslim Rebels: Kharijites and the Politics of Extremism in Egypt |url=https://books.google.com/books?id=mXc8DwAAQBAJ |year = 2006 |publisher = Oxford University Press |location = New York |isbn = 978-0-19-513169-7|ref={{sfnref|Kenney|2006}}}}
* {{EI2|last=Lewicki|first=T.|author-link=|title=al-Ibāḍiyya|pages=648–660|volume=3}}
* {{Cite journal |last = Lewinstein |first = Keith |title = The Azāriqa in Islamic Heresiography |journal = Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London |year = 1991 |volume = 54 |number = 2 |pages = 251–268 |doi = 10.1017/S0041977X00014774 |jstor = 619134|s2cid = 162230832 |ref={{sfnref|Lewinstein|1991}}}}
* {{Cite journal |last = Lewinstein |first = Keith |title = Making and Unmaking a Sect: The Heresiographers and the Ṣufriyya |journal = Studia Islamica |year = 1992 |number = 76|pages = 75–96 |doi = 10.2307/1595661 |jstor = 1595661|ref={{sfnref|Lewinstein|1992}}}}
* {{EI3|last=Lewinstein|first=Keith|year=2008|title=Azāriqa|doi=10.1163/1573-3912_ei3_COM_0171|ref={{sfnref|Lewinstein|2008}}}}
* {{Cite journal |last = Love |first = Paul M. Jr. |title = The Sufris of Sijilmasa: Toward a history of the Midrarids |journal = The Journal of North African Studies |year = 2010 |volume = 15 |issue = 2 |pages = 173–188 |doi = 10.1080/13629380902734136|s2cid = 145419823 |ref={{sfnref|Love|2010}}}}
* {{Cite book |last = Madelung |first = Wilferd |author-link=Wilferd Madelung |year = 1979 |chapter = The Shiite and Khārijite Contribution to Pre-Ashʿarite Kalām |title = Islamic Philosophical Theology |editor-last= Morewedge|editor-first= Parviz |url= https://books.google.com/books?id=UcGKV9R37BQC |publisher = State University of New York Press |location = Albany, New York|pages=120–141|isbn = 0-87395-242-1|ref={{sfnref|Madelung|1979}}}}
* {{Cite book |last = Madelung |first = Wilferd |title = The Succession to Muhammad: A Study of the Early Caliphate |url = https://books.google.com/books?id=2QKBUwBUWWkC |year = 1997 |publisher = Cambridge University Press |location = Cambridge |isbn = 0521646960|ref={{sfnref|Madelung|1997}}}}
* {{EI2|last=Madelung|first=Wilferd|last2=Lewinstein|first2=Keith|title=Ṣufriyya|pages=766–769|volume=9}}
* {{Cite book |last = Marsham |first = Andrew |year = 2009 |title = Rituals of Islamic Monarchy: Accession and Succession in the First Muslim Empire |publisher = Edinburgh University Press |location = Edinburgh |url ={{Google Books|ZOaqBgAAQBAJ|plainurl=y}} |isbn = 978-0-7486-3077-6|ref={{sfnref|Marsham|2009}}}}
* {{Cite book|last=Morony|first=Michael|author-link=Michael G. Morony|year=1984|title=Iraq After the Muslim Conquest|url=https://archive.org/details/iraqaftermuslimc0000moro|publisher=Princeton University Press|location=Princeton|isbn=0-691-05395-2|ref={{sfnref|Morony|1984}}}}
* {{Cite book|last=Robinson|first=Chase F.|author-link=Chase F. Robinson|title=Empire and Elites after the Muslim Conquest: The Transformation of Northern Mesopotamia|year=2000|publisher=Cambridge University Press|location=Cambridge|url=https://books.google.com/books?id=iYlSHyDWUtQC|isbn=0-521-78115-9|ref={{sfnref|Robinson|2000}}}}
* {{Cite book |last = Rotter |first = Gernot |year = 1982 |title = Die Umayyaden und der zweite Bürgerkrieg (680–692) |language = de |publisher = Deutsche Morgenländische Gesellschaft |location = Wiesbaden |url = https://books.google.com/books?id=NuANAAAAYAAJ |isbn = 978-3515029131 |ref={{sfnref|Rotter|1982}}}}
* {{EI2|last=Rubinacci|first=R.|author-link=|title=Azāriḳa|pages=810–811|volume=1}}
* {{Cite book |last=Shaban |first=M. A. |year=1971 |title=Islamic History, A New Interpretation: Volume 1, AD 600–750 (A.H. 132) |publisher=Cambridge University Press |location=Cambridge |url=https://books.google.com/books?id=TEFMYRxteB4C |isbn=978-0-521-29131-6|ref={{sfnref|Shaban|1971}}}}
* {{Cite web |url=https://www.oxfordbibliographies.com/view/document/obo-9780195390155/obo-9780195390155-0047.xml |title=Kharijites |last1=Sonn |first= Tamara|last2=Farrar |first2=Adam |date=2009 |website=[[Oxford Bibliographies Online|Oxford Bibliographies]] |publisher=Oxford University Press |access-date= 10 February 2021|doi=10.1093/OBO/9780195390155-0047|ref={{sfnref|Sonn|Farrar|2009}}}}
* {{Cite book |last = Timani |first = Hussam S. |year = 2008 |title = Modern Intellectual Readings of the Kharijites |url = https://books.google.com/books?id=F2F92guvrgAC |publisher = Peter Lang|location = New York|isbn = 978-0820497013|ref={{sfnref|Timani|2008}}}}
* {{Cite journal |last = Vikør |first = Knut S. |author-link = Knut Vikør |title = Ibadism and law in historical contexts |journal = Oñati Socio-Legal Series |year = 2018 |volume = 10 |number = 5 |pages = 960–984 |doi = 10.35295/osls.iisl/0000-0000-0000-1155|s2cid = 222121137 |ref={{sfnref|Vikør|2018}}}}
* {{Cite journal |last = Watt |first = W. Montgomery |author-link = W. Montgomery Watt |title = Khārijite thought in the Umayyad Period |journal = Der Islam |year = 1961 |volume = 36 |issue = 3 |pages = 215–231 |doi = 10.1515/islm.1961.36.3.215 |s2cid = 162239725 |ref={{sfnref|Watt|1961}}}}
* {{Cite book |last = Watt |first = W. Montgomery |year = 1973 |title = The Formative Period of Islamic Thought |publisher = Edinburgh University Press |location = Edinburgh |url = https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.137377/page/n3 |isbn = 978-0852242452 |ref={{sfnref|Watt|1973}}}}
* {{Cite book |last = Watt |first = W. Montgomery |year = 1985 |title = Islamic Philosophy and Theology |publisher = Edinburgh University Press |location = Edinburgh |url = https://books.google.com/books?id=m6cxEAAAQBAJ |isbn = 0748607498 |ref={{sfnref|Watt|1985}}}}
* {{Cite book |last = Wellhausen |first = Julius |year = 1901 |author-link = Julius Wellhausen |title = Die religiös-politischen Oppositionsparteien im alten Islam |language = de |url = https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.358135 |publisher = Weidmannsche buchhandlung |location = Berlin|oclc = 453206240 |ref={{sfnref|Wellhausen|1901}}}}
* {{Cite book |last = Wilkinson |first = John C. |year = 2010 |author-link = John C. Wilkinson |title = Ibâdism: Origins and Early Development in Oman |url = https://books.google.com/books?id=INlIrNbG3N0C |publisher = Oxford University Press |location = Oxford|isbn=978-0-19-958826-8|ref={{sfnref|Wilkinson|2010}}}}
{{Refend}}
{{Authority control}}
[[Kategori:
|