Kitab Pengkhotbah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up
Dewinta88 (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
Baris 34:
Secara tradisional pengarang Kitab Pengkhotbah diyakini adalah [[Salomo]], anak [[Daud]], yang dikenal memiliki hikmat Ilahi.<ref name="Singgih" /> Para penafsir Yahudi tradisional membaca secara harfiah ayat {{Alkitab|Pengkhotbah 1:1}} dan menerjemahkannya sebagai hasil karangan Salomo.<ref name="Singgih">Emanuel Gerrit Singgih. 2001. ''Hidup di Bawah Bayang-Bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah''. Jakarta: BPK Gunung Mulia.</ref> Penafsiran tradisional ini bertahan hingga munculnya metode-metode yang bersifat kritis, baik historis maupun literer, yang melihat inkonsistensi pada beberapa bagian.<ref name="Singgih" /> Ada beberapa alasan yang mengarah kepada dugaan bahwa penulis kitab ini bukanlah Salomo.
# '''''Alasan isi'''''. Pertama-tama, memang nama Salomo tidak pernah dikatakan secara eksplisit dalam seluruh kitab ini dan juga dalam [[Pengkhotbah 1#Ayat 16|Pengkhotbah 1:16]] dikatakan bahwa ada orang-orang yang memerintah Yerusalem sebelum ''Pengkhotbah'', padahal hanya ada satu orang yang pernah memerintah Yerusalem sebelum Salomo, yaitu Daud.<ref name="Singgih"/> Hal ini dibantah dengan fakta bahwa memang sebelum Salomo, hanya [[Daud]] sebagai raja Kerajaan Israel yang memerintah di Yerusalem, tetapi sebelum itu sudah ada sejumlah raja di Yerusalem ketika masih dikuasai oleh orang Kanaan, antara lain [[Melkisedek]] ({{Alkitab|Kejadian 14:18}}), [[Adoni-Zedek]] ({{Alkitab|Yosua 10:1}}), dan Abdi-Khepa (disebut di Surat-surat Amarna), dan selanjutnya tidak ada raja yang sebijaksana Salomo di Yerusalem.<ref name="TNstudy">The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997</ref> Ada pula kesan bahwa raja atau tokoh kerajaan yang berbicara hanya ada pada Pengkhotbah 1-2, sedangkan sisanya kesan yang muncul adalah seorang tua yang merenung dan memberi nasihat.<ref name="Singgih" /> Ditambah lagi pada Pengkhotbah 8:2-8 disinggung mengenai perilaku seorang abdi di depan raja, sehingga bagian itu tentulah pemikiran seorang abdi, bukan raja.<ref name="Singgih"/>
# '''''Alasan kebahasaan'''''. Bahasa senantiasa mengalami perkembangan.<ref name="Singgih" /> Di dalam kitab ini banyak ungkapan yang dipengaruhi oleh bahasa Aram, misalnya ''sye'' dari ''asyer'' dan ''illu'' dari ''im lo''.<ref name="Singgih" /> Padahal pengaruh bahasa Aram terhadap bahasa Ibrani dianggap baru dimulai menjelang pembuangan (587/6 SM) hingga menjadi dominan pada masa sesudah pembuangan (538 SM), dan akhirnya dipakai bersama bahasa Ibrani sebagai bahasa pergaulan untuk penduduk Palestina pada zaman Yesus.<ref name="Singgih" /> Selain itu, ungkapan-ungkapan kitab ini juga memiliki banyak kemiripan dengan ungkapan dalam [[Mishnah|Mishna]], yaitu kumpulan hukum lisan Yahudi, dan penulisan Mishna tidak mungkin berdekatan dengan masa Salomo.<ref name="Singgih" />
# '''''Alasan pemikiran'''''. Dalam kitab ini terdapat pengaruh pemikiran Yunani, meskipun tidak perlu menganggap bahwa pengarangnya menganut sebuah pemikiran filsafat Yunani tertentu.<ref name="Singgih" /> Pengaruh pemikiran Yunani mulai tersebar di daerah sekitar [[Laut Tengah]] pada zaman Alexander Agung dan sesudahnya.<ref name="Singgih" />
# '''''Alasan gaya bahasa'''''. Secara kritis-literer, dapat diketahui bahwa ada perubahan narator dalam kitab ini, yaitu pada Pengkhotbah 1-2 narator seolah mengidentikkan diri dengan Salomo, namun setelah itu narator seolah menjadi tokoh tua yang dikatakan sebelumnya.<ref name="Singgih" /> Kemudian secara kritis-historis juga dapat ditemukan bahwa gaya menokohkan tokoh kerajaan yang terkenal, merupakan peniruan terhadap seni sastra Mesir kuno yang selalu merujuk kata-kata bijaksana ke seorang raja termashyur pada masa lalu.<ref name="Singgih" />
 
Baris 69:
 
== Kanon ==
Kitab Pengkhotbah merupakan salah satu dari [[Lima Gulungan]] (''Megillot'') yang dibacakan pada [[Hari Raya Pondok Daun]].<ref name="Fohrer">{{en}}Georg Fohrer. 1968. ''Introduction to Old Testament''. Nashville: Abingdon Press. Hal. 334.</ref> Di dalam kanon [[Alkitab Ibrani]], kitab ini termasuk dalam bagian tulisan-tulisan (Yahudi: [[Ketuvim]]) dan berada pada urutan ke-6 dari bagian tersebut.<ref>{{en}}Norman K. Gottwald. 1985. ''The Hebrew Bible: A Socio-Literary Introduction.'' Philadelphia: Fortress Press. Hal. 884.</ref> Kemudian di dalam kanon lainnya, seperti [[Septuaginta]] dan [[Vulgata]] (bahasa Latin; kanon Katolik Roma saat ini), terdapat pengelompokan tulisan-tulisan yang dianggap berasal dari [[Daud]] dan [[Salomo]].<ref name="Lasor" /> Dengan demikian urutannya adalah [[Kitab Mazmur|Mazmur]], [[Kitab Amsal|Amsal]], Pengkhotbah, [[Kidung Agung]], Kebijaksanaan Salomo (dalam kanon Protestan [[kitab Kebijaksanaan Salomo]] dianggap [[Apokrif]]a).<ref name="Lasor"/> Alasan penempatan ini adalah acuan tak langsung pada Salomo dan adanya tulisan-tulisan hikmat yang dikaitkan dengan nama Salomo.<ref name="Lasor"/> Kelompok ini ditempatkan setelah Mazmur karena tulisan yang dianggap berasal dari Salomo harus ditempatkan setelah tulisan-tulisan yang berasal dari Daud, ayahnya.<ref name="Lasor">W.S. Lasor. 2005. ''Pengantar Perjanjian Lama 2''. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 145.</ref>
 
Sebenarnya kitab Pengkhotbah ini memiliki kontradiksi-kontradiksi dengan ortodoksi Yahudi saat itu.<ref name="Fohrer" /> Karena itulah ada tafsiran yang mengatakan bahwa ayat-ayat pada Pengkhotbah 12:12-14 merupakan tambahan yang bertujuan mengarahkan kitab ini ke arah ortodoksi, yaitu penerapan hukum Yudaisme.<ref name="Fohrer" /> Tampaknya kitab ini berhasil masuk kanon Yahudi karena dianggap berasal dari Salomo.<ref name="Fohrer" />