Wangkelang, Kandangserang, Pekalongan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Pranala luar: Bot: Merapikan artikel
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 18:
 
== Asal Usul desa Wangkelang ==
Masing- masing nama pedukuhan dan nama tempat-tempat tertentuTersebut memiliki cerita rakyat sendiri-sendiri, cerita yang berkembang dariMulut ke mulut sejak zaman  penjajahan di masing-masing pedukuhan salingBerhubungan antara dukuh yang satu dengan dukuh yang lain. Cerita ini Merupakan Warisan dari nenek moyang dan diwariskan turun temurun.
 
=== Asal Mula Nama Dukuh Pakisireng ===
Dahulu kala di hutan belantara (sekarang sekitar Desa Wangkelang) terjadi peristiwa rebutan '''''Putri Tanjung''''' antara '''''Bupati sedayu''''' dengan '''''Bupati Luwuk''''' (Bupati sedayu berasal dari Paninggaran dan Bupati Luwuk berasal dari Kajen ). Kedua Bupati tersebut membuat kesepakatan untuk saling adu kekuatan di '''''Sipedhut''''' yang berada dihutan '''''Sikebo''''' (sekarang hutan merupakan lindung yang berada di dekat dukuh Pakisireng). Bupati sedayu memilikitangan kanan dalam peperangan (senopati perang) bernama '''''Mbah Jata Sura''''' dan memiliki senjata (aji-aji) berupa keris yang bernama '''''Keris Sipedhut'''''. Keris ini memiliki khasiat bagi siapa saja yang mempunyai niat jahat kepada pemilik KerisSipedhut dia tidak akan dapat melihatnya. Akhir dari peperangan tersebut dimenangkan oleh Bupati  Sedayu  dari Paninggaran, tetapi Bupati Luwuk tidak bisa menerima kekalahanya. Untuk membuktikan kesaktian dirinya, Bupati sedayu menciptakan batu yang amat besar dan batu tadidirajut dengan akar.melihat kesaktian bupati Sedayu akhirnya Bupati Luwuk merasa miris dan mundur dari arena peperangan.
 
Di akhir cerita peperangan  dimenangkan oleh Bupati sedayu, kemudian rombongan Bupati Sedayumeneruskan perjalanan pulang ke Paninggaran. Sebelum meneruskan perjalanan rombongan ini menetap agak lama di sekitar daerah ini, disaat istirahat ini rombongan Bupati sedayu menemukan keanehan. Keanehannya ketika Bupati Sedayu ketika iseng-iseng memetik daun pakis disekitar tempat peristirahatan, seperti pada umumnya bahwa daun pakis yang dipetik akan mengeluarkan getah putih, betapa kagetnya Bupati Sedayu ketika daun pakis yang dipetiknya mengeluarkan getah hitam. Karena Bupati sedayu menemukan keanehan ditempat ini, kemudian Bupati Sedayu meninggalkan sabda ( ucapan ) Besuk jika jaman sudah makmur daerah (dukuh) ini berilah nama '''''PAKISIRENG'''''. Sampai sekarang dukuh ini bernama '''PAKISIRENG''', OLEH Pemerintah desa Wangkelang daerah ini di tetapkan menjadi Dukuh '''PAKISIRENG''' dan ditetapkan menjadi RW IV yang terdiri dari RT 08 danRT 10.
 
=== Asal Mula Nama Dukuh Wanasirna ===
Baris 31:
Setelah rombongan Bupati sedayu terjebak di hutan belantara yang jalanya buntu kemudi rombongan Bupati Sedayu keluar dari hutan ini dan melanjutkan perjalanan ke arah barat, tetapi rombongan ini menghentikan perjalannya karena dihadapannya terhalang oleh sebuah telaga. Disaat pemberhentiannya ini kemudian Bupati Sedayu mengucapkan sabda yang ketiga kalinya bunyinya sabda tersebut adalah “Besuk jika jaman sudah makmur daerah ini berilah nama dukuh PELABUHAN”. Kata pelabuhan berarti tempat berlabuh / tempat yang berisi air, ada juga yang mengartikan labuh = mulai (tempat memulai).
 
Sampai sekarang Dukuh Pelabuhan  ini merupakan dukuh yang tanahnya banyak mengandung air, jika musim kemarau panjang banyak warga dari dukuh sekitar yang lingkunganya kekurangan air menuju dukuh ini untuk memenui kebutuhan air. Didukuh pelabuhan ini memang agak aneh, walaupun dukuh ini berada pada posisi agak tinggi dengan dukuh lain,Dukuh pelabuhan memiliki sumber mata air yang tidak pernah kering, bahkan ketika dukuh lain kekeringan akibat musim kemarau sumur didukuh ini yang dalamnya hanya 3 sampai 4 meter tetap dapat menyimpan air. Pemerintah Desa Wangkelang menetapkan daerah ini menjadi dukuh pelabuhandan ditetapkan menjadi RW II yang terdiri dari RT 03,RT 04 dan RT05.
 
=== Asal Mula Nama Dukuh Kemlakalegi. ===
Disaat Bupati sedayu melakukan perjalanan setelah melakuka peperangan dengan Bupati Luwuk rombongan ini beristirahat didekat pohon kemlaka, buah kemlaka biasanya memiliki rasa masam setengah pahit, tetapi lagi-lagi rombongan ini menemukan keanehan yaitu salah satu dari rombongan ini memetik buah kemlaka tadi dan memakannya dan anehnya buah kemlaka tadi terasa msanis (bahasa jawa: legi) Disinilah kemudian bupati Sedayu mengucapkan sabda yang kesekian kalinya “Besuk jika jaman sudah maju daerah ini berilah nama '''''KEMLAKALEG'''''I”.Sampai sekarang Pemerintah desa wangkelang menetapkan nama dukuh ini '''KEMLAKALEGI''' yang merupakan bagian dari RW II dan dukuh ini menjadi  RT 02.
 
=== Asal Mula Nama Dukuh Krajan ===
Baris 42:
 
=== Asal Mula Nama Dukuh Wangkelang ===
Dalam pengembaraan selanjutnya Bupati sedayu dan Senopati Jata sura berkeliling dukuh yang telah beliau beri nama, ada satu dukuh yang masyarakatnya mempunyai sifat keras kepala membela kebenaran  (kaku), sulit diatur jika sudah mempunyai pendirian, lugu tanpa basa basi dan bersikap terus terang, (bahasa jawa : Wangkeng). Karena masyarakat didukuh tersebut berkarakter wangkeng,maka Bupati Sedayu memberi nama dukuh tersebut menjadi '''''DUKUH WANGKELANG'''''  (sekarang Dukuh Wangkelang menjadi RW III/ RT 06 dan RT 07).
 
=== Asal Mula Nama Tanjakan Jaga Sura ===
Bupati Sedayu kemudian beristirahat (mesanggrah) ditepi telaga tersebut. di tengah-tengah peristirahatannya ternyata Bupati Luwuk datang dan ingin melnjutkan peperangannya, tanpa membuang waktu Bupati Sedayu memerintahkan Senopati '''''Jata Sura''''' untuk membuat pintu dari batu, pintu tersebut diberi nama '''''Selo Matangkep''''' yang berarti batu  berdampingan. Selo matangkep tersebut  berda '''''di Gunung lumbung''''' sisi sebelah barat yang dulunya berfungsi untuk mencegah musuh. Bupati Sedayu memerintahkan Senopati Jata Sura untuk menjaga selo metangkep jika ada musuh datang supaya tidak bisa masuk dan tidak dapat menyerang. Untuk menjaga Selo Metangkep tersebut Senopati Jata Sura membuat pesanggrahan dibawah pohon '''Nogo Sari'''. Bupati Sedayu mengucapkan “Jata Sura kamu akan mendapat makanandari orang-orang yang melewati tempat pesanggrahanmu ini” dan “Bagi siapa saja yang melewati daerah ini harus meletakan makanan “. Sampai sekarang penulis sering melihat makanan,rokok, bahkan uang receh tergeletak di tempat ini yang mungkin diletakkan oleh orang lewat yang mempercayai cerita ini.daerah ini berada ditebing Gunung Lumbung berupa jalan yang menanjak, sekarang lebih dikenal dengan '''''Tanjakan Jaga.'''''
 
== Daftar kepala desa Wangkelang ==
Baris 121:
 
{{Authority control}}
 
 
{{desa-stub}}