Abu Abdillah Al-Qalanisi dan Seekor Gajah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Sudah rapi Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(4 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
Dalam kisah [[99 Orang Shalih]], '''Abu Abdillah Al-Qalanisi dan Seekor Gajah''' adalah sebuah kisah yang diceritakan sendiri oleh seorang ulama [[Sufisme]], [[Abu Abdillah al-Qalanisi]].<ref name=RI/> Kisah ini menjadi terkenal sejak diceritakan di dalam dongeng Irak [[Seribu Satu Malam]].
▲Dalam kisah [[99 Orang Shalih]], '''Abu Abdillah Al-Qalanisi dan Seekor Gajah''' adalah sebuah kisah yang diceritakan sendiri oleh seorang ulama [[Sufisme]], [[Abu Abdillah al-Qalanisi]]. Kisah ini menjadi terkenal sejak diceritakan di dalam dongeng Irak [[Seribu Satu Malam]].{{cn}}
== Narasi ==
Dalam sebuah perjalanan [[Abu Abdillah Al-Qalanisi]] dengan mengendarai [[perahu]], tiba-tiba angin kencang menggoncangkan perahu yang ditumpanginya. Seluruh penumpang berdoa dengan khusyuk demi keselamatan mereka dan mereka mengucapkan sebuah nazar.<ref name=RI>{{Cite web|last=ID|first=Republika|title=Janji Sufi tak Makan Daging Gajah {{!}} Republika ID|url=https://republika.id/posts/12600/janji-sufi-tak-makan-daging-gajah|website=republika.id|language=en-US|access-date=2023-01-08}}</ref>
Para penumpang berkata kepada Abu Abdillah, “Masing-masing kami telah berjanji kepada Allah dan bernazar agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kami. Maka hendaknya kamu juga bernazar dan bersumpah kepada Allah.” Dia menjawab, “Aku ini orang yang tidak peduli dengan dunia, aku tidak perlu bernazar.”<ref>{{Cite web|last=SyafiiePenyair|first=Kuswaidi|last2=Yogyakarta|first2=juga pengasuh PP Maulana Rumi Sewon Bantul|date=2020-12-25|title=Syaikh Abu 'Abdillah al-Qalanisi|url=https://basabasi.co/syaikh-abu-abdillah-al-qalanisi/|website=BASABASI.CO|language=en-US|access-date=2023-01-08}}</ref>
Tetapi mereka memaksaku. Lalu aku bersumpah, “Demi Allah, sekiranya Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkanku dari musibah yang menimpaku maka aku tidak akan makan daging gajah.”<ref name=OON>
Mereka bertanya, “Apakah boleh bernazar seperti itu? Apakah ada orang yang mau makan daging gajah?” Aku menjawab, “Itulah pilihanku, semoga Allah memberi ganjaran atas lisanku yang mengucapkan kata-kata itu.”<ref>
Benar, tidak lama kemudian kapal itu pecah. Para penumpang terdampar di sebuah pantai. Berhari-hari kami berada di pantai tersebut tanpa makan sesuatu pun.<ref>{{Cite web|last=Huda|first=M. Nurul|date=2020-11-23|title=Kisah Ulama yang Selamat dari Injakan Gajah Berkat Menepati Janji|url=https://iqra.id/kisah-ulama-yang-selamat-dari-injakan-gajah-berkat-menepati-janji-231222/|website=iqra.id|language=id-ID|access-date=2023-01-08}}</ref>
Baris 28 ⟶ 27:
Juru bicara itu bertanya kepadaku, “Tahukah kamu berapa jauh jarak perjalananmu dengan seekor gajah itu?” Aku jawab, “Tidak tahu!” Ia menjawab, “Sejauh perjalanan selama 8 hari! Sementara gajah itu membawamu lari hanya dalam satu malam.”
Selanjutnya, aku diperkenankan tinggal bersama mereka di desa tersebut sehingga aku mendapat pekerjaan. Setelah itu, aku pulang ke Kampungku.<ref name=OON/>
== Referensi ==
|