Ayam lodho: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 8:
}}
[[Berkas:BUMBU AYAM LODHO.png|thumb|Bumbu ayam lodho]]
'''Ayam lodho''' adalah salah satu hidangan dari daging ayam yang berasal dari [[Kabupaten Tulungagung|Tulungagung]] dan [[Kabupaten Trenggalek|Trenggalek]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]. Hidangan ini adalah hidangan tradisional yang dikonsumsi sehari-hari dan digunakan sebagai sajian untuk hari raya agama Islam seperti [[Idulfitri]] dan [[Iduladha]] maupun tradisi selamatan. Ayam lodho dimasak dengan cara [[memanggang]] atau [[Pembakaran|membakar]] [[ayam kampung]] hingga empuk, lalu direbus dalam kuah dari santan dan bumbu-bumbu lainnya. Hidangan ini memiliki cita rasa gurih dan pedas yang berasal dari santan dan rempah-rempah yang digunakan. Umumnya disajikan dengan ''sega gurih'' atau nasi gurih (sejenis nasi uduk).
 
== Penyajian ==
Baris 18:
 
== Tradisi ==
Hingga saat ini, ayam lodho erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Tulungagung dan Trenggalek dalam berbagai acara seperti selamatan dan sedekah bumi.
Hingga saat ini, ayam lodho erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Tulungagung dan Trenggalek dalam berbagai acara seperti selamatan, tasyakuran, dan hari raya.<ref name=":0" /> Di Tulungagung terdapat tradisi ''Ambengan'' pada saat hari raya [[Idulfitri]] dan [[Iduladha]] di mana masyarakat akan membawa ''ambeng'' berupa ayam lodho dan nasi. Satu lodho akan dibagi untuk empat orang dan dimakan bersama-sama setelah [[Salat Id]].<ref>{{Cite journal|last=Aprilisa|first=Hani Ananda|last2=Setyawan|first2=Bagus Wahyu|date=2021|title=Makna Filosofis Tradisi Ambengan di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Bagi Masyarakat Tulungagung|url=http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/sumbula/article/view/4554|journal=Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan Budaya|language=id|volume=6|issue=2|pages=153-161|doi=}}</ref> Sedangkan di [[Pantai Prigi]], TrenggalekmatTrenggalek sajian ''lodho sega gurih'', yakni hidangan ayam lodho dan nasi gurih digunakan sebagai [[sesajen]] untuk ''slametan njangkar'', yakni sejenis [[selamatan]] yang digelar pemilik perahu dan nelayan sebulan sekali setelah [[bulan purnama]]. Sesajen ayam lodho dan nasi gurih melambangkan hubungan manusia dengan TuhanSang Hyang Tunggal. Menurut Puspita (2018), sesajen ini ditujukan untuk mengirim doa melalui perantara [[Muhammad|Nabi Muhammad]]leluhur, dan leluhursupaya yang memiliki hajat agar hajatnya tercapai dan dikabulkan TuhanSang Hyang Tunggal. Tradisi ''slametan njangkar'' ini masih berkaitan dengan tradisi [[Kejawen]] dan kepercayaaan tentang penguasa Laut Selatan [[Nyi Roro Kidul]] yang masih dianut masyarakat, meskipun telah memeluk agama Islam.<ref>{{Cite journal|last=Puspita|first=Ayunda Riska|date=2018-10-31|title=Refleksi Kepercayaan Masyarakat Pesisir Pantai Prigi dalam Sajen Slametan Njangkar (Kajian Etnolinguistik)|url=https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/view/614|journal=Jurnal Masyarakat dan Budaya|language=id|volume=20|issue=2|pages=261–272|doi=10.14203/jmb.v20i2.614|issn=2502-1966}}</ref>
 
== Referensi ==