Kerajaan Blambangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, removed stub tag
Ahmed Fikrie (bicara | kontrib)
k Melengkapi informasi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(69 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
| image_map = Mataram Sultanate in Sultan Agung Reign id.svg
| image_map_alt =
| image_map_caption = Blambangan di ujung timur Pulau Jawa (sekarang [[Banyuwangi]]) pada abad 16 masa [[Kesultanan Mataram]]
| country =
| religion = [[Hindu]], (resmi)<ref name="Status Resmi agama kerjaan Blambangan"></ref><br>[[Buddha]], <br>[[Islam]]
| image_flag = <!--Bendera Blambangan.GIF-->
| image_coat = <!--Lambang Kerajaan Blambangan.jpg-->
Baris 16:
| flag_p1 =
| flag_s1 =
| year_start = 14891478
| year_end = 1768 (dejure) / 1777 (defacto)
| event_start = ''Bima1478, Koncar''Majapahit menjadiRuntuh penguasa [[Semenanjungdan Blambangan]] Berdiri
| event_end = menjadi wilayah kekuasaan [[Hindia Belanda]]
| event1 = dibawahBlambangan kekuasaanmendapat [[Kerajaanserangan Gelgel]]dari Bali
| date_event1 = 1546-15721501
| event2 = dibawahBatara kekuasaanWijaya [[Kesultananmengungsi Mataram]]ke Panarukan (wilayah Blambangan) setelah Daha dikuasai oleh Demak
| date_event2 = 1638-16491527
| event3 = PerangBlambangan Saudarakehilangan antaraPasuruan keturunandan TawangPajarakan Alunkarena IIdirebut Demak, namun Sultan Trenggana tewas saat berusaha merebut Panarukan
| date_event3 = 16911545-17361546
| event4 = [[WongMataram Agungmenyerang Wilis#Perang Wilis|Perang Wilis]]Blambangan
| date_event4 = 17671635-17681639
| event5 = [[Perang Bayu]]Saudara di Blambangan
| date_event5 = 17711691-17721697
| capital = *[[PanarukanSemboro, SitubondoJember]] (pelabuhanmasa Majapahit'Mas timurSembar')
*[[Lumajang]] (masa 'Bima Koncar')
*[[Baluran|KedathonKedawung, BaluranJember]] (masa 'SontogunoMenak Lumpat s/d Wilabrata')
*[[Macanputih, Kabat, Banyuwangi|Macanputih, Banyuwangi]] (masa 'Tawang Alun II')
*[[Balambangan, Muncar, Banyuwangi]] (masa 'Prabu Danurejo s/d Pangeran Agung Wilis')
| common_languages = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]],[[Bahasa Osing|Osing]]
*[[Lateng, Rogojampi, Banyuwangi]] (masa 'IGNK Dewa Kabakaba')
| common_languages = [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], [[Bahasa Osing|Osing]]
| government_type = [[Monarki]]
| title_leader = Menak/Gusti/Susuhunan/Prabu
| leader1 = BimaMas KoncarSembar
| year_leader1 = 14891478-15001489
| leader2 = MenakBima PentorKoncar
| year_leader2 = 15001489-15461501
| leader3 = SontogunoMenak Pentor
| year_leader3 = 15721501-15971531
| leader4 = TawangMenak Alun IPangseng
| year_leader4 = 15971531-16381546
| leader5 = TawangMenak Alun IIPati
| year_leader5 = 16451546-16911601
| leader6 = DanuningratMenak Lumpat
| year_leader6 = 17361601-17631633
| leader7 = [[WongMenak AgungSeruyu Wilis]]/ Tawang Alun I
| year_leader7 = 17631633-17681647
| demonym =
| area_km2 = 5000
| area_rank =
| GDP_PPP =
Baris 61 ⟶ 63:
}}
{{Sejarah Indonesia}}
'''Kerajaan Blambangan''' atau '''Balambangan''' atau '''Belambangan''' adalah sebuah [[kerajaan]] yang berada di [[Semenanjung Blambangan]], Ujung timurTimur [[Pulau Jawa]]. Kerajaan Blambangan dianggap sebagai kerajaan bercorak Hindu terakhir di [[Pulau Jawa]].Karena Diketahuiberbagai bahwasebab Kerajaan Blambangan dulunyamemiliki merupakanpusat kotapemerintahan pelabuhan,yang bagianberpindah-pindah darike [[Majapahit|Majapahitbeberapa Timur]].titik Padadi tahunsekitar 1527Tapal menjadiKuda. tempatKerajaan pelarianBlambangan bagidiperintah keturunanoleh raja-raja Majapahitketurunan [[Dyahdinasti Raṇawijaya|GirindrawardhanaRajasa DyahMajapahit. Ranawijaya]], yang tersingkir karena diserang oleh [[Kesultanan Demak]].
 
Blambangan dulunya pernah menjadi bagian dari wilayah Lamajang Tigangjuru yang dipimpin oleh [[Arya Wiraraja]] dan Pu Nambi tahun 1293-1316. Lamajang Tigangjuru beribukota di Lamajang ([[Lumajang]]). Selain Blambangan, dua Juru (kadipaten) lainnya adalah Sadeng (di [[Puger, Jember]]), dan Keta (di [[Besuki, Situbondo]]).
 
Namun karena tidak terlibat dalam Perang Nambi (1316) dan Perang Sadeng-Keta (1318), maka oleh Prabu Jayanagara, raja kedua Majapahit, daerah ini dianugerahi status sebagai ''Perdikan [[Sima]]''.
 
Tahun 1352 Balambangan bersama Pasuruan, Sumbawa, dan Bali mendapat Adipati baru dari trah Kepakisan Kediri. Adipati Blambangan pertama itu bernama '''Sira Dalem Sri Bima Chili Kepakisan''' (1352-1406).
 
Ketika Kerajaan Patron-nya, [[Majapahit]], runtuh akibat pemberontakan [[Sang Muggwing Jinggan]] dan saudara-saudaranya tahun [[1478]] dan raja Singhawikramawardhana Dyah [[Suraprabhawa]] (1466-1478) gugur di istana, maka kerajaan-kerajaan vasal Majapahit seperti [[Kesultanan Demak]], [[Kerajaan Bali]], [[Kadipaten Surabaya]], [[Kesunanan Giri]], [[Kesultanan Cirebon]], [[Kerajaan Blambangan]], dll memilih merdeka sendiri-sendiri dan tidak mau mengakui kekuasaan para pemberontak yang mendirikan kerajaan baru di [[Keling]] [[Kediri]] ([[Kerajaan Daha]]).
 
Pada tahun [[1527]], raja Majapahit-Daha [[Dyah Raṇawijaya|Girindrawardhana Dyah Ranawijaya]], yang tersingkir karena diserang oleh [[Sultan Trenggana]] dari [[Kesultanan Demak]] melarikan diri ke [[Panarukan, Situbondo]] di wilayah utara Kerajaan Blambangan.
 
== Sejarah Blambangan ==
Menurut Babad Sembar, penguasa pertama Blambangan adalah '''Mas Sembar''' dengan ibukota daerah [[Semboro, Jember|Semboro]] (di Jember), suatu daerah di sebelah timur wilayah ayahnya, '''Lembu Miruda''', ([[Lumajang]]).
Menjelang awal abad ke-15, pada tahun 1489, cucu ''Lembu Miruda'' (penguasa [[Tengger]]), putra ''Menak Sembar'' (penguasa [[Lumajang]]) yang bernama '''Bima Koncar''' telah meneguhkan dirinya sebagai penguasa [[Lumajang]] dan [[Semenanjung Blambangan]] yang memerintah hingga tahun 1500.
 
Menjelang awal abad ke-15, pada tahun 1489, putra Mas Sembar yang bernama '''Bima Koncar''' telah meneguhkan dirinya sebagai penguasa [[Semenanjung Blambangan|Blambangan]] kedua yang memerintah hingga tahun 1501.
 
Dari laporan [[Tome Pires]], Bima Koncar memiliki putra bernama '''Pate Pimtor (Menak Pentor)''', memerintah antara 1501-1531, yang berhasil memperluas wilayah Blambangan. Di bawah kekuasaan ''Menak Pentor'', Blambangan menjadi kerajaan yang kuat, kaya, dan makmur. Wilayahnya meliputi Canjtam (Keniten/[[Pasuruan]] Timur) dan [[Lumajang]] di bagian barat hingga ke Supitan Blambangan (sekarang [[Selat Bali]]) di ujung timur [[Pulau Jawa]]. Letaknya pun cukup strategis, karena dikelilingi oleh lautan di ketiga sisinya, sehingga banyak memiliki pelabuhan. Di antara pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Blambangan yang paling terkenal adalah [[Panarukan]] (di [[Situbondo]]) di pesisir utara , Ulu [[Lopampang|Pangpang]], (di [[Muncar, Banyuwangi|Muncar]]) di pesisir timur, dan [[Puger, Jember|Puger]] (di [[Kabupaten Jember|Jember]]) di pesisir [[Pantai Selatan]].
 
Pada saat [[Trenggana|Sultan Trenggana]] raja ke-3 [[Kesultanan Demak]] pada 1546, memperluas wilayah kekuasaannya ke timur, sebagian wilayah [[Jawa Timur]] berhasil dikuasainya, termasuk merebut [[Pasuruan]] dan [[Pajarakan, Probolinggo|Pajarakan]] (di [[Kabupaten Probolinggo|Probolinggo]]) dari tangan Blambangan pada tahun 1545 dan sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa.
 
Akan tetapi, usaha Demak menaklukkan Panarukan mengalami kendala karena kerajaan ini mampu bertahan walaupun telah dikepung selama seratus hari. Bahkan, pada 1546, Sultan Trenggana sendiri terbunuh di dekat Panarukan, setelah selama tiga bulan tidak mampu menembus kota Panarukan. Pemimpin Panarukan yang terkenal kala itu bernama '''Sontoguno.'''
 
Setelah Demak mundur, giliran [[Kerajaan Gelgel]] dari [[Bali]] yang menyerang dan berusaha merebut Blambangan dari tangan '''Menak Pangseng''' putra '''Menak Pentor'''.
 
Pada tahun 1597, giliran Blambangan diserang oleh pasukan [[Pasuruan]] namun Blambangan dapat mengatasinya. Setelah mengalahkan Pasuruan, terjadi huru-hara di internal Blambangan dan tampillah '''Menak Pati''' atau Sang Dipati Lampor dan putranya Menak Lumpat.
 
Selanjutnya Menak Lumpat digantikan oleh putranya yang bernama ''Pangeran Singosari'' atau Menak Seruyu bergelar '''Prabu Tawang Alun I'''.
Dari laporan [[Tome Pires]], ''Bima Koncar'' memiliki putra bernama '''Menak Pentor''', memerintah antara 1500-1546, yang berhasil memperluas wilayah Blambangan. Di bawah kekuasaan ''Menak Pentor'', Blambangan menjadi kerajaan yang kuat, kaya, dan makmur. Wilayahnya meliputi [[Lumajang]] di bagian selatan dan [[Panarukan]] di utara, hingga ujung timur [[Pulau Jawa]]. Letaknya pun cukup strategis, karena dikelilingi oleh lautan di ketiga sisinya, sehingga banyak memiliki pelabuhan. Salah satu pelabuhan di pesisir utara Blambangan yang paling terkenal adalah [[Panarukan]]. Berita dari Serat Kanda menyebutkan, bahwa [[Dyah Ranawijaya]], setelah [[Daha]] jatuh ke pasukan [[Kesultanan Demak|Demak]], melarikan diri ke [[Panarukan]] (kini nama kecamatan di Kab. [[Situbondo]], [[Jawa Timur]], utara [[Banyuwangi]]). Panarukan sendiri ketika itu merupakan sebuah pelabuhan yang cukup ramai dan sejak abad ke-14 telah menjadi salah satu pangkalan kapal terpenting bagi [[Kerajaan Majapahit]], dan menjadi salah satu persinggahan bagi kapal-kapal yang hendak melanjutkan pelayaran ke Maluku untuk berdagang rempah-rempah. Dengan tibanya Dyah Ranawijaya di kota pelabuhan ini, wilayah Panarukan bisa dianggap sebagai kelanjutan [[Kadiri]]. Dan berdasarkan penuturan orang [[Hindia Belanda]] kemudian, daerah Panarukan ini dapat diidentifikasi sebagai '''Kerajaan Blambangan'''. Hal ini sesuai berita [[Portugis]] yang menyebutkan adanya utusan Kerajaan Hindu dari Panarukan ke [[Malaka]] pada 1528—setahun setelah Dyah Ranawijaya diserang Demak. Utusan dari Panarukan ini bermaksud mendapatkan dukungan orang-orang Portugis, yang tentunya bermaksud menghadang pengaruh Islam-Demak di Jawa. Bukti lain bahwa Panarukan adalah bagian dari Blambangan adalah peristiwa terbunuhnya [[Trenggana|Sultan Trenggana]] raja ke-3 Demak pada 1546. Pada saat Kerajaan Demak memperlebar wilayah kekuasaannya di bawah kepemimpinan Sultan Trenggana, sebagian wilayah Jawa Timur berhasil dikuasainya, termasuk [[Pasuruan]] yang ditaklukan pada 1545 dan sejak saat itu menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa. Akan tetapi, usaha Demak menaklukkan Blambangan mengalami kendala karena kerajaan ini menolak Islam. Bahkan, pada 1546, Sultan Trenggana sendiri terbunuh di dekat Panarukan, setelah selama tiga bulan tidak mampu menembus kota Panarukan.
 
Kemudian pada tahun 1638-1639, giliran [[Kesultanan Mataram]] menyerang Blambangan, hingga membuat ''Tawang Alun I'' terpaksa melarikan diri ke timur gunung (wilayah Banyuwangi saat ini di daerah Kedawung [[Sraten, Cluring, Banyuwangi]]), sedangkan putra mahkotanya, ''Mas Kembar'', menjadi tawanan dan diboyong ke Mataram.
Setelah Demak mundur, giliran [[Kerajaan Gelgel]] dan [[Kerajaan Mengwi]] dari [[Bali]] yang menyerang dan merebut Blambangan dari ''Menak Pentor''. Hingga antara tahun 1546-1572, Blambangan berada di bawah kekuasaan [[Kerajaan Gelgel]].
 
Blambangan dapat bertahan di sebelah timur gunung dan usaha-usaha Mataram melebarkan kekuasaan ke daerah ini tidak pernah berhasil. Hal ini mengakibatkan kawasan Blambangan Timur (Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk ke dalam budaya [[Jawa Tengah]]. Maka dari itu, sampai sekarang kawasan Banyuwangi memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku.
Pada 1572, cucu ''Bima Koncar'', putra ''Menak Djinggo'' bernama '''Sontoguno''', berhasil merebut Panarukan dari Kerajaan Gelgel-Mengwi dan memperkuat kembali kerajaan Blambangan, beribukota di [[Baluran]]. Selama masa kekuasaan Sontoguno, Blambangan mendapat kunjungan delegasi Portugis, yang berhasil mengajak beberapa keluarga kerajaan Blambangan masuk Katolik.
 
Selanjutnya, di bawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], pada tahun 1649, ''Mas Kembar'' naik tahta dengan gelar '''Pangeran Tawang Alun II [[Prabu Tawangalun II]].'''
Pada tahun 1597, giliran Blambangan diserang oleh pasukan [[Pasuruan]] yang dibantu [[Kesultanan Demak]]. Setelah mengalahkan aliansi Pasuruan-Demak, ''Sontoguno'' digantikan oleh ''Pangeran Singosari'' atau '''Prabhu Tawang Alun I'''. Kemudian pada tahun 1638, giliran [[Kesultanan Mataram]] menyerang dan menduduki Blambangan, hingga membuat ''Tawang Alun I'' terpaksa melarikan diri, sedangkan putra mahkotanya, ''Mas Kembar'', menjadi tawanan.
 
Sepeninggal [[Sultan Agung dari Mataram]], ketika Mataram dipimpin oleh Sunan Amangkurat Agung ([[Amangkurat I]]), ketika menghadiri [[Pisowanan]] (tahun 1652) di istana Mataram, Tawang Alun II mendeklarasikan diri di hadapan sang Sunan, bahwa mulai sejak saat itu Blambangan adalah wilayah yang merdeka. Sepulangnya ke Balambangan dia menyandang gelar sebagai '''Susuhunan Macanputih''' untuk menunjukkan bahwa tahtanya sederajat dengan tahta Mataram.
Dibawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], pada tahun 1645, ''Mas Kembar'' naik tahta dengan gelar '''Prabhu Tawang Alun II''', Blambangan kembali menyatakan diri sebagai wilayah yang merdeka, dan akibatnya pertempuran antara Mataram dan Blambangan pun terjadi kembali, dan berakhir dengan kemenangan Mataram. Menyebabkan ''Tawang Alun II'' melarikan diri dan pada tahun 1649 memindahkan pusat kerajaan Blambangan ke wilayah selatan, ke daerah [[Macanputih, Kabat, Banyuwangi|Macanputih]] dan pelabuhan utama ke [[Muncar, Banyuwangi|Muncar]]. Dibawah pemerintahan ''Tawang Alun II'', kerajaan Blambangan maju dengan pesat di mana kekuasaannya menyatu dari [[Bali]], [[Banyuwangi]], [[Jember]] hingga ke [[Lumajang]].
 
Selanjutnya Kangjeng Suhunan Tawang Alun II membantu [[Raden Trunajaya]] dan [[Karaeng Galesong]] melawan Mangkurat Agung ([[Amangkurat I]]) dalam Perang Trunajaya sehingga Blambangan dapat merebut daerah-daerah kekuasaannya kembali dari tangan Mataram. Di bawah pemerintahan Kangjeng Suhunan Tawang Alun II, kerajaan Blambangan maju dengan pesat di mana kekuasaannya menyatu dari [[Banyuwangi]], hingga ke [[Kediri]].
Kemudian, usaha para penguasa Mataram dalam menundukkan Blambangan mengalami kegagalan. Hal ini mengakibatkan kawasan Blambangan (dan Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk ke dalam budaya [[Jawa Tengah]]. Maka dari itu, sampai sekarang kawasan Banyuwangi memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku. Pengaruh [[Bali]]-lah yang lebih menonjol pada berbagai bentuk kesenian dari wilayah Blambangan.
 
== Keruntuhan Blambangan ==
=== Perang Saudara keturunan Tawang Alun II ===
Ketika ''Kangjeng Sunan Tawang Alun II'' wafat tahun 1691, '''Pangeran Senapati Sasranagara''' tampil menjadi raja tanpa bermusyawarah dengan adik-adiknya. Karena itu kemudian terjadi huru-hara perang saudara sehingga Sunan Macanputih kedua itu gugur dan tampillah adiknya yang bernama '''Pangeran Mas Macanapura''' bergelar Pangeran Pati I.
ketika ''Kangjeng Susuhunan Prabhu Tawang Alun II'' wafat tahun 1691 terjadi pengangkatan Pangeran Pati sebagai Raja Blambangan Macan Putih. Pangeran Pati dikalahkan, namun kemudian pangeran Putro (Danurejo) menjadi raja, tercatat perang saudara tersebut berlangsung lama dan baik Macanapuro, Danurejo dan Sosronegoro (Dipati Rayi) sempat memimpin Blambangan menjadi raja namun hanya sebentar mengingat perang perebutan kekuasaan tersebut terus menerus berlangsung. Perang saudara setelah meninggalnya Sinuhun Gusti Prabhu Tawang Alun II, membuat kedathon macan putih menjadi rusak.
 
Setelah berkuasa selama tujuh tahun, Pangeran Pati I dikalahkan oleh putra Pangeran Senapati Sasranagara yang bernama Pangeran Mas Purba. Setelah berhasil merebut tahta, dia bergelar '''Prabu Danureja'''. Perang saudara setelah meninggalnya Kangjeng Sunan Tawang Alun II, membuat kedaton Macan Putih menjadi rusak.
*Kisah yang paling mengesankan adalah kemarahan Dipati Rayi yang sangat sakti dia juga adalah murid Ki Buyut Wongsokaryo yang juga guru dari Gusti Prabhu Tawang Alun. Kesaktian Dipati Rayi atau Prabhu Sosronegoro membuat Kedhaton Macan Putih hancur, para agul agul berperang secara lingsem (malu). Dipati Rayi yang mengamuk dan merusak Kedhaton Macan Putih baru berhenti karena meninggal akibat senjata Ki Buyut Wongsokaryo, gurunya sendiri, yaitu Tulup Ki Baru Klitik.
 
Pangeran Prabu Danureja (Pangeran Mas Purba) memiliki permasuri:
Akhir perang ini mengakibatkan Gusti Prabhu Macanapuro, Gusti Prabhu Sosronegoro (Dipati Rayi), Pangeran Pati maupun Gusti Prabu Danurejo seluruhnya tewas.
*Mas Ayu Gadhing (putri [[Untung Suropati]] dari [[Pasuruan]]) dari perkawinan tersebut memiliki Putra:
** Pangeran Mas Noyang (Pangeran Prabu Danuningrat)
*Dari selir (kakak Ipar Gusti Agung Mengwi/Raja [[Kerajaan Mengwi]]) dia berputra:
**Pangeran Putra II/[[Wong Agung Wilis]].
 
Sepeninggal Pangeran Prabu Danureja, Pangeran Mas Noyang diangkat sebagai raja yang baru bergelar '''Pangeran Prabu Danuningrat''' memerintah Blambangan pada tahun 1736-1763, sementara adiknya yang bernama Pangeran Putra II diangkat sebagai patih bergelar Pangeran Patih [[Wong Agung Wilis|Agung Wilis]].
Gusti Prabhu Danurejo (Pangeran Putro) memiliki permasuri:
*Mas Ayu Gendhing dari perkawinan tersebut memiliki Putra:
** Pangeran Agung Dupati
*Dari selir (kakak Ipar Gusti Agung Mengwi/Raja Mengwi) dia berputra:
**Mas Sirno/ Pangeran Wilis/ [[Wong Agung Wilis]].
 
Karena kacaunya perang saudara, Pangeran ''Agung Dupati'' dan Pangeran ''Mas Sirno'' diungsikan, setelah perang berakhir, Pangeran Agung Dupati diangkat Menjadi Raja Blambangan yang bergelar '''Sinuhun Gusti Prabhu Danuningrat''' memerintah Blambangan Kedhaton Macan putih pada tahun 1736-1763
 
=== Perang melawan VOC ===
Di akhir abad ke-17, setelah meninggalnya '''Prabu''' '''Danuningrat''' pada tahun 1763, [[VOC]] secara sepihak menyatakan bahwa Blambangan adalah wilayah kekuasaannya (berdasarkan Perjanjian Ponorogo tahun [[1743]]), maka pada pada tahun [[1767]]- terjadi [[1768puputan]] Kabakaba di Ulupangpang, terjadilahdisusul [[Wong Agung Wilis#Perang Wilis|Perang Wilis]] tahun [[1768]], yang dipimpin oleh [[Wong Agung Wilis]] melawan VOC.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
Setelah ''Wong Agung Wilis'' dikalahkan, kemudian terjadi [[Perang Bayu]] pada tahun [[1771]]-[[1772]], dan menjadi perang habis-habisan ([[puputan]]) pasukan Blambangan yang dipimpin oleh [[Jagapati|Pangeran Jagapati]] melawan pasukan [[VOC]]. Setelah ''Jagapati'' kalah dan terbunuh, VOC mengisi kekosongan pemerintahan dan menggabungkan Blambangan kedalam karesidenan Besuki, dengan mengangkat ''Mas Alit'' bergelar KRT Wiroguno sebagai Bupati Pertama.
 
VOC membelah wilayah Kerajaan Blambangan menjadi dua bagian, Blambangan Barat atau Kanoman dipimpin oleh bupati boneka bernama Mas Weka dan beribukota di Puger (di Jember selatan). Sedangkan Blambangan Timur atau Kasepuhan juga dipimpin oleh bupati boneka bernama Mas Aneng/Mas Uno dengan ibukota di [[Teluk Pangpang]] (di Muncar, Banyuwangi).
Setelah dipimpin oleh KRT Wiroguno inilah dinasti Kerajaan Blambangan secara pasti dan tepercaya telah memeluk Islam. Generasi diatas KRT Wiroguno tidak terdapat sumber tepercaya telah memeluk Agama Islam.
 
Setelah '''Pangeran Agung Wilis''' dikalahkan, kemudian meletuslah [[Perang Bayu]] pada tahun [[1771]]-[[1772]], dan menjadi perang habis-habisan rakyat Blambangan yang dipimpin oleh [[Jagapati|Pangeran Jagapati]] melawan pasukan [[VOC]].
Runtuhnya Kerajaan Blambangan, bagi [[Bali]] merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti dari segi kebudayaan. Para raja Bali percaya bahwa nenek-moyang mereka berasal dari Majapahit. Dengan masuknya Blambangan ke dalam kekuasaan VOC, Bali menjadi lepas dari Jawa.
 
Setelah '''Mas Rempeg Jagapati''' kalah dan terbunuh, VOC mengisi kekosongan pemerintahan dan menggabungkan Blambangan ke dalam karesidenan Besuki, dengan mengangkat '''Mas Alit''' sebagai Bupati Kelima Kasepuhan bergelar KRT Wiroguno. Dialah Bupati pertama yang tinggal di Kota Banyuwangi, dekat markas dan benteng VOC di Benteng Utrecht.
== Silsilah Kerajaan Blambangan ==
=== Silsilah Wangsa Blambangan ===
*Mpu Withadarma
*Mpu Bhajrastawa
*Mpu Lempita
*Mpu Gnijaya
*Mpu Wiranatha
*[[Mpu Purwa]]natha (ayah Ken Dedes)
*[[Ken Dedes]]
*[[Mahisa Wonga Teleng]]
*[[Mahisa Campaka]]
*[[Dyah Lembu Tal]]
*[[Raden Wijaya]]
*[[Tribhuwana Tunggadewi]]
*[[Dyah Nertaja]] dan [[Singhawardhana]]
**[[Wikramawardhana]]
**[[Kertawijaya]]
**[[Suraprabhawa]]
**[[Dyah Ranawijaya]]
*[[Singhawardhana]] dan [[Putri Tengger]]
**'''Lembu Miruda''' (Minak Anisraya), (diangkat oleh [[Wikramawardhana]] sebagai Penguasa [[Suku Tengger|Tengger]], dibawah kekuasaan [[Bhre Wirabhumi]])
 
Runtuhnya Kerajaan Blambangan, bagi kerajaan-kerajaan di [[Bali]] merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti dari segi kebudayaan. Para raja Bali percaya bahwa nenek-moyang mereka berasal dari Jawa [[Majapahit]]. Dengan masuknya Blambangan ke dalam kekuasaan VOC, Bali menjadi lepas dari Jawa.
 
== Silsilah Kerajaan Blambangan ==
===Keturunan Lembu Miruda===
*Lembu Miruda (Minak Anisraya)Sembar/Mas Sembar (memerintah Tengger[[Semboro, Jember|Semboro]], [[LumajangKabupaten Jember|Jember]] pada 1478-1489), menurunkan:
*Minak'''Bima SembarKoncar''' (Mas Sembar) (memerintah Pager,Penguasa [[Lumajang]] pada tahun 1489-1501), menurunkan:
*Minak Koncar ('''Bima Koncar''') (Penguasa [[Lumajang]] dan [[Semenanjung Blambangan]] pada tahun 1489-1500), menurunkan:
**'''Minak Pentor''' (memerintah di Babadan, [[Lumajang]] tahun 1500-1546)
***Minak Pangseng, Menurunkan:
**Minak Cucu (memerintah di [[Panarukan]], Candi Bang ([[Baluran|Kedathon Baluran]])): Minak Cucu disebut juga ''Minak Djinggo'' penguasa Djinggan, dia berputra:
****Menak Jebolang di Panarukan
***'''Sontoguno''' yang memerintah di [[Baluran|Kedathon Baluran]] pada 1572 hingga 1597.
**Minak Cucu (memerintah di [[Panarukan]], Candi Bang ([[Baluran|Kedathon Baluran]]))
**Minak Gadru (memerintah di Prasada, [[Lumajang]]), menurunkan:
***Minak Pati/Sang Dipati Lampor yang memerintah di ([[Lumajang|Werdati, Teposono, Lumajang]]), Menurunkan:
****Minak Lumpat (Prabhu/Sunan Rebut Payung) (memerintah di Werdati, [[Lumajang]]), berputra:
*****Minak Seruyu/Pangeran Singosari ('''Tawang Alun I''') 1597-1638
****Minak Luput (Sebagai Senopati)
****Minak Sumendhe (sebagai Karemon (/Agul Agul))
 
=== Silsilah Tawang Alun I ===
'''Minak Lumpat''' mempunyai putra yaitu '''Minak Seruyu''' disebut juga ''Pangeran Singosari'' bergelar '''PrabhuPrabu Tawang Alun I'''. Pada masa pemerintahannya, Tawang Alun I menaklukkan '''Mas Kriyan''' dan seluruh keluarga Mas Kriyan, sehingga tidak ada keturunannya. Kemudian PrabhuPrabu Tawang Alun I menjadi penguasa wilayah Kedawung (di [[KedawungPaleran, PadangUmbulsari, LumajangJember|Kedawung (Lumajang)Paleran]] dan, [[BaluranUmbulsari, Jember|Candi Bang (Baluran)Umbulsari]], pada tahun 1597-1638Jember).
 
PrabhuPrabu Tawang Alun I memiliki Putra Kembar (Mas Kembar) :
*Mas Senepo Handoyokusumo (Pangeran '''Tawang Alun II''')
*Gede Buyut
*Mas Lego (Pangeran '''Wilabrata''')
*Mas Ayu Widharba
*Mas Lanang Dangiran (Mbah Mas Brondong) menurunkan:
**Mas Aji Reksonegoro
**Mas Danuwiryo
*Mas Senepo (Mas Kembar) ('''Tawang Alun II''')
*Mas Lego menurunkan:
**Mas Surangganti
**Mas Surodilogo (Mbah Kopek)
 
=== Silsilah Tawang Alun II ===
Putra '''Tawang Alun I'',' yang bernama '''Mas Senepo'' (Mas Kembar)' inilah yang kemudian memindahkan ibukota Blambangan ke ''Kedhaton Macan Putih'' (sekarang daerah [[Macanputih, Kabat, Banyuwangi]]) bergelar '''Kangjeng Susuhunan PrabhuPrabu Tawang Alun II''', di mana dia memerintah pada wilayah Kerajaan Blambangan [[16491655]] hingga [[1691]]. Kangjeng Susuhunan PrabhuPrabu Tawang Alun II memiliki beberapa2 orang istri dan beberapa selir, sehingga menjadi beberapa garis keturunan. Di antaranya adalah;
 
Kangjeng Susuhunan PrabhuPrabu Tawang Alun II, memiliki putra putri dari:
*''Dewi Sumekar/Mas Ayu Rangdiyah'' (Ratu Kulon, dari Mataram), berputra:
** '''Pangeran Adipati Mas Macanapura'''/Pangeran Pati I
*''Sekardewi Irawuni'' (Ratu Wetan, dari Blater-Blambangan) menurunkan:
** Pangeran Putro (Danurejo)
*** '''Pangeran AgungSenapati DupatiSasranagara''' (Pangeran Dipati Rayi), berputra
*** Pangeran Mas Purba ('''Prabu Danureja''')
*** [[Wong Agung Wilis]]
**** Pangeran Mas Noyang ('''Prabu Danuningrat''')
*''Mas Ayu Dewi Sumekar'' (Blater) menurunkan:
**** Pangeran Putra II ('''[[Wong Agung Wilis]]''')
** Dalem Patih Sasranegoro (Pangeran Dipati Rayi)
** Pangeran KetaMacanagara (KetanegaraKeta)
** Pangeran Kertanegara
** Dalem Agung Macanapuro
** Pangeran Macanegara
** Pangeran Gajah Binarong
*Dari para selir menurunkan:
** Mas Dalem Jurang mangun
** Mas Dalem Puger, Ki Janingrat
** Mas Dalem ki Janingrat
** Mas Dalem Wiroguno, menurunkan:
***Mas Bagus Puri, menurunkan:<ref>Babad Tawang Alun (ditulis pada tahun 1826) dalam Winarsih PA, Babad Blambangan, Bentang, Yogyakarta, 1995.</ref>
**** Mas Rempeg ([[Jagapati|Pangeran Jagapati]])
**** Mas Suratman
**** Mas Alit (Temenggung Wiraguna I, [[Daftar Bupati Banyuwangi|Bupati Banyuwangi]] pertama)
**** Mas Talib (Temenggung Wiraguna II, [[Daftar Bupati Banyuwangi|Bupati Banyuwangi]] kedua)
**** Mas Ayu Nawangsari
**** Mas Ayu Rahinten
**** Mas Ayu Patih.
**** Mas Alit (Temenggung Wiraguna I, [[Daftar Bupati Banyuwangi|Bupati Banyuwangi]] pertama)
**** Mas Talib (Temenggung Wiraguna II, [[Daftar Bupati Banyuwangi|Bupati Banyuwangi]] kedua)
** Mas Dalem Wiroluko
** Mas Dalem Wiroludro
Baris 188 ⟶ 183:
 
== Arkeologi ==
Beberapa penemuan sejarah yang menjadi objek cukup menarik dari peninggalan kerajaan blambanganBlambangan adalah '''Tembok Rejo''', berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5&nbsp;km terpendam pada kedalaman 1 - 0.5 m dari permukaan tanah dan membentang dari masjid pasar muncar hingga di areal persawahan Desa Tembok Rejo.
 
'''Tembok Rejo''', berupa tembok bekas benteng kerajaan Blambangan sepanjang lebih kurang 5&nbsp;km terpendam pada kedalaman 1 - 0.5 m dari permukaan tanah dan membentang dari masjid pasar Muncar hingga di areal persawahan Desa Tembok Rejo.
'''Siti Hinggil''' atau oleh masyarakat lebih di kenal dengan sebutan setinggil yang artinya Siti adalah tanah, Hinggil/inggil adalah tinggi. Objek Siti Hinggil ini berada di sebelah timur pertigaan pasar muncar (lebih kurang 400 meter arah utara TPI/Tempat Pelelangan ikan). Siti Hinggil ini merupakan pos pengawasan pelabuhan/syah bandar yang berkuasa pada masa kerajaan Blambangan, berupa batu pijakan yang terletak di atas gundukan batu tebing yang mempunyai "keistimewaan" untuk mengawasi keadaan di sekitar ''teluk Pang Pang'' dan [[Semenanjung Blambangan]]. Beberapa benda peninggalan sejarah Blambangan yang kini tersimpan di museum daerah berupa Guci dan asesoris gelang lengan, sedangkan kolam dan Sumur kuno yang ditemukan masih berada di sekitar ''Pura Agung Blambangan'' yaitu di Desa Tembok Rejo kecamatan [[Muncar]] Kabupaten [[Banyuwangi]].
 
'''Siti Hinggil''' atau oleh masyarakat lebih di kenal dengan sebutan Setinggil (Stinggil) yang artinya Siti adalah tanah, Hinggil/inggil adalah tinggi. Objek Setinggil ini berada di sebelah timur pertigaan pasar muncar (lebih kurang 400 meter arah utara TPI/Tempat Pelelangan ikan).
Di samping itu pada lokasi '''Keraton Macan Putih''' didaerah [[Kabat, Banyuwangi]] didapati relief arkeologi dan benda benda yang terkubur saat ini dilokasi seluas 44 [[Hektar]] yang telah menjadi persawahan dan kebun sering didapati benda arkeologi milik kerajaan, beberapa puing tembok batas kerajaan pun terkubur rusak dan hancur, masyarakat setempat sering memindahkan dan atau menyimpan puing puing tersebut.
Ditemui juga beberapa koleksi di beberapa museum di [[Belanda]] yang berisi gambar, foto maupun artefak Keraton Macan Putih.
 
Disebut Setinggil namun tidak dalam arti sama dengan Setinggil pada kraton umumnya sebagai tempat tahta raja. Setinggil di sini hanya tanah tinggi di tepi pantai yang konon dahulu merupakan pos pengawasan pelabuhan/syah bandar yang berkuasa pada masa kerajaan Blambangan. Di bagian puncaknya terdapat batu-batu cukup besar untuk mengawasi keadaan di sekitar ''teluk Pang Pang'' dan [[Semenanjung Blambangan]].
Setelah Keraton Macan Putih hancur penerus Raja Blambangan yaitu Mas Jaka Rempeg ([[Jagapati|Pangeran Jagapati]]) mendirikan Kerajaan Bayu yang berada di sekitar '''Rawa Bayu''' ([[Bayu, Songgon, Banyuwangi]]), kerajaan ini tidak bertahan lama hanya beberapa bulan saja, karena terjadi perang [[Perang Bayu|Puputan Bayu]] 1771-1772. Disini dapat ditemukan beberapa sisa artefak dan bekas peperangan dengan [[VOC]].
 
Beberapa benda peninggalan sejarah Blambangan yang kini tersimpan di Museum Blambangan di kantor [[Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi]] berupa Bata, Gerabah, Guci, dan Asesoris gelang lengan, dan sebagainya. Sedangkan kolam dan Sumur kuno yang ditemukan masih berada di sekitar ''Pura Agung Blambangan'' yaitu di Desa Tembok Rejo kecamatan [[Muncar]] Kabupaten [[Banyuwangi]].
Hingga kini meskipun Kerajaan sudah hancur Para kerabat Kerajaan secara turun temurun tetap menjaga beberapa pusaka penting peninggalan Kerajaan.
 
Di samping itu pada lokasi '''Keraton Macan Putih''' di daerah [[Kabat, Banyuwangi]] di dapati relief arkeologi dan benda benda yang terkubur saat ini dilokasi seluas 44 [[Hektar]] yang telah menjadi persawahan dan kebun sering didapati benda arkeologi era kerajaan, beberapa puing tembok batas kerajaan pun terkubur rusak dan hancur, masyarakat setempat sering memindahkan dan atau menyimpan puing-puing tersebut. Ditemui juga beberapa koleksi di beberapa museum di [[Belanda]] yang berisi gambar, foto maupun artefak Keraton Macan Putih.
 
Setelah Kerajaan Blambangan hancur penerus Raja Blambangan yaitu Mas Rempeg ([[Jagapati|Pangeran Jagapati]]) mendirikan Kerajaan Bayu yang berada di sekitar '''Rawa Bayu''' ([[Bayu, Songgon, Banyuwangi]]), kerajaan ini tidak bertahan lama hanya beberapa bulan saja, karena terjadi perang [[Perang Bayu]] 1771-1772. Disini dapat ditemukan beberapa sisa artefak dan bekas peperangan dengan [[VOC]].
 
Hingga kini meskipun Kerajaan sudah hancur para kerabat Kerajaan secara turun temurun tetap menjaga beberapa pusaka penting peninggalan Kerajaan.
 
== Lihat pula ==
* [[Prabu Tawangalun II]]
* [[Babad Blambangan]]
* [[Bahasa Osing]]
* [[Gandrung Banyuwangi]]
* [[Wong Agung Wilis]]
* [[Pangeran Jagapati]]
* [[Perang Bayu]]
 
== Sumber ==
* Hasan Basri (Ed), ''Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan,'' 2006, Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi.
* [[M. C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
* [[I Made Sudjana]], ''Nagari tawon madu: sejarah politik Blambangan abad XVIII [http://books.google.co.id/books?id=KNtwAAAAMAAJ&dq=babad blambangan&hl=id&source=gbs similarbooks]'', Larasan-Sejarah, [[2001]], ISBN 978-979-96250-0-7
* [[Purwasastra, Muji Rahayu, Sriyanto]], ''Cariyosipun tanah Balambangan jamanipun wong Agung Wilis'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Universitas Michigan 1996, ISBN 978-979-459-609-8
* M. Hidayat Aji Ramawidi, ''Dari Balambangan Menjadi Banyuwangi'', 2022, ISBN 978-623-978-422-5
* [[Purwasastra, Muji Rahayu, Sriyanto]], ''Cariyosipun tanah Balambangan jamanipun wong Agung Wilis'', Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Michigan 1996, ISBN 978-979-459-609-8
* [[Purwasastra]], ''Babad Wilis'',[http://books.google.co.id/books/about/Babad Wilis.html?id=3LotAAAAMAAJ&redir esc=y] Naskah dan Dokumen Nusantara: Textes et Documents Nousantariens, I.pp. lxxxviii, 393, 9 pl., map. Jakarta, Bandung, Lembaga Penelitian Prancis untuk Timur Jauh: École Française d'Extrême-Orient, [[1980]].
* [[M. C. Ricklefs|Ricklefs, M. C.]], ''A History of Modern Indonesia since c. 1200'', Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
* Samsubur, ''Sejarah Kerajaan Blambangan,'' 2011, ISBN 979-722-356-6
* Siwi Sang, ''Girindra, Pararaja Tumapel Majapahit,'' 2013, ISBN 978-602-98200-6-5
* [[Sri Margana]], ''Java's last Frontier'', [[Universiteit Leiden]]
* [[Winarsih Arifin]], ''Babad Sembar: chroniques de l'est javanais'', Presses de l'École française d'Extrême-Orient, [[1995]], ISBN 978-2-85539-777-1
* Winarsih Arifin, ''Babad Blambangan,'' 1995, ISBN 979-8793-11-1
* [[Margana Dr. Sri.]], ''Java's last Frontier'', [[Universiteit Leiden]]
* https://balambangan.id/prabu-tawangalun/ (Prabu Tawangalun)
* [http://www.facebook.com/profile.php?id=100002062322488], ''Puri Gumuk Merang'', [http://www.facebook.com/profile.php?id=100002062322488 Banyuwangi]
* https://balambangan.id/mengenal-kerajaan-blambangan/ (Mengenal Kerajaan Blambangan)
* [[I Made Sudjana]], ''Nagari tawon madu: sejarah politik Blambangan abad XVIII [http://books.google.co.id/books?id=KNtwAAAAMAAJ&dq=babad blambangan&hl=id&source=gbs similarbooks]'', Larasan-Sejarah, [[2001]], ISBN 978-979-96250-0-7
 
==Referensi==
{{reflist}}
 
{{Topik Banyuwangi}}