Tiwah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Busu Neneng (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Busu Neneng (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(27 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox recurring event
[[Berkas:Tiwah suku dayak, gambar 1.jpeg|jmpl|260px|Ritual Tiwah]]▼
| name = '''Tiwah'''
'''Tiwah''', atau '''tiwah lale''', dikenal juga '''magah salumpuk liau uluh matei''', adalah upacara kematian yang dilakukan oleh [[suku Dayak Ngaju]] yang menganut agama Hindu [[Kaharingan]] di [[Kalimantan Tengah]]. Upacara Tiwah sendiri merupakan upacara sakral terbesar dalam Suku Dayak. Hal ini dikarenakan upacara Tiwah melibatkan sumber daya yang banyak dan waktu yang cukup lama. Upacara ini dilakukan bertujuan untuk mengantarkan jiwa atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke tujuh.<ref>[http://www.gunungmaskab.go.id/pariwisata/wisata-budaya/tiwah-2.html Tiwah] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120723025229/http://www.gunungmaskab.go.id/pariwisata/wisata-budaya/tiwah-2.html |date=2012-07-23 }}. Pemkab Gunung Mas. Diakses pada 18 September 2012</ref> Pada tahun 2014, upacara Tiwah telah dimasukan ke dalam penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang dilakukan oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]].<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/penetapan-warisan-budaya-takbenda-indonesia-2014/|title=PENETAPAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA 2014|date=2015-01-19|website=Direktorat Jendral Kebudayaan|language=id-ID|access-date=2019-04-09}}</ref>▼
| native_name =
| genre = Upacara kematian dalam agama [[Kaharingan]]
| logo =
| logo_caption =
| image = {{multiple image|border= infobox|total_width = 300|image_style = border:1;
|perrow = 1/2/2/2
|image2=COLLECTIE TROPENMUSEUM Model van een geestenhuisje of zielenschip TMnr A-1548.jpg}}
| caption = Salah satu bentuk "Sandung" dalam upacara Tiwah.<br><br>
| date =
| frequency =
| location = '''Kalimantan Tengah :'''<br>{{hlist|Suku Dayak Ngaju|Suku Dayak Siang|Suku Dayak Lawangan|Suku Dayak Oot Danum|(serta sub-suku Dayak Kalimantan Tengah lainnya)}}<br>'''Kalimantan Barat :'''<br>{{hlist|Suku Dayak Pesaguan}}
| years_active = Dulu - Sekarang
| first =
| last =
| participants = Umat beragama Kaharingan
| people = {{hlist|Pisor/Kandong|Basir/Basie|Mantir|Balian}}
| budget = • 50 - 100 juta Rupiah '''(Tiwah per-satu orang/makam)'''<br>• 5 - 10 juta Rupiah per-keluarga '''(Tiwah massal)'''</br>
| patron = {{hlist|Majelis Agama Kaharingan Indonesia (MAKI)|Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan (MDA-HK)|Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan (MBA-HK)}}
| organised =
| website =
| footnotes =
}}
'''Tiwah''', atau '''Tiwah Lale''', dikenal juga '''''magah salumpuk liau uluh matei''''' adalah upacara kematian dalam '''agama [[Kaharingan]]''' yang dilakukan oleh [[suku Dayak Ngaju]] dan juga sub-suku Dayak lainnya di Kalimantan yang masih menganut agama [[Kaharingan]], khususnya di [[Kalimantan Tengah]]. Upacara Tiwah diberlakukan kepada orang atau anggota keluarga yang telah lama meninggal dan sudah lama dikubur dengan usia makam bisa 7 - 10 tahun lamanya karena yang diperlukan dalam ritual Tiwah adalah tulang-belulang orang yang telah meninggal. Setelah menunggu untuk waktu yang lama, barulah makam-nya bisa digali, kemudian dilakukan berbagai ritual, dan terakhir tulang-belulang tersebut akan diletakkan ke dalam '''"''[[Sandung]]''"''' atau '''"''Pambak''"'''.
▲
== Konsep kematian ==
Baris 12 ⟶ 38:
== Biaya ==
Upacara Tiwah dalam masyakat Dayak Ngaju merupakan acara besar yang juga membutuhkan biaya sangat besar. Keluarga atau kelompok masyarakat yang ingin melaksanakan upacara Tiwah harus membuat sejumlah keperluan pendukung dan beberapa hewan kurban. Dalam pelaksanaanya, upacara ini biasanya membutuhkan biaya antara Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.<ref>{{Cite news|url=https://regional.kompas.com/read/2018/12/05/11000061/mengenal-ritual-tiwah-cara-suku-dayak-menghargai-kematian-1-|title=Mengenal Ritual Tiwah, Cara Suku Dayak Menghargai Kematian (1)|last=Tarigan|first=Kurnia|date=|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2019-04-09|editor-last=Ika|editor-first=Aprillia}}</ref> Karena biaya yang besar tersebut, penyelenggaraan upacara Tiwah dapat menjadi simbol sosial seseorang atau keluarga. Semakin meriah dan durasi yang lama, maka status sosial seseorang semakin tinggi. Bagi keluarga yang memiliki kekayaan, upacara Tiwah dapat dilaksanakan secara mandiri yakni hanya dengan keluarganya sendiri dan dilakukan
== Durasi dan waktu pelaksanaan ==
Baris 39 ⟶ 65:
Adapun tahapan persiapan awal dari upacara Tiwah adalah<ref name=":0" />
# Memilih dan menentukan orang yang akan menjadi pemimpin upacara. Para pemimpin ini biasanya terdiri dari tujuh atau sembilan orang. Salah satu dari mereka akan
# Mempersiapkan peralatan upacara yakni:
#* '''''Balay Tiwah''''' atau '''''Balai Nyahu''''' merupakan rumah kecil yang memiliki ukuran sekitar 9 x 12 meter. Tempat ini terbuat dibangun dari bahan-bahan yang terbuat dari kayu-kayu yang masih utuh (bulat). Digunakan untuk menyimpan gong.
Baris 53 ⟶ 79:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een koppensneller met aan zijn gordel een schedel die bij feesten gebruikt wordt om uit te drinken een vrouw met een grote 'blangai' pot en achter hen palen voor het dodenfeest 'Tiwah' Borneo TMnr 10002945.jpg|jmpl|366x366px|Seorang pria Dayak bersama seorang wanita Dayak yang memegang tempayan atau guci yang digunakan untuk menyimpan tulang belulang. Di belakang mereka berdiri '''''Sapundu'''''.]]
=== Puncak Upacara Tiwah ===
Pelaksanaan upacara Tiwah pada memiliki sejumlah perbedaan di masing-masing daerah. Penyebabnya adalah tidak adanya pedoman penyelenggaran yang secara resmi ditulis. Sehingga masing-masing kelompok masyarakat Dayak yang terdiri dari berbagai sub-suku menafsirkannya berbeda-beda. Namun, pada dasarnya pelaksanaan upacara Tiwah memiliki tujuan yang sama yakni mengantarkan arwah ke negeri yang kekal.<ref name=":3" /> Adapun pelaksanaan inti dari Upacara Tiwah adalah sebagai berikut
Baris 84 ⟶ 111:
Pada hari ketujuh yang merupakan hari terakhir pelaksanaan inti upacara Tiwah, arwah anggota keluarga atau salumpuk liaw akan melakukan perjalanan menuju Lewu Liaw. Proses ini diawali dengan proses pengurbanan hewan yang diaikat di sapundu dengan cara ditombak. Selanjutnya, ada prosesi tarian kanjan. Terakhir, tulang belulang yang telah dibersihkan akan dibungkus menggunakan kain merah dan dimasukkan ke dalam sandung.<ref name=":3" />
== Pengaruh budaya luar ==
Seiring berkembangnya zaman dan interaksi suku Dayak dengan dunia luar, upacara Tiwah juga mengalami banyak perubahan. Adapun beberapa perubahan dalam upacara Tiwah dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti munculnya negara
=== Keberadaan negara bangsa ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het slachten van runderen tijdens de grote verzoening in de Dajak kampong Toembanganoi onder leiding van de controleurs A.C. de Heer en J.P.J. Barth, Midden-Borneo. TMnr 60046395.jpg|kiri|jmpl|289x289px|Pertemuan kepala suku dari seluruh Pulau Kalimantan pada 1894 yang menghasilkan perjanjian Tumbang Anoi.]]
Hadirnya negara yang kemudian mengadministrasi dan mengatur kehidupan penduduknya melalui peraturan, turut mempengaruhi sejumlah perubahan dalam penyelenggaran upacara Tiwah. Munculnya misionaris Kristen yang juga bersamaan dengan hadirnya [[Hindia Belanda|negara kolonial Belanda]] berpengaruh terhadap tradisi kurban upacara
Kehadiran Belanda sebagai negara kolonial yang kemudian mengatur kehidupan masyarakat Dayak kemudian melakukan pelarangan terhadap tradisi mengayau. Pada 22 Mei hingga 24 Juli 1894 Belanda mengumpulkan seluruh kepala suku Dayak yang ada di Pulau Kalimantan. Pertemuan ini kemudian melahirkan Perjanjian [[Tumbang Anoi, Damang Batu, Gunung Mas|Tumbang Anoi]] yang bertujuan untuk mengakhiri rasa saling bermusuhan dan sekaligus mempertegas pemberlakuan larangan ''mangayau''. Selain itu, sistim perbudakan yang ada dalam masyarakat Dayak juga dihapuskan.<ref name=":4" /> Dalam upacara Tiwah, kurban kepala manusia akhirnya diganti dengan kurban kepala hewan terutama kerbau.
Selain pelarangan tradisi mengayau, keberadaan negara Indonesia yang hadir pasca kemerdekaan juga turut mempengaruhi berlangsungnya upacara Tiwah. Waktu pelaksanaan upacara Tiwah akan menjadi lama karena menunggu perizinan dari banyak instansi seperti camat, polisi, dan majelis adat. Lama dikeluarkannya izin bahkan bisa mencapai 12 bulan. Penyelenggara upacara Tiwah wajib mengisi sejumlah dokumen dan harus memberikan detil kegiatan yang nantinya akan dilangsungkan.<ref name=":1" />
=== Teknologi baru ===
Baris 105 ⟶ 129:
*
[[Kategori:Kaharingan]]
[[Kategori:Dayak]]
[[Kategori:Ritual]]
|