Suku Ogan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Penambahan dokumentasi Juli |
||
(28 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Short description|Suku bangsa di
<tr>
<td>[[File:Jenderal TNI Makmun Murod.png|80x100px]]</td>
Baris 37:
<td><small><div style="line-height:1em">Pangeran H.A. Wantjik </small></td>
</tr>
</table>
|region1 = {{flagicon|Indonesia}} '''Indonesia''' (Sensus 2010)|pop1='''720.000'''|ref1=<ref>{{cite book|publisher =Badan Pusat Statistik
|title = Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|year=2011|isbn = 9789790644175
|url = http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html}}</ref>|region2=• {{flag|Sumatera Selatan}} (perkiraan)
|pop2='''500.000'''
|langs=[[bahasa Ogan|Ogan]] (utama), [[bahasa Palembang|Melayu Palembang]]
|rels=[[Berkas:Allah-green.svg|15px]] [[Islam]] [[Sunni]]
|related=[[Suku Lampung|Lampung]], [[Suku Besemah|Besemah]], [[Suku Melayu Palembang|Melayu Palembang]]
|group=Suku Ogan<br />Hang Ugan, Jeme Ugan (ꤺꤸ ꥆꥈ ꤱꥐ)
}}
'''Suku Ogan'''
== Asal-usul ==
Berdasarkan buku ''De Palembangsche Marga'' oleh Van Royen (1927), ''Eenige Bijzonderheden Omtrent Palembang'' oleh C.F.G. Praetorius (1843), ''Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië'' vol. 20 oleh Achtste Jaargang (1846) serta Bermukim di Tepian Sungai Ogan : Etnografi Masyarakat dan Budaya Ogan di Pengandonan oleh Zainal Arifin dkk. (2019). Gelombang masyarakat suku Ogan pertama dan tertua berasal dari wilayah Gunung Seminung-Pesagi pada abad ke-14 dengan pemukiman pertama berada di Ulu Tenggayak yang kini berada di wilayah administrasi Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Dari wilayah ini masyarakat Ogan pertama melakukan pembukaan rimba untuk pemukiman (''nyusuk''). Dari keturunan ini melahirkan orang-orang Ogan klasik/pertama yang meliputi [[Marga (Sumatera Selatan)|kemargaan]] Temenggungan (Ulu Ogan), Samikerian (Pengandonan), dan Aji (Semidang Aji). Dari keturunan inilah juga mereka mempelopori keadatan Ogan dan masih memelihara kesenian asal mereka yaitu kesenian Nyambai, Ngigal, dan Kulintangan. Di masa ini terjadi perubahan kultural yang sangat signifikan terutama dalam bahasa dan budaya generik, yaitu masyarakat Ogan menganut bahasa Melayu Tengah sehubungan dengan permasalahan wilayah mereka dengan orang-orang Besemah.<ref>{{Cite book|date=1846|url=https://play.google.com/books/reader?id=2GoTAAAAQAAJ&pg=GBS.PP6&hl=id&q=ogan|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië|publisher=Lands-drukk.|language=nl}}</ref><ref>{{Cite book|last=FAJRI|first=ZAINAL ARIFIN|last2=SYAFNIL|first2=RAHMAN|date=2019|url=https://play.google.com/books/reader?id=LcbODwAAQBAJ&pg=GBS.PP2&hl=id|title=BERMUKIM DI TEPIAN SUNGAIETNOGRAFI MASYARAKAT DAN BUDAYA KOMUNITAS OGAN DI PENGANDONAN|publisher=IRDH|isbn=978-623-7343-44-8|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|date=1843|url=https://play.google.com/books/reader?id=0elAAAAAcAAJ&pg=GBS.PA418&hl=id|title=De indische Bij, tijdschrift ter bevordering van der Kennis der nederlandsche volkplantingen en derzelver belangen, uitgegeven door C. L. Blume: Eerste Deel. Met Platen (2 Bl. IV, 664 S.|publisher=Hazenberg|language=nl}}</ref>
[[Berkas:UBLOHS Or 27 005 30 album 1 051 (Tubohan Ogan Oeloe).png|jmpl|Kesenian Ngigal Ogan yang ditarikan pejabat marga di Desa Tubohan Marga Semidang Alun II Suku III pada tahun 1906 . Tarian ini sarat dengan warisan Seminung-Pesagi dengan mengelilingi ''pencang'' (tiang pinang) dan gerakan merentang tangan.]]
Gelombang selanjutnya datang dari rombongan orang-orang Bangkahulu/Sungai Serut/Bengkulu yang melalui wilayah Ulu Tenggayak dan berakhir bermukim di wilayah Ogan Tengah yang menjadi marga Semidang Alun II Suku III, kini menjadi wilayah Semidang Aji. Berdasarkan silsilah dan hikayat marga ini, mereka adalah keturunan dari Raden Cili Mangkusa atau R. Kasegeni, anak penguasa Bangkahulu yaitu Ratu Agung. Marga ini tersebar dari desa Ulak Pandan sampai ke Pandan Dulang.
Setelah itu, orang-orang Ogan pertama ini melakukan penyebaran hingga ke wilayah Muara Kuang (Ulakan) seiring dengan padatnya wilayah Ogan Ulu. Dalam perjalanan waktu, wilayah Ogan Ulakan mengalami kedatangan baru baik dari wilayah Rambang, Palembang, dan Jawa. Contohnya, Desa Lubuk Rukam yang leluhurnya berasal dari Demak (Jawa), Desa Saung Naga Peninjauan dari Rambang Niru, Kelampadu dan Lubuk Batang dari Palembang. Beberapa desa di Ogan ada yang datang dari wilayah Besemah seperti desa Panggal-panggal namun kedatangan mereka jauh lebih belakangan dan tidak sebanyak pemukim awal. Seiring waktu, mereka berasimilasi dengan pemukim awal dan mengadopsi adat, kesenian, dan budaya Ogan.<ref>{{Cite web|date=2014-06-15|title=SEJARAH|url=https://lubukrukammadani.wordpress.com/sejarah/|website=DESA LUBUK RUKAM|language=id-ID|access-date=2024-05-31}}</ref><ref>{{Cite web|date=2017-02-19|title=Desa Saung Naga|url=https://saungnagapeninjuan.wordpress.com/2017/02/20/desa-saung-naga/|website=Desa Saungnaga|language=id-ID|access-date=2024-05-31}}</ref>
Merunut kepada temuan arkeologis di Gua Harimau, salah satu peninggalan zaman purba di wilayah Sumatera Selatan, menunjukkan bahwa peradaban disekitar Sungai Ogan sudah berumur puluhan ribu tahun, bahkan diperkirakan telah ada sejak masa zaman es. Penghuni gua-gua purba ini, awalnya merupakan komunitas Ras Australomelanesoid. Berdasarkan Buku Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban OKU (2015), hubungan masyarakat di Gua Harimau dan pemukim-pemukim Ogan modern seperti Marga Aji masih belum ditemukan kaitan keturunan yang pasti mengingat rentang waktu di antaranya kedua peradaban sangatlah jauh.<ref>{{Cite book|last=Fauzi dkk.|first=|date=2015|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/4739/|title=Gua Harimau dan Perjalanan Panjang Peradaban OKU|location=Jakarta|publisher=Pusat Penelitian Arkeologi Nasional|isbn=978-602-386-031-9|pages=47-48|url-status=live}}</ref>
<!--Sumber lain mengatakan bahwa nenek moyang dari suku Ogan diduga ada yang berasal dari dataran tinggi di Tengkuk gunung pesagi Lampung jika di perhatikan dari sejarah kerajaan sekala brak keturunan sekala brak adalah penggagas berdirinya Sriwijaya dan kerajaan sekala brak tidak pernah dikalahkan oleh sriwijaya karena sriwijaya asal mula dari sriwijaya hal tersebuat ada benarnya, Palembang dan Demak dan Jipang Jawa, diantaranya yang tercatat adalah:
* Keluarga Sanghyang Sakti Nyata; Berdasarkan catatan dari masyarakat Lampung Pesisir Way Lima, diceritakan beliau memiliki 7 orang anak, yang kemudian menjadi leluhur bagi Suku Ogan, [[Suku Rejang|Rejang]], Semende, Pasemah, Komering dan Lampung.
* Pengikut Penguasa Palembang yang pernah hijrah ke Ogan Ilir, antara lain:
Baris 60 ⟶ 66:
** Sultan Mahmud Badaruddin (II) Pangeran Ratu di Desa Tanjung Lubuk tahun 1821
** Sultan Ahmad Najamuddin (IV) Prabu Anom di Hulu Sungai Ogan tahun 1824-1825.
* Kudeta Pajang atas Demak Jipang pada th 1554 M yang menewaskan Sultan Demak terakhir Arya Penangsang telah membuat Keluarga Bangsawan yang selamat eksodus ke Palembang dibawah pimpinan Pangeran Arya Mataram/ Arya Belanga, selanjutnya mereka bermukim di daerah pinggiran sungai Ogan bernama Lubuk rukam yang sekarang masuk dalam wilayah Kecamatan Peninjauan-->
== Wilayah
[[Berkas:Ogan-South Sumatra- Region.png|jmpl|Peta Persebaran Suku Ogan di Provinsi Sumatera Selatan. Wilayah persebaran meliputi Kabupaten OKU, Ogan Ilir dan kantong populasi di OKU Timur, OKU Selatan dan Muara Enim.]]
[[Berkas:Ogan-Lampung-Region.png|jmpl|Persebaran Kantong-Kantong Populasi Suku Ogan di Provinsi Lampung. Kedatangan Suku Ogan di Lampung terjadi pada akhir abad-18 sampai tahun 1930-an sesudah masa pergolakan di Ogan Ulu<ref>{{Cite book|last=FAJRI|first=ZAINAL ARIFIN|last2=SYAFNIL|first2=RAHMAN|url=https://play.google.com/books/reader?id=LcbODwAAQBAJ&pg=GBS.PA18&hl=id&printsec=frontcover|title=BERMUKIM DI TEPIAN SUNGAIETNOGRAFI MASYARAKAT DAN BUDAYA KOMUNITAS OGAN DI PENGANDONAN|publisher=IRDH|isbn=978-623-7343-44-8|language=id}}</ref>]]
Baris 68 ⟶ 74:
=== Kabupaten Ogan Komering Ulu ===
Kabupaten Ogan Komering Ulu terletak 200
{| class="wikitable sortable"
!'''No'''
!'''Kecamatan'''
!'''Desa/Kelurahan'''
!'''[[Marga (Sumatera Selatan)|Marga]]'''
|-
| rowspan="7" |1
| rowspan="7" |Ulu Ogan
|Kelumpang
| rowspan="6" |Temenggungan
|-
|Gunung Tiga
|-
|Pedataran
|-
|Sukajadi
|-
|Mendingin
|-
|Ulak Lebar
|-
|Belandang
|Samikerian
|-
| rowspan="7" |2
| rowspan="7" |Muara Jaya
| rowspan="2" |Temenggungan
|-
|Kemala Jaya (Ampakh-Ampakh)
|-
|Karang Lantang
| rowspan="5" |Samikerian
|-
|Muara Saeh
|-
|Surau
|-
|Lubuk Tupak
|-
|Beringin
|-
| rowspan="12" |3
| rowspan="12" |Pengandonan
|Gunung Meraksa
| rowspan="11" |Samikerian
|-
|Tanjung Pura (Pelawe)
|-
|Belambangan
|-
|Tanjung Sari (Sebaya)
|-
|Gunung Liwat
|-
|Tangsi Lontar
|-
|Kesambirata (Blang Babi)
|-
|Pengandonan
|-
|Ujan Mas
|-
|Semanding
|-
|Tanjungan
|-
|Gunung Kuripan
|Aji
|-
| rowspan="19" |4
| rowspan="19" |Semidang Aji
|Tanjung Kurung (Lentipeh)
| rowspan="8" |Aji
|-
|Sukarami (Kutepadang)
|-
|Nyiur Sayak (Perugaian)
|-
|Batanghari
|-
|Sukamerindu (Sekucing)
|-
|Padang Bindu
|-
|Bedegung
|-
|Panggal-Panggal
|-
|Kebun Jati
| rowspan="11" |Semidang Alun II Suku III
|-
|Ulak Pandan
|-
|Keban Agung
|-
|Tubohan
|-
|Tebing Kampung
|-
|Raksa Jiwa
|-
|Pengaringan (Senafal)
|-
|Seleman
|-
|Singapura (Asam Kelat)
|-
|Banjar Sari (Sukedane)
|-
|Pandan Dulang
|-
| rowspan="11" |5
| rowspan="11" |Baturaja Barat
|Air Gading
| rowspan="11" |Bindung Langit Lawang Kulon
|-
|Batukuning
|-
|Tanjung Agung
|-
|Saung Naga
|-
|Batuputih
|-
|Karang Agung
|-
|Karang Endah
|-
|Laya (Halaye)
|-
|Pusar (Pusakh)
|-
|Sukamaju
|-
|Tanjung Karang
|-
| rowspan="8" |6
| rowspan="8" |Baturaja Timur
|Baturaja Lama
| rowspan="8" |Bindung Langit Lawang Kulon
|-
|Kemalaraja
|-
|Pasar Baru
|-
|Sukajadi
|-
|Sekar Jaya
|-
|Air Paoh
|-
|Tanjung Baru
|-
|Terusan
|-
| rowspan="14" |7
| rowspan="14" |Lubuk Batang
|Air Wall
| rowspan="14" |Lubuk Batang
|-
|Bandar Agung
|-
|Banuayu
|-
|Belatung
|-
|Gunung Meraksa
|-
|Kartamulia (Kurungan Nyawe)
|-
|Kurup
|-
|Lubuk Batang Baru
|-
|Lubuk Batang Lama
|-
|Lunggaian
|-
|Markisa
|-
|Merbau
|-
|Tanjung Dalam
|-
|Tanjung Manggus
|-
| rowspan="10" |8
| rowspan="10" |Peninjauan
|Bindu
| rowspan="10" |Marga Perwatin IV
|-
|Belimbing
|-
|Durian
|-
|Karang Dapo
|-
|Kedondong
|-
|Kepayang
|-
|Lubuk Rukam
|-
|Mendala
|-
|Peninjauan
|-
|Saung Naga
|-
| rowspan="8" |9
| rowspan="8" |Kedaton Peninjauan Raya
|Kedaton
| rowspan="8" |Marga Ngabehi IV
|-
|Kedaton Timur
|-
|Sinar Kedaton
|-
|Kampai
|-
|Bunglai
|-
|Lubuk Kemiling
|-
|Rantau Panjang
|-
|Sukapindah
|-
|10
|Lubuk Raja
|Untuk di Kecamatan Lubuk Raja, Suku Ogan cukup tersebar dan berbaur dengan masyarakat transmigran Jawa dan Bali. Semenjak 1970an, daerah Lubuk Raja sendiri merupakan daerah kosong yang dijadikan pemukiman untuk masyarakat transmigrasi.
|Marga Ngabehi IV, Perwatin IV, Lubuk Batang & Bindung Langit Lawang Kulon
|-
|11
|Sinar Peninjauan
|Untuk di Kecamatan Sinar Peninjauan, Suku Ogan cukup tersebar dan berbaur dengan masyarakat transmigran Jawa dan Bali. Semenjak 1970an, daerah Lubuk Raja sendiri merupakan daerah kosong yang dijadikan pemukiman untuk masyarakat transmigrasi.
|Marga Ngabehi IV & Perwatin IV
|}
=== Kabupaten Ogan Ilir ===
Baris 208 ⟶ 345:
Suku Ogan ini menghuni wilayah sepanjang aliran sungai Ogan bagian hulu hingga aliran tengah. Suku Ogan ini terbagi atas 4 Marga (''Marge'') utama, yaitu Marga Temenggungan, Samikerian, Semidang Alun II Suku III dan Aji. Masyarakat Ogan di Hulu memiliki pengaruh kebudayaan yang kuat dari budaya Semende dan Besemah. Suku Ogan Uluan merupakan sub-suku yang masih kental akan kebudayaan Austronesia asli seperti pada kesenian Ngibing dan Kenong khas Ogan.
== Struktur
Pada masyarakat Ogan terdapat beberapa struktur masyarakat antara lain ''punduk'', ''dangau'', ''talang'', ''dusun'', ''pasar'', ''kute'', dan ''marge.'' Suku Ogan sendiri tidak memiliki dewan adat yang menaungi semua Suku Ogan dan masih terbatas pada dewan adat dusun dan marge sendiri.<ref>{{Cite book|last=FAJRI|first=ZAINAL ARIFIN|last2=SYAFNIL|first2=RAHMAN|url=https://play.google.com/books/reader?id=LcbODwAAQBAJ&pg=GBS.PA176&hl=id&printsec=frontcover&q=pasar|title=BERMUKIM DI TEPIAN SUNGAIETNOGRAFI MASYARAKAT DAN BUDAYA KOMUNITAS OGAN DI PENGANDONAN|publisher=IRDH|isbn=978-623-7343-44-8|language=id}}</ref>
=== Talang & Dusun ===
Baris 232 ⟶ 369:
=== Marge ===
Marge atau Marga adalah salah satu sistem pemerintahan tradisional di Uluan dengan struktur dan aturan yang berlaku di [[
Suku Ogan memiliki beberapa marge dan sampai sekarang ini masih dijaga sebagai wujud pelestarian identitas dan budaya. Beberapa orang Ogan pun bahkan menyematkan nama marga di belakang namanya seperti marga Samikerian. Marge-marge Ogan tersebut antara lain :
Baris 248 ⟶ 385:
== Budaya ==
Mayoritas masyarakat suku Ogan adalah pemeluk agama [[Islam]], meskipun terdapat juga sebagian kecil penduduk yang memeluk agama [[Kristen]] [[Katolik]] {{dubious}}. Masyarakat suku Ogan yang Muslim adalah pemeluk Islam yang taat. Sehingga hampir seluruh budaya dan adat-istiadat mereka dipengaruhi oleh budaya Islam dan Melayu. Hal ini terlihat dari beberapa tradisi yang telah mereka miliki sejak lama.
=== Pernikahan ===
Baris 257 ⟶ 394:
Hajat Batin dan Ngukus merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat jelang pernikahan. Hajat Batin adalah acara bagi laki-laki dalam suatu kampung yang utamanya bapak-bapak untuk melakukan kegiatan penunjang jelang upacara pernikahan. kegiatan yang dilakukan adalah bahu membahu mendirikan tenda dilokasi acara. Ada dua jenis tenda yang mereka dirikan. Tenda pertama adalah tenda utama untuk gelaran resepsi atau sedekah. Tenda kedua adalah tenda yang kelak akan dipakai oleh para rebai (hebai/ibu ibu) dalam aktivitas Ngukus. Ngukus sendiri adalah acara bagi perempuan, utamanya bagi ibu-ibu, untuk menyiapkan bahan makanan untuk keluarga besan dan para tetamu yang kelak hadir dalam acara sedekah atau resepsi. Hingga saat ini tradisi ini masih sering ditemukan di beberapa wilayah kediaman suku Ogan, yang tujuannya adalah menjalin erat silaturrahmi sesama warga masyarakat.
[[Berkas:Infografis Beturut Suku Ogan.png|jmpl|402x402px|Infografis ragam tradisi adat Beturut atau Arak-arakan Suku Ogan. Suku Ogan Uluan sangat kental dengan kebudayaan kuno terutama peninggalan Seminung-Pesagi dan Bangkahulu seperti Tari Nyambai, sementara Suku Ogan Ulakan sudah mengadopsi pengaruh dari luar seperti penggunaan ''tanjidur'' yang merupakan peninggalan musik Eropa.]]
[[Berkas:Juli Ogan.jpg|jmpl|Juli atau Jempane, perlengkapan keagungan tradisi Suku Ogan bagian Ulak (hilir) di Peninjauan, Kedaton Peninjauan Raya, dan Muara Kuang.]]
Pengadangan adalah perayaan unik menjelang akad nikah dilangsungkan, yang cara melakukannya adalah dengan berusaha menghalang-halangi pengantin pria dengan menggunakan sebuah selendang panjang. Agar bisa melewati selendang tersebut, mempelai pria beserta rombongannya harus memenuhi apa saja permintaan dari mempelai wanita. Selain sebagi bentuk penghormatan, pengadangan juga dilaksanakan untuk mempererat silaturahmi antar dua keluarga yang akan disatukan dalam suatu pernikahan. Dalam prosesi pengadangan, pihak mempelai pria akan diiringi dengan tetabuhan rebana, dan tidak lupa membawa berbagai barang seserahan yang diinginkan oleh mempelai wanita. Pada saat pengadangan dibutuhkan seorang juru bicara yang berasal dari pemangku adat yang bertugas untuk meyakinkan pihak mempelai wanita. Setelah persetujuan disepakati kedua belah pihak, kemudian dilanjutkan dengan prosesi akad nikah. Setelah akad nikah diucapkan, dan kedua mempelai telah sah secara adat dan hukum negara, pesta pernikahan kemudian dimeriahkan dengan tarian penghibur pengantin.<ref>[https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/pengadangan-tradisi-pernikahan-adat-suku-ogan Indonesia Kaya: Pengadangan, Tradisi Pernikahan Adat Suku Ogan]. Diakses 3 Maret 2019.</ref><ref>[https://majalahteras.com/tradisi-pernikahan-adat-suku-ogan Majalah Teras: Tradisi Pernikahan Adat Suku Ogan]. 14 September 2017. Diakses 4 Maret 2019.</ref>
[[Berkas:Sigukh-ogan.png|jmpl|230x230px|Sigukh Lingkuk Lime. Model lama dari hiasan kepala wanita Suku Ogan wilayah Uluan (Semidang Aji, Pengandonan, Muara Jaya, dan Ulu Ogan) dengan ciri lima lekuk. Dalam beberapa literatur Belanda seperti ''Indische Bij'' dapat disebut juga dengan ''tajook'' atau ''pilis''.]]
Sementara Ningkuk adalah perayaan menjelang akad pernikahan lainnya, yang merupakan salah satu kebudayaan yang masih ada khususnya di wilayah [[Kabupaten Ogan Komering Ulu]]. Berbeda dengan Pengadangan, yang mengikuti dan melaksanakan acara Ningkuk adalah pemuda dan pemudi yang merupakan sahabat atau kerabat dari kedua mempelai pengantin. Perbedaan lainnya adalah saat datang ke acara Ningkuk, pemuda harus menjemput dan meminta izin pada orang tua pemudi yang diajaknya ke acara Ningkuk. Setelah acara selesai, pemuda itu harus mengantarkan pulang kembali pemudi yang diajaknya ke acara Ningkuk tadi. Pelaksanaan tradisi Ningkuk biasanya dimulai setelah acara resepsi pernikahan dilaksanakan. Tradisi ini awalnya dilakukan dengan dikumpulkannya pemuda dan pemudi yang memiliki hubungan dekat (dalam hal ini teman atau sahabat, bisa juga kerabat) dengan kedua mempelai. Setelah itu mereka dibagi menjadi dua kelompok yang terdiri atas kelompok pemuda dan kelompok pemudi. Dalam pelaksanaannya, tradisi ini melibatkan kedua mempelai yang berperan sebagai raja dan ratu serta seorang moderator yang menjadi pemandu acara yang menjelaskan aturan Ningkuk tersebut sebelum dimulai. Dalam pelaksanaannya, tiap kelompok pemuda dan pemudi akan diberikan sarung, yang nantinya akan diberikan secara bergantian antar kelompok. Pada saat prosesi tukar menukar sarung, sebagai penentu atau acuan waktu akan diputar sejumlah lagu, yang jumlahnya bisa satu atau lebih. Ketika kemudian lagu dimatikan, maka pemuda dan pemudi yang memperoleh sarung paling akhir akan diberikan hukuman oleh kedua mempelai. Hukuman tersebut dapat berupa menyanyi, berjoget, pantun, puisi, dan sebagainya. Pada saat acara akan memasuki bagian akhir, pemuda diperbolehkan untuk menyatakan perasaannya pada pemudi idamannya yang hadir pada ritual tersebut. Jika tidak dapat menyampaikannya secara langsung, pemuda tersebut dapat juga melakukannya dengan memberikan surat yang nantinya akan disampaikan oleh moderator.<ref>[https://budaya-indonesia.org/Tradisi-Ningkuk Budaya Indonesia: Tradisi Ningkuk]. 5 Agustus 2018. Diakses 4 Maret 2019.</ref>
Baris 270 ⟶ 408:
Secara logat, Bahasa Ogan mengikuti aliran Sungai Ogan, semakin ke hulu logat Bahasa Ogan akan semakin keras dan tegas sementara semakin ke hilir logat Bahasa Ogan akan semakin halus dan mendayu-dayu. Meskipun seperti itu, masyarakat Ogan masih dengan mudah untuk memahami satu sama lain.
Sebelum pertengahan abad ke-20, Masyarakat Ogan masih memiliki tulisan asli yang bernama [[Surat Ulu]] atau ''Surat Ugan'' dalam urusan hukum perdata sampai tulisan sehari-hari. Sampai kemudian perlahan-lahan tergantikan oleh aksara Latin atau ''Urup Laten''. Aksara ini sempat diajarkan di sekolah-sekolah di [[Kabupaten Ogan Komering Ulu|Ogan Komering Ulu]] sepanjang mendekati awal tahun 2000-an sampai kemudian dihapus. Namun pada awal tahun 2020, Pemerintah Ogan Komering Ulu mulai membangkitkan lagi pembelajaran Surat Ulu dan Bahasa Ogan untuk sekolah dasar dan menengah.<ref>{{Cite web|title=BELAJAR AKSARA UGAN; SARANA MEMAHAMI SEJARAH DAN BUDAYA OGAN KOMERING ULU – Disparbud OKU (Dinas Pariwisata & Kebudayaan Ogan Komering Ulu)|url=http://disparbud.okukab.go.id/belajar-aksara-ugan-sarana-memahami-sejarah-dan-budaya-ogan-komering-ulu/|language=id-ID|access-date=2022-04-08}}</ref><ref>{{Cite web|date=2020-04-05|title=Kenalkan Aksara Ogan ke Pelajar|url=https://okes.sumeks.co/kenalkan-aksara-ogan-ke-pelajar/|website=OKES.CO.ID|language=id-ID|access-date=2022-04-08|archive-date=2022-06-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20220624192833/https://okes.sumeks.co/kenalkan-aksara-ogan-ke-pelajar/|dead-url=yes}}</ref>
[[Berkas:JangPanjang.png|jmpl|Penggalan Syair Ogan Jang-Panjang]]
[[Berkas:Rendai.png|jmpl|Penggalan sastra lisan Rendai]]
Baris 283 ⟶ 421:
=== Senjata Tradisional ===
[[Berkas:Tumbok Lade, senjata tradisional Ogan.jpg|jmpl|211x211px|Tumbuk Lade, sejenis badik tradisional Suku Ogan]]
Senjata khas dari Suku Ogan antara lain ''Tumbuk Lade'' (sejenis badik), ''Kekhis'' (Keris), ''Kujur'' (Tombak), ''Gerahang'' (Parang), ''Beliyung'' (Kapak) dan berbagai jenis pisau seperti ''Sungkur'', ''Uncoh'', ''Lading'' dan ''Landai.''
===
[[Berkas:Ngibing source Afriadi.ogg|jmpl|Tari Ngibing yang dipentaskan Masyarakat Ogan di Desa Kelumpang, Ulu Ogan (Marga Temenggungan), OKU,
Dalam budaya Suku Ogan, terdapat sebuah tradisi tua yang sangat unik dan melekat pada identitas Suku Ogan, yaitu Ngibing<ref>{{Cite web|title=Tari Ngibing Asal OKU Ditampilkan Pada Acara Taman Mini Menari|url=http://sriwijayaonline.com/46722-tari-ngibing-asal-oku-ditampilkan-pada-acara-taman-mini-menari.html|website=Lahat Online|access-date=2022-02-20}}</ref>. Ngibing atau ''Nyambai''/ ''Timpungan''/''Tari Undan'' adalah kesenian tari kelompok yang bertujuan untuk menyambut tamu kehormatan dan pelengkap acara pernikahan (payuan) serta Ningkukan. Jumlah para penari Ngibing tidak terbatas dan dapat diikuti oleh semua orang. Pada tari Ngibing para perempuan baik gadis maupun khebai menari dengan gerakan yang gemulai dan konstan sementara para laki-laki baik bujang maupun batin ikut menari dengan mengibaskan selendang atau undan. Durasi tarian tidak memiliki ketentuan dan disesuaikan dengan kondisi acara, tarian ini ditutup dengan pengalungan selendang atau ''undan'' dari pihak laki-laki ke perempuan atau kepada tokoh penting ketika acara penyambutan.
Baris 292 ⟶ 431:
Kesenian Ngibing ini sangat umum ditemukan dalam semua acara adat Suku Ogan walaupun kini mulai terbatas dan lebih dipentaskan pada acara penyambutan dan pernikahan di [[Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu|Kecamatan Ulu Ogan]], [[Pengandonan, Ogan Komering Ulu|Pengandonan]] dan [[Muara Jaya, Ogan Komering Ulu|Muara Jaya]] di [[Kabupaten Ogan Komering Ulu|Ogan Komering Ulu]].
Berdasarkan catatan C.F.G Praetorius, selain Ngibing, kesenian tari Ogan juga mencakup kesenian Nyambai, Begandai dan Ngigal yang khusus dipentaskan oleh laki-laki<ref>{{Cite book|last=Praetorius|first=C. F. E.|date=1843|url=https://books.google.co.id/books/about/Eenige_bijzonderheden_omtrent_Palembang.html?id=E6R5bQALYr8C&redir_esc=y|title=Eenige bijzonderheden omtrent Palembang|publisher=Hazenberg en Comp|language=nl}}</ref>.
=== Rumah Adat ===
Baris 307 ⟶ 448:
Tumpakan Uhang ([[Bahasa Ogan]] : "Pangkuan Orang") adalah aturan adat (''penggawe'') penting dalam masyarakat Ogan di mana anak tertua dari orang tua atau ''penjedi'' memiliki kewajiban untuk menjaga dan memelihara harta, marwah dan zuriyat keluarga besar. Sistem adat ini mirip dengan T''unggu Tubang'' pada [[Suku Semende]] dan ''Jurai Anak Lanang'' pada [[Suku Basemah|Suku Besemah]]. Perbedaan Tumpakan Uhang dalam adat Ogan adalah anak yang mengemban Tumpakan Uhang boleh dari anak laki-laki atau perempuan yang diputuskan dalam musyawarah secara demokratis. Berbeda sekali dengan Tunggu Tubang Semende yang diwajibkan pada anak perempuan tertua (matrilineal) dan Jurai Anak Lanang Besemah yang diwajibkan pada anak laki-laki tertua (patrilineal).
Anak tertua yang diemban untuk menjalankan Tumpakan Uhang memiliki tugas dan kewajiban antara lain menjaga harta benda dan pusaka keluarga, merawat orang tua dan menjadi tempat bernaung orang tua ketika renta, merawat dan memelihara makam (''perantuan'') para leluhur, menetap di dusun dan tidak boleh pindah rumah, menjaga kehormatan keluarga, memelihara dan meneruskan zuriyat keturunan dan taat serta patuh pada adat istiadat Suku Ogan.<ref>{{Cite journal|last=ALVIN|first=ALVIN|last2=Herawan|first2=Sauni|last3=Andry|first3=Harijanto|date=2020|title=EKSISTENSI TUNGGU TUBANG YANG TIDAK MEMPUNYAI JURAI(KETURUNAN) MENURUT HUKUM ADAT SEMENDE DI KECAMATAN SEMENDE DARAT LAUT KABUPATEN MUARA ENIM|url=http://repository.unib.ac.id/22987/|language=en|publisher=Universitas Bengkulu|access-date=2022-04-17|archive-date=2022-05-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20220503171219/http://repository.unib.ac.id/22987/|dead-url=yes}}</ref>
=== Masakan Khas ===
Baris 315 ⟶ 456:
=== Lain-lain ===
Selain pernikahan, aspek lain dari budaya suku Ogan adalah sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, sistem peralatan dan perlengkapan, sistem kemasyarakatan, sistem ekonomi, bahasa, dan kesenian. Dari bidang seni, terdapat beberapa seni tari asli yang berasal suku Ogan, yaitu Tari Ngibing atau Tari Undan dan Rudat Ogan<ref>{{Cite web|title=Planet Agape: Orang Ogan Katolik di Batu Putih
== Lihat pula ==
Baris 326 ⟶ 467:
* {{id}} [http://www.duniaindra.com/2016/10/menyimak-tradisi-ogan-jelang-suatu.html Dunia Indra: Menyimak Tradisi Ogan Jelang Suatu Perayaan]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia|Ogan]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatra]]
[[Kategori:Suku bangsa di
|