Konsili Konstanz: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
FelixJL111 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
FelixJL111 (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 17:
'''Konsili Konstanz''' adalah sebuah [[Konsili Ekumenis]] dari [[Gereja Katolik Roma]] yang dihimpunkan oleh [[Sigismund, Kaisar Romawi Suci|Kaisar Sigismund]] seorang pendukung [[Paus Yohanes XXIII]] paus yang baru saja terpilih di Pisa. Konsili ini diadakan dari [[16 November]] [[1414]] hingga [[22 April]] [[1418]] di [[Konstanz]]. Tujuan utamanya adalah mengakhiri [[Skisma Barat|Skisma Kepausan]] yang terjadi karena [[Kepausan Avignon]] atau, sebagaimana yang kadang-kadang disebut, "[[Pembuangan Gereja di Babel]]." Konsili Konstanz menandai puncak dari [[Konsiliarisme|Gerakan Konsiliar]] untuk memperbarui Gereja. Namun, Gereja Katolik hanya menganggap sah dan ekumenis sesi-sesi dari Konsili yang diadakan setelah pengukuhan Konsili oleh Paus sejati, yaitu Gregorius XII.
Sesi-sesi sebelumnya, yang diadakan di bawah kekuasaan Kaisar Sigismund dan
Pada saat Konsili dihimpun, ada tiga orang [[Paus (Katolik Roma)|paus]] yang kesemuanya menganggap dirinya sah. Beberapa tahun sebelumnya, dalam salah satu pukulan pertama terhadap gerakan Konsiliar, para uskup di [[Konsili Pisa]] menggulingkan kedua orang yang sama-sama mengaku sebagai paus dan memilih paus yang ketiga, dan mengklaim bahwa dalam keadaan seperti itu, dewan para uskup mempunyai otoritas yang lebih besar daripada hanya satu orang uskup, meskipun misalnya dia adalah uskup Roma. Hal ini hanya semakin memperparah skisma.
Baris 25:
Dekret ''Haec sancta'' yang terkenal berlawanan dengan [[Vatikan I]] tentang keutamaan paus/[[infalibilitas]] yang dirumuskan pada sesi keenam, [[6 April]] [[1415]]. Deklarasinya bahwa
:''konsili yang dengan sah dihimpunkan di dalam Roh Kudus, merupakan sebuah konsili umum dan mewakili Gereja Katolik yang militan; konsili ini memiliki kuasa langsung dari Kristus; dan bahwa setiap orang dalam keadaan atau martabat apapun, bahkan seorang paus, harus tunduk kepadanya dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan iman, penghapusan skisma yang dimaksud dan pembaruan umum dari gereja Allah yang dimaksud di dalam diri kepala dan anggota-anggotanya.''
menandai puncak dari gerakan pembaruan dari Konsiliarisme [http://www.piar.hu/councils/ecum16.htm] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080101090223/http://www.piar.hu/councils/ecum16.htm |date=2008-01-01 }}. Namun, dekret ini tidak dianggap sah oleh Gereja Katolik, karena tidak pernah disetujui oleh Paus sejati, Gregorius XII, dan disetujui oleh Konsili dalam sebuah sesi yang diadakan sebelum dihimpunkan oleh paus. (Sesi-sesi pertama dari Konsili Konstanz dianggap sebagai perhimpunan yang tidak sah dan gelap oleh para uskup, yang dikumpulkan di bawah wewenang Kaisar Sigismund dan
Jadi, apa yang digambarkan oleh para sejarahwan sebagai "Konsili Konstanz" pada kenyataannya adalah dua perhimpunan yang berbeda di mata Gereja Katolik dan hukum kanonnya. Bagian pertama dianggap sebagai rapat gelap, tidak berhak mengeluarkan dekret yang sah apapun. Bagian kedua dianggap sebagai Konsili Ekumenis yang sejati. Para uskup yang sudah berhimpun di Konstanz menerima ketika mereka dihimpunkan oleh Gregorius XII karena diketahui bahwa Gregorius XII bersedia mengundurkan diri, untuk memungkinkan diadakannya pemilihan seorang Paus lain, yang dapat diterima oleh seluruh Dunia Kristen.
Baris 37:
Bekas Paus Gregorius XII kemudian diangkat menjadi Kardinal Uskup dari Porto oleh Konsili, dengan pangkat di bawah paus (hal ini menjadikannya orang yang tertinggi kedudukannya di Gereja, karena, setelah pengunduran dirinya, Takhta Petrus menjadi kosong). Para kardinal Gregorius XII diterima sebagai kardinal-kardinal sejati oleh Konsili, tetapi para anggota Konsili menunda pengangkatan paus yang baru karena khawatir bahwa paus yang baru itu akan membatasi percakapan-percakapan lebih lanjut dari masalah-masalah yang mendesak di dalam Gereja.
Pada waktu para
Tujuan kedua dari Konsili adalah melanjutkan pembaruan-pembaruan yang telah dimulai di Konsili Pisa. Pembaruan-pembaruan ini umumnya ditujukan untuk melawan [[John Wyclif]] yang disebutkan dalam sesi pembukaan, dan dikutuk pada sesi kedelapan, [[4 Mei]] [[1415]] dan [[Jan Hus]] serta pengikut-pengikut mereka. [[Jan Hus]] yang dipanggil ke Konstanz dengan sebuah surat yang menjamin keamanannya, dikutuk oleh konsili dan tetap [[dibakar pada tiang]] pada [[6 Juli]] [[1415]].
Konsili juga berusaha mengarahkan pembaruan-pembaruan gerejawi. Namun, begitu dua orang
Selama Konsili dibicarakan juga topik-topik politik, seperti misalnya tuduhan oleh para [[Ksatria Teutonik]] bahwa [[Polandia]] membela [[agama kafir|orang-orang kafir]]. [[Pawel Wlodkowic]] [[rektor]] [[Universitas Jagiellonian]] di [[Kraków]] [[Polandia]] menyajikan teori bahwa semua bangsa, termasuk bangsa-bangsa kafir, mempunyai hak untuk memerintah diri sendiri dan hidup dalam damai serta memiliki tanah mereka; ini adalah salah satu gagasan yang paling awal tentang [[hukum internasional]]. Konsili juga memerintahkan penyusunan buku tentang bagaimana caranya meninggal, dan karena itu pada 1415 ditulislah ''[[Ars moriendi]]''.
|