Raden Saleh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mercunusium (bicara | kontrib)
k Pranala arsip
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Kabul madras (bicara | kontrib)
Membetulkan kesalahan saya sebelumnya
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(23 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{tone}}
{{Infobox person
| pre-nominals = Raden
Baris 7 ⟶ 6:
| caption = "''Potret Raden Saleh Syarif Bustaman''", oleh Carl Johann Baehr, sekitar 1840
| birthname = Saleh Sjarif Boestaman
| birth_date = 1807<ref name="nusantara">[http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: The Romantic Aristocrat]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191127054620/http://www.nusantara.com/heritage/raden.html |date=2019-11-27 November 2019 }}</ref><ref name="casema">[http://home.casema.nl/stamesko/dutchpainters.html Versi lain] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081013072909/http://home.casema.nl/stamesko/dutchpainters.html |date=2008-10-13 Oktober 2008 }} menyebutkan 1811.</ref> atau 1811<ref name="saleh">{{Cite web |url=http://www.raden-saleh.org/english.html |title=Prince Raden Saleh: Aristocrat, Artist, Scientist and Patriot |access-date=4 Juni 2013-06-04 |archive-date=2011-07-2728 Februari 2012 |archive-url=https://web.archive.org/web/2011072719504120120228225252/http://www.raden-saleh.org/english.html |dead-url=yes }}</ref>
| birth_place = [[Semarang]], Hindia Belanda
| death_date = {{Death date|1880|4|23}}
Baris 22 ⟶ 21:
| awards =
}}
'''Saleh Sjarif Boestaman''' ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Saleh Syarif Bustaman'''; {{lahirmati|[[Semarang]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]||05|18111807|[[Bogor]], [[Jawa Barat]]|23|0414|1880}}) atau dikenal sebagai '''Raden Saleh''' adalah seorang pelukis [[Hindia Belanda]] beretnis [[Arab-Indonesia|Arab]]-[[suku Jawa|Jawa]] yang menjadi pionir seni modern [[Indonesia]] (saat itu [[Hindia Belanda]]). Lukisannya merupakan perpaduan [[Romantisisme]] yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa si pelukis.<ref name=":0">{{Cite news|last=Setyaningrum|first=Puspasari|date=2022-01-23 Januari 2022 |title=Biografi Singkat Raden Saleh dan Makna Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro|url=https://regional.kompas.com/read/2022/01/23/224259978/biografi-singkat-raden-saleh-dan-makna-lukisan-penangkapan-pangeran|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=5 Juni 2022-06-05|editor-last=Setyaningrum|editor-first=Puspasari}}</ref>
 
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het huis van de kunstschilder Raden Saleh door hemzelf gebouwd. TMnr 60005156.jpg|jmpl|300px|Rumah '''Raden Saleh''' di ''[[Batavia]]'' tahun [[1875]]-[[1885]]; sekarang sudah menjadibernama [[Rumah Sakit Primaya Pusat Gereja IndonesiaPGI Cikini]].]]
 
== Masa kecil ==
[[Berkas:Raden Saleh (1814-1880), Painter in Batavia WDL2907.jpg|jmpl|kiri]]
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Suku Jawa|Jawa]] ningrat. Dia adalah cucu dari [[Sayyid]] Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan [[Arab-Indonesia|Arab]].<ref>{{cite book|author=Algadri, Hamid|year=1994|page=187|location=Jakarta, Indonesia|title=Dutch Policy against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia|publisher=LP3ES|isbn=979-8391-31-4|url=http://books.google.com/books?id=kGJwAAAAMAAJ&q=raden+saleh+bustaman&dq=raden+saleh+bustaman&hl=en&ei=p9y5TaDnKOXdiAKunJAV&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDEQ6AEwAA|accessdate=April 28, April 2011}}</ref> Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, Semarang. Ada versi lain menyatakan bahwa Beliau sesungguhnya adalah seorang bangsawan yang merupakan putra dari Raden Syarief Husein yang merupakan putra langsung dari Kyai Ngabehi Kertoboso Bustam <ref>{{Cite book|last=Wisetrotomo|first=Suwarno|date=2009|title=Raden Saleh: Bangsawan, Pelukis, dan Ilmuan|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite web|date=2013-04-21|title=Kisah Keturunan Raden Saleh yang Hidup Sebagai Tukang Permak Pakaian|url=https://news.detik.com/berita/d-2226032/kisah-keturunan-raden-saleh-yang-hidup-sebagai-tukang-permak-pakaian|website=Detiknews|access-date=2024-08-08}}</ref> . Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang [[Belanda]] atasannya di [[Batavia]]. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di [[sekolah rakyat]] (''Volks-School'').<ref name=":0" />
 
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang [[Belanda]] dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda. Seorang kenalannya, Prof. [[C.G.C. Reinwardt|Caspar Reinwardt]], pendiri [[Kebun Raya Bogor]] sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk [[Jawa]] dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan [[Belgia]], [[A.A.J. Payen]] yang didatangkan dari [[Belanda]] untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen ''van Kolonieen'' di [[Belanda]]. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
 
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di [[Belanda]], tetapi mantan mahaguru Akademi Senirupa di [[Doornik]], Belanda, ini cukup membantu Raden Saleh mendalami [[seni lukis]] Barat dan belajar teknik pembuatannya, misalnya melukis dengan [[cat minyak]]. Payen juga mengajak pemuda Saleh dalam perjalanan dinas keliling [[Jawa]] mencari model pemandangan untuk lukisan. Ia pun menugaskan Raden Saleh menggambar tipe-tipe orang [[Indonesia]] di daerah yang disinggahi.
 
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke [[Belanda]]. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] yang memerintah waktu itu ([[1819]]-[[1826]]), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
Baris 41 ⟶ 40:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de kunstschilder Raden Saleh. TMnr 60005151.jpg|ka|jmpl|Foto studio Raden Saleh di Batavia, 1872.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret met de echtgenote van kunstschilder Raden Saleh en een bediende Batavia TMnr 60043601.jpg|jmpl|Foto studio istri Raden Saleh dan pembantunya di Batavia (sekitar tahun 1860-1872).]]
Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari [[Cornelis Kruseman]] dan tema pemandangan dari [[Andries:en:Andreas Schelfhout|Andreas Schelfhout]] karena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang [[Belanda]] saat itu. Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah [[Belanda]] dan keluarga kerajaan.
 
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan [[Amsterdam]]. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
 
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "''wis-, land-, meet- en werktuigkunde'' (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara [[Kementerian Hubungan Kerajaan dan Jajahan|Menteri Jajahan]], [[Willem I dari Belanda|Raja Willem I]] ([[1772]]-[[1843]]), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
 
Saat pemerintahan Raja [[Willem II dari Belanda|Willem II]] ([[1792]]-[[1849]]) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu,<ref>{{Cite web|title=Pengembaraan Raden Saleh ke Eropa dan Pemikiran Tentang Bangsanya - Semua Halaman - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/133280027/pengembaraan-raden-saleh-ke-eropa-dan-pemikiran-tentang-bangsanya|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=5 Juni 2022-06-05}}</ref> misalnya [[Dresden]], [[Jerman]]. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke [[Weimar]], Jerman ([[1843]]). Ia kembali ke Belanda tahun [[1844]]. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
 
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh [[romantisme]] [[Ferdinand Victor Eugene Delacroix]] ([[1798]]-[[1863]]), pelukis [[Prancis]] legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
 
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari [[1848]] di [[Paris]], yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Prancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, [[Horace Vernet]], ke [[Aljazair]] untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: [[Austria]] dan [[Italia]]. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun [[1851]] ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
Baris 55 ⟶ 54:
== Kembali ke Hindia Belanda ==
[[Berkas:Villa van Raden Saleh, 1863 - 1866 - Rijksmuseum edit.jpg|al=|kiri|jmpl|300x300px|Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang menjadi bagian dari [[Rumah Sakit PGI Cikini]])]]
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa. "Di sini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat. Saleh membangun sebuah rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]] yang didasarkan [[istana Callenberg]], di mana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagian besarnya dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan abad. Pada 1960, [[Taman Ismail Marzuki]] dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya sampai sekarang masih berdiri sebagai [[Rumah Sakit PGI Cikini]].
 
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Kraton Yogyakarta]] bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke [[Bogor]], dimana ia menyewa sebuah rumah dekat [[Kebun Raya Bogor]] yang berpemandangan [[Gunung Salak]]. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.<!--Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
Baris 68 ⟶ 67:
Tokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di Prancis ([[1844]] - [[1851]]).
 
Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Prancis [[Gerricault]] ([[1791]]-[[1824]]) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.
 
Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas
Baris 83 ⟶ 82:
Perubahan-perubahan ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Saleh akan tanah kelahirannya di [[pulau Jawa|Jawa]]. Hal ini juga dapat terlihat pada busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri tidak pernah ke [[Hindia Belanda]], dan karena itu ia menggambarkan pengikut Diponegoro seperti orang Arab.<ref name=ng26/> Gambaran Saleh cenderung lebih akurat, dengan kain [[batik]] dan [[blangkon]] yang terlihat pada beberapa figur. Saleh juga menambahkan detail menarik, ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak ada. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan [[Ramadhan]], karena itu Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik.
 
Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya kepada Raja [[Willem III]] di [[Den Haag]]. ''Penangkapan Pangeran Diponegoro'' baru pulang ke Indonesia pada 1978. Kepulangan lukisan tersebut merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau. Namun dari itu, lukisan ''Penangkapan'' tidak termasuk ketiga kategori tersebut, karena sejak awal Saleh memberikannya kepada Raja Belanda dan tidak pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tersebut akhirnya diberikan sebagai hadiah dari [[Istana Kerajaan Belanda]] dan sekarang dipajang di [[Istana Negara]], [[Jakarta]].<ref name=ng26/>
 
<!--Meski serupa dengan karya [[Nicolaas Pieneman]], ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya [[Pangeran Diponegoro]] yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang [[Jenderal de Kock]] berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.
Baris 98 ⟶ 97:
Selama hidupnya, banyak pejabat dan bangsawan Eropa yang mengagumi Raden Saleh. Lukisannya dipesan oleh tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu [[Victoria]], dan sejumlah gubernur jenderal seperti [[Johannes van den Bosch]], [[Jean Chrétien Baud]], dan [[Herman Willem Daendels]]. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, di antaranya terdapat bintang ''Ridder der Orde van de Eikenkoon'' (R.E.K.), ''Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde'' (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan ''Ridder van de Witte Valk'' (R.W.V.).
 
Pada tahun 1883, diadakan pameran lukisan Raden Saleh di [[Amsterdam]] untuk memperingati tiga tahun wafatnya Saleh, atas prakarsa Raja [[Willem III]] dan [[Ernst dari Sachsen-Coburg-Gotha]]. Di antaranya terdapat lukisan ''Hutan Terbakar'', ''Berburu Kerbau di Jawa'', dan ''Penangkapan Pangeran Diponegoro''
 
Sedangkan penghargaan dari pemerintah [[Indonesia]] diberikan pada tahun 1969 lewat [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]] secara [[anumerta]], berupa ''Piagam Anugerah Seni'' sebagai ''Perintis Seni Lukis di Indonesia''. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di [[Bogor]] yang dilakukan oleh [[Frederich Silaban|Ir. Silaban]] atas perintah Presiden [[Soekarno]], sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan [[prangko]] seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya.
 
Pada tahun 2008, sebuah [[Raden Saleh (kawah)|kawah]] di planet [[Merkurius]] dinamai darinya.<ref>{{Cite web |url=http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=2&gallery_id=2&image_id=276 |title=SalinanNew arsipNames for a Second Set of Craters on Mercury |access-date=2011-10-23 Oktober 2011 |archive-date=2013-04-15 April 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20130415145703/http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=2&gallery_id=2&image_id=276 |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=3&gallery_id=2&image_id=120 |title=SalinanNew arsipNames for a Second Set of Craters on Mercury |access-date=2011-10-23 Oktober 2011 |archive-date=2013-04-15 April 2013|archive-url=https://web.archive.org/web/20130415145849/http://messenger.jhuapl.edu/gallery/sciencePhotos/image.php?page=3&gallery_id=2&image_id=120 |dead-url=yes }}</ref>
 
== Galeri karya ==
Baris 128 ⟶ 127:
{{commonscat|Raden Saleh}}
 
* {{en}} [http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: the romantic aristocrat]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191127054620/http://www.nusantara.com/heritage/raden.html |date=2019-11-27 November 2019 }}
 
* {{en}} [http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: the romantic aristocrat]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191127054620/http://www.nusantara.com/heritage/raden.html |date=2019-11-27 }}
 
{{Authority control}}
Baris 142 ⟶ 140:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Freemason Indonesia]]
[[Kategori:Sayyid]]
[[Kategori:Alawiyyin]]
[[Kategori:Bin Yahya]]
[[Kategori:Raden Syarif]]