Retorika: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anne C (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(26 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{utama[[Berkas:Pidato Rektor di sidang senat terbuka.jpg|Propaganda}}jmpl|Pidato seorang rektor di sidang senat terbuka, yang merupakan contoh seseorang sedang beretorika.]]'''Retorika''' ({{Lang-nl|retorica}}, {{Lang-en|rhetoric}}) atau '''keterampilan berbicara''' adalah cabang dari dialetikailmu [[dialektik|dialektika]] yang membahas mengenai kemampuan dalam membuat argumen dalam bahasa sebagai alat di bidang ilmu etika.<ref>{{Cite book|last=Aristoteles|first=|last2=Tomovska, Vesna|year=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Retorika_Seni_Berbicara/6J27DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1|title=Retorika (Seni Berbicara)|location=[[Yogyakarta]]|publisher=Basabasi|isbn=9786026651983|edition=|pages=20|language=id|translator-last=Handayani|translator-first=Dedeh Sri|url-status=live}}</ref> Retorika (berasal dari [[bahasa Yunani]]: ῥήτωρ, rhêtôr, orator, ''teacher'') adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan menggunakan persuasi untuk menghasilkan bujukan baik terhadap [[karakter]] pembicara, emosional, atau argumen.<ref>{{cite journal|last=Sardila|first=Vera|last2=Arini|first2=|date=2018|title=Alternatif Peningkatan Kreativitas Retorika Mahasiswa Melalui Model Simulasi Pada Media Penyiaran|url=http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/risalah/article/download/5890/3389|journal=Jurnal RISALAH|language=|volume=29|issue=1|pages=48-54|doi=10.24014/jdr.v29i1.5890|issn=|id=}}</ref> Berbicara[[Seni]] ini berhubungan dengan kemampuan berbicara ataupun berbahasa merupakanyang kuncidimiliki utamaseseorang, daridan retorikabahkan merupakan kunci utamanya. Dari sisi historis, retorika dimaksudkan dengan apa yang ingin dicapai didasarkan bakat dan keterampilan sebagai kesenian berbicara dengan baik, hal inilah yang disebut retorika.<ref>{{Cite book|last=Saepullah|first=Asep|year=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Retorika_Dalam_Debat_Keagamaan_Zakir_Nai/xRFOEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=retorika+teacher&pg=PA61&printsec=frontcover|title=Retorika Dalam Debat Keagamaan Zakir Naik: Studi Analisis Pemikiran Tokoh|location=[[Jawa Barat]]|publisher=Guepedia|isbn=978-623-281-773-9|edition=|pages=61|language=id|url-status=live}}</ref> Awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum ''The Rhetoric'' dengan judul 'Grullos' atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik [[persuasi]] politik bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader (orang yang mempersuasi) dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.<ref>{{Cite web|title=dalam Perspektif Ilmu Sosial"|url=https://www.jurnalkabar.com/index.php/2017/04/22/retorika-dalam-perspektif-ilmu-sosial/ |title=dalam Perspektif Ilmu Sosial" |access-date=2018-09-26 |archive-date=2018-09-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180926085934/https://www.jurnalkabar.com/index.php/2017/04/22/retorika-dalam-perspektif-ilmu-sosial/ |archive-date=2018-09-26|dead-url=yes |access-date=2018-09-26}}</ref> Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di [[universitas.]] Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan di atas) dan praktik kontemporer dari retorika yang termasuk analisis atas teks tertulis dan visual. Misalnya, ketika seseorang menjadi pandai menggunakan retorika terhadap orang lain, orang itu akhirnya tanpa sadar menggunakannya pada diri sendiri.<ref>{{Cite book|last=Booth|first=Wayne C.|year=2004|url=https://download.e-bookshelf.de/download/0000/5793/32/L-G-0000579332-0002344783.pdf|title=The Rhetoric of Rhetoric - The Quest for Effective Communication|location=|publisher=Blackwell Publishing|isbn=978-1405112376|edition=|pages=ix|language=en|url-status=live}}</ref>
Seni [[berbicara]] ini dimiliki seseorang secara alami ataupun dengan menggunakan latihan khusus.<ref name="rujukan1">{{cite book|author=Henry Guntur Tarigan|year=1979|title=Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa|place=Bandung|publisher=Angkasa}}</ref> Keterampilan berbicara ini merupakan [[seni]] tentang [[berbicara]] yang merupakan sarana [[komunikasi]] dengan bahasa lisan meliputi proses penyampaian pikiran, ide, gagasan dengan tujusan melaporkan, menghibur, atau meyakinkan orang lain.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Drs. Yusuf Zainal Abidin, MM|year=2013|title=Pengantar Retorika|place=Bandung|publisher=Pustaka Setia|page=96}}</ref>
 
Dalam proses penyampaian gagasan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:<ref name="rujukan2" />
* pembicara
* lawan bicara (penyimak)
* lambang (bahasa lisan)
* pesan, maksud, gagasan, atau ide
 
== Definisi ==
Baris 7 ⟶ 14:
 
Secara penggunaan retorika dalam istilah ''public speaking'' oleh para ahli retorika, didefinisikan sebagai seni atau keahlian melalui berbicara ataupun berpidato yang perkembangannya telah ada sejak abad sebelum masehi.<ref>{{Cite web|last=Ahmad|date=2021|title=Mengenal Apa Itu Public Speaking dan Dasar-dasarnya|url=https://www.gramedia.com/best-seller/apa-itu-public-speaking/|website=gramedia.com|access-date=2021-12-25}}</ref>
 
Retorika mengandung pengertian ilmiah yang ditandai oleh seperangkat ciri atau karakteristik keilmuannya, yaitu: 1) paradigma dan model berpikir yang bersifat umum, 2) penggunaan metode dan instrumen, dan 3) jangkauan permasalahannya. Untuk memenuhi karakteristik keilmuannya, maka terdapat tiga macam pertanyaan yang ditujukan pada retorika, yaitu: pertama, pertanyaan tentang apa hakikat retorika itu yang dikaji melalui ontologi retorika; kedua, pertanyaan tentang bagaimana retorika itu yang dikaji melalui epistemologi retorika; dan ketiga, pertanyaan tentang untuk apa retorika yang dapat dikaji melalui aksiologi retorika.<ref>{{Cite web|last=Syamsuddin|first=M. Mukhtasar|date=8 Agustus 2016|title=BMP PBIN 4220 halaman 1.12|url=http://repository.ut.ac.id/4795/1/PBIN4220-M1.pdf|access-date=12 Desember 2023}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 19 ⟶ 28:
==== Retorika Sofis ====
[[Berkas:Georgias.jpg|jmpl|198x198px|Georgias]]
Retorika pada abad ke-5 SM ketika kaum sofis melakukan perjalanan sebagai ahli seni yang berkeliling memberikan pelajaran retorika. Objek sentral dari perhatian mereka mengenai ''etos'' dan ''pathos'', mereka mengesampingkan ''logos'' karena bagi mereka fungsi bahasa adalah untuk membujuk dan bukan untuk menjelaskan. Kemudian retorika dikembangkan oleh seorang ahli ilmu retorika sekaligus guru pertama retorika yang juga merupakan orang sofis bernama Georgias (485–380 SM), Georgias menjadikan retorika sebagai salah satu ilmu pengetahuan.<ref>{{cite journal|last=Wiendijarti|first=Ida|date=2014|title=Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan dan Ketrampilan Berpidato|url=https://media.neliti.com/media/publications/101940-ID-kajian-retorika-untuk-pengembangan-penge.pdf|journal=Jurnal Ilmu Komunikasi|language=id|volume=12|issue=1|pages=72|doi=10.31315/jik.v12i1.359|issn=|id=}}</ref> Ia memandang bahwa retorika sebagai alat membujuk yang efektif. Georgias mendapatkan banyak uang penghasilan dalam permainan kata retorikanya.<ref>{{cite book|last=Nggili|first=Ricky Arnold|date=2019|url=https://www.google.co.id/books/edition/Public_Speaking_for_Transformational_Lea/s-2RDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Gorgias+retorika&pg=PA43&printsec=frontcover|title=Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia|place=[[Jakarta Barat]]|publisher=Bhuana Ilmu Populer|isbn=|pages=43|language=id|url-status=live|coauthors=}}</ref> Retorika Georgias menekankan retorika pada teknik bicara spontan dan dimensi puitis didalam pengajarannya. Negeri itu sedang tumbuh sebagai Negara yang kaya.<ref name="Jalaluddin Rakhmat">Jalaluddin Rakhmat. "Retorika Modern: Pendektan Praktis" cet. 15 Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011.></ref> Kelas [[pedagang]] cosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga terbuka pada gagasan-gagasan baru.<ref name="Jalaluddin Rakhmat" /> Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis, serta berbicara yang jelas dan persuasif.<ref name="Jalaluddin Rakhmat" /> Gorgias memenuhi kebutuhan “pasar” ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu.<ref name="Jalaluddin Rakhmat" /> Ia meminta bayaran yang mahal, sekitar 10 Drachma ( $ 10.000) untuk seorang murid saja.<ref name="Jalaluddin Rakhmat" /> Bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke [[kota]] yang lain.<ref name="Jalaluddin Rakhmat" /> Mereka adalah "dosen-dosen terbang".<ref name="Jalaluddin Rakhmat" />
[[Berkas:Filsuf protagoras.jpg|jmpl|159x159px|Protagoras]]
Ahli retorika dan seorang sofis lainnya bernama Protagoras berasal dari [[Abdera]] (490 SM-420 SM).<ref>{{Cite web|title=Protagoras Greek philosopher|url=https://www.britannica.com/biography/Protagoras-Greek-philosopher|website=britannica.com|publisher=Encyclopaedia Britannica|language=en|access-date=2021-12-27}}</ref> Di Yunani sekitar abad ke-5 sebelum masehi, Ia mengatakan bahwa setiap "kebenaran" didasarkan pada kebergantungan pada penggunaan retorika dan keterampilan berdebat.{{Sfn|Buckingham|2011|p=42}} Protagoras adalah yang paling berpengaruh dari sekelompok guru hukum dan retorika keliling yang dikenal sebagai kaum Sofis (dari bahasa Yunani: ''Sophia'', yang berarti "kebijaksanaan"). Selama masa hidupnya, Protagoras memengaruhi pemikiran banyak pemuda lewat pemikirannya tentang retorika dan pengetahuan. Socrates dan Plato mengatakan kaum Sofis hanya sebagai ahli retorika, tetapi dengan Protagoras, ada langkah signifikan dalam etika menuju pandangan bahwa tidak ada yang absolut dan semua penilaian, termasuk penilaian moral, bersifat subjektif.{{Sfn|Buckingham|2011|p=43}}
Baris 44 ⟶ 53:
==== Marcus Tullius Cicero ====
[[Berkas:"Portrait of Cicero" at The Capitoline Museum - Front.jpg|jmpl|188x188px|Marcus Tullius Cicero]]
Marcus Tullius Cicero (106-43 SM) dikenal banyak orang Roma sebagai pembicara hebat, seorang profesor retorika [[Republik Romawi]].<ref>{{cite book|last=Sunarto AS.|first=|date=2014|url=http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/1376/1/Sunarto_Retorika%20Dakwah.pdf|title=Retorika Dakwah (Petunjuk Menuju Peningkatan Kemampuan Berpidato)|place=[[Surabaya]]|publisher=Jaudar Press|isbn=978-602-1377-08-6|pages=13-14|language=id|coauthors=}}</ref> Cicero dianggap sebagai salah satu ahli retorika terkenal sebagai orator, dan gaya tulisannya[[tulisan]]nya berpengaruh kuat di dunia bagian barat.<ref>{{Cite news|title=Belajar Politik dan Pidato Pada Cicero|url=https://www.minews.id/kisah/belajar-politik-dan-pidato-pada-cicero|work=minews.id|access-date=2021-12-27|archive-date=2021-12-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20211227091437/https://www.minews.id/kisah/belajar-politik-dan-pidato-pada-cicero|dead-url=yes}}</ref> Ia juga banyak dikenal sebagai seorang filsuf yang membawa perkembangan filsafat Yunani ke Roma, ke bahasa Latin, dan ke tradisi barat (filsafat barat) untuk pertama kalinya dalam pidato, surat dan dialognya.<ref>{{Cite web|date=2009|title=Marcus Tullius Cicero|url=https://www.history.com/topics/ancient-history/marcus-tullius-cicero|website=history.com|access-date=2021-12-21}}</ref> Adapun bentuk interpretasi dirinya yang terkenal ditampilkan di "''De Natura Deorum''" dan "''De Divinatione''".<ref>{{cite book|last=Bishop|first=Caroline|date=2018|url=https://www.google.co.id/books/edition/Cicero_Greek_Learning_and_the_Making_of/uJSBDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=canon+cicero+speak&pg=PA260&printsec=frontcover|title=Cicero, Greek Learning, and the Making of a Roman Classic|place=[[Oxford]], [[Britania Raya]]|publisher=OUP Oxford|isbn=9780192564795|pages=260|language=en|url-status=live|coauthors=}}</ref> Cicero memandang bahwa retorika meliputi dua tujuan utama yakni anjuran dan penolakan (''dissuasio''). Dari penggabungan kedua hal itu, dapat ditemui pada berbagai pidato oleh orator-orator Romawi.<ref>{{cite book|last=Brotosudarmo|first=Drie S.|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Seni_Berkhotbah_dan_Public_Speaking/xKI5EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Helenis+retorik&pg=PT55&printsec=frontcover|title=Seni Berkhotbah dan Public Speaking|place=[[DI Yogyakarta]]|publisher=PBMR ANDI|isbn=9789792994254|pages=41|language=id|coauthors=}}</ref> Pengajaran retorika klasik kepada murid berfokus pengaturan argumen dan struktur teks dalam berpidato (seperti, ekspresi wajah atau mimik). Dalam ''Dispositio'', kanon retorika klasik yang membahas teknik argumen penyusunan penulisan dan bicara dalam bagian-bagian pidato atau ceramah agar tertata secara baik. Ia membagi kedalam enam elemen penting yang penulisan pidato yakni pembukaan (''exordium''), narasi terkait fakta (''narratio''), pembagian berbagai situasi maupun topik (''partitio''), kehadiran bukti (''confirmatio''), evaluasi kekeliruan pada kejadian (''reprehensio''), dan penutup (''peroratio'').<ref>{{cite book|last=Aune|first=David E.|date=2003|url=https://books.google.co.id/books?id=nhhdJ-fkywYC&pg=PA420&lpg=PA420&dq=cicero+six+elements+exordium+narratio+partitio+confirmatio+reprehensio+peroratio&source=bl&ots=1Qw7f9GTu1&sig=ACfU3U3oNJ6cLiHqz5AhlrwQ1IONcFeS1A&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiO-of10IP1AhX24nMBHW9NA6IQ6AF6BAgJEAM#v=onepage&q=cicero%20six%20elements%20exordium%20narratio%20partitio%20confirmatio%20reprehensio%20peroratio&f=true|title=The Westminster Dictionary of New Testament and Early Christian Literature and Rhetoric|place=[[Amerika]]|publisher=Presbyterian Publishing|isbn=0664219179|pages=420|language=en|coauthors=}}</ref>
 
==== Marcus Fabius Quintilianus ====
Baris 97 ⟶ 106:
Retorika deliberatif merupakan retorika yang memfokuskan diri pada apa yang akan terjadi dikemudian bila diterapkan sebuah kebijakan saat sekarang. Fokus utama retorika deliberatif adalah pada audiens politik seperti majelis demokratis. Tujuannya untuk membuat seseorang atau audiens terbuka terhadap penilaian tertentu (seperti motivasi orang melalui media sosal).<ref>{{Cite journal|last=Alberico|first=Jerry|last2=Loisa|first2=Riris|date=2019|title=Retorika Deliberatif Selebgram dalam Memotivasi Audiens Melalui Media Sosial (Konten “Level Up” di Akun Instagram Benakribo)|url=https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/download/6215/4237|journal=Koneksi|volume=3|issue=1|pages=236-243|issn=2598-0785}}</ref>
 
== IlmuPrinsip bina bicaraumum ==
Dalam kegiatan [[berbicara]] tentu terdapat hal yang mendasari di dalamnya, terdapat beberapa prinsip pokok, anatara membutuhkan paling sedikit dua orang, menggunakan bahasa yang dipahami bersama, mengakui atau menerima daerah referensi umum, merupakakn proses tukar pikiran antarpartisipan, peyampaian gagasan dengan tujuan melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang.<ref name="rujukan12">{{cite book|author=Henry Guntur Tarigan|year=1979|title=Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa|place=Bandung|publisher=Angkasa}}</ref>
Retorika adalah kunci dari ilmu bahasa terkhusus ilmu bina bicara, sebagai bagian dari ilmu bicara diklasifikasikan menjadi 3 cabang, yaitu monologika, dialogika, dan bina teknik berbicara.<ref>{{Cite book|last=Suisyanto|first=|year=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Retorika_Dakwah_dalam_Perspektif_Al_Qura/t4AeEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&pg=PA7&printsec=frontcover|title=Retorika Dakwah dalam Perspektif Al-Quran|location=[[DI Yogyakarta]]|publisher=Samudra Biru|isbn=978-623-261-079-8|edition=|pages=7-8|language=id}}</ref>
 
== Bentuk ==
Retorika adalah kunci dari [[Linguistik|ilmu bahasa]] terkhusus ilmu bina bicara, sebagai bagian dari ilmu bicara diklasifikasikan menjadi 3 cabangbentuk, yaitu monologika, dialogika, dan bina teknik berbicara.<ref>{{Cite book|last=Suisyanto|first=|year=2020|url=https://www.google.co.id/books/edition/Retorika_Dakwah_dalam_Perspektif_Al_Qura/t4AeEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&pg=PA7&printsec=frontcover|title=Retorika Dakwah dalam Perspektif Al-Quran|location=[[DI Yogyakarta]]|publisher=Samudra Biru|isbn=978-623-261-079-8|edition=|pages=7-8|language=id}}</ref>
 
=== Monologika ===
Monologika merupakan cabang ilmu yang membahas terkait seni berbicara secara monolog.<ref>{{cite book|last=Katoningsih|first=Sri|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Keterampilan_Bercerita/iFEfEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Monologika&pg=PA39&printsec=frontcover|title=Keterampilan Bercerita|place=[[Surakarta]],[[Jawa Tengah]]|publisher=Katoningsih|isbn=9786023613540|pages=39|language=id|coauthors=}}</ref> Berbicara monolog dimaksud adalah kecenderungan pada satu orang yang berbicara atau [[komunikasi]] satu arah. Contohnya, kata sambut kuliah umum, kata sambut ceramah, pidato, dan lain sebagainya.<ref name=":0">{{cite book|last=Liliweri|first=Alo|date=2011|url=https://www.google.co.id/books/edition/Komunikasi_Serba_Ada_Serba_Makna/MBZNDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Dialogika+merupakan&pg=PA397&printsec=frontcover|title=Komunikasi Serba Ada Serba Makna|place=[[Jakarta]]|publisher=Kencana Prenada Media Group|isbn=9786028730600|pages=397|language=id|url-status=live|coauthors=}}</ref><ref name="rujukan32">{{cite book|author=Dori Wurwur|year=1991|title=Retorika|place=Yogyakarta|publisher=Kanisisus}}</ref>
 
=== Dialogika ===
Dialogika merupakan cabang ilmu yang membahas terkait seni berbicara [[dialog]].<ref>{{cite book|last=Katoningsih|first=Sri|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Keterampilan_Bercerita/iFEfEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Dialogika+merupakan&pg=PA40&printsec=frontcover|title=Keterampilan Bercerita|place=[[Surakarta]],[[Jawa Tengah]]|publisher=Katoningsih|isbn=9786023613540|pages=40|language=id|coauthors=}}</ref> Berbicara dialog dimaksud adalah kecenderungan pada 2 orang atau lebih yang mengambil bagian berbicara. Contohnya, tanya jawab forum, debat, diskusi, perundingan, percakapan biasa, dan lain sebagainya.<ref name=":0" /><ref name="rujukan32" />
 
=== Teknik bina bicara ===
Pembinaan teknik berbicara merupakan keefektifan dari teknik berbicara [[monolog]] dan dialog tergantung kemampuan dan keadaan dalam suatu proses pembicaraan yang memenuhi syarat retorika. Hal ini banyak dipelajari di bidang ilmu komunikasi.<ref>{{cite journal|last=Sutrisno|first=Isbandi|last2=Wiendijarti|first2=Ida|date=2014|title=Kajian Retorika Untuk Pengembangan Pengetahuan dan Ketrampilan Berpidato|url=https://media.neliti.com/media/publications/101940-ID-kajian-retorika-untuk-pengembangan-penge.pdf|journal=Jurnal Ilmu Komunikasi|language=|volume=12|issue=1|pages=70-84|doi=10.31315/jik.v12i1.359|issn=|id=}}</ref>
 
== Landasan ==
=== Situasi ===
Kegiatan [[berbicara]] dapat terjadi dalam siituasi, kondisi,suasana,dan lingkungan tertentu.<ref name="rujukan22">{{cite book|author=Drs. Yusuf Zainal Abidin, MM|year=2013|title=Pengantar Retorika|place=Bandung|publisher=Pustaka Setia|page=96}}</ref> Situasi yang dimaksud adalah berbicara secara [[formal]] (resmi) atau [[informal]] (tidak resmi).<ref name="rujukan22" />
 
=== Tujuan ===
Tujuan dari penyampaian gagasan atau ide dalam keterampilan berbicara adalah untuk memperoleh respon atau tanggapan dari lawan bicara.<ref name="rujukan22" /> Tujuan dari peyampaian gagasan adalah melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang.<ref name="rujukan22" />
 
=== Metode penyampaian ===
Terdapat empat cara atau metode penyampaian yang dapat dilakukan seseorang pada waktu [[berbicara]], yaitu penyampaian berdasarkan naskah atau [[manuskrip]] penyampaian berdasarkan catatan kecil atau [[ekstemporer]], penyampaian gagasan berdasarkan hafalan [[memoriter]], penyampaian gagasan secara mendadak dan serta merta atau [[impromtu]].<ref name="rujukan22" />
 
=== Penyimak ===
Pembicara yang baik tentu akan bersifat [[komunikatif]] terhadap lawan bicara.<ref name="rujukan22" /> Dalam penyampaian gagasan atau ide pembicara harus memperhatikan siapa penyimak dari pembicaraan tersebut, supaya materi yang disampaikan dapat diterima secara berimbang.<ref name="rujukan22" />
 
== Unsur pendukung ==
Baris 115 ⟶ 140:
 
=== Etika dan nilai moral ===
[[Etika]] dan nilai moral sebagai bagian terpenting. Adanya etika dan nilai moral dalam retorika menjadikan aktifitas komunikasi yang dilakukan bertanggung jawab. Etika dan nilai moral inilah menjadi tumpuan bahwa orang yang menguasai retorika harus bertanggung jawab dalam aktifitas komunikasinya. Dalam mengkomunikasikan informasi, komunikator perlu memperhatikan tiga syarat yang berkaitan dengan etika yakni 1) bertanggung jawab memilih unsur persuasif dan menyadari kemungkinan melakukan kesalahan, 2) berusaha memahami dan memperlakukan secara jujur ​​kerugiankerugian yang diakibatkan oleh penipuan diri sendiri, 3) Menoleransi pendengar yang tidak setuju dengan isi yang disampaikan.{{Sfn|Sulistyarini|2018|p=10}}
 
=== Penalaran yang Benarbenar ===
Penyampaian informasi dalam komunikasi harus didukung dengan penalaran yang benar agar informasi yang disampaikan memiliki kekuatan atau landasan. Dengan penalaran yang benar, pembawa pesan juga harus menggunakan argumen logis untuk meyakinkan pendengarnya. Untuk mendukung penalaran yang benar, pengguna (penerima pesan) atau retorika yang diterima dapat mengikuti kaidah penalaran seperti hukum berpikir, [[silogisme]], probabilitas induksi, dan kesalahan penalaran.<ref>{{cite journal|last=Weruin|first=Urbanus Ura|date=2017|title=Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum|url=https://jurnalkonstitusi.mkri.id/index.php/jk/article/download/1427/320|journal=Jurnal Konstitusi|publisher=The Constitutional Court of The Republic of Indonesia|publication-place=[[Jakarta]]|volume=14|issue=2|pages=374-395|doi=10.31078/jk1427|id=}}</ref> Oleh karena itu, dalam retorika ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu akal dan karakter komunikator sehingga dapat dijadikan dasar persuasi dimana kepribadian digunakan sebagai tanda psikologis apakah pengirim pesan berbohong atau jujur.{{Sfn|Sulistyarini|2018|p=11}}
 
=== Pengetahuan yang Memadaimemadai ===
Apabila tidak disertai dengan pengetahuan yang memadai, maka penyampai pesan dapat menjadi orang sekedar menghasut dengan omong kosongnya. Komunikator harus benar-benar memahami apa yang ingin mereka sampaikan. Mengenai materi dan strategi penyampaian dapat dipahami yakni sebagai 1):

* Pemahaman atau pengetahuan tentang materi yang akan disampaikan sangat penting bagi pembicara. 2)
* Keberhasilan retorika tergantung pada pemahaman pembicara tentang manusia (audiens) dan berbagai aspek.{{Sfn|Sulistyarini|2018|p=12}}
 
== Manfaat ==
Baris 129 ⟶ 157:
 
=== Politik ===
Retorika sebagai lambang pidato untuk mengidentifikasikan pembicara dengan pendengar. Ketika berpidato, retorika sebagai simbolisme merupakan konsep sangat penting karena dengan berpidato didepan khalayak secara terbuka akan berkembang wacana publik dan berlangsung proses persuasi. Pidato memiliki keterkaitan dengan retorika politik dengan tujuan agar tercipta masyarakat dengan negoisasinegosiasi (konflik dan konsensus) yang terus berlangsung.<ref>{{cite journal|last=Rabiah|first=Sitti|date=2016|title=Ragam Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Politik|url=https://media.neliti.com/media/publications/102375-ID-ragam-bahasa-indonesia-dalam-komunikasi.pdf|journal=The POLITICS: Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin|volume=2|issue=1|pages=121-131|doi=|issn=2407-9138|id=}}</ref> Contohnya, dalam kampanye politik melalui komunikasi politik. Penerapan lainnya, dalam debat calon gubernur DKI Jakarta 2017 oleh pasangan calon gubernur DKI Jakarta yakni [[Basuki Tjahaja Purnama]] dan Djarot Saiful Hidayat, dalam retorikanya terkait politik, ia memperlihatkan kecakapan retorika untuk meningkatkan keberhasilan terpilih dengan merebut hati khalayak umum atau masyarakat pemilih. Ia, membangun retorika politik yang berfokus pada propaganda kebenaran ide, gagasannya.<ref>{{cite journal|last=Arsani|first=Ahmad|last2=Harmonisb|first2=|last3=El-Adawiyah|first3=Sa’diyah|last4=Satispi|first4=Evi|date=2020|title=Retorika Politik Pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat Pada Debat Politik Pilkada DKI Jakarta 2017|url=https://journal.ummat.ac.id/index.php/jail/article/download/2538/1662|journal=Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam|volume=3|issue=2|pages=75-91|doi=10.31764/jail.v3i2.2538|issn=2598-8883|id=}}</ref>
 
=== Akademik ===
Retorika membutuhkan pemahaman dan penguasaan bahasa dan pengetahuan budaya meliputi situasi retorika yang meliputi tujuan, audiens, topik, penulis, dan konteks, dan aspek lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.<ref>{{Cite web|title=What is Rhetoric?|url=https://www.uis.edu/cas/thelearninghub/writing/handouts/rhetorical-concepts/what-is-rhetoric/|website=uis.edu|publisher=University of Illinois Springfield|language=en|access-date=2021-12-25}}</ref> Dalam bidang akademik seorang guru atau tenaga pendidik berkomunikasi dan menyampaikan percakapan informasi kepada pendengar secara tertulis atau lisan. Hal inilah yang dikenal retorika komunikasi verbal sebagai bagian penting bagi calon guru.<ref>{{cite journal|last=Mukhlis|first=|date=2018|title=Retorika Komunikasi Verbal-nonverbal bagi Calon Guru untuk Mengatasi Kendala Komunikasi|url=https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/pibsi40/article/view/134/98|journal=PIBSI: Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia|volume=|issue=|pages=789-802|doi=|isbn=978-602-6779-21-2|id=}}</ref>
 
== Sarana ==
Sarana yang dapat dipergunakan dalam keterampilan berbicara untuk efektivitas komunikasi [[retoris]] adalah sebagai berikut.<ref name="rujukan3">{{cite book|author=Dori Wurwur|year=1991|title=Retorika|place=Yogyakarta|publisher=Kanisisus}}</ref>
 
=== Mendengarkan ===
Mendengarkan adalah sikap yang penting dalam proses [[dialog]] dan [[diskusi]].<ref name="rujukan3" /> Setiap peserta dalam [[diskusi]] selalu berganti peranan antara berbicara dan mendengar.<ref name="rujukan3" />
 
=== Taktik retoris ===
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan sejumlah taktik yang dapat membantu untuk mencapai sasaran dan tujuan secara efektif dalam proses komunikasi [[retoris]].<ref name="rujukan3" />
 
==== Taktik afirmasi ====
* Taktik "Ya".<br />Menurut taktik ini, pertanyaan dirumuskan sedemikian rupa sehingga lawan bicara hanya dapat menjawab:”Ya”, dan perlahan-lahan menuntunnya kepada kesimpulan akhir yang jelas atau mengejutkan, yang harus diterima tanpa syarat.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Mengulang<br />Pembicara berusaha untuk menyampaikan pikiran dan idenya secara terus-menerus, gaya ini dapat menyebabkan lawan bicara menaruh perhatian kepada ide yang dianjurkan, dan berusaha mengolah ide itu.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Sugesti<br />Taktik ini bermaksud mempermudah lawan bicara untuk menyetujui pikiran, anjuran dan hasil pertimbangan kita.<ref name="rujukan3" />
 
==== Taktik ofensif ====
* Taktik Antisipasi<br />Sementara lawan bicara menyampaikan pendapat, kita sudah mengantisipasi kelemahannya, sesudah itu kita langsung menjatuhkan pendapatnya dengan mengemukakan argumentasi kontra.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Mengagetkan<br />Lawan bicara menantang dengan satu pernyataan negatif, kita mengejutkan dia dengan satu jawaban balik dari sudut pandangan yang tak diduganya.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Bertanya Balik<br />Taktik ini melemparkan kepada lawan bicara satu pertanyaan balik yang menyebabkan dia menerima kekeliruannya sendiri.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Provokasi<br />Taktik ini memaksa lawan bicara untuk berbicara terus terang. Ini adalah satu model pertanyaan agresif, yang sering dipergunakan oleh para wartawan.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Mencakup<br />Taktik ini melihat argumentasi lawan dengan satu pengamatan yang mencakup dan lebih tinggi, sehingga dengan argumentasi itu sendiri dilemahkan dan tidak berlaku untuk dirinya sendiri.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Memotong<br />Taktik ini dipergunakan untuk mengontrol pembicara yang berbicara terlalu banyak, pembicaraannya dipotong dengan tiba-tiba dengan alasan untuk menyampaikan sesuatu yang penting.<ref name="rujukan3" />
 
==== Taktik negasi ====
* Taktik "tidak"<br />Taktik ini menyangkal pendapat lawan bicara secara langsung, karena menuntut penjelasan yang tuntas.<ref name="rujukan3" />
 
* Taktik Kontradiksi<br />Taktik ini mengemukakan pernyataan kontradiktoris (pertentangan secara esensial) atas apa yang dikatakan lawan bicara.<ref name="rujukan3" />
 
== Majas ==
Retorika juga merupakan salah satu jenis [[majas]] dalam [[Bahasa Indonesia]]. Majas retorika atau retorik berbentuk kalimat, berbeda dengan majas lain selain majas alegori dan majas parabel yang berbentuk narasi, karenanya ada yang menyebut kalimat retorik. Retoris adalah majas yang berupa pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab. Karena jawaban atau maksud si penanya sudah terkandung dalam pertanyaan tersebut. Contoh:
 
* ''Untuk apa kita berperang, bukankah sebaiknya kita berdamai?''<br />Dalam kalimat di atas sudah dapat dijelaskan bahwa sebenarnya opsi yang dipilih dalam keadaan tersebut adalah opsi damai dan tidak ada opsi lainnya. Kalimat Retoris sering dipakai untuk menegaskan suatu maksud, tanpa mengeliminasi kondisi yang sedang terjadi. Contoh:
 
* ''Mengapa kita berenang, apakah tidak lebih cepat dengan perahu?''<br />Kalimat tersebut menyatakan bahwa sebenarnya untuk mencapai suatu tujuan tidak harus menggunakan perahu karena suatu alasan diharuskan dengan berenang misalnya untuk infiltrasi ke markas musuh.
 
Kalimat retorik tidak memerlukan jawaban atas pertanyaan yang diajukan secara gamblang (essay), tetapi dapat diselesaikan dengan pilihan jawaban ''iya'' atau ''tidak.'' Kalimat retorik menyajikan suatu sindiran atau bahan introspeksi karenanya dipakai dalam pidato, khutbah, orasi, diskusi, debat dan cerita pendek seperti cerita anekdot.. Selain itu kalimat retorik digunakan dalam bertujuan untuk memberi semangat, menggugah hati, memotivasi, memberi kesadaran, dan sebagainya terhadap audiens atau pendengar.
 
== Lihat pula ==
* [[Entimem]] / enthymeme
* [[Apakah gelasnya setengah kosong atau setengah penuh?]]
 
== Referensi ==
Baris 155 ⟶ 227:
[[Kategori:Propaganda]]
[[Kategori:Psikologi]]
[[Kategori:Retorika|Retorika]]
 
[[Kategori:Filsafat bahasa]]
 
[[Kategori:Komunikasi]]
{{budaya-stub}}
[[Kategori:Mainan]]
[[Kategori:Sintaksis]]