Konfusianisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Gabung Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
+{{Kepercayaan tradisional Tionghoa|pemikira |
||
(17 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{tak netral}}
{{rapikan}}
Baris 26 ⟶ 25:
}}
[[File:Jiangyin wenmiao dachengdian.jpg|thumb|upright=1.15|[[Kuil Konfusius]] di [[Jiangyin]], [[Wuxi]], [[Jiangsu]]. Ini adalah wénmiào (文庙), artinya kuil tempat Konfusius disembah sebagai Wéndì, "Dewa Kebudayaan" (文帝).<ref>{{cite journal | vauthors = Fornerod M, Ohno M, Yoshida M, Mattaj IW | title = CRM1 is an export receptor for leucine-rich nuclear export signals | journal = Cell | volume = 90 | issue = 6 | pages = 1051–60 | date = September 1997 | pmid = 9323133 | doi = 10.1016/s0092-8674(00)80371-2 | s2cid = 15119502 | doi-access = free }}</ref>]]
{{Kepercayaan tradisional Tionghoa|pemikiran}}
'''Konfusianisme''' atau '''Konghucu''' adalah sebuah [[kepercayaan]] yang resmi dan diakui di [[Indonesia]] bersama dengan 5 kepercayaan lain. Konfusianisme dianggap sebagai agama yang muncul sebagai akibat dari keadaan politik di [[Indonesia]] pada era [[Orde Baru]]. Konfusianisme lazim dikaburkan makna dan hakikatnya sebagai [[filsafat]] atau [[pandangan hidup]]. <!-- Mengapa yang dibahas selalu yang di Indonesia ? Dimana ringkasan ajarannya? -->
Konfusius menganggap dirinya sebagai pemancar nilai-nilai budaya yang diwarisi dari [[dinasti Xia|Xia]] (c. 2070–1600 SM), [[dinasti Shang|Shang]] (c. 1600–1046 SM) dan [[dinasti Zhou Barat]] (c. 1046–771 SM).{{sfnb|Fung|2008|p=163}} Konfusianisme ditekan selama [[Dinasti Qin]] yang Legalis dan otokratis (221–206 SM), tetapi bertahan. Selama [[dinasti Han]] (206 SM–220 M), pendekatan Konfusianisme mengesampingkan "proto-Taois" Huang–Lao sebagai ideologi resmi, sementara para kaisar mencampurkan keduanya dengan teknik Legalisme realis.<ref name="Lin">{{cite book|last=Lin|first=Justin Yifu|title=Demystifying the Chinese Economy|url=https://books.google.com/books?id=rxzJoskK_rwC|year=2012|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-19180-7|page=107}}</ref>
Baris 37:
=== Konfusianisme sebagai agama dan filsafat ===
Konfusianisme umumnya memang tidak muncul dalam bentuk agama di dunia, bahkan di berbagai negara asia seperti [[Korea]], [[Jepang]], [[Taiwan]], Hongkong dan [[Tiongkok]] sekalipun. Namun di Indonesia Konghucu diakui sebagai salah satu dari 6 agama yang dianut masyarakat. Konghucu sebagai agama digagas Kang Youwei menjelang keruntuhan Dinasti Qing tahun 1900. Namun gagasan Kang Youwei tampaknya tidak diterima oleh komunitas Tionghoa perantauan di berbagai negara, apalagi di Tiongkok sendiri pemerintah merekognisi 5 agama yaitu Buddha, Tao, Kristen, Katolik, dan [[Islam]].<ref>{{Cite web|title=2019 Report on International Religious Freedom: China (Includes Tibet, Xinjiang, Hong Kong, and Macau.|url=https://www.state.gov/reports/2019-report-on-international-religious-freedom/china/#:~:text=The%20government%20recognizes%20five%20official,Islam%2C%20Protestantism%2C%20and%20Catholicism.|website=State Government|access-date=2023-04-11}}</ref> Dalam [[bahasa Tionghoa]], ajaran Konghucu dikenal dengan istilah ''Kongjiao'' (孔教) atau ''Rujiao'' (儒教). Alih-alih merekognisi sebagai agama, Tiongkok mendirikan Confusius Institutes di 146 negara untuk memperkenalkan bahasa mandarin dan kultur Tiongkok serta memfasilitasi pertukaran budaya. Hal yang dicurigai barat sebagai kuda troya pemerintah Cina dalam memperluas pengaruhnya secara global.
Konghucu sebagai institusi agama di Indonesia menerapkan hal-hal berikut.
* Mengangkat [[Konfusius]] sebagai salah satu [[nabi]] (先知)
* Menetapkan ''Litang'' (Gerbang Kebajikan) dan [[klenteng]] sebagai [[tempat ibadah]] resmi bagi umat Khonghucu. Penggunaan istilah kelenteng ini melahirkan kerancuan, karena klenteng sesungguhnya adalah istilah umum yang digunakan masyarakat awam untuk menyebut semua tempat ibadah berarsitektur Tiongkok. Di Indonesia, kelenteng-kelenteng tertua justru adalah tempat ibadah umat Buddha, dan Tao. Sedangkan untuk Konghucu baru hadir pada 1906 di Surabaya dan satu-satunya di Asia Tenggara. Sebelum 1906 tidak ada tempat ibadah Agama Konghucu di Indonesia.
* Menetapkan [[Sishu]] [[Wujing]] (四書五經) sebagai [[kitab suci]] resmi
* Menetapkan [[tahun baru Imlek]], sebagai hari raya keagamaan resmi, meskipun menyebabkan kontroversi karena di berbagai belahan dunia Imlek bukanlah hari raya agama tertentu.
* Hari-hari raya keagamaan lainnya; Imlek, Hari lahir Khonghucu (27-8 Imlek), Hari Wafat Khonghucu (18-2-Imlek), Hari Genta Rohani (Tangce) 22 Desember, Chingming (5 April), Qing Di Gong (8/9-1 Imlek) dsb.<ref>{{Cite web|title=Konghucu Indonesia:Hari Besar|url=http://www.khonghucuindonesia.com/agama-khonghucu/hari-besar-keagamaan|archive-url=https://web.archive.org/web/20101107024731/http://www.khonghucuindonesia.com/agama-khonghucu/hari-besar-keagamaan|archive-date=2010-11-07|dead-url=yes|access-date=2018-03-29}}</ref>
* Rohaniwan; Jiao Sheng (Penyebar Agama), Wenshi (Guru Agama), Xueshi (Pendeta), Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh).
Baris 54:
=== Agama Konghucu pada zaman [[Orde Baru]] ===
Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas berbau
Sejak berdirinya Boen Bio di Surabaya pada 1906, lalu diikuti berdirinya organisasi Kong Kau Hwe di Surakarta 1923, Kong Tju Bio di Cirebon 1932, dan lain-lain, jumlah penganut Konghucu memang tidak berkembang sebagaimana diharapkan. Hal ini diakibatkan sejak semula, gagasan dari Kang Youwei ini di Hindia Belanda ditentang mayoritas masyarakat Tionghoa. Perdebatan di media massa pada jaman tersebut menunjukkan bahwa gagasan ini tidak menjadi arusutama. Apalagi setelah masa orde baru, kondisi sosial politik sangat tidak kondusif bagi perkembangan Agama Konghucu.
=== Agama Konghucu pada zaman [[Orde Reformasi]] ===
Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mendapatkan kembali pengakuan atas identitas mereka sejak masa kepemimpinan presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui UU No 1/Pn.Ps/1965 yang menyatakan bahwa agama-agama yang banyak pemeluknya di Indonesia antara lain Islam,
== Ajaran Konfusianisme ==
Baris 426 ⟶ 162:
=== Masa prasejarah (sebelum 2205 SM) ===
{{lihat pula|Tiga Maharaja dan Lima Kaisar}}
*Dalam ajaran Konghucu tidak dikenal istilah Nabi Purba, demikian pula mantra dan ritual untuk dewa. Konghucu tidak menambahkan apapun pada kosmologi dewata Tiongkok kuno yang telah diisi oleh dua agama yaitu Tao dan Buddha. Hal ini sejalan dengan penetapan gunung suci di Tiongkok dari masa klasik, untuk agama Buddha ditetapkan gunung Wutai, Putuo, Emei, dan Jiuhua.<ref>{{Cite book|last=Litian|first=Fang|date=2022|title=Chinese Buddhism and Traditional Culture|location=London|publisher=Routledge|isbn=9780367663919|pages=47-58|url-status=live}}</ref> Sedangkan untuk Agama Tao ditetapkan gunung Heng Shan, Tai Shan, Hua Shan, Song Shan, dan Heng Shan.<ref>{{Cite book|last=Brockman|first=Norbert C|date=1999|title=Encylopedia of Sacred Places|location=Oxford|publisher=Oxford University Press|isbn=978-0195127393|pages=542-544|url-status=live}}</ref> Sedangkan untuk Konghucu tidak ada satupun gunung yang ditetapkan sebagai gunung sucinya, karena di Tiongkok sejak masa klasik hingga saat ini Konghucu tidak ditetapkan sebagai agama.
*Fu Xi, Shennong, Huang Di dan lain-lain yang disebutkan di bagian bawah sebagai nabi adalah bagian dari mitologi Tiongkok kuno, jauh sebelum perkembangan agama. Apalagi gagasan menjadikan ajaran Konghucu sebagai agama sebagaimana pendekatan barat (religion) baru digagas pada awal abad keduapuluh oleh Kang Youwei menjelang keruntuhan dinasti Qing.
* Nabi Purba [[Fu Xi]] ([[Hanzi]]: 伏羲), hidup sekitar 2952 – 2836 SM.
:Dia menerima wahyu ''He tu'' (peta sungai) yang tergambar di punggung seekor hewan gaib [[Long ma]], yang keluar dari dalam [[Sungai Kuning|Sungai Huang Ho]]. Lambang wahyu tersebut kini dikenal sebagai lambang [[Bagua]]. Nabi [[Nüwa|Nu Wa]] ([[Hokkien]]:Lie Kwa), istri Fuxi, menciptakan Hukum Pernikahan.<ref name="Matrisia"/>
* Nabi Purba [[Shen Nong]] ([[Hanzi]]:神農), hidup sekitar 2838 – 2698 SM.
|