Raden Saleh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Badak Jawa (bicara | kontrib) Anonim tolong jangan iseng Tag: Pengembalian manual VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Membetulkan kesalahan saya sebelumnya Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(18 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox person
| pre-nominals = Raden
Baris 22 ⟶ 21:
| awards =
}}
'''Saleh Sjarif Boestaman''' ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Saleh Syarif Bustaman'''; {{lahirmati|[[Semarang]], [[Jawa Tengah]], [[Hindia Belanda]]||05|
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Het huis van de kunstschilder Raden Saleh door hemzelf gebouwd. TMnr 60005156.jpg|jmpl|300px|Rumah
== Masa kecil ==
[[Berkas:Raden Saleh (1814-1880), Painter in Batavia WDL2907.jpg|jmpl|kiri]]
Raden Saleh dilahirkan dalam sebuah keluarga [[Suku Jawa|Jawa]] ningrat. Dia adalah cucu dari [[Sayyid]] Abdoellah Boestaman dari sisi ibunya. Ayahnya adalah Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan [[Arab-Indonesia|Arab]].<ref>{{cite book|author=Algadri, Hamid|year=1994|page=187|location=Jakarta, Indonesia|title=Dutch Policy against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia|publisher=LP3ES|isbn=979-8391-31-4|url=http://books.google.com/books?id=kGJwAAAAMAAJ&q=raden+saleh+bustaman&dq=raden+saleh+bustaman&hl=en&ei=p9y5TaDnKOXdiAKunJAV&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CDEQ6AEwAA|accessdate=28 April 2011}}</ref> Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terboyo, Semarang. Ada versi lain menyatakan bahwa Beliau sesungguhnya adalah seorang bangsawan yang merupakan putra dari Raden Syarief Husein yang merupakan putra langsung dari Kyai Ngabehi Kertoboso Bustam <ref>{{Cite book|last=Wisetrotomo|first=Suwarno|date=2009|title=Raden Saleh: Bangsawan, Pelukis, dan Ilmuan|url-status=live}}</ref> <ref>{{Cite web|date=2013-04-21|title=Kisah Keturunan Raden Saleh yang Hidup Sebagai Tukang Permak Pakaian|url=https://news.detik.com/berita/d-2226032/kisah-keturunan-raden-saleh-yang-hidup-sebagai-tukang-permak-pakaian|website=Detiknews|access-date=2024-08-08}}</ref> . Sejak usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang [[Belanda]] atasannya di [[Batavia]]. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di [[sekolah rakyat]] (''Volks-School'').<ref name=":0" />
Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang [[Belanda]] dan lembaga-lembaga elite Hindia Belanda. Seorang kenalannya, Prof. [[C.G.C. Reinwardt|Caspar Reinwardt]], pendiri [[Kebun Raya Bogor]] sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk [[Jawa]] dan pulau sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu ada pelukis keturunan [[Belgia]],
Payen memang tidak menonjol di kalangan ahli seni lukis di [[Belanda]], tetapi mantan mahaguru Akademi Senirupa di
Terkesan dengan bakat luar biasa anak didiknya, Payen mengusulkan agar Raden Saleh bisa belajar ke [[Belanda]]. Usul ini didukung oleh Gubernur Jenderal [[G.A.G.Ph. van der Capellen]] yang memerintah waktu itu ([[1819]]-[[1826]]), setelah ia melihat karya Raden Saleh.
Baris 41 ⟶ 40:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van de kunstschilder Raden Saleh. TMnr 60005151.jpg|ka|jmpl|Foto studio Raden Saleh di Batavia, 1872.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Studioportret met de echtgenote van kunstschilder Raden Saleh en een bediende Batavia TMnr 60043601.jpg|jmpl|Foto studio istri Raden Saleh dan pembantunya di Batavia (sekitar tahun 1860-1872).]]
Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia belajar melukis potret dari [[Cornelis Kruseman]] dan tema pemandangan dari [[
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah berkesempatan berpameran di Den Haag dan [[Amsterdam]]. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama untuk belajar "''wis-, land-, meet- en werktuigkunde'' (ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara
Saat pemerintahan Raja [[Willem II dari Belanda|Willem II]] ([[1792]]-[[1849]]) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu,<ref>{{Cite web|title=Pengembaraan Raden Saleh ke Eropa dan Pemikiran Tentang Bangsanya - Semua Halaman - National Geographic|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/133280027/pengembaraan-raden-saleh-ke-eropa-dan-pemikiran-tentang-bangsanya|website=nationalgeographic.grid.id|language=id|access-date=5 Juni 2022}}</ref> misalnya [[Dresden]], [[Jerman]]. Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan diteruskan ke [[Weimar]], Jerman ([[1843]]). Ia kembali ke Belanda tahun [[1844]]. Selanjutnya ia menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya tokoh
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari [[1848]] di [[Paris]], yang mau tak mau memengaruhi dirinya. Dari Prancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, [[Horace Vernet]], ke [[Aljazair]] untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang ia kunjungi: [[Austria]] dan [[Italia]]. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun [[1851]] ketika ia pulang ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
Baris 55 ⟶ 54:
== Kembali ke Hindia Belanda ==
[[Berkas:Villa van Raden Saleh, 1863 - 1866 - Rijksmuseum edit.jpg|al=|kiri|jmpl|300x300px|Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang menjadi bagian dari [[Rumah Sakit PGI Cikini]])]]
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa. "Di sini orang hanya bicara tentang gula dan kopi, kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat. Saleh membangun sebuah rumah di sekitar [[Cikini, Menteng, Jakarta Pusat|Cikini]] yang didasarkan
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Kraton Yogyakarta]] bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke [[Bogor]], dimana ia menyewa sebuah rumah dekat [[Kebun Raya Bogor]] yang berpemandangan [[Gunung Salak]]. Di kemudian hari, Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda, Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.<!--Tak banyak catatan sepulangnya di Hindia. Ia dipercaya menjadi konservator pada "Lembaga Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni". Beberapa lukisan potret keluarga [[keraton]] dan pemandangan menunjukkan ia tetap berkarya. Yang lain, ia bercerai dengan istri terdahulu lalu menikahi gadis keluarga ningrat keturunan [[Keraton Solo]].
Baris 68 ⟶ 67:
Tokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di Prancis ([[1844]] - [[1851]]).
Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Prancis
Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas
Baris 83 ⟶ 82:
Perubahan-perubahan ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Saleh akan tanah kelahirannya di [[pulau Jawa|Jawa]]. Hal ini juga dapat terlihat pada busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri tidak pernah ke [[Hindia Belanda]], dan karena itu ia menggambarkan pengikut Diponegoro seperti orang Arab.<ref name=ng26/> Gambaran Saleh cenderung lebih akurat, dengan kain [[batik]] dan [[blangkon]] yang terlihat pada beberapa figur. Saleh juga menambahkan detail menarik, ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak ada. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan [[Ramadhan]], karena itu Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik.
Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya kepada Raja [[Willem III]] di [[Den Haag]]. ''Penangkapan Pangeran Diponegoro'' baru pulang ke Indonesia pada 1978. Kepulangan lukisan tersebut merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau. Namun dari itu, lukisan ''Penangkapan'' tidak termasuk ketiga kategori tersebut, karena sejak awal Saleh memberikannya kepada Raja Belanda dan tidak pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tersebut akhirnya diberikan sebagai hadiah dari
<!--Meski serupa dengan karya [[Nicolaas Pieneman]], ia memberi interpretasi yang berbeda. Lukisan Pieneman menekankan peristiwa menyerahnya [[Pangeran Diponegoro]] yang berdiri dengan wajah letih dan dua tangan terbentang. Hamparan senjata berupa sekumpulan tombak adalah tanda kalah perang. Di latar belakang [[Jenderal de Kock]] berdiri berkacak pinggang menunjuk kereta tahanan seolah memerintahkan penahanan Diponegoro.
Baris 98 ⟶ 97:
Selama hidupnya, banyak pejabat dan bangsawan Eropa yang mengagumi Raden Saleh. Lukisannya dipesan oleh tokoh-tokoh seperti bangsawan Sachsen Coburg-Gotha, keluarga Ratu [[Victoria]], dan sejumlah gubernur jenderal seperti [[Johannes van den Bosch]], [[Jean Chrétien Baud]], dan [[Herman Willem Daendels]]. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, di antaranya terdapat bintang ''Ridder der Orde van de Eikenkoon'' (R.E.K.), ''Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde'' (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), dan ''Ridder van de Witte Valk'' (R.W.V.).
Pada tahun 1883, diadakan pameran lukisan Raden Saleh di [[Amsterdam]] untuk memperingati tiga tahun wafatnya Saleh, atas prakarsa Raja [[Willem III]] dan
Sedangkan penghargaan dari pemerintah [[Indonesia]] diberikan pada tahun 1969 lewat [[Departemen Pendidikan dan Kebudayaan]] secara [[anumerta]], berupa ''Piagam Anugerah Seni'' sebagai ''Perintis Seni Lukis di Indonesia''. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di [[Bogor]] yang dilakukan oleh [[Frederich Silaban|Ir. Silaban]] atas perintah Presiden [[Soekarno]], sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan [[prangko]] seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya.
Baris 127 ⟶ 126:
== Pranala luar ==
{{commonscat|Raden Saleh}}
* {{en}} [http://www.nusantara.com/heritage/raden.html Raden Saleh: the romantic aristocrat]{{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191127054620/http://www.nusantara.com/heritage/raden.html |date=27 November 2019 }}
Baris 142 ⟶ 140:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Freemason Indonesia]]
[[Kategori:Sayyid]]
[[Kategori:Alawiyyin]]
[[Kategori:Bin Yahya]]
[[Kategori:Raden Syarif]]
|