Operasi Trikora: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(111 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Militarymilitary Conflictconflict
| conflict = Operasi Trikora
| partof = [[Pembebasan Irian Barat]] dan [[Perang Dingin]]
|image=
| image = Yos Sudarso Postage Stamp.jpg
|caption=Peta [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Barat]] pada tahun 1960-an
| caption = Perangko Indonesia memperingati [[Pertempuran Laut Aru]]
|place= [[Irian Barat]]
| date = {{start and end dates|1961|12|19|1962|08|15|df=y}}
|date= [[19 Desember]] [[1961]] - [[15 Agustus]] [[1962]]
|casus= [[Indonesia]]place dan [[Belanda]] memperebutkan daerah = [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Barat]]
| result = {{ubl|Kebuntuan militer<ref>{{cite journal |date=February 2011 |title=Operation Trikora – Indonesia's Takeover of West New Guinea |journal=Pathfinder: Air Power Development Centre Bulletin |issue=150 |pages=1–2 |url=http://airpower.airforce.gov.au/publications/Details/443/150-Operation-TRIKORA---Indonesias-Takeover-of-West-New-Guinea.aspx |access-date=27 February 2023}}</ref>}}
|result= *Jalan buntu secara militer, keuntungan politik bagi Indonesia<br/>*Belanda menyerahkan Irian Barat kepada [[Otoritas Eksekutif Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNTEA]]<br/>*UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada [[Indonesia]]
* Awal mula [[Konflik Papua]]
 
| territory = ''[[Perjanjian New York]]:''<br>[[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Barat]] diserahkan kepada [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] dan kemudian kepada [[Indonesia]]
|combatant1= {{negaranama|Indonesia}}
| combatant1 = {{negaranamaflag|Indonesia}}<br>{{flag|Uni Soviet}}
| combatant2 = {{negaranama|Belandatree list}}
* {{flag|Belanda}}
**[[BerkasFile:Morning Star flag.svg|22px]] [[Nugini Belanda]]
{{tree list/end}}
|commander1= {{flagicon|Indonesia}} [[Soekarno]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Abdul Haris Nasution]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Ahmad Yani]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Soeharto]]<br>{{flagicon|Indonesia}} [[Soerjadi Soerjadarma]] (Hingga Januari 1962)</small><br>{{flagicon|Indonesia}} [[Omar Dhani]]<br><small>(dari Januari 1962 )</small><br>{{flagicon|Indonesia}} [[Eddy Martadinata]]<br>
| commander1 = {{flagicon|Indonesia}} [[Soekarno]]<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Soerjadi Soerjadarma]]<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Abdul Haris Nasution]]<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Ahmad Yani]]<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Soeharto]]<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Omar Dhani]]<br />{{flagicon|Indonesia}} [[R. E. Martadinata]]<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Yos Sudarso]]{{KIA}}<br />{{flagicon|Indonesia}} [[Leonardus BenyaminBenjamin Moerdani]]
| commander2 = {{flagicon|NetherlandsBelanda}} C.J. van Westenbrugge<br />[[File:Morning Star flag.svg|22px]] W.A. van Heuven
| strength1 = {{flagiconflag|Indonesia}}:<br>13,000 [[Indonesia]]tentara<br>7,000 pasukan terjun payung<br>4,500 marinir<br>{{flag|Uni Soviet}}:<br>3,000 tentara
| strength2 = {{flag|Belanda}}:<br>10,000 tentara<br>1,400 marinir<br>1,000 relawan Papua
13.000 Tentara<br>
| casualties1 = 214 tewas<ref name="25 Tahun Trikora p.192">{{cite book | title=25 tahun Trikora | via=Google Play Books | year=1988 | url=https://play.google.com/books/reader?id=650vAAAAMAAJ&pg=GBS.PR2&hl=en | language=id |pages=192 | publisher=Yayasan Badan Kontak Keluarga Besar Perintis Irian Barat | access-date=1 November 2021}}</ref><br />1 kapal motor torpedo tenggelam<br />2 kapal motor torpedo rusak
7.000 Pasukan terjun payung<br>
| casualties2 = 3 tewas
4.500 Marinir<br>
139 Pesawat<br>
{{flagicon|Soviet Union}} {{flagicon|Rusia}} [[Soviet/Rusia]]:<br>
3.000 Tentara<br>
1 Kapal Jelajah [[Sverdlov Class]]<br>
3 Kapal selam [[Whiskey Class]]<br>
26 Pesawat pembom strategis [[Tupolev Tu-16]] <br>
|strength2= {{flagicon|Netherlands}} [[Belanda]]:<br>
10.000 Tentara<br>
1.400 Marinir<br>
1.000 Relawan<br>
5 Kapal perusak<br>
2 Fregat<br>
3 Kapal selam<br>
1 Pesawat pengangkut<br>
|casualties1= 214 Prajurit Indonesia gugur<br>
1 Kapal Torpedo Motor tenggelam<br>
2 Kapal Torpedo Motor rusak<br>
|casualties2= Jumlah Korban tewas Prajurit Belanda tidak diketahui secara pasti<br>
Jumlah Korban Relawan Papua yang tidak diketahui<br>
}}
{{Sejarahseri IndonesiaSoekarno}}
'''Operasi Trikora''' (singkatan dari '''Tri Komando Rakyat''') adalah operasi militer yanggabungan dilancarkan[[Uni Soviet]]-[[Indonesia]] yang bertujuan untuk melawanmerebut pendudukandan mencaplok [[Wilayah#Wilayah seberang laut|wilayah jajahan]] [[Belanda]] di [[IrianNugini BaratBelanda]] (Papua). Operasi ini dimulai pada bulan Desembertahun 1961 dan berakhir1962. padaSetelah bulannegosiasi, AgustusBelanda 1962.menandatangani Operasi[[Perjanjian iniNew berakhirYork]] dengan pendudukan militer Indonesia dipada beberapatanggal daerah15 [[NuginiAgustus Belanda]]1962, danmenyerahkan penyerahankendali wilayahatas Irian Barat olehkepada Belanda[[Perserikatan menjadi bagian dari Indonesia melalui UNTEABangsa-Bangsa]].
 
==Dimulainya operasi==
Pada tanggal 19 Desember 1961, [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soekarno]] berpidato di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]] mengenai pembebasan Papua yang bertemakan "Tiga Prinsip Trikora". Ketiga prinsip Trikora tersebut adalah:
Pada tanggal 19 Desember [[1961]], [[Soekarno]] ([[Presiden Indonesia]]) mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara [[Yogyakarta]]. Soekarno juga membentuk [[Komando Mandala]]. [[Mayor Jenderal]] [[Soeharto]] diangkat sebagai [[panglima]]. Tugas komando ini adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan [[operasi militer]] untuk menggabungkan [[Irian Barat]] dengan [[Indonesia]].
 
# Mencegah [[Belanda]] membentuk negara boneka di Irian Barat
# Mengibarkan [[bendera Indonesia|sang saka merah putih]] di Irian Barat
# Mempersiapkan mobilisasi massa yang mencakup seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari imperialisme Belanda<ref name="PIDATOSOEKARNO">{{Citation|title=Cuplikan Pidato Presiden Sukarno : TRIKORA di Yogyakarta tanggal 19 desember 1961.|url=https://www.youtube.com/watch?v=EExBGT-wBjc|accessdate=2023-08-26|language=id-ID}}</ref>{{efn|Beberapa sumber menyatakan komando ketiga Trikora adalah "Bersiaplah untuk mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa",<ref>{{Cite web |last=Media |first=Kompas Cyber |date=2021-08-22 |title=Operasi Trikora, Upaya Indonesia Merebut Irian Barat Halaman all |url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/22/140000079/operasi-trikora-upaya-indonesia-merebut-irian-barat |access-date=2023-08-26 |website=KOMPAS.com |language=id}}</ref> padahal perkataan komando ini tidak dikatakan dalam pidato Soekarno.<ref name="PIDATOSOEKARNO"/>}}
<gallery>
Trikora di Lapangan Banteng.jpg|Prinsip Trikora yang terpasang di [[Lapangan Banteng]]
</gallery>
 
== Latar belakang ==
Ketika [[Indonesia]] memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah [[Hindia Belanda]], termasuk [[Irian Barat|wilayah barat]] [[Pulau Papua]]. Namun pemerintah Belanda menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam [[Konferensi Malino]] perwakilan Irian Barat berupa [[Frans Kaisiepo]] menyatakan dukungannya agar wilayahnya merdeka bersama wilayah Indonesia lainnya dan mempromosikan nama ''Irian'' yang berasal dari kata biak<ref name="Kemdikbud 1983 p.72-73">{{Cite web|last1=Patiara|first1=John|last2=Renwarin|first2=Herman|last3=Soedharto|first3=Bondan|last4=Palangan|first4=M.|date=1983|title=Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialis dan Kolonialisme di Daerah Irian Jaya|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/14100/1/Sejarah%20perlawanan%20terhadap%20imperialisme%20dan%20kolonialisme%20di%20daerah%20irian%20jaya.PDF|website=Kemdikbud|pages=72–73| access-date=2021-11-03}}</ref> dan juga akronim ''Ikut Republik Indonesia Anti Nederland''.<ref name="Ayuwuragil 2018">{{cite web | last=Ayuwuragil | first=Kustin | title=Frans Kaisiepo dan 'Ikut Republik Indonesia Anti Nederland' | website=nasional | date=2018-08-17 | url=https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180816162950-20-322837/frans-kaisiepo-dan-ikut-republik-indonesia-anti-nederland | language=id | access-date=2023-05-01}}</ref> Sedangkan sejak [[Konferensi Denpasar]], perwakilan Irian Barat sudah tidak disertakan karena direncanakan tidak lagi menjadi bagian dari [[Negara Indonesia Timur]] bagian dari [[Republik Indonesia Serikat]] atas desakan dari Partai Katolik Belanda, walau Van Mook mengklaim didasari masalah keuangan dan perbedaan suku.<ref> {{cite news |last=Jenkins |first=Graham |date=23 December 1946 |title=Birth of New State of East Indonesia |page=5 |newspaper=[[The Argus (Melbourne)]] |issue=31,299 |location=Victoria, Australia |url=http://nla.gov.au/nla.news-article22393986 |access-date=15 July 2018 |via=National Library of Australia}} </ref>{{sfn|Agung|1996|p=95}}<ref> {{cite news |last=Jenkins |first=Graham |date=21 December 1946 |title=Netherlands to Keep Dutch N G |page=5 |newspaper=[[The Argus (Melbourne)]] |issue=31,298 |location=Victoria, Australia |url=http://nla.gov.au/nla.news-article22388200 |access-date=15 July 2018 |via=National Library of Australia}}</ref> Pengucilan tokoh-tokoh Papua dari konferensi ini diprotes oleh [[Nicolaas Jouwe]], [[Corinus Krey]], dan [[Marthen Indey]] dalam telegram kepada Van Mook tertanggal 12 Desember 1946, walau tidak digubris sehingga melahirkan pemberontakan PIDRIS (Partai Irian Dalam Republik Indonesia Serikat).<ref name="bio p43">{{cite book |last1=Gunawan |first1=Restu |last2=Leirissa |first2=R.Z. |last3=Haryono |first3=P. Suryo |last4=Lumintang |first4=Onnie |last5=Nurhajirini |first5=Dwi Ratna |title=Biografi Pahlawan Nasional: Marthin Indey dan Silas Papare |date=1997 |publisher=Departmen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta |location=Jakarta |page=43 |url=https://books.google.com/books?id=hG6fCgAAQBAJ |access-date=11 October 2022 |language=id}}</ref><ref name="bio pp42–43">{{cite book |last1=Gunawan |first1=Restu |last2=Leirissa |first2=R.Z. |last3=Haryono |first3=P. Suryo |last4=Lumintang |first4=Onnie |last5=Nurhajirini |first5=Dwi Ratna |title=Biografi Pahlawan Nasional: Marthin Indey dan Silas Papare |date=1997 |publisher=Departmen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta |location=Jakarta |pages=42–43|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/7607/ |access-date=24 October 2020 |language=id}}</ref>
Ketika [[Indonesia]] memproklamasikan kemerdekaannya pada [[17 Agustus]] [[1945]], Indonesia mengklaim seluruh wilayah [[Hindia Belanda]], termasuk [[Irian Barat|wilayah barat]] [[Pulau Papua]]. Namun, pihak [[Belanda]] menganggap wilayah itu masih berada di bawah kedaulatan [https://www.idaylummm.com/search/label/Indonesian%20food?m=1?&max-results=6 Kerajaan Belanda]. Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun [[1970-an]]. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam [[Konferensi Meja Bundar]] tahun [[1949]], Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Irian Barat, tetapi setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun.<br />
 
Pada bulan Desember [[1950]], [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] memutuskan bahwa Irian Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e [[Piagam PBB]]. Karena Indonesia mengklaim Irian Barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke [[Mahkamah Internasional]] untuk menyelesaikan masalah ini, tetapi Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Irian Barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Irian Barat untuk [https://www.assa.my.id/search/label/hot%20news?m=1?&max-results=6 persiapan] kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada [[1956]] dan tentara Papua pada [[1957]]. Sebagai kelanjutan, pada [[17 Agustus]] [[1956]] Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibu kota di [[Soasiu]] yang berada di Pulau [[Tidore]], dengan gubernur pertamanya, [[Zainal Abidin Syah]] yang dilantik pada tanggal [[23 September]] 1956.<br />
Dalam [[Konferensi Meja Bundar]] tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Irian Barat, tetapi setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu 1 tahun. Pada bulan Desember 1950, [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] memutuskan bahwa Irian Barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e [[Piagam PBB]].{{citation needed}} Sejak tahun 1950 hingga 1953, terjadi perundingan antara Indonesia dan Belanda tentang status wilayah tersebut. Namun pada akhir tahun 1950, ketika struktur federasi [[Republik Indonesia Serikat|RIS]] berubah menjadi [[Republik Indonesia|kesatuan]], menyebabkan Belanda tidak lagi memiliki andil dalam pemerintahan Indonesia. Lalu pemerintah Belanda menggunakan hal ini sebagai dasar untuk tidak menjalankan perjanjian tentang Irian Barat seperti dalam [[konferensi Meja Bundar|KMB]]. Pada tanggal 15 Februari 1952, parlemen Belanda memasukan wilayah Papua menjadi wilayahnya secara resmi dan tidak mau melanjutkan perundingan dengan Indonesia.<ref name="George Kahin p.45">Audrey and George Kahin, ''Subversion as Foreign Policy'', p.45</ref><ref>Soedjati Djiwandono, ''Konfrontasi Revisited'', 1-2</ref> Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an.{{citation needed}} Setelah Indonesia beberapa kali melakukan infiltrasi ke wilayah Irian Barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Irian Barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957.{{citation needed}} Sebagai kelanjutan, pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibu kota di [[Soasiu]] yang berada di Pulau [[Tidore]], dengan gubernur pertamanya, [[Zainal Abidin Syah]] yang dilantik pada tanggal 23 September 1956.
Pada tanggal [[6 Maret]] [[1959]], harian ''[[New York Times]]'' melaporkan penemuan [[emas]] oleh pemerintah Belanda di dekat [[laut Arafura]]. Pada tahun [[1960]], [[Freeport Sulphur]] menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang [[tembaga]] di [[Timika]], tetapi tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga.
 
Pada tanggal [[6 Maret]] [[1959]], harian ''[[New York Times]]'' melaporkan penemuan [[emas]] oleh pemerintah Belanda di dekat [[laut Arafura]]. Pada tahun [[1960]], [[Freeport Sulphur]] menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang [[tembaga]] di [[Timika]], tetapi tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga.{{citation needed}}
 
== Persiapan ==
=== Militer ===
Indonesia mulai mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. Indonesia mencoba meminta bantuan dari Amerika Serikat, tetapi gagal. Akhirnya, pada bulan [[Desember]] 1960, Jenderal [[A. H. Nasution]] pergi ke [[Moskwa]], [[Uni Soviet]], dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar [[dollardolar Amerika Serikat]] Amerika dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setelah pembelian ini, [[TNI]] mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan.<ref name="Sibero">
<ref name="Sibero">
{{cite news
|last =Sibero
Baris 64 ⟶ 54:
}}
</ref>
 
[[Amerika Serikat]] tidak mendukung penyerahan Irian Barat ke Indonesia karena [[Bureau of European Affairs]] di [[Washington, DC]] menganggap hal ini akan "menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan oleh kulit coklat". Tapi pada bulan April [[1961]], Robert Komer dan McGeorge Bundy mulai mempersiapkan rencana agar PBB memberi kesan bahwa penyerahan kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun ragu, presiden [[John F. Kennedy]] akhirnya mendukung hal ini karena iklim [[Perang Dingin]] saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak [[komunis]] Soviet bila tidak mendapat dukungan AS.<br />
[[Amerika Serikat]] tidak mendukung penyerahan Irian Barat ke Indonesia karena [[Bureau of European Affairs]] di [[Washington, D.C.]] menganggap hal ini akan "menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan oleh kulit coklat". Tapi pada bulan April [[1961]], Robert Komer dan McGeorge Bundy mulai mempersiapkan rencana agar [[Perserikatan Bangsa-Bangsa|PBB]] memberi kesan bahwa penyerahan kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun ragu, presiden [[John F. Kennedy]] akhirnya mendukung hal ini karena iklim [[Perang Dingin]] saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak [[komunis]] Soviet bila tidak mendapat dukungan AS.

Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer, antara lain 41 [[Helikopter]] [[MI-4]] (angkutan ringan), [[9 (angka)|9]] Helikopter [[MI-6]] (angkutan berat), [[30 (angka)|30]] [[pesawat jet]] [[MiG-15]], 49 pesawat buru sergap [[MiG-17]], [[10 (angka)|10]] pesawat buru sergap [[MiG-19]], [[20 (angka)|20]] pesawat pemburu [[supersonik]] [[MiG-21]], [[12 (angka)|12]] [[kapal selam]] kelas [[Kelas Whiskey (kapal selam)|Whiskey]], puluhan korvet, dan 1 buah [[Kapal penjelajah kelas Sverdlov]] (yang diberi nama sesuai dengan wilayah target operasi, yaitu [[KRI Irian]]). Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan [[Ilyushin Il-28]], 14 pesawat pembom jarak jauh [[TU-16 Badger|TU-16]], dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan persenjataan [[peluru kendali anti kapal]] (rudal) ''air to surface'' jenis [[AS-1 Kennel]]. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis [[IL-14]] dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis [[Antonov An-12]]B buatan [[Uni Soviet]] dan 10 pesawat angkut berat jenis [[C-130 Hercules]] buatan Amerika Serikat.<ref name="Sibero" />
 
=== Landasan Udara ===
 
Untuk mencapai keunggulan udara, persiapan-persiapan pertama yang dilakukan [[AURI]] adalah memperbaiki pangkalan-pangkalan udara yang rusak akibat perang, yang akan dipergunakan untuk operasi - operasi infiltrasi maupun menghadapi operasi terbuka di daratan Irian Barat. [[Pangkalan Udara]] dan [[Landing Strip]] yang banyak terdapat di sepanjang perbatasan [[Maluku]] dan [[Irian Barat]], adalah peninggalan [[Jepang]]. Pangkalan Udara dan Landing Strip tersebut terakhir dipergunakan pada tahun 1945, dan setelah itu sudah tidak dipakai lagi. Keadaan [[Pangkalan Udara]] dan [[Landing Strip]] tersebut tidak terawat dan banyak yang rusak serta ditumbuhi ilalang dan pohon-pohon. Kesiapan operasional pangkalan udara dan landing strip itu pada akhir tahun [[1961]] adalah sebagai berikut:
 
* [[PAU Morotai]]
Baris 90 ⟶ 82:
 
=== Ekonomi ===
Pada tanggal [[27 Desember]] [[1958]], presiden [[Soekarno]] mengeluarkan UU No. 86 tahun 1958 tentang [[nasionalisasi]] semua perusahaan Belanda di Indonesia.
 
Perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi seperti:
Baris 111 ⟶ 103:
Strategi yang disusun oleh Panglima Mandala guna melaksanakan instruksi tersebut.
* Tahap Infiltrasi (penyusupan) (sampai akhir [[1962]]),yaitu dengan memasukkan 10 kompi di sekitar sasaran-sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto yang kuat sehingga sulit dihancurkan oleh musuh dan mengembangkan pengusaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian Barat.
* Tahap Eksploitasi (awal [[1963]]), yaitu mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan dan menduduki semua pos-pos pertahanan musuh yang penting.
* Tahap Konsolidasi (awal [[1964]]),yaitu dengan menunjukkan kekuasaan dan menegakkan kedaulatan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat.
Pelaksanaannya Indonesia menjalankan tahap infiltasi, selanjutnya melaksanakan operasi Jayawijaya, tetapi sebelum terlaksana pada 18 Agustus 1962 ada sebuah perintah dari presiden untuk menghentikan tembak-menembak.
Baris 119 ⟶ 111:
== Konflik bersenjata ==
[[Berkas:Soekarno.jpg|jmpl|[[Soekarno]], Presiden Indonesia yang mencetuskan Trikora]]
Soekarno membentuk [[Komando Mandala]], dengan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando. Tugas komando Mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia. Belanda mengirimkan kapal induk [[Hr. Ms. Karel Doorman]] ke Irian Barat. [[Angkatan Laut Kerajaan Belanda]] menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Irian Barat, dan sampai tahun [[1950]], unsur-unsur pertahanan Irian Barat terdiri dari:
* [[Angkatan Laut Kerajaan Belanda]]
* {{ill|Korps Mariniers|nl|Korps Mariniers}}
Baris 133 ⟶ 125:
Keadaan ini berubah sejak tahun 1958, di mana kekuatan militer Belanda terus bertambah dengan kesatuan dari ''Koninklijke Landmacht'' (Angkatan Darat Belanda) dan ''Marine Luchtvaartdienst''. Selain itu, [[batalyon]] infantri [[6 (angka)|6]] Angkatan Darat merupakan bagian dari Resimen Infantri ''Oranje Gelderland'' yang terdiri dari [[3 (angka)|3]] [[batalyon]] yang ditempatkan di [[Sorong]], [[Fakfak]], [[Merauke]], [[Kaimana]], dan [[Teminabuan]].<ref name="Pusjarah"/>
=== Operasi-operasi Indonesia ===
Sebuah operasi rahasia dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Irian Barat. Walaupun Trikora telah dikeluarkan, tetapi misi itu dilaksanakan sendiri-sendiri dalam misi tertentu dan bukan dalam operasi bangunan.<br />
 
Hampir semua kekuatan yang dilibatkan dalam Operasi Trikora sama sekali belum siap, bahkan semua kekuatan udara masih tetap di Pulau [[Jawa]]. Walaupun begitu, [[TNI Angkatan Darat]] lebih dulu melakukan penyusupan sukarelawan, dengan meminta bantuan [[TNI Angkatan Laut]] untuk mengangkut pasukannya menuju pantai Irian Barat, dan juga meminta bantuan [[TNI Angkatan Udara]] untuk mengirim 2 pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan menuju target yang ditentukan oleh TNI AL.<br />
Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas besar TNI AU yang mengetahui tentang misi ini. Walaupun misi ini sebenarnya tidaklah rumit, TNI AU hanya bertugas untuk mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi tanggung jawab TNI AU.<br />
 
[[Kepolisian Republik Indonesia]] juga menyiapkan pasukan [[Brigade Mobil]] yang tersusun dalam beberapa resimen tim pertempuran (RTP). Beberapa RTP Brimob ini digelar di kepulauan [[Pulau Ambon|Ambon]] sebagai persiapan menyerbu ke Irian Barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob) yang dipimpin Inspektur Tingkat I [[Anton Soedjarwo]] disiagakan di Pulau Gorom. Satu tim Menpor kemudian berhasil menyusup ke Irian Barat melalui laut dengan mendarat di Fakfak. Tim Menpor ini terus masuk jauh ke pedalaman Irian Barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek vital milik Belanda.<br />
Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas besar TNI AU yang mengetahui tentang misi ini. Walaupun misi ini sebenarnya tidaklah rumit, TNI AU hanya bertugas untuk mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi tanggung jawab TNI AU.<br />
Pada tanggal [[12 Januari]] [[1962]], pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada tanggal [[18 Januari]] 1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada perlindungan dari TNI AU, sebuah operasi menjadi gagal.<ref name="intisari Juli">[http://www.londoh.com/artnng_intisari__bulan_juli_2000.htm Intisari. Mengenang Tragedi di Laut Aru]</ref>
 
[[Kepolisian Republik Indonesia]] juga menyiapkan pasukan [[Brigade Mobil]] yang tersusun dalam beberapa resimen tim pertempuran (RTP). Beberapa RTP Brimob ini digelar di kepulauan [[Pulau Ambon|Ambon]] sebagai persiapan menyerbu ke Irian Barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob) yang dipimpin Inspektur Tingkat I [[Anton Soedjarwo]] disiagakan di Pulau Gorom. Satu tim Menpor kemudian berhasil menyusup ke Irian Barat melalui laut dengan mendarat di Fakfak. Tim Menpor ini terus masuk jauh ke pedalaman Irian Barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek vital milik Belanda.<br />
 
Pada tanggal [[12 Januari]] [[1962]], pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada tanggal [[18 Januari]] 1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada perlindungan dari TNI AU, sebuah operasi menjadi gagal.<ref name="intisari Juli">[http://www.londoh.com/artnng_intisari__bulan_juli_2000.htm Intisari. Mengenang Tragedi di Laut Aru]</ref>
 
=== Pertempuran laut Aru ===
{{Main|Pertempuran Laut Aru}}
 
Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal [[15 Januari]] 1962, ketika 3 kapal milik Indonesia yaitu [[KRI Macan Kumbang]], [[KRI Macan Tutul]] yang membawa Komodor [[Yos Sudarso]], dan [[KRI Harimau]] yang dinaiki Kolonel [[Sudomo]], Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 4°49' [[LS]] dan 135°02' [[BT]]. Menjelang pukul 21:00 [[WIT]], Kolonel Mursyid melihat tanda di [[radar]] bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, di mana berarti kapal itu sedang berhenti. Ketika 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat terdengar dan menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut.<ref name="intisari Juli"/><br />
 
Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI Harimau. Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, tetapi tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur, tetapi kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan.<ref name="intisari Juli" /> Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, ''"Kobarkan semangat pertempuran"''.
=== Operasi penerjunan penerbang Indonesia ===
Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda. Mereka diterjunkan di daerah pedalaman Irian Barat. Penerjunan tersebut menggunakan pesawat angkut Indonesia, tetapi operasi ini hanya mengandalkan faktor pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada malam hari. Penerjunan itu pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan pesawat angkut ringan C-47 Dakota yang kapasitas 18 penerjun, tetapi karena keterbatasan kemampuannya, penerjunan itu dapat dicegat oleh pesawat pemburu Neptune Belanda.<ref name="Sibero"/><br />
 
Pada tanggal [[19 Mei]] 1962, sekitar 81 penerjun payung terbang dari [[Bandar Udara Pattimura]], [[Kota Ambon|Ambon]], dengan menaiki pesawat Hercules menuju daerah sekitar Kota Teminabuan untuk melakukan penerjunan. Saat persiapan keberangkatan, komandan pasukan menyampaikan bahwa mereka akan diterjunkan di sebuah perkebunan teh, selain itu juga disampaikan sandi-sandi panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul, lalu mengadakan pemeriksaan kelengkapan perlengkapan anggotanya sebelum masuk ke pesawat Hercules. Pada pukul 03:30 WIT, pesawat Hercules yang dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin terbang menuju daerah Teminabuan.<br />
Dalam waktu tidak lebih dari 1 [[menit]], proses pendaratan 81 penerjun payung selesai dan pesawat Hercules segera meninggalkan daerah Teminabuan. Keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules terbang menanjak untuk mencapai ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh pesawat Neptune milik Belanda.<ref name="Sibero"/><br />
 
Dalam waktu tidak lebih dari 1 [[menit]], proses pendaratan 81 penerjun payung selesai dan pesawat Hercules segera meninggalkan daerah Teminabuan. Keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules terbang menanjak untuk mencapai ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh pesawat Neptune milik Belanda.<ref name="Sibero"/><br />
 
TNI Angkatan Laut kemudian mempersiapkan [[Operasi Jayawijaya]] yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia.<ref>{{cite news
|title =Batalyon Armed–9/Pasopati
Baris 179 ⟶ 180:
}}</ref>
=== Persetujuan New York ===
Pada tanggal [[15 Agustus]] 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar [[PBB]] di [[New York]]. Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh [[Soebandrio]], dan Belanda diwakili oleh [[Jan Herman van Roijen]] dan [[C.W.A. Schurmann]]. Isi dari Persetujuan [[New York]] adalah:
* Belanda akan menyerahkan pemerintahan Irian Barat kepada United Nations Temporary Executive Authority ([[UNTEA]]), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia.
* Bendera PBB akan dikibarkan selama masa peralihan.
Baris 191 ⟶ 192:
*#* memisahkan diri dari Indonesia
*# hak semua penduduk [[dewasa]], [[laki-laki]] dan [[perempuan]], untuk ikut serta dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional
* Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun [[1969]].
Pada tanggal [[1 Mei]] [[1963]], UNTEA menyerahkan pemerintahan Irian Barat kepada Indonesia. Ibu kota [[Hollandia]] dinamai [[Kota Baru]], dan pada [[5 September]] 1963, Irian Barat dinyatakan sebagai "daerah karantina". Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua. Keputusan ini ditentang oleh banyak pihak di Papua, dan melahirkan [[OPM|Organisasi Papua Merdeka (OPM)]] pada [[1965]]. Untuk meredam gerakan ini, dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan berbagai tindakan pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan pengeboman udara. Menurut [[Amnesty International]], lebih dari 100.000 orang Papua telah tewas dalam kekerasan ini. OPM sendiri juga memiliki tentara dan telah melakukan berbagai tindakan kekerasan.
 
=== Penentuan Pendapat Rakyat ===
Baris 228 ⟶ 229:
=== Setelah penggabungan ===
Setelah Irian Barat digabungkan dengan Indonesia sebagai Irian Jaya, Indonesia mengambil posisi sebagai berikut:
# Irian Barat telah menjadi daerah Republik Indonesia sejak [[17 Agustus]] [[1945]] namun masih dipegang oleh Belanda
# Belanda berjanji menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia dalam [[Konferensi Meja Bundar]]
# penggabungan Irian Barat dengan Indonesia adalah tindakan merebut kembali daerah Indonesia yang dikuasai Belanda
Baris 234 ⟶ 235:
Hal ini diajarkan di sekolah dan ditulis dalam buku teks sejarah nasional.<ref name="Sibero" /><ref name="Pusjarah" />
 
Setelah Jenderal Soeharto menjadi Presiden Indonesia, [[Freeport Sulphur]] adalah perusahaan asing pertama yang diberi izin tambang dengan jangka waktu 30 tahun mulai dari tahun [[1981]] (walaupun tambang ini telah beroperasi sejak tahun [[1972]]), dan kontrak ini diperpanjang pada tahun [[1991]] sampai tahun 2041. Setelah pembukaan [[tambang Grasberg]] pada tahun [[1988]], tambang ini menjadi tambang [[emas]] terbesar di dunia. Penduduk setempat dengan bantuan [[Organisasi Papua Merdeka]] memprotes berbagai tindakan pencemaran lingkungan hidup dan pelanggaran [[Hak Asasi Manusia]] yang dilakukan Freeport dan pemerintah Indonesia dengan berbagai cara, termasuk peledakan pipa gas dan penculikan beberapa pegawai Freeport dari [[Eropa]] dan Indonesia pada tahun [[1996]]. Dalam kejadian ini, 2 tawanan dibunuh dan sisanya dibebaskan.<br />
 
Pada tahun [[1980-an]], Indonesia memulai gerakan [[transmigrasi]], di mana puluhan ribu orang dari pulau [[Jawa]] dan [[Sumatra]] dipindahkan ke provinsi Irian Jaya dalam jangka waktu 10 tahun. Penentang program ini mencurigai usaha Indonesia untuk mendominasi provinsi Irian Jaya dengan cara memasukkan pengaruh pemerintah pusat.<ref>{{cite web
|url = http://www.newint.org/issue305/control.html
|title = Golden Promises: Indonesian migrants find themselves pawns in a war for control of West Papua
Baris 269 ⟶ 271:
|dead-url = yes
}}</ref>
 
Pada tahun [[2000]], presiden [[Abdurrahman Wahid]] memberi [[otonomi]] khusus kepada provinsi [[Papua]] untuk meredam usaha [[separatis]]. Provinsi ini kemudian dibagi dua menjadi provinsi: [[Papua]] dan [[Irian Jaya Barat]] (sekarang [[Papua Barat]]) melalui instruksi Presiden [[Megawati Soekarnoputri]] pada tahun [[2001]].
 
== Warisan ==
[[Berkas:Irian Barat Statue.JPG|jmpl|ka|200px|[[Monumen Pembebasan Irian Barat]] di Jakarta.]]
Berbagai monumen dan nama tempat di Indonesia diambil berdasarkan pidato dan Operasi Trikora. Beberapa monumen telah dibangun, di antaranya dua monumen di [[Jakarta]] ([[Monumen Pembebasan Irian Barat]] di [[Jakarta Pusat]] dan Monumen Trikora di dalam Markas Besar TNI di [[Jakarta Timur]]), [[Monumen Mandala|Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat]] dan [[Museum Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat]] di [[Makassar]], [[Sulawesi Selatan]], Monumen Jayawijaya di [[Tinangkung, Banggai Kepulauan|Tinangkung]], [[Kabupaten Banggai Kepulauan]], [[Sulawesi Tengah]],<ref>{{cite web |title=Sejarah Dibalik Berdirinya Monumen Trikora Jayawijaya Di Salakan |url=https://paulipu.com/monumen-trikora-jayawijaya-di-salakan/ |website=Paulipu |access-date=12 Oktober 2021}}</ref> serta monumen-monumen bernama "Monumen Trikora" atau "Tugu Trikora" di [[Bitung]], [[Sulawesi Utara]],<ref>{{cite web |last1=Prasetyo |date=2017 |title=Monumen Trikora Kota Bitung: Saksi Sejarah Yang Terpinggirkan |url=https://duasudara.com/monumen-trikora-kota-bitung/ |website=Duasudara |access-date=12 Oktober 2021}}</ref> [[Kabupaten Morotai]], [[Maluku Utara]],<ref>{{Cite news|date=2017 |title=Mengenal Monumen Trikora di Morotai |url=https://travel.detik.com/galeri-foto/d-5419696/mengenal-monumen-trikora-di-morotai |work=[[Detik.com|detikcom]] |access-date=12 Oktober 2021|first=Basri |last=Bachtiar }}</ref> dan [[Ambon]], [[Maluku]].<ref>{{cite web |title=Tugu Trikora di Pusaran Korupsi |date=2020 |url=https://siwalimanews.com/tugu-trikora-di-pusaran-korupsi/ |website=Siwalima |access-date=12 Oktober 2021}}</ref>
 
Baris 285 ⟶ 287:
* [[Operasi Serigala]]
 
== Catatan kakiReferensi ==
{{reflist|2}}
 
=== Catatan ===
{{Notelist}}
 
== Pranala luar ==
Baris 294 ⟶ 299:
* [http://www.indomedia.com/intisari/2000/juli/aru7.htm Mengenang Tragedi di Laut Aru] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070701221706/http://www.indomedia.com/intisari/2000/juli/aru7.htm |date=2007-07-01 }}
* [http://www.youtube.com/watch?v=Rhqc89fTMgM Video Pidato Soekarno tentang Irian Barat di Youtube]
 
{{Bencana di Indonesia tahun 1960an}}
 
{{DEFAULTSORT:Irian Barat}}
Baris 304 ⟶ 311:
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1961]]
[[Kategori:Indonesia dalam tahun 1962]]
[[Kategori:Operasi militer yang melibatkan Indonesia|trikora]]
[[Kategori:Invasi oleh Indonesia]]