Kujang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k clean up, removed stub tag
 
(14 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 32:
| haft_type =
}}
'''Kujang''' ([[Aksara Sunda Baku|aksara Sunda]]: {{Sund|ᮊᮥᮏᮀ}}) adalah sebuah [[senjata]] tradisional dari wilayahkhas [[PasundanSuku Sunda|Sunda]]. Kujang mulai dibuat sekitar [[abad ke-8]] atau [[abad ke-9|ke-9]], terbuat dari [[besi]], [[baja]], dan bahan pamor. Panjang kujang umumnya sekitar 20 sampai 25 [[cm]] dan beratnya sekitar 300 [[gram]].
 
Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi [[hak]] dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.
Menurut ''[[Sanghyang Siksa Kandang Karesian]]'' pupuh XVII, kujang adalah senjata kaum petani dan memiliki akar pada budaya pertanian masyarakat Sunda.
 
== Deskripsi ==
Secara etimologis, istilah "kujang" berasal dari kata ''kudihyang.'' ''Kudi'' merupakan kata dalam [[bahasa Sunda Kuno]] yang berarti senjata dengan kekuatan gaib dan sakti.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/kujang/|title=KUJANG|date=2015-12-17|website=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|language=id-ID|access-date=2020-07-11}}</ref> Kata ''Hyang'' juga berasal dari [[bahasa Sunda Kuno]] yang berarti dewa/dewi.<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=DY7v18r2ZnYC|title=Widya Dharma Agama Hindu SMP kls 9|last=|first=|date=|publisher=Ganeca Exact|isbn=978-979-744-740-3|location=|pages=94|language=id|url-status=live}}</ref><ref>{{harvnb|Kerjasama Pusat Kajian Lintas Budaya|2011|p=62}}</ref> Sumber lain menyatakan bahwa Kujang berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia.<ref>{{Cite web|url=https://www.house-indonesia.com:443/id/inspired/magazine/685/kujang-,-senjata-tradisional-indonesia|title=Kujang, Senjata Tradisional Indonesia|website=House Sangkuriang Bandung|language=en-us|access-date=2020-07-11}}</ref>
 
Secara umum, Kujang mempunyai pengertian sebagai pusaka yang mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para dewa (''Hyang''), dan sebagai sebuah senjata, sejak dahulu hingga saat ini Kujang menempati satu posisi yang sangat khusus di kalangan masyarakat Sunda. Sebagai lambang atau simbol dengan nilai-nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, Kujang dipakai sebagai salah satu estetika dalam beberapa lambang organisasi serta pemerintahan. Di samping itu, Kujang pun dipakai pula sebagai sebuah nama dari berbagai organisasi, kesatuan dan tentunya dipakai pula oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat.
 
Pada masa lalu Kujang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan [[Suku Sunda|masyarakat Sunda]] karena fungsinya sebagai peralatan pertanian. Pernyataan ini tertera dalam naskah kuno ''[[Sanghyang Siksa Kanda NgKandang Karesian]]'' ([[1518]] M) maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah di antaranya di daerah [[Rancah, Ciamis]]. Bukti yang memperkuat pernyataan bahwa kujang sebagai peralatan berladang masih dapat kita saksikan hingga saat ini pada masyarakat Baduy[[Suku Badui|Badui]] di [[Kabupaten Lebak]], [[Provinsi Banten]] dan Pancer Pangawinan di [[Sukabumi]], Provinsi Jawa Barat.
 
Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru kujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan lahir antara abad 9 sampai abad 12.
 
== Bagian-bagian ==
 
Secara umum, kujang memiliki sisi tajaman dan bagian-bagian lain seperti: ''papatuk/congo'' (ujung kujang yang menyerupai panah), ''eluk/silih'' (lekukan pada bagian punggung), ''tadah'' (lengkungan menonjol pada bagian perut) dan ''mata'' (lubang kecil yang ditutupi [[emas|logam emas]] dan perak).<ref>{{cite book|title=Koleksi Pilihan 25 Museum di Indonesia|author=Intan Mardiana N, Endang Sriwigati, Yuni Astuti Ibrahim & Andini Perdana|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|year=2009|editor=Agus Aris Munandar|id=5156648}}</ref> Selain dari bentuknya yang unik, bahan baku kujang cenderung tipis, bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam.
 
== bentukBentuk dan fungsi ==
[[Image:Tijdschrift voor Indische Taal- Land- en Volkenkunde Deel XLVII.pdf|page=452|right|thumbnail|250px|Aneka rupa kujang dan [[badi]] dalam laporan Hurgronje tahun 1904|pra=Berkas:Tijdschrift_voor_Indische_Taal-_Land-_en_Volkenkunde_Deel_XLVII.pdf%3Fpage=452]]
Kujang memiliki beragam fungsi dan bentuk.<ref>{{cite book|title=Sanghyang Raja Uyeg: dari sakral ke profan|author=Arthur S. Nalan|publisher=Humaniora Utama Press|year=2000|isbn=97-992-3137-X}}</ref> Berdasarkan fungsi, kujang terbagi empat antara lain: Kujang Pusaka (lambang keagungan dan perlindungan), Kujang Pangarak (untuk berperang),<ref>{{cite book|title=Tiga Sandera Terakhir|author=Brahmanto Anindito|publisher=Noura Books|year=2015|isbn=60-209-8947-X}}</ref> Kujang Pakarang (sebagai alat upacara)<ref>{{cite book|title=Kehidupan masyarakat Kanekes|author=Saleh Danasasmita & Anis Djatisunda|publisher=Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1986|oclc=6801889}}</ref> dan Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang).<ref>{{cite web|url=http://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekarupa/article/view/483/651|title=Interpretasi Visual terhadap Bentuk dan Fungsi Kujang Huma Pamangkas dengan Uji ANOVA (Analysis Of Variance) dan VAS (Visual Analog Scale)|author=Edi Setiadi Putra|year=2011|publisher=Institut Teknologi Nasional|accessdate=21 February 2017}}</ref> Sedangkan berdasarkan bentuk bilah ada yang disebut Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan), Kujang Ciung (menyerupai burung ciung), Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango), Kujang Badak (menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga) dan Kujang Bangkong (menyerupai katak). Di samping itu terdapat pula tipologi bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.<ref name=":1" />
 
== Sejarah bentuk ==
Nilai Kujang sebagai sebuah [[jimat]], pertama kali muncul dalam sejarah Kerajaan Sunda Pajajaran dan Panjalu. Tepatnya pada masa pemerintahan [[Bunisora|Prabu Kuda Lalean]]. Prabu Kuda Lelean juga dikenal sebagai Hyang Bunisora dan Batara Guru di Jampang karena menjadi seorang petapa atau resi yang mumpuni di Jampang, Sukabumi.
 
Sejak itu, Kujang secara berangsur-angsur dipergunakan para raja dan bangsawan kerajaan di Tanah Sunda sebagai lambang kewibawaan dan kesaktian. Suatu ketika, Prabu Kuda Lalean tengah melakukan tapa brata di suatu tempat. Tiba-tiba sang prabu mendapat ilham untuk mendesain ulang bentuk Kujang, yang selama ini dipergunakan sebagai alat pertanian.
Baris 76 ⟶ 75:
Konon ada semacam keyakinan yang berkait dengan keberuntungan, perlindungan, kehormatan, kewibawaan dan lainnya. Namun, ada beberapa takhayul yang dianggap sebagai pantangan yang tak boleh dilakukan. Yakni memajang Kujang secara berpasangan di dinding dengan mata pisau yang tajam sebelah dalam saling berhadapan. Ini merupakan tabu atau larangan. Selain itu, tidak boleh seorangpun mengambil fotonya sedang berdiri di antara 2 Kujang dalam posisi tersebut. Kabarnya, ini akan menyebabkan kematian terhadap orang tersebut dalam waktu 1 tahun, tidak lebih tetapi bisa kurang.
 
== Kujang dalam Lambanglambang Daerahdaerah==
Beberapa kabupaten di Jawa Barat, [[Provinsi Jawa Barat]], dan [[Negara Pasundan]], menggunakan kujang di dalam lambang daerahnya.
 
=== Negara Pasundan ===
[[Negara Pasundan]] menggunakan siluet kujang pada lambangnya. Menurut pemerintah Negara Pasundan, penggunaan siluet kujang pada lambang Negara Pasundan menunjukkan perkembangan ketatanegaraan yang masih muda dari Negara Pasundan.<ref>{{harvnb|Pemerintah Negara Pasundan|1949|p=139}}</ref> Wali Negara Pasundan [[Wiranatakoesoema V]] serta Kepolisian Negara Pasundan juga menggunakannya dalam lambang pribadi dan instansinya.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://hubert-herald.nl/INHOUD.htm|title=JAWA BARAT|last=de Vries|first=Hubert|date=|website=hubert-herald.nl|access-date=2020-07-11}}</ref>
Baris 87:
{{Reflist}}
 
== Daftar Pustakapustaka ==
* {{Cite book|author=Pemerintah Negara Pasundan| year= 1949| title=Negara Pasundan satu tahun, 24 April 1948-1949| location =Bandung|url=https://books.google.co.id/books?id=Xz6OVh1_YH0C|ref=harv}}
* {{Cite book|author=Kerjasama Pusat Kajian Lintas Budaya| title=Politik jati diri urang Sunda dalam memperkuat pembangunan karakter bangsa|url=https://books.google.co.id/books?id=MiHShdPD_5AC|publisher=Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata|location=Bandung|ref=harv}}
Baris 93:
 
== Pranala luar ==
* [http://www.sundanet.com/?p=219 Sejarah Kujang]
 
#* [http://wwwekorisanto.sundanetblogspot.com/?p=2192009/08/kujang-senjata-masyarakat-sunda-1.html Kujang, Senjata Masyarakat Sunda]
# [http://ekorisanto.blogspot.com/2009/08/kujang-senjata-masyarakat-sunda-1.html]
 
{{senjata Indonesia}}
Baris 102 ⟶ 101:
[[Kategori:Senjata tajam]]
[[Kategori:Budaya Sunda|Kujang]]
[[Kategori:Alat]]
[[Kategori:Senjata tradisional Indonesia|Kujang]]